Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UAS PANCASILA

Laporan Materi Video Korupsi

SUYUDI
5160911092
Kelas C

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................. ii

A. Latar Belakang ................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

C. Pembahasan ........................................................................................................ 3

a. Pengertian Korupsi .............................................................................................. 3

b. Faktor Penyebab Korupsi .................................................................................... 3

c. Kerangka Historis Korupsi di Indonesia ............................................................. 5

d. Langkah Pemberantasan Korupsi ........................................................................ 10

D. Kesimpulan

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 12

ii
A. Latar Belakang

Masalah korupsi politik di Indonesia terus menjadi berita utama hampir setiap hari di
media Indonesia dan menimbulkan banyak perdebatan panas dan diskusi sengit. Di
kalangan akademik para cendekiawan telah secara terus-menerus mencari jawaban atas
pertanyaan apakah korupsi ini sudah memiliki akarnya di masyarakat tradisional pra-
kolonial, zaman penjajahan Belanda, pendudukan Jepang yang relatif singkat (1942-
1945) atau pemerintah Indonesia yang merdeka berikutnya. Meskipun demikian,
jawaban tegas belum ditemukan. Untuk sementara harus diterima saja bahwa korupsi
terjadi dalam domain politik, hukum dan korporasi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah laporan ini adalah sebagai berikut:

a. Yang dimaksud korupsi?

b. Faktor penyebab korupsi?

c. Bagaimana sejarah korupsi di Indonesia?

d. Cara menanggulangi korupsi di Indonesia?

C. Pembahasan

a. Pengertian Korupsi

Korupsi adalah tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam suatu


masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Tindakan korupsi ini terjadi
karena beberapa faktor faktor yang terjadi di dalam kalangan masyarakat.

b. Faktor Penyebab Korupsi

Faktor penyebab korupsi itu ada 2 yaitu:

1. Faktor Internal

2. Faktor Eksternal

3
1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan sebuah sifat yang berasal dari diri kita sendiri. Terdapat
beberapa faktor yang ada dalam faktor internal ini, antara lain ialah:

- Sifat Tamak

Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti manusia
meinginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang di dapatkan.
Akhirnya munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu yang
lebih dengan cara korupsi.

- Gaya hidup konsumtif

Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana manusia
pasti memiliki kebutuhan masing masing dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
manusia harus mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan perilaku tersebut tidak bisa di
imbangi dengan pendapat yang diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi

2. Faktor Eksternal

Secara umum penyebab korupsi banyak juga dari faktor eksternal, faktor faktor tersebut
antara lain:

- Faktor politik

Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Di
dalam sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam mendapatkan
kekuasaan. Setiap manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan lebih tinggi, dengan
berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya munculah
tindak korupsi atau suap menyuap dalam mendapatkan kekuasaan.

- Faktor hukum

Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi.
Dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul ke atas lancip
kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah. Sudah
di terbukti bahwa banyak praktek praktek suap menyuap lembaga hukum terjadi dalam
mengatasi suatu masalah. Sehingga dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa praktek

4
korupsi sangatlah mungkin terjadi karena banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum
yang mendiskriminasi sebuah masalah.

- Faktor ekonomi

Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi. Manusia
hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi itu sangatlah di
pentingkan bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa berkesempatan jika
mereka memiliki kekuasaan sangat lah ingin memenuhi kekayaan mereka. Di kasus lain
banyak pegawai yang gajinya tidak sesuai dengan apa yang di kerjakannya yang
akhirnya ketika ada peluang, mereka di dorong untuk melakukan korupsi.

- Faktor organisasi

Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya korupsi. Di suatu
tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya tindak korupsi yang terjadi
dalam organisasi ini adalah kelemahan struktur organisasi, aturan aturan yang
dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya ketegasan dalam diri seorang
pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan terjadi suatu tindak korupsi jika di
dalam struktur tersebut belum adanya kejujuran dan kesadaran diri dari setiap pengurus
maupun anggota.

c. Kerangka Historis Korupsi di Indonesia

Contoh korupsi dalam sejarah di Indonesia yaitu ketika rezim Orde Baru Presiden
Suharto (1965-1998), yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi mengesankan yang
cepat dan berkelanjutan (dengan Produk Nasional Bruto rata-rata +6.7 persen per tahun
antara tahun 1965-1996), tapi juga terkenal karena sifat korupnya. Suharto
memanfaatkan sistem patronase untuk mendapatkan loyalitas bawahannya, anggota elit
nasional dan kritikus terkemuka. Dengan menawarkan peluang bisnis atau posisi politik
kepada mereka Suharto bisa mengandalkan dukungan dari mereka. Dengan Angkatan
Bersenjata (termasuk aparat intelijen) dan pendapatan sumber daya nasional sangat
besar (yang berasal dari produksi minyak bumi yang booming pada 1970-an) yang dia
gunakan, dia meraih kedudukan puncak dalam sistem politik dan ekonomi nasional,
menyerupai kekuatan patrimonial penguasa tradisional di masa pra-kolonial dulu.

5
Dalam membuat kebijakan ekonomi, Suharto mengandalkan saran dan dukungan dari
sekelompok kecil orang kepercayaan di sekitarnya. Kelompok ini terdiri dari tiga
kategori: (1) para teknokrat yang dilatih di Amerika Serikat (USA-trained technocrats),
(2) para nasionalis ekonomi (yang mendukung gagasan peranan besar pemerintah dalam
perekonomian) dan (3) para kroni kapitalis (yang terdiri dari anggota keluarga dan
beberapa konglomerat etnis Cina kaya). Kadang-kadang, semua kategori tersebut
dituduh korup namun sebagian besar penekanan mengarah ke lingkaran kecil kroni
kapitalis (terutama anak-anak Suharto) yang merupakan penerima manfaat utama dari
skema privatisasi negara - maka mereka tidak disukai oleh pengusaha nasional dan
masyarakat - dan sering menjalankan monopoli bisnis besar yang beroperasi dengan
sedikit pengawasan atau pemantauan.

Salah satu karakteristik penting korupsi selama Orde Baru Suharto adalah korupsi
tersebut agak terpusat dan dapat diprediksi. Investor dan pengusaha bisa memprediksi
jumlah uang yang harus mereka sisihkan untuk biaya-biaya 'tambahan' dan mereka
mengetahui mana orang-orang yang akan perlu mereka suap. Atau ada taktik lain, yaitu
memasukkan kroni Suharto dalam kegiatan bisnis untuk mengurangi ketidakpastian
yang disebabkan oleh birokrasi yang amat ruwet. Pola yang sama ini ada di tingkat lokal
di mana gubernur dan komandan militer setempat menikmati hak istimewa yang sama
seperti di pusat namun selalu sadar bisa kena hukuman dari pusat jika mereka
mendorongnya (sogokan) terlalu jauh. Dengan era baru Reformasi, yang dimulai setelah
jatuhnya Suharto pada tahun 1998, situasi ini akan berubah drastis.

6
Desentralisasi Korupsi Indonesia

Situasi ini berubah dengan drastis waktu - setelah lengsernya Suharto pada 1998 -
program desentralisasi daerah yang ambisius dimulai pada tahun 2001 yang
meramalkan pemindahan otonomi administrasi dari Jakarta ke kabupaten (bukan ke
provinsi). Program baru ini sejalan dengan tuntutan masyarakat tetapi memiliki efek
samping negatif pada pola distribusi korupsi. Penyuapan tidak lagi 'dikoordinasikan'
seperti yang telah terjadi di masa lalu tapi menjadi terpecah-pecah dan tidak jelas.
Desentralisasi berarti bahwa pemerintah daerah mulai membuat peraturan daerah baru
(sering tidak dirancang dengan ketat) yang memungkinkan para pejabat lainnya dari
berbagai tingkat pemerintah dan lembaga lainnya untuk berbaur dan meminta tambahan
keuangan.

Menyadari kebutuhan mendesak untuk mengatasi korupsi (karena merusak iklim


investasi dan bisnis serta, umumnya, mendorong adanya ketidakadilan terus-menerus
dalam masyarakat), sebuah badan pemerintah baru didirikan pada tahun 2003. Lembaga
pemerintah ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (disingkat KPK), ditugaskan untuk
membebaskan Indonesia dari korupsi dengan menyelidiki dan mengusut kasus-kasus
korupsi serta memantau tata kelola negara (yang menerima kekuasaan yang luas untuk
melakukan tugasnya).

Namun, opini-opini mengenai prestasi KPK masih diperdebatkan. Para pengkritik


menekankan bahwa KPK lebih fokus untuk menangani tokoh profil yang lebih rendah
(tokoh kecil dan tidak penting), meskipun selama beberapa tahun terakhir, terutama
menjelang akhirnya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, ada beberapa kasus
tokoh profil tinggi seperti menteri, pejabat kepolisian berpangkat tinggi, hakim dan
bendahara partai dari Partai Demokrat-nya Yudhoyono yang telah diciduk. Sebagian
keberhasilan dan keberanian KPK ini telah memicu perlawanan - sebagian besar dari
orang-orang yang pernah diusut atau diinterogasi - mengklaim bahwa KPK sendiri
adalah lembaga yang korup. Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah skandal telah
muncul di mana anggota KPK - konon - dijebak oleh petugas polisi senior dan
ditangkap untuk melemahkan kewenangan KPK.

Kepala KPK Abraham Samad (2011-2015) terpaksa mundur dari jabatannya setelah ia
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pemalsuan dokumen hukum pada awal tahun

7
2015. Polisi Indonesia menuduh Samad memalsukan dokumen (termasuk paspor) untuk
seorang wanita bernama Feriyani Lim. Diduga, Samad memiliki hubungan di luar nikah
dengan wanita ini. Sebuah foto yang menunjukkan pasangan ini di tempat tidur juga
sempat bocor (apakah gambar ini otentik tidak diketahui). Sebelumnya, terjadinya
beberapa bocoran foto yang menunjukkan Samad intim dengan Miss Indonesia 2014
Elvira Devinamira (keduanya menolak keaslian foto-foto skandal dan hubungan di luar
nikah). Mungkin tidak kebetulan bahwa foto-foto ini bocor sekitar satu hari setelah
Samad mengumumkan kasus korupsi yang melibatkan Komisaris Jenderal Polisi Budi
Gunawan.

Korupsi selama Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Selama pemilu presiden 2004 dan 2014, Presiden Yudhoyono memprofilkan dirinya
sebagai orang yang mengabdi dan bertekad mengatasi korupsi di Indonesia, khususnya
mengenai korupsi di kalangan pemerintah. Hal ini membuatnya sangat populer sekitar
waktu pemilihan umum tahun 2009. Namun, merajalelanya korupsi politik dan beberapa
kasus gratifikasi pejabat tinggi dalam pemerintahan menyebabkan popularitasnya
merosot tajam setelah tahun 2010, maka sedikit orang yang sedih waktu masa jabatan
Yudhoyono selesai pada akhir tahun 2014.

Pukulan lain terjadi pada wibawa Presiden Yudhoyono adalah perginya Sri Mulyani
Indrawati, Menteri Keuangan Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2010. Sri
Mulyani, yang memiliki reputasi integritas tinggi (meskipun sedikit dinodai oleh
skandal Bank Century), ditugasi untuk mereformasi kantor pajak dan bea cukai yang
korup di Indonesia. Dia cukup sukses dan bisa mengandalkan dukungan dari banyak

8
orang Indonesia. Tetapi kinerjanya juga menciptakan musuh. Pada Mei 2010 ia
meninggalkan politik Indonesia untuk menjadi Direktur Pelaksana di Grup Bank Dunia.
Meskipun demikian, spekulasi yang menyebar luas, adalah bahwa pengunduran dirinya
disebabkan tekanan politik dari pengusaha yang memiliki koneksi politik yang tinggi.
Secara khusus, Grup Bakrie sering disebutkan dalam media Indonesia dalam hubungan
ini (waktu itu Aburizal Bakrie jadi ketua partai Golkar, anggota koalisi pemerintahan
Yudhoyono). Kritikus menyatakan bahwa Yudhoyono seharusnya mendukung menteri
keuangan ini.

Selain itu, beberapa kasus korupsi - yang melibatkan anggota partai Yudhoyono dan
beberapa menteri - terjadi menjelang akhirnya pemerintahan SBY dan ini sangat
merusak reputasi Partai Demokrat (PD) maupun citra Yudhoyono sendiri (yang
dianggap oleh beberapa pihak sebagai pemimpin yang lemah karena munculnya skandal
korupsi dalam partainya dan kabinetnya). Dalam dua tahun terakhir kepresidenannya
Yudhoyono, Menteri Pemuda & Olahraga (Andi Mallarangeng) dan Menteri Agama
(Suryadharma Ali) mengundurkan diri setelah menjadi tersangka dalam kasus korupsi.
Sementara itu, pada tahun 2013 Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dituduh
menerima suapan senilai USD $260.000. Ini berarti bahwa - setelah awal yang
menjanjikan - munculnya banyak kasus korupsi profil tinggi menjelang akhir masa
jabatannya yang kedua, Yudhoyono tidak akan dikenang sebagai seorang yang berhasil
memberantas korupsi.

Korupsi selama Pemerintahan Joko Widodo

Sejak 2014 Joko Widodo memimpin bangsa Indonesia. Sama dengan presiden
sebelumnya dan para calon presiden sebelumnya Widodo menyerukan pertempuran
melawan korupsi di negara ini, mendesak kebutuhan untuk sebuah 'revolusi mental'
yang mencakup perhentian untuk keserakahan dan korupsi di masyarakat. Ini adalah
ambisi yang susah tapi Widodo telah melakukan beberapa upaya penting, misalnya
dengan memindahkan banyak layanan pemerintah menjadi layanan online (menyiratkan
birokrat 'lapar akan disuap' memiliki kesempatan lebih sedikit untuk mendapatkan uang
tambahan).

9
Sejauh ini, Presiden Widodo dapat menikmati citra sebagai orang bersih dari korupsi
(meskipun ia dikritik karena mendukung calon kepala polisi Budi Gunawan yang
pernah menjadi tersangka dalam kasus korupsi). Juga dalam kabinetnya belum terjadi
skandal terkait korupsi. Namun, Widodo harus tetap berhati-hati untuk tidak mengalami
nasib yang sama seperti pendahulunya.

d. Langkah Pemberantasan Korupsi

Banyak cara yang dapat kita terapkan untuk dapat memberantas korupsi. Mulai dari hal
yang paling kecil yaitu diri sendiri, sampai ke tingkat Negara.

Beberapa langkah untuk memberantas korupsi:

1. Membangun Supremasi Hukum dengan Kuat – Hukum adalah pilar keadilan. Ketika
hukum tak sanggup lagi menegakkan sendi-sendi keadilan, maka runtuhlah kepercayaan
publik pada institusi ini. Ketidak jelasan kinerja para pelaku hukum akan memberi
ruang pada tipikor untuk berkembang dengan leluasa. Untuk itu sangat oerlu dilakukan
membangun supremasi hukum yang kuat. Tidak ada manusia yang kebal hukum, serta
penegak hukum tidak tebang pilih dalam mengadili.

2. Menciptakan Kondisifitas Nyata di Semua Daerah – Salah satu rangsangan


tumbuhnya tipikor dengan subur adalah kondisifitas semu di suatu wilayah otonom.
Kondusifitas yang selama ini dielu-elukan adalah kondusifitas semu belaka. kejahatan
korup terus tumbuh dengan subur tanpa ada yang menghentikannya. bagaimana suatu
otonomi daerah semestinya dikatakan kondusif? yakni daerah yang terbebas dari
penyakit tipikor , bersih penyelewengan serta tidak ada lagi tindak kejahatan yang
merugikan bangsa dan negara.

3. Eksistensi Para Aktivis – para aktifis seperti LSM harus gencar menyerukan suaranya
untuk melawan korupsi. Disini, peran aktif para aktifis sangat diharapkan. (baca : fungsi
lembaga swadaya masyarakat)

4. Menciptakan Pendidikan Anti Korupsi – Upaya pemberantasan korupsi melalui jalur


pendidikan harus dilaksanakan karena tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan
merupakan wahana yang sangat startegis untuk membina generasi muda agar
menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk antikorupsi.

10
5. Membangun Pendidikan Moral Sedini Mungkin – Mengapa banyak pejabat Negara
ini yang korupsi? Salah satu jawabannya karena mereka bermoral miskin, bertabiat
penjahat dan tidak bermartabat. Jika seseorang memiliki moral yang rendah, maka
setiap gerak langkahnya akan merugikan orang. oleh karena itu sangat penting sekali
membekali pendidikan moral pada generasi muda.

6. Pembekalan pendidikan Religi yang Intensif – Semua agama mengajarkan pada


kebaikan. Tidak ada satupun agama yang menyuruh kita berbuat untuk merugikan orang
lin, seperti korupsi. Peran orang tua sangat berpengaruf untuk menumbuhkan kesadaran
religi pada anak agar kelak saat dewasa memiliki moral dan mentalitas yang baik.

D. Kesimpulan

Pertama-tama perlu disebutkan bahwa ada dorongan besar dari rakyat Indonesia untuk
memberantas korupsi di Indonesia dan media yang bebas memberikan banyak ruang
untuk menyampaikan suara mereka pada skala nasional, sementara para lembaga media
juga asyik berfokus pada skandal-skandal korupsi (meskipun beberapa institusi media -
yang dimiliki oleh politisi atau pengusaha - memiliki agendanya sendiri untuk
melakukan hal ini). Dorongan rakyat untuk memberantas korupsi berarti bahwa
"bersikap anti-korupsi" sebenarnya bisa menjadi vote-gainer (pendulang suara) yang
penting bagi politisi yang bercita-cita tinggi. Terlibat atau disebutkan dalam kasus
korupsi benar-benar bisa merusak karir karena dukungan rakyat akan merosot drastis.
Efek samping negatif (bagi perekonomian negara) dari pengawasan publik ini yaitu
pejabat pemerintah saat ini sangat berhati-hati dan ragu-ragu untuk mengucurkan
alokasi anggaran pemerintahan mereka, takut menjadi korban dalam skandal korupsi.
Perilaku berhati-hati ini bisa disebut sebagai keberhasilan pengaruh KPK yang
memantau aliran uang. Selain itu juga sudah banyak cara untuk menanggulangi korupsi
di Indonesia, sebagai masyarakat yang mencintai Indonesia sudah sepantasnya kita
menanamkan budaya anti korupsi di dalam kehidupan sehari-hari kita agar terhindar
dari bentuk-bentuk tindakan korupsi yang semakin hari semakin merajelela.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan, D. 2016. Pengertian Korupsi dan Faktor Penyebab Korupsi di


kompasiana.com/dzikriramadhan/57f693238823bd2d1a4c749e/pengertian-korupsi-dan-
faktor-penyebab-korupsi?page=all (akses 05 Januari 2019)

indonesia-investments. 2017. Korupsi di Indonesia di indonesia-


investments.com/id/bisnis/risiko/korupsi/item235 (akses 05 Januari 2019)

Sari, M. 2016. 8 Penyebab Korupsi dan Cara Mengatasinya di guruppkn.com/penyebab-


korupsi-dan-cara-mengatasinya (akses 05 Januari 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai