Anda di halaman 1dari 7

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERIKANAN (ILEGAL FISHING) DI LAUT

JAWA OLEH POLAIRUD POLDA JATENG

Aji Pamungkas1
1)
Program Studi Ilmu hukum,
2)
Fakultas Hukum,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Email : ajipamungkasl@gmail.com
ABSTRAK

Penelitian ini, berjudul Penanggulangan Tindak Pidana Perikanan (Ilegal Fishing) di Laut Jawa Oleh
Polairud Polda Jateng ini bertujuan untuk mengetahui penanggulangan tindak pidana perikanan (ilegal
fishing) di laut Jawa oleh Polairud Polda Jateng serta untuk mengetahui kendala dan solusi Polairud
Polda Jateng dalam melakukan penanggulangan tindak pidana perikanan (ilegal fishing) di laut Jawa
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Metode pendekatan yuridis
sosiologis adalah metode pendekatan yang memaparkan suatu pernyataan yang ada di lapangan
berdasarkan asas-asas hukum, kaidah-kaidah hukum, atau perundang- undangan yang berlaku dan ada
kaitannya dengan permasalahan yang dikaji.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Penanggulangan tindak pidana perikanan
(ilegal fishing) di laut jawa oleh Polairud Polda Jateng yaitu dengan cara melakukan Patroli di Wilayah
dinas Polairud, jika terdapat sebuah pelanggaran atau kejahatan khususnya tindak pidana Perikanan
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.maka Polairud akan melakukan yang pertama adalah
peringatan jika Tindakan tersebut masih diulangi maka Polairud akan melakukan Penegakan Hukum
terhadap si pelanggar dan akan diproses secara peradilan dengan beberapa bukti yang dikumpulkan
oleh Polairud. Setelah dilakukannya penegakan hukum Polairud juga melakukan penanggulangan
terhadap tindak pidana perikanan yaitu dengan 3 cara preventif, preemptif dan represif. Sedangkan
Kendala dan solusi Polairud Polda Jateng dalam melakukan penanggulangan tindak pidana perikanan
(ilegal fishing) di laut jawa, yaitu kendala yang dihadapi Polairud Polda Jateng tidak hanya faktor
internal seperti sarana yang ada. Melainkan kondisi cuaca dan jarak, mengingat lalu lintas kapal yang
digunakan untuk patroli adalah laut yang bergantung kepada keadaan alam, maka dalam menjalankan
tugasnya petugas dari Polairud Polda Jateng juga mempertimbangkan keselamatan anggota di
lapangan. Sedangkan untuk mengatasi kendala di atas Polairud mempunyai solusi yaitu Ketika dalam
keadaan badai atau tidak dimungkinkannya berpatroli di laut, maka Polairud akan melakukan
sosialisasi dan studi terhadap masyarakat mengenai dampak illegal fishing, dalam hal kekurangan
sarana dan prasarana Polairud sudah mengajukan penambahan unit kapal serta sarana lain untuk
menunjang penegakan hukum di Laut, Serta Polairud melakukan pelatihan-pelatihan terhadap personel
Polairud agar lebih memahami dasar dasar hukum mengenai illegal fishing dan pengkategoriannya
serta dasar hukumnya. Mengingat terkadang alat tangkap yang seharusnya diperbolehkan lalu
dimodifikasi sehingga menjadi alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

Kata Kunci : Penanggulangan, Perikanan, Polairud

ABSTRACT

This study, entitled Countering Illegal Fishing in the Java Sea by Polairud Polda Central Java, aims
to determine the prevention of illegal fishing in the Java Sea by Polairud Polda Central Java and to
find out the obstacles and solutions to Polairud Polda Central Java in dealing with fisheries crime
(illegal fishing) in the Java Sea
The approach method in this research is sociological juridical. The sociological juridical approach
method is an approach method that describes a statement that is in the field based on legal principles,
legal rules, or applicable legislation and is related to the problem being studied.
Based on the results of the study, it can be concluded that the prevention of fishing crime (illegal
fishing) in the Java Sea by Polairud Polda Central Java is by conducting patrols in the Polairud
service area, if there is a violation or crime, especially fisheries crime, which is regulated in Law
Number 45 of 2009 concerning Amendments to Law Number 31 of 2004 concerning Fisheries. Then
Polairud will do the first thing is a warning if the action is still repeated then Polairud will enforce
law against the violator and will be processed in court with some evidence collected by Polairud. After
the enforcement of the law, Polairud also took countermeasures against fisheries crimes, namely by
means of three preventive, preemptive and repressive methods. Meanwhile, the obstacles and solutions
for Polairud Polda Central Java in dealing with illegal fishing in the Java Sea, namely the obstacles
faced by Polairud Polda Central Java are not only internal factors such as existing facilities. But the
weather conditions and distance, considering that the traffic of ships used for patrols is the sea which
depends on natural conditions, then in carrying out their duties officers from the Central Java
Regional Police Polairud also consider the safety of members in the field. Meanwhile, to overcome the
above obstacles, Polairud has a solution, namely when in a storm or it is not possible to patrol the sea,
Polairud will conduct socialization and study on the community regarding the impact of illegal fishing,
in the event of a shortage of facilities and infrastructure Polairud has proposed adding additional
ships and other facilities. to support law enforcement at sea, and Polairud conducts trainings for
Polairud personnel to better understand the legal basis for illegal fishing and its categorization and
legal basis. Considering that sometimes fishing gear that should be allowed is then modified so that it
becomes a fishing gear that is not environmentally friendly

Keywords: Management, Fisheries, Polairud

PENDAHULUAN administratif kurang lebih 42 kota dan 181


kabupaten berada di pesisir, serta terdapat 47
Indonesia sering disebut negara bahari, kota pantai mulai dari Sabang hingga Jayapura
hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya sebagai pusat pelayanan aktivitas sosial-
terdiri dari laut. Menurut catatan WALHI ekonomi.2
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di Indonesia yang merupakan Negara
dunia, yang memiliki 17.480 pulau dengan kepulauan memiliki 17.480 pulau besar dan
garis pantai sepanjang 95.181 km. berdasarkan pulau kecil. Pulau-pulau tersebut membentuk
konvensi hukum laut (selanjutnya disingkat 50 selat dan 64 teluk. Paparan Sunda yang
KLH) 1982 , indonesia memiliki kedaulatan terletak di bagian Barat dan Paparan Sahul di
atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 dan bagian Timur terbentuk karena dasar laut yang
laut teritorial seluas 0,3 juta km2.1 sedemikin rupa. Keduanya dihubungkan oleh
Selain itu Indonesia juga mempunyai laut flores di sebelah Barat dan Perairan
hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber Maluku sebelah Timur. Dasar perairan ini
daya kelautan seluas 2,7 km2 pada perairan serta lingkungan demersal dan pelagis di
Zona Ekonomi Eksklusif (selanjutnya atasnya, umumnya, merupakan bagian yang
disingkat ZEE). Wilayah pesisir dihuni tidak produktif sebab sinar matahari yang
kurang dari 140 juta jiwa atau 60% dari merupakan sumber energi utama bagi semua
penduduk Indonesia yang bertempat tinggal kehidupan laut dapat menembus hingga ke
dalam radius 50 km dari garis pantai. Secara dasar laut.3

1
Nunung Mahmuda, 2015, Illegal Ibid
2

Fishing (Pertanggung Jawaban Pidana di 3


Sudirman Saad, 2003, Politik Hukum
Wilayah Perairan Indonesia), Sinar Grafika., Perikanan Indonesia, Lembaga Sentra
Jakarta, hal. 1 Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta, hal 5.
Seiring dengan perkembangan zaman,
banyak para nelayan yang melakukan Metode penelitian ini dilakukan metode
penangkapan sumber daya ikan dengan pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu
menggunakan segala cara, termasuk dengan penelitian dimana penelitian tersebut
menggunakan alat penangkapan ikan yang menekankan pada ilmu hukum, tetapi
dapat merusak ekosistem dan kelangsungan disamping itu juga mengaitkan kaidah-kaidah
sumber daya ikan seperti pukat, alat-alat kimia hukum yang berlaku di dalam masyarakat.
dan alat berbahaya lainya (illegal fishing) Alasan menggunakan pendekatan yuridis
demi merengguk keuntungan yang sebanyak- sosiologis ini karena dilakukannya penekanan
banyaknya. pada suatu peraturan serta berkaitan dengan
Berdasarkan kutipan berita di atas penerapan dalam praktek.4
peranan Polairud sangatlah penting dalam
melakukan penanggulangan kejahatan tindak
pidana Ilegal Fishing. Berdasarkan Peraturan Hasil Penelitian Dan Analisis Data
Kepala Kepolisian Negara No. 22 Tahun 2010
Pasal 202 ayat (2) Polairud Polda Jateng Penanggulangan tindak pidana
mempunyai tugas menyelenggarakan fungsi
kepolisian perairan yang mencakup patroli,
perikanan (ilegal fishing) di laut
Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara Jawa oleh Polairud Polda Jateng
(TPTKP) di perairan, Search and Rescue
(SAR) di wilayah perairan, dan Bimbingan Ditpolair dalam prosesnya melakukan
Masyarakat (Binmas) pantai atau perairan penegakan hukum di lautan bukanlah
serta pembinaan fungsi kepolisian perairan persoalan yang mudah karena hanya dapat
dalam lingkungan Polda. diakses menggunakan kapal, apabila ada
Berdasarkan latar belakang tersebut, laporan tentang suatu tindak pidana sekalipun
maka penulis akan mengkaji lebih lanjut Ditpolair memerlukan waktu untuk dapat
permasalahan mengenai Penanggulanngan menuju ke lokasi dengan menggunakan kapal,
Tindak Pidana Perikanan yang dilakukan untuk itu Ditpolair Polda Jateng memiliki
Polairud Polda Jateng dan menuangkanya ke satuan unit kerja yang disebut Satrolda (satuan
dalam Skripsi dengan judul patroli daerah) yang pada tiap tiap daerahmya
“PENANGGULANGAN TINDAK berpatroli untuk proses menegakan hukum.
PIDANA PERIKANAN (ILEGAL Apabila ditemukannya suatu tindakan yang
FISHING) DI LAUT JAWA OLEH melanggar hukum maka akan dilakukan upaya
POLAIRUD POLDA JATENG” pemeriksaan lebih lanjut terhadap nahkoda,
kapal dan pemilik kapal.
Berdasarkan latar belakang masalah Dalam penanganan yang dilakukan oleh
tersebut ,maka rumusan masalah yang dapat Ditpolair Polda Jateng juga mengutamakan
penulis yang dapat penulis buat adalah sebagai beberapa pendekatan dalam penanggulangan
berikut tindak pidana Illegal fishing, upaya tersebut
1. Bagaimanakah penanggulangan tindak antara lain yaitu preventif, preemptif dan
pidana perikanan (ilegal fishing) di laut represif. Upaya-upaya tersebut antara lain :
jawa oleh Polairud Polda Jateng? a) Preventif : pengendalian sosial yang
2. Apa saja kendala dan solusi Polairud dilakukan Ditpolair Polda Jateng untuk
Polda Jateng dalam melakukan mencegah kejadian yang belum terjadi
penanggulangan tindak pidana perikanan dengan melakukan patroli dan pembinaan
(ilegal fishing) di laut jawa? masyarakat (binmas) kepada masyarakat
perairan dan nelayan untuk memberikan
rasa aman dalam melaksanakan kegiatan
4
Ronny Hanitijo Someitro, 1995,
Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Metode Penelitian Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 97
di perairan guna memenuhi kebutuhan melakukan penangggulangan tindak
hidup sehari-hari. Patroli yang dilakukan pidana Illegal Fisihing antara lain :5
di wilayah Satrolda juga sebagai upaya 1. Cuaca buruk yang sering terjadi,
deteksi dini terjadinya tindak pidana atau musim yang tidak menentu
pelanggaran di perairan wilayah Jawa belakangan ini juga jadi hambatan
Tengah yang masih marak penangkapan tersendiri bagi Ditpolair Polda Jateng.
ikan dengan alat tangkap yang dilarang, Terlebih adanya musim badai atau
pelayaran kapal tanpa izin, baratan, mengingat pada saat musim
penyelundupan bbm dan pencurian. baratan atau datangnya musim hujan
Dalam melaksanakan tugasnya satrolda akan bertiup angin dan gelombang
yang merupakan bagian dari Ditpolair laut yang sangat besar sehingga tidak
harus memiliki kejelian dan kepekaan kondusif untuk dilakukan patroli,
dalam deteksi dini suatu tindak pidana, bahkan tidak jarang ada kapal nelayan
karena Satroldalah yang menjadi ujung yang mecari ikan di laut pada musim
tombak dalam melaksanakan penegakan tersebut mengalami terdampar atau
hukum di lapangan. pecah kapal”
b) Preemptif : pengendalian sosial yang 2. Ditpolair Polda Jateng pada saat
bersifat membujuk atau mengarahkan melakukan penanggulangan di
masyarakan agar patuh dan taat terhadap wilayah menurut narasumber adalah
nilai dan norma yang telah ditetapkan, persoalan ukuran kapal patroli yang
diantaranya pemberian himbauan kepada ada, kapal kita ukurannya kecil-kecil
masyarakat untuk mentaati peraturan untuk menjangkau wilayah perairan
dalam hal perikanan, baik penggunaan Jawa Tengah yang luas ini diperlukan
alat tangkap yang sesuai dengan hukum armada berukuran besar agar dalam
serta memperhatikan soal surat proses penanggulangan serta
mennyurat dalam hal kegiatan perikanan. penegakan hukummnya di lapangan
Represif adalah pengendalian sosial yang mampu menjangkau sudut terjauh
dilakukan setelah suatu pelanggaran atau wilayah operasi yang terkadang lebih
tindak pidana terjadi. Saat telah terjadi suatu dari pulau Karimunjawa. Terkadang
pelanggaran dan dilaporkan kepada Ditpolair untuk patroli yang jaraknya jauh
Polda Jateng, maka akan ada proses yaitu pihak Ditpolair Polda Jateng meminta
pemeriksaan yang dilakukan oleh Satrolda. bantuan armada kapal untuk
Dan apabila terjadinya suatu pelanggaran melakukan patroli ke perairan yang
maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut lebih jauh di wilayah hukumnya.
di Subdirektorat Penegakan Hukum 3. Menurut wawancara yang dilakukan
(Subditgakkum ) Ditpolair Polda Jateng. peneliti oleh narasumber, narasumber
mengatakan,” kendalanya adalah saat
Kendala dan solusi Polairud Polda Jateng kita (Ditpolair) mendapat laporan
dalam melakukan penanggulangan tindak adanya suatu tindakan melawan
pidana perikanan (ilegal fishing) di laut hukum di wilayah hukum yang kita
jawa tangani, mengingat dengan
keterbatasan armada dan juga wilayah
Dalam wawancara yang peneliti perairan, kita membutuhkan waktu
lakukan terhadap bapak affandi. Dalam dan persiapan yang relatif agak lebih
wawancara narasumber mengatakan lama dari polisi yang ada di darat,
bahwa, ada beberapa kendala yang
dihadapi Ditpolair Polda Jateng pada saat 5
Wawancara dengan Bapak AKP Muh.
Samsu Affandi, S.H., M.H selaku KANIT 2
SIINTELAR SUBDITGAKKUM Ditpolairud
Polda Jateng Pada tanggal 18 Desember 2020
pukul 13.00 WIB
karena yang pertama jarak tempuh kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi
dengan koordinat dilakukannya Ditpolair Polda Jateng tidak hanya faktor
pelanggaran, apakah pelakunya sudah internal seperti sarana yang ada.
berpindah tempat. Adapun juga Melainkan kondisi cuaca dan jarak,
masalah alat tangkap, terkadang mengingat lalu lintas kapal yang
penggunaan alat tangkap yang digunakan untuk patroli adalah laut yang
seharusnya tidak merusak lingkungan bergantung kepada keadaan alam, maka
dan diperbolehkan, telah terjadi suatu dalam menjalankan tugasnya petugas dari
modifikasi tertentu, sehingga alat Ditpolair Polda Jateng juga
tersebut dikategorikan atau disinyalir mempertimbangkan keselamatan anggota
dapat merusak lingkungan, akan dilapangan. Selain itu jarak dan luasan
tetapi belum adanya peraturan yang daerah oprasi patroli yang kurang
lebih rinci perihal penggunaan alat ditunjang dengan armada kapal, sehingga
tangkap tersebut. Mengingat semakin apabila ada laporan terjadinya suatu
majunya zaman penggunaan alat pelanggaran atau tindak pidana, maka
tangkap untuk memaksimalkan hasil ketiadaan kapal patroli yang tersebar di
tangkapan ikan semakin rumit dan wilayah terdekat harus didatangkan dari
kreatif saja hingga faktor kelestarian pangkalan, jumlah kapal yang sedikit oleh
lingkungan bukan jadi pertimbangan. Ditpolair Polda Jateng yang harus
4. Menurut narasumber adalah jumlah memenuhi kegiatan pengawasan di
kapal patroli yang cenderung sedikit, wilayah perairan jawa tengah, sehingga
dengan luasan wilayah perairan Jawa prosesnya kurang maksimal baik untuk
Tengah maka diperlukan banyak memberikan bantuan SAR atau penegakan
kapal patroli yang standby atau hukum.
bersiap di lautan, manakala Kelima kendala tersebutlah yang
dibutuhkan pada saat yang darurat. membuat penanggulangan serta
Karena tugas Ditpolair Polda Jateng penegakan hukum di wilayah hukum
di perairan tidak hanya persoalan Ditpolair Polda Jateng kurang efektif, agar
kejahatan, tetapi juga pemeliharaan dalam melakukan penegakan hukum yang
dan perbaikan fasilitas serta sarana lebih efektif maka Ditpolair melakukan :6
kapal di lingkungan Polda, 1. Saat datangnya musim badai maka
pelaksanaan patroli, pengawalan kegiatan ditpolair memfokuskan
penanggulangan serta penegakan untuk kegiatan solialisasi terhadap
hukum di wilayah perairan,dan masyarakat serta melakukan studi
Binmas pantai di daerah hukum lebih lanjut tentang hukum kelautan
Polda, memberikan bantuan SAR agar dalam pengertian dan
apabila diperlukan penyelamatan pemahaman mengenai alat tangkap
sesegera mungkin. lebih luas dan variatif disertai dasar
5. Dalam proses penanggulangan serta hukum yang kuat.
penegakan hukum yang dilakukan 2. Untuk mengatasi kendala kedua,
oleh ditpolair Polda Jateng adalah ketiga dan keempat adalah pengajuan
tafsir yang ada dalam undang-undang, penambahan anggaran serta sarana
adanya nama-nama alat tangkap yang kepada Polda Jateng untuk patroli
memiliki perbedaan penyebutan dan Ditpolair di lautan, karena jumlah
hanya memiliki sedikit perbedaan, kapal patroli yang sedikit dan
tetapi tetap merusak. Hal itulah yang
kadang menjadi kendala dalam 6
Wawancara dengan Bapak AKP Muh.
menegakan hukum oleh ditpolair Samsu Affandi, S.H., M.H selaku KANIT 2
polda jateng. SIINTELAR SUBDITGAKKUM Ditpolairud
Dari kelima kedala yang disebutkan Polda Jateng Pada tanggal 18 Desember 2020
diatas, peneliti dapat mengambil pukul 13.00 WIB
ukuranya kecil, sehingga proses waktu satu tahun terakhir mulai dari
penegakan hukum di wilayah periode Januari hingga Maret 2020 telah
Ditpolair Polda Jateng kurang terjadi bermacam macam tindak pidana
maksimal. Mengingat armada yang yang ditangani oleh Ditpolair Polda
dimiliki selain kurang juga memiliki Jateng dengan rincian satu tahun terakhir
ukuran yang relatif kecil. Dengan ini total keseluruhan ada 15 tindak pidana
kapal berukuran lebih besar sehingga perikanan, dimana hampir seluruhnya
saat melakukan patroli di laut dapat melanggar Pasal 98 Undang-Undang
menjangkau wilayah yang jauh dan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
lebih luas. Serta armada kapal yang 2009 tentang Perubahan Atas Undang-
berpatroli di lautan banyak apabila Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
ada hal yang mendesak maka tidak Perikanan. Setelah dilakukannya
membuang waktu ke lokasi. penegakan hukum Polairud juga
Pemberian pembelajaran studi lanjut melakukan penanggulangan terhadap
kepada para penyidik di ditpolair polda jateng tindak pidana perikanan yaitu dengan 3
agar lebih memahami dasar dasar hukum cara preventif, preemptif dan represif.
mengenai illegal fishing dan 2. Kendala dan solusi Polairud Polda Jateng
pengkategoriannya serta dasar hukumnya. dalam melakukan penanggulangan
Mengingat terkadang alat tangkap yang tindak pidana perikanan (ilegal fishing)
seharusnya diperbolehkan lalu di modifikasi di laut jawa, yaitu kendala yang dihadapi
sehingga menjadi alat tangkap yang tidak Polairud Polda Jateng tidak hanya faktor
ramah lingkungan internal seperti sarana yang ada.
Melainkan kondisi cuaca dan jarak,
Penutup mengingat lalu lintas kapal yang
digunakan untuk patroli adalah laut yang
Kesimpulan bergantung kepada keadaan alam, maka
dalam menjalankan tugasnya petugas dari
Berdasarkan Penelitian dan Pembahasan Polairud Polda Jateng juga
yang telah penulis lakukan mengenai mempertimbangkan keselamatan anggota
Penanggulangan Tindak Pidana Perikanan di lapangan. Sedangkan untuk mengatasi
(Ilegal Fishing) di Laut Jawa oleh Polairud kendala di atas Polairud mempunyai
Polda Jateng, maka penulis menarik solusi yaitu Ketika dalam keadaan badai
Kesimpulan sebagai berikut : atau tidak dimungkinkannya berpatroli di
1. Penanggulangan tindak pidana perikanan laut, maka Polairud akan melakukan
(ilegal fishing) di laut jawa oleh Polairud sosialisasi dan studi terhadap masyarakat
Polda Jateng yaitu dengan cara mengenai dampak illegal fishing, dalam
melakukan Patroli di Wilayah dinas hal kekurangan sarana dan prasarana
Polairud, jika terdapat sebuah Polairud sudah mengajukan penambahan
pelanggaran atau kejahatan khususnya unit kapal serta sarana lain untuk
tindak pidana Perikanan yang diatur menunjang penegakan hukum di Laut,
dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun Serta Polairud melakukan pelatihan-
2009 Tentang Perubahan Atas Undang- pelatihan terhadap personel Polairud agar
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang lebih memahami dasar dasar hukum
Perikanan.maka Polairud akan mengenai illegal fishing dan
melakukan yang pertama adalah pengkategoriannya serta dasar
peringatan jika Tindakan tersebut masih hukumnya. Mengingat terkadang alat
diulangi maka Polairud akan melakukan tangkap yang seharusnya diperbolehkan
Penegakan Hukum terhadap si pelanggar lalu dimodifikasi sehingga menjadi alat
dan akan diproses secara peradilan tangkap yang tidak ramah lingkungan
dengan beberapa bukti yang
dikumpulkan oleh Polairud, Dalam kurun
Saran

Indonesia adalah Negara


Maritim dimana negara yang lautnya
luas serta banyak akan pulau,
Pemerintah seharusnya sudah
menyadari bahwa dengan
memberikan Sarana dan Prasarana
terbatas kepada para Penegak Hukum
Khususnya Polairud, maka tidak
dipungkiri juga akan banyak
sumberdaya laut yang bisa dicuri
oleh negara tetangga, contohnya di
wilayah laut Natuna.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Nunung Mahmuda, 2015, Illegal Fishing


(Pertanggung Jawaban Pidana di Wilayah
Perairan Indonesia), Sinar Grafika., Jakarta.

Sudirman Saad, 2003, Politik Hukum


Perikanan Indonesia, Lembaga Sentra
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.

Ronny Hanitijo Someitro, 1995, Metode


Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta.

Lain-lain

Wawancara dengan Bapak AKP Muh. Samsu


Affandi, S.H., M.H selaku KANIT 2
SIINTELAR SUBDITGAKKUM Ditpolairud
Polda Jateng

Anda mungkin juga menyukai