OSMOREGULASI PADA
MAMALIA
Osmoregulasi adalah
kemampuan organisme
untuk mempertahankan
keseimbangan kadar
dalam tubuh, didalam zat
yang kadar garamnya
berbeda. Kemampuan
osmoregulasi bervariasi
bergantung suhu, musim,
umur, kondisi
fisiologis,jenis kelamin
dan perbedaan genotip.
POLA OSMOREGULASI
1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari
konsentrasi media, misal: pada potadrom (ikan air tawar)
Potadrom mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya
dengan mengurangi minum dan memperbanyak urine
Osmoregulasi beberapa golongan ikan (Telesostei).
2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan
secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari
konsentrasi media, misal: pada oseandrom (ikan air laut),
Oseanodrom memperbanyak minum dan mengurangi volume
urine. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti
petadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom
bila berada di air laut.
3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi
cairan tubuh sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-
ikan pada daerah estuarine (ikan eurihaline) contohnya Ikan
eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama dengan
lingkungannya, sehingga hanya sedikit melakukan
osmoregulasi.
ORGAN OSMOREGULASI PADA MAMALIA
1. Kelenjar pituitari
Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar produsen hormon-hormon
tertentu yang bertindak sebagai pengedali berbagai aspek tubuh manusia.
Hormon yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan,
tekanan darah, produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi organ
tubuh lainnya.
2. Ginjal
Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis. Lapisan luar
terdapat korteks renalis dan lapisan sebelah dalam disebut medula renalis.
Didalam ginjal terdapat nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal. Nefron
terbentuk dari 2 komponen utama yaitu (1). Glomerulus dan kapsula Bowman’s
sebagai tempat air dan larutan difiltrasi dari darah. (2). Tubulus yaitu tubulus
proksimal, ansa henle, tubulus distalis dan tubulus kolagentes yang mereabsorpsi
material penting dari filtrat yang memungkinkan bahan-bahan sampah dan
material yang tidak dibutuhkan untuk tetap dalam filtrat dan mengalir ke pelvis
renalis sebagai urin
SISTEM EKSKRESI
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat
cair dan zat gas. Zat-zat sisa zat sisa itu berupa urine(ginjal), keringat(kulit),
empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari tubuh
karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu bahkan meracuni tubuh.
Selain ekskresi, ada juga defekasi dan sekresi.
1. Ekskresi Kulit
Pusat pengaturan suhu di hipotalamus (otak) menghasilkan enzim bradikinin
yang dapat mempengaruhi kelenjar keringat. Jika pusat pengatur suhu
tersebut dirangsang oleh perubahan suhu pada pembuluh darah, rangsangan
akan diteruskan oleh saraf parasimpatik ke kelenjar keringat.
Selanjutnya, kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari
kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk
keringat. Keringat akan menguap dan menyerap panas tubuh sehingga suhu
tubuh tetap konstan. Faktor yang mempengaruhi produksi keringat : faktor
yang mempengaruhi adalah suhu lingkungan, emosi, aktivitas tubuh, dan
psikologi.
2. Ekskresi Ginjal
MEKANSIME OSMOREGULASI PADA MAMALIA
TERIMA KASIH
Kelompok II – Fisiologi Hewan (B)
Semester Akhir 2020/2021