Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN INVESTASI SYARIAH

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Manajemen Investasi

Dosen Pengampu : Dian Ramahwati, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 1
Ferdinan Ratu Yesa (1951040305)
M. Fadl Rosyid (1951040355)
Nur Laila (1951040383)
Nurul Arsita (1951040386)
Kelas : E

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan
rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mengenai “Manajemen Investasi Syariah” Yang tentunya masih jauh dari kata
sempurna. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Ramahwati,
M.Pd. yang telah membimbing kami dalam memperoleh materi, dan dalam
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Investasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin terselesaikan tanpa


adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu, kami menyadari, tulisan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga kami sangat mengharapkan kritik, serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 10 September 2021

Tim Penulis

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen..............................................................................3
B. Fungsi Manajemen................................................................................5
C. Hubungan Manajemen dengan Investasi Syariah.................................6
D. Konsep Investasi...................................................................................7
E. Prinsip Syariah dalam Investasi............................................................10
F. Proses Manajemen Investasi.................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya dunia bisnis maka peluang yang dihadapi
oleh para pelaku bisnis dalam mengembangkan sumber daya masyarakat
agar dapat berkembang dengan maksimal. Salah satu kegiatan bisnis yang
dapat menjadi peluang para pelaku bisnis adalah investasi. Hal inilah yang
menjadi tantangan pada bisnis. Oleh karena itu partisipasi dari masyarakat
sangat diperlukan. Secara umum investasi berarti penundaan konsumsi
saat ini untuk konsumsi di masa yang akan datang. Dengan pengertian
bahwa investasi adalah menempatkan modal atau dana pada suatu asset
yang diharapkan akan memberikan hasil atau akan meningkatkan nilainya
di masa yang akan datang. Dari sini, investasi berarti diawali dengan
mengorbankan potensi konsumsi saat ini untuk mendapatkan peluang yang
lebih baik atau besar di masa yang akan datang.
Di Indonesia istilah manajemen investasi syariah mungkin
terdengar asing terutama bagi kita umat islam. Karena memang umat Islam
di Indonesia mengenal yang namanya investasi namun secara umum yakni
investasi konvensional. Sebab investasi syariah ini baru dikenal oleh
masyarakat di Indonesia pada tahun 2000-an dengan didirikannya Jakarta
Islamic Index (Bursa Saham Syariah).
Berkenaan dengan hal tersebut diatas maka kami dalam hal ini
akan mencoba membahas mengenai “Konsep Dasar Manajemen Investasi
Syariah” pada makalah kami yang berikut ini.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Manajemen?
2. Apa saja Fungsi Manajemen?
3. Apa Hubungan Manajemen dengan Investasi Syariah?
4. Bagaimana konsep investasi?
5. Bagaimana prinsip Syariah dalam Investasi?
6. Bagaimana Proses Manajemen Investasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Manajemen.
2. Untuk Mengetahui Apa saja Fungsi Manajemen.
3. Untuk Mengetahui Apa Hubungan Manajemen dengan Investasi
Syariah.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana konsep investasi.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana prinsip Syariah dalam Investasi.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Manajemen Investasi.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen
Kata manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris
“management” yang diambil dari kata “to manage” yang berarti mengurus,
mengelola, mengendalikan, mengusahakan, memimpin. Kata “to manage”
ini berasal dari bahasa Italia yaitu kata “managgio”. Kata “managgio” pun
berasal dari bahasa latin “mannaggiare” yang diambil dari kata “manus”
yang berarti hand (tangan). Sehingga, secara etimologi kata “manage”
dapat diartikan sebagai:
1. House Keeping yang berarti rumah tangga.
2. To train a horse yang berarti melatih kuda dengan
menghentakhentakkan kakinya.
3. To direct and control yang berarti memimpin dan mengawasi.
Dalam Oxford English Dictionary kata manajemen berasal dari bahasa
Prancis kuno, “ménagement” yang berarti seni melaksanakan dan
mengatur.
Beberapa ahli manajemen memberikan batasan secara terminologi
tentang istilah manajemen. Definisi menurut para ahli tersebut antara lain:
a. George R. Terry dalam bukunya “The Principles of Management”
mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses atau kerangka
kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional maksud yang
nyata.
b. Henry Fayol dalam bukunya “General Industrial Management”
mengatakan bahwa manajemen adalah proses tertentu yang terdiri
atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, dan pengendalian dalam rangka mencapai
tujuan.
c. Menurut Ricky W. Griffin dalam bukunya “Business” mengatakan
bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.

6
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Adapun Istilah manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan istilah


“idaarah” yang berasal dari kata kerja (fi’il) “adara” yang berarti memutar
sesuatu. Kata “idaarah” ini menurut padanan katanya dalam bahasa Arab
semakna dengan kata tadbiir, siyaasah dan qiyaadah. Dalam al-Qur’an
dari beberapa kata tersebut hanya kata tadbiir yang sering dijumpai
dengan berbagai kata turunannya seperti dabbara, yudabbiru dan
tadbiiran. Kata tadbiir ini merupakan bentuk masdar (asal atau bentukan
kata) yang secara umum diartikan sebagai penertiban, pengaturan,
pengurusan, perencanaan, perencanaan dan persiapan.
Secara terminologis pengertian manajemen syariah adalah seni dalam
mengelola semua sumber daya yang dimiliki dangan tambahan sumber
daya dan metode syariah yang telah tercantum dalam kitab suci atau yang
telah dajarkan oleh nabi Muhammad SAW. Pengertian manajemen syariah
ini pada dasarnya dipandang sebagai perwujudan amal shaleh yang bertitik
tolak dari niat baik yang akan memunculkan motifasi aktivitas untuk
mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum pengertian manajemen
syari’ah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang
bemuara pada pencarian keridhaan Allah.1

B. Fungsi Manajemen
1. Planning atau perencanaan
Dalam fungsi perencanaan, manajer perlu mengkaji dan
mengevaluasi berbagai kemungkinan rencana alternatif sebelum
memutuskan suatu tindakan. Perencanaan dalam fungsi manajemen

1
Naili Rahmawati, “Manajemen Investasi Syariah”, (Mataram : CV. Sanabil, 2015), h. 1

7
adalah proses penting mengingat planning merupakan langkah awal
yang dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan kedepannya. Tanpa
perencanaan yang matang, fungsi fungsi manajemen lain tidak akan
bisa berjalan dengan optimal.

2. Organizing atau pengorganisasian


Fungsi organizing dipakai untuk mengelompokkan seluruh alat,
tugas, orang maupun wewenang yang ada untuk tujuan pemenuhan
rencana. Manajer dapat menentukan anggota kelompok, penanggung jawab
hingga jenis dan klasifikasi tugas melalui fungsi organizing. Beberapa
manfaat yang akan diperoleh dengan menerapkan fungsi
pengorganisasian:
a. Tugas dijalankan dengan spesialisasi masing-masing.
b. Adanya transparansi pembagian tugas yang jelas.
c. Pembagian tugas dapat disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
d. Setiap tenaga kerja paham akan tugasnya masing-masing.
e. Adanya manajer profesional sebagai pihak utama koordinasi
seluruh kegiatan.

3. Actuating atau pengarahan


Fungsi pengarahan merupakan usaha untuk menghasilkan kinerja
yang lebih efektif dan efisien dengan menciptakan suasana kerja yang
dinamis. Untuk mewujudkannya, berikut beberapa kegiatan yang biasa
dilakukan fungsi pengarahan:
a. Bimbingan serta pemberian motivasi terhadap tenaga kerja.
b. Sosialisasi tugas dan seluruh kebijakan dengan jelas.
c. Penjelasan tugas pekerjaan secara rutin.

4. Controlling atau pengawasan


Fungsi controlling juga dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
mengukur kinerja karyawan sesuai standar yang telah dibuat. Melalui

8
fungsi controlling, evaluasi perbaikan dapat dilaksanakan bila memang
dibutuhkan.2

C. Hubungan Manajemen dengan Investasi Syariah


Investasi pada dasarnya adalah bentuk aktif dari ekonomi syariah
(Muhammad Budi Setiawan) dalam pengertian luas. Karena dalam Islam
setiap harta yang sudah mencapai nishab (batasan) ada zakatnya. Paling
tidak, bila harta belum sampai nishab ada anjuran moral untuk di infaq-kan
atau sedekahkan (sunnah). Jika harta tersebut didiamkan, maka lambat
laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah
mendorong setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya agar
bertambah. Sama halnya pada teori ekonomi umumnya, Investasi
mengenal harga.
Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang diperdagangkan.
Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga
terbentuk setelah terjadinya mekanisme pasar. Suatu pernyataan penting
al-Ghozali sebagai ulama besar adalah keuntungan merupakan kompensasi
dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan diri
pengusaha. Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan
yang merupakan kompensasi dari risiko yang ditanggungnya. Ibnu
Taimiah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari produk domestik
dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan
atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan
permintaan sangat ditentu kan harapan dan pendapatan. Besar kecilnya
kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran dan atau
permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan
harga yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT. Mengingat investasi
syari'ah harus didasarkan pada prinsip Islam, maka mengelola,
merencanakan dan mengendalikan serta mengorganisasikan usaha ini pun
perlu kesungguhan dan diniat kan sebagai bentuk ibadah.

2
Populix, “4 Fungsi Manajemen – Panduan Lengkap untuk Perusahaan”,
https://www.info.populix.co/post/fungsi-manajemen , diakses pada tanggal 11 september 2021
pukul 11.30.

9
Karena itu hubungan manajemen dengan investasi syari'ah
mengandung makna satu kesatuan bentuk ibadah muamalah. Dalam
bahasa lain, berinvestasi sama dengan berusaha mencari ma'isyah
(penghidupan) maka manajemen investasi syari'ah berarti pelaksana
(manajer) investasi yang bersikap secara Islami. Jadi hubungan
manajemen dengan investasi syari'ah saling berkaitan. Keberhasilan
melakukan investasi dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip syari'ah
tergantung pula pada pelaku investor maupun manajer perusahaan terkait
di samping Dewan Syari'ah Nasional (DSN) selaku konsultan.3

D. Konsep Investasi
1. Pengertian Investasi
a. Menurut Sunariyah : Investasi adalah penanaman modal untuk satu
atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama
dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang.
b. Menurut Husnan : menyatakan bahwa proyek investasi merupakan
suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik
proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat
pada masa yang akan datang.4
c. Menurut Reilly dan Brown menjelaskan investasi sebagai
kesediaan seseorang mengalokasikan uang dalam nilai tertentu di
masa sekarang guna memperoleh penerimaan di kemudian hari.
Penerimaan di kemudian hari tersebut dapat dinyatakan sebagai
kompensasi yang diterima investor atas komitmennya untuk tidak
mengambil uang sebelum masa penerimaan pembayaran di masa
datang.

Dengan asumsi investor tidak mengambil dananya sebelum periode


investasi berakhir, maka besarnya penerimaan tersebut merupakan
fungsi dari jangka waktu komitmen investor, tingkat inflasi, serta
3
Abdul Aziz, “ Manajemen Investasi Syariah “, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 30
4
Andi Makkulawu, “Manajemen Investasi Era 4.0”, (Surabaya : CV. Jakad Media
Publishing, 2020), h. 3

10
ketidakpastian atas penerimaan di masa datang. Semakin lama periode
komitmen, makin besar kompensasi yang diterima investor.
Peningkatan inflasi dan ketidakpastian lingkungan bisnis mendorong
pemberian kompensasi yang lebih besar, sejalan dengan makin
besarnya risiko yang ditanggung investor.5

2. Bentuk-bentuk Investasi
a. Deposito Syariah, karakteristiknya:
1) Kedua belah pihak yang mengadakan kontrak antara pemilik
dana dan mudhorib akan menentukan kapasitas baik sebagai
nasabah maupun pemilik.
2) Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada
mudharib untuk diinvestasikan dalam kegiatan usaha.
3) Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan
merupakan tujuan mudharabah.
4) Jenis usaha diharapkan mewakili adanya kontribusi mudaharib
dalam usahanya untuk membayar modal kepada penyedia dana.
5) Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan dana,
sehingga tidak dapat ditarik sewaktu-waktu.

b. Pasar Modal Syariah


Pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya
para penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka
memperoleh modal. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek
dan di indonesia ada dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES) namun sekarang dikenal hanya
Bursa Efek Indonesia (BEI) Baik di Jakarta maupun di Surabaya.
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan
modal yang bila diukur dari waktunya merupakan modal jangka

5
Nila Firdausi dan Ferina Nurlaily, “Dasar-dasar Manajemen Investasi”, (Malang : UB
Press, 2020), h.5

11
panjang. Oleh karena itu bagi penjual (emiten) sangat
menguntungkan mengingat masa pengembaliannya relatif panjang,
baik yang bersifat kepemilikan maupun yang bersifat hutang.
3. Keuntungan Investasi
a. Capital Gain merupakan keuntungan dari hasil jual beli saham
berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. Saham adalah
surat berharga yang paling populer di pasar modal karena saham
memungkinkan pemodal untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dalam waktu relatif singkat.
b. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan
dibagikan kepada pemegang saham, tetapi ada bagian yang
ditanam kembali. Besarnya dividen yang diterima ditentukan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan tersebut.
4. Investasi Konvensional vs Syari’ah
Dalam konvensional hubungan investasi dan tabungan
dihubungkan oleh peran bunga dalam perekonomian. Sehingga bunga
menjadi indikator fluktuasi yang terjadi di investasi dan tabungan.
Sedangkan dalam perspektif ekonomi islam investasi bukanlah melulu
bercerita tentang berapa keuntungan materi yang bisa didapatkan
melalui aktifitas investasi, tapi ada beberapa faktor yang mendominasi
motivasi investasi dalam islam.
a. Asset produktif yang dimiliki seseorang pada jumlah tertentu akan
selalu dikenakan zakat, sehingga hal ini mendorong pemiliknya
untuk mengelolanya melalui investasi
b. Didasarkan pada motivasi sosial yaitu membantu sebagian
masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki
kemampuan berupa keahlian dalam menjalankan usaha.
E. Prinsip Syariah dalam Investasi
Secara umum, prinsip syari’ah dalam ekonomi harus didasarkan
pada konsep tauhid, al-’adl wal ihsan, ikhtiyar dan kewajiban
sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Qur’an dan Hadits. Berdasarkan

12
pada prinsip tauhid, hak miliki sepenuhnya atas segala harta kekayaan ada
pada Allah dan manusia hanya diberikan amanah untuk menggunakannya
sesuai dengan yang digariskan oleh syari’ah. Kesetimbangan (al-’adl wal
ihsan) didasarkan pada konsep normatif keadilan dalam arti sempit.
Ikhtiyar menunjukkan bahwa manusia dilahirkan bebas berbuat, manusia
memiliki kemampuan untuk memilih dalam berbagai situasi yang
bertentangan. Kewajiban atau tanggungjawab dalam Islam adalah
menunjukkan pada dua prinsip penting, yaitu: pertama, berhubungan
dengan peran manusia sebagai khalifah di muka bumi dan kedua, usaha
manusia untuk memakmur kan bumi.
Dengan demikian, aktivitas ekonomi maupun bisnis investasi
dalam Islam merupakan bentuk ibadah (Iyyaka Na’budu wa Iyyaka
Nasta’iin) dan wa maa khalaqtu al-jinna wal insa illa liya’buduun. Oleh
karena itu, prinsip utamanya adalah apa yang diusahakerjakan harus halal
lagi thayyib pun harus terhindar dari unsur ribawi serta tidak boleh
berlebihan (israf). Artinya, moderat dalam melakukan konsumsi untuk
mengurangi timbulnya ke langkaan dan memenuhi kewajiban kepada
masyarakat dengan membayar zakat. Demikian pula, bisnis investasi pun
harus terhindar dari unsur khiyana, tanajush, gharar dan semua bentuk dan
jenis spekulatif lainnya.
Jadi, agar sesuai dengan aturan dan norma Islam, lima unsur
keagamaan, yang ditekankan dalam banyak literatur, menurut Mervyn K.
Lewis & Latifa M. Algaoud (2007: 44), harus diterapkan dalam perilaku
investasi, yaitu:
a) Tidak ada transaksi keuangan berbasis riba;
b) Pengenalan pajak religius atau pemberian sedekah, zakat;
c) Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan hukum
Islam (haram);
d) Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan
gharar (transaksi yang tidak jelas);
e) Penyediaan takaful (asuransi Islam).

13
Demikian pula, Mirakhor (1987) menjelaskan lima prinsip syari’ah
yang harus diimpelemtasikan pada kegiatan perbankan syari’ah termasuk
di dalamnya investasi adalah:
a) Prinsip bagi rugi hasil (profit and loss sharing principles);
b) Prinsip dagang (trade principles);
c) Berdasarkan prinsip biaya atau upah (fees or charges based
principles);
d) Prinsip bebas jasa (free services principles),
e) Prinsip tambahan (ancillary principles).6

F. Proses Manajemen Investasi


1. Menetapkan Sasaran Investasi
Langkah pertama dalam proses manajemen investasi, menetapkan
sasaran investasi – tergantung dari institusi itu sendiri. Contohnya,
perusahaan asuransi jiwa menjual berbagai produk, yang sebagian
besar memberikan jaminan pembayaran di masa depan atau aliran
pembayaran untuk kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, sasaran
investasi dari perusahaan asuransi jiwa adalah untuk memenuhi
kewajiban perusahaan dan menghasilkan laba.

2. Membuat Kebijakan Investasi


Langkah kedua dalam proses manajemen investasi adalah membuat
pedoman kebijakan untuk memenuhi sasaran investasi. Penetapan
kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva/asset. Yaitu,
investor harus memutuskan bagaimana dana institusi sebaiknya
didistribusikan terhadap kelompok-kelompok aktiva utama yang ada.
Kelompok aktiva umumnya meliputi saham, obligasi, real estate, dan
sekuritas-sekuritas luar negeri. Kendala-kendala dari klien dan
peraturan yang ada harus dipertimbangkan dalam menetapkan
kebijakan investasi.

6
Abdul Aziz. Op.Cit. h. 31-50.

14
3. Memilih Strategi Portofolio
Pemilihan strategi portofolio yang konsisten terhadap sasaran dan
pedoman kebijakan investasi dari klien maupun institusi merupakan
langkah ketiga dalam proses manajemen investasi. Strategi-strategi
portofolio dapat dibedakan menjadi strategi aktif dan pasif. Strategi
portofolio aktif menggunakan informasi-informasi yang tersedia dan
teknik-teknik peramalan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik
dibandingkan portofolio yang hanya didiversifikasi secara luas. Hal
penting bagi seluruh aktif adalah harapan terhadap factor-faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja dai kelompok aktiva. Strategi portofolio
pasif melibatkan input ekspektasional minimal, dan sebagai gantinya
bergantung pada diversivikasi untuk mencocokkan kinerja dari
beberapa indeks pasar (indeks pasar merupakan ringkasan statistic
yang menunjukkan kinerja sekelompok aktiva). Sebagai akibatnya,
strategi pasif mengansumsikan bahwa pasar akan merefleksikan
seluruh informasi yang tersedia pada harga sekuritas.
Dalam ruang lingkup obligasi, beberapa strategi yang
dikelompokkan sebagai strategi portofolio terstruktur telah sering
digunakan. Strategi portofolio terstruktur merupakan suatu strategi
dimana portofolio dirancang untuk dapat mencapai kinerja dari
beberapa kewajiban yang harus dibayar.
Di antara ketiga strategi tersebut (aktif, pasif, dan terstruktur), strategi
yang harus dipilih tergantung dari:
1) Pandangan klien atau manajer keuangan mengenai harga pasar
yang efesien
2) karakteristik dari kewajiban klien

Efesiensi harga pasar merupakan tingkat kesulitan yang dibutuhkan


untuk menghasilkan pengembalian yang lebih besar daripada
menajemen pasif, setelah dilakukan penyesuaian antara resiko dengan
strategi dan biaya transaksi dengan penerapan strategi.

15
4. Memilih Aktiva/Asset
Setelah strategi portofolio dipilih langkah selanjutnya adalah
memilih aktiva tertentu untuk dimasukkan dalam portofolio. Hal ini
membutuhkan evaluasi terhadap masing-masing sekuritas. Dalam
strategi aktif, hal ini berarti usaha untuk mengidentifikasi kesalahan
penetapan harga sekuritas. Manajer investasi berusaha untuk
merancang portofolio yang efisien pada tahap ini. Portofolio yang
efisien adalah portofolio yang memberikan pengembalian yang
diharapkan terbesar untuk tingkat resiko tertentu, atau dengan kata
lain, tingkat resiko terendah untuk tingkat pengembalian tertentu.

5. Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja


Mengukur dan mengevaluasi kinerja merupakan langkah terakhir
dalam proses manajemen investasi. Langkah ini meliputi pengukuran
kinerja portofolio dan selanjutnya pengevaluasian kinerja tersebut
secara relative terhadap beberapa patok-duga (benchmark). Patok-duga
merupakan kinerja dari rangkaian sekuritas yang telah itentukan,
diperoleh untuk tujuan perbandingan. Benchmark adalah indeks yang
umum digunakan, seperti halnya Standard & Poor’s 500 untuk
portofolio saham atau indeks-indeks obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan sekuritas ternama.7

Proses manajemen investasi diilustrasikan dengan alur sebagai berikut:


1. Menetapkan sasaran investasi –> 2. Membuat kebijakan investasi –>
3. Memilih strategi portofolio –> 4. Memilih aktiva / asset –> 5.
Mengukur dan mengealuasi kinerja.

7
Sriati, “Proses Manajemen Investasi” diakses dari “https://manavesta.wordpress.com“
pada tanggal 10 September 2020, pukul 14.50.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan manajemen syari’ah adalah
suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang bemuara pada
pencarian keridhaan Allah.
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Secara umum,
prinsip syari’ah investasi dalam ekonomi harus didasarkan pada konsep
tauhid, al-’adl wal ihsan, ikhtiyar dan kewajiban sebagaimana yang
ditegaskan dalam al-Qur’an dan Hadits.
Jadi setelah mengetahui dasar daripada manajemen investasi
syariah ini dapat diketahui bahwa hubungan manajemen dengan investasi
syari'ah saling berkaitan. Keberhasilan melakukan investasi dengan baik
dan benar sesuai dengan prinsip syari'ah tergantung pula pada pelaku
investor maupun manajer perusahaan terkait di samping Dewan Syari'ah
Nasional (DSN) selaku konsultan.

B. Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat
untuk pembaca dan juga penulis karena materi Konsep Manajemen
Investasi Syariah ini sangatlah penting untuk diterapkan dalam dunia
bisnis guna peningkatan perekonomian masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2010. “Manajemen Investasi Syariah”. Bandung: Alfabeta.

Firdausi, Nila dan Ferina, Nurlaily. 2020. “Dasar-Dasar Manajemen Investasi”.


Malang: UB Press.

Makkulawu, Andi. 2020. “Manajemen Investasi Era 4.0”. Surabaya: CV


JakadMedia Publishing.

Populix. 2019. “4 Fungsi Manajemen –Panduan Lengkap untuk Perusahaan”.


https://www.info.populix.co/post/fungsi-manajemen

Rahmawati, Naili. 2015. “Manajemen Investasi Syariah”. Mataram: CV. Sanabil.

Sriati. 2020. “Proses Manajemen Investasi”. “https://manavesta.wordpress.com“

18

Anda mungkin juga menyukai