Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Galung Tropika, September 2012, hlmn.

36-45

STUDI PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN SISTEM KOLAM AIR


DERAS DI SUNGAI CARAMELE KOTA PAREPARE
SULAWESI SELATAN

STUDY DEVELOPMENT RUNNING WATER FISH POND SYSTEM


IN CARAMELE RIVER PAREPARE CITY SOUTH SULAWESI
Khairuddin1) dan Munir2)
1)
khairuddin98@gmail.com
2)
munire_umpar@yahoo.co.id
Fakultas pertanian,Peternakan dan Perikanan
Universitas muhammadiah Parepare

ABSTRACT

Caramele river as upper of karajae river in the parepare city potencial development
running water fish pond culture and integrated of tourism and environment sustainability
resource. This aimed study to evaluated technical and non technical feasibility aspect
arounded karajae river for running water fish pond system.
The study used purpose sampling method and variable investigated include; (1)
water quality (temperature, velocity, vegetation, soil texture, bentic organism,
oxygen,pH,accesability, etc.), (2) environment and social economic impact for native
people in the around area. Investigation area fixed three station.
The result of the study revealed that feasibility each stations appromixately are
Station I (71,3%), Station II (71,3%) and Station III (71,0%). The stations feasibility for
development of running water fish pond system are Station I and II.

Keys Word: Running water, Fish, Pond, River

PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS)


merupakan kesatuan ekosistem dimana
a. Latar Belakang jasad h/idup dan lingkungannya
Parepare merupakan kota berinteraksi secara dinamik dan terdapat
administratif dengan tiga dimensi yaitu salingketergantungan (interdependensi)
laut, dataran rendah dan daerah komponen-komponen
pegunungan. Sebagai kota Niaga Jasa dan penyusunnya.Pengelolaan DAS merupakan
Pendidikan pengembangan kota lebih pengelolaan sumberdaya alam dengan
diarahkan ke laut sehingga beberapa tujuan untuk memperbaiki, memelihara
potensi pengembangan ekonomi di daerah dan melindungi keadaan DAS, agar dapat
pegunungan kurang mendapat perhatian. menghasilkan barang dan jasa khususnya
Salah satu potensi ekonomi yang kuantitas, kualitas dan kontinuitas air
memeliki prospek yang cerah dalam (water yield) untuk kepentingan pertanian
pengembangannya adalah pemanfaatan kehutanan, perkebunan, peternakan,
sumberdaya perairan umum seperti sungai perikanan, industri dan masyarakat.
yang yang saat ini hanya digunakan Upaya pelestarian sumberdaya air
sebagai sumber air minum dan mengairi tidak dapat dilepaskan dari pergerakan dan
persawahan, sebaran air tersebut dalam batas alam
hidrologis (DAS). Daerah Aliran Sungai
Studi Pengembangan Budidaya Ikan Sistem Kolam Air Deras di Sungai Caramele Kota 37
Parepare Sulawesi Selatan

(DAS) Karaje Hulu, merupakan salah satu b. Tujuan dan Kegunaan


wilayah yang cukup penting peranannnya Tujuan yang ingin dicapai
dalam sistem DAS Karaje secara Pnyusunan studi kelayakan pengembangan
keseluruhan. Hal ini disebabkan karena budidaya ikan air deras di sungai Caramele
perubahan-perubahan yang terjadi pada antara lain:
DAS Karaje Hulu ini akan berimplikasi 1. Inventarisasi faktor kualitas air baik
lebih lanjut pada daerah yang ada di fisik kimia dan biologi di sungai karajae
bawahnya (hilir). Sehingga perubahan 2. Evaluasi dampak lingkungan yang
apapun yang terjadi/dilakukan dalam DAS mungkin akan timbul dari
tersebut harus diperhitungkan secara pemanfaatannya
matang. 3. Evaluasi dampak soaial ekonomi bagi
Pandangan aspek biologi, masyrakat setempat
akuakultur bisa diartikan sebagai upaya Sedangkan kegunaannya sebagai
manusia, melalui masukan tenaga kerja bahan informasi mengenai kelayakan
dan energi, untuk meningkatkan produksi pemnfaatan sumberdaya perairan umum
hewan air ekonomis penting dengan untuk usaha budidaya perikanan.
memanipulasi laju pertumbuhan,
mortalitas dan reproduksi. Disini jelas METODOLOGI
bahwa aquakultur seperti halnya agronomi,
pada prinsipnya 1. Waktu dan Tempat
dan banyak masalah yang hampir sama, Pelaksanaan kegiatan survey
dengan ciri khas karena akuakulltur penyusunan laporan dan evaluasi
menggunakan media air. direncanakan selama 1 bulan yaitu bulan
Sungai Caramele yang merupakan Nopember 2008.Di Sungai Caramele yang
hulu sungai Karajae merupakan merupakan hulu sungai Karajae Kelurahan
merupakan sumber air yang potensial Lemoe Kecamatan Bacukiki Kota
untuk dikembangakan usaha budidaya Parepare.
kolam air deras berbasis sungai yang
terintegrasi dengan pariwisata dan 2. Alat dan Bahan
pelestarian sumberdaya hayati, Guna Alat dan bahan yang digunakan
mengkaji berbagai aspek teknis dan non dalam kegiatan ini meliputi peralatan
teknis pemanfaatan hulu sungai karajae Analisis Kualitas air dan Tanah seperti
sebagai lahan budidaya, maka dipandang terlihat pada Table 3. Sedangkan peralatan
perlu melakukan studi kelayakan yang digunakan terlihat pada Gambar 1.
pengembangan usaha budidaya ikan air
deras.
3. Pemilihan lokasi purposive sampling yaitu metode
Pemilihan lokasi sangat pengambilan sampel dengan menentukan
menentukan keberhasilan usaha budidaya stasiun dengan memilih daerah yang
komoditas dianggap mewakili lokasi
perikanan, untuk itu perlu penelitian.Penelitian ini ditentukan
dipertimbangkan faktor yang sangat sebanyak tiga stasiun pengambilan
terkait, misalnya factor teknis, biologis sampel. Agar data yang diperoleh lebih
dan sosial ekonomis termasuk tata ruang. akurat maka pada setiap lokasi
keberhasilan usaha perikanan air tawar pengamatan, dilakukan pengambilan
banyak ditentukan oleh faktor sampel sebanyak tiga kali ulangan.
lingkungan.
Penentuan stasiun penelitian 4. Penilaian Kelayakan Lahan
dilakukan dengan menggunakan metode Budidaya Ikan
38 Khairuddin dan
Khairuddin dan Munir
Munir

Penilaian kelayakan budidaya ukur menurut Poernomo (1989) yang


kolam air deras berbasis sungai di telah dimodifikasi sebagai berikut:
kelurahan Lemoe Kecamatan Bacukiki
kota Pare-pare menggunakan 10 variabel

Table 3. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Kegiatan Survei dan Analisis kualitas
tanah dan air
Nilai kisaran yang
No Parameter Alat Ukur
dinginkan
Aspek Fisik
1 Suhu 20 – 30 oC Termometer
2 Kecerahan > 10 cm Secchi Disc
3 Kekeruhan 25 – 400 JTU Turbiditymeter
4 Debit air Air deras 50 l/dt /Current meter
Aspek Kimia
5 Oksigen terlarut 5 – 6 ppm DO meter/Metode Winkler
6 Karbondioksida Max 25 ppm CO meter/Metode Titrasi
7 pH 6,5 – 8 pH meter/Kertas Lakmus
8 Ammonia < 1,5 ppm Spektrofotometer
9 H2S < 0,1 ppm Spektrofotometer
10 Nitrit < 0,2 ppm Spektrofotometer
11 Aspek Biologi
12 Kelimpahan Benthos Sesuai kebutuhan Ekman Dredge
13 Kelimpahan Perifito

1. Kualitas air Sumber (Bobot 3) 2. Kepadatan bentos dan ferifiton (3)


a. pH air - 7,5-8,5 Nillai 10 - > 10 ekor/m (10). 5-10 (6) dan < 5
- 7,0-7,4 dinilai 8 (2)
- <7 dan >8,5 Dinilai 6 3. Kualitas tanah (Nilai bobot 2)
b. Kekeruhan air a. Tekstur tanah
- Kekeruhan hanya timbul karena - Liat berdebu, liat berpasir,liat (10)
hujan lebat/ banjir (8) - Lempung, lempung berdebu, debu
- Kekeruhan Karena Kondisi (6)
tanah (5) - Lempung Berpasir (4)
c. Kelarutan oksigen - Pasir, pasir berlempung (2)
- > 5 ppm dinilai 10, 3-5 ppm b. pH tanah
dinilai 5, dan <3 ppm dinilai 1 - 7 dinilai 10
d. Kadar ammonia - 6,0-6,9 (8)
- <0,5 dinilai (10) , 0,5-1,5 (5) - 5,0-5,9 (6)
dan > 1,5 (1) - 4,0- 4,9 (4)
e. Kadar H2S - <4 dan >7 (2)
- <0,05 dinilai 10, 0,05-0,1 (5)
dan > 0,1 (1) 4. Elevasi tanah terhadap permukaan
f. Kadar Karbindioksida bebas air sumber (Nilai bobot 3)
-< 25 ppm dinilai (10), 25-50 ppm Ketinggian 0,0-1,5 m (10), 1,6-2 m
(5) dan >50 ppm (1) (8), 2,1-2,5 m (4), 2,6-3 m(2) dan >3,1
m(1)
Studi Pengembangan Budidaya Ikan Sistem Kolam Air Deras di Sungai Caramele Kota 39
Parepare Sulawesi Selatan

5. Suplai air (Nilai bobot 3) tripuller (5) dan hanya dapat


a. Debit air > 30 m3/detik (10), 20-30 dikerjakan tenaga manusia (3)
m3/detik (8), 10-20 m3/detik (6)
dan< 10 m3/detik (2) 10. Dampak Sosial Ekonomi (Nilai
b. Lokasi letaknya dari air sumber bobot 3)
<300 m (10), 300-500 m (8), 500- a. Ketersediaan tenaga kerja
800 m (6), Lebih dari 800 m(4) jumlah tenaga kerja lebih 30 orang
(8), 20-30 orang (5), < 20 orang (2)
6. Pencapaian lokasi (Nilai bobot 1) b. Keterampilan tenaga kerja
Dapat ditempuh dengan kendaraan Trampil memelihara ikan (8),
darat dan air (10), Hanya kendaraan Trampil sebagai petani sawah (5)
darat (8) Hanya kendaraan air (6), belum pernah Jadi petani atau
Hanya jalan kaki < 3 km (4) dan pemelihara ikan (3)
Hanya jalan kaki Lebih 3 km (2)
Analisis Data
7. Vegetasi (Nilai Bobot 0,5) Evaluasi keadaan lingkungan
a. Pepohonan merupakan totalitas komponen lingkungan
lokasi tidak terdapat pohon (10), tertinggi yang menunjukkan lokasi terbaik.
Semak dan pakis atau sejenisnya Tingkat Kelayakan Lingkungan untuk
(8), tanaman keras 5 pohon/100 m2 budidaya ikan air deras dinyatakan dengan
(6), 5-10 pohon/1002 (4), 10-20 rumus Poernomo (1989) yang dimodifikasi
pohon/100 m2 (2), dan lebih 20 sebagai berikut:
pohon/100 m2 (1)
b. Ukuran pohon TKL= (PTU x k …..+PTU x k) X 100%
diameter< 5 cm (8), 5-15 cm (6), ∑PIU x Nilai bobot tertinggi
15-25 cm (4), dan > 25 cm (2)
Dimana :
8. Kestabilan lahan atas pengaruh TKL = Tingkat Kelayakan Lingkungan
ekstrim (Nilai bobot 1) PTU = Nilai Rata-rata Parameter yang
Gangguan hanya karena angin topan, terukur
hujan lebat dan lonsor (10), hujan k = Nilai bobot
biasa (6) Dan aliran air biasa (2) Indikator:
- 80 – 100%, Sangat Layak
9. Mekanisasi (bobot 1) - 60- 79%, Layak
Lokasi dapat ditempuh dan dikerjakan - 40 – 59%, Kurang Layak
dengan kendaraan berat (10), Hanya - < 40 %, Tidak perlu dipertimbangkan
Khairuddin dan Munir
40 Khairuddin dan Munir

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Setelah dilakukan survey lokasi dan pengukuran parameter kualitas air maka diperoleh hasil pengukuran pada setiap stasiun seperti
terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas air Pada setiap stasiun di Sungai Caramele Kel.Lemoe. Kec, Bacukiki Kota Parepare
Hasil pengukuran Rata-rata
Penilaian
No Uraian Bobot Parameter yang dinilai setiap stasiun Penilaian
I II III I II III I II III
1 Kualitas air a. pH 7,65 7,65 7,65 10 10 10
sumber b. Kekeruhan karena Banjir Banjir Banjir 8 8 8
c. Oksigen Terlarut (ppm)* 7,98 7,98 7,98 10 10 10
3 9,7 9,7 9,7
d. Amoniak (ppm)* 0,028 0,03 0,05 10 10 10
e. H2S (ppm)* Ttd Ttd Ttd 10 10 10
f. Karbondioksida (ppm)* 10 10,5 10,5 10 10 10
2 Kepadatan Kepadatan (Ekor/m2) 13 10 11 10 10 10
bentos dan 3 10 10 10
Ferifiton
3 Kualitas a. Tekstur Liat Liat Liat 10 10 10
tanah b. pH tanah ber- ber- ber- 8 8 8
2 9 9 9
Pasir pasir pasir
6,0 6,2 6,3
4 Elevasi tanah
terhadap
3 Ketinggian (m) 1,7 0,2 1,3 10 10 10 10 10 10
Permukaan
air
5 Suplai air 3 a. Debit air (m3/Detik) 55 44 27 10 10 8 10 10 9
Studi Pengembangan Budidaya Ikan Sistem Kolam Air Deras di Sungai Caramele Kota 41
Parepare Sulawesi Selatan

b.Jarak dari sumber air (m) 5 50 5 10 10 10


6 Pencapaian
lokasi Dapat dicapai dengan
1 Darat Darat Darat 10 10 10 10 10 10
Kendaraan

7 Vegetasi a. jenis pohon Semak Semak Sema 8 8 8


b. Diameter pohon (cm) & &pakis k&pa 10 10 10
0,5 9 9 9
Pakis 1-4 kis
1-4 1-5
8 Kestabilan Gannguan hanya Hujan Hujan Hujan 10 10 10
Lahan atas ditimbulkan oleh lebat lebat lebat
1 10 10 10
pengaruh
eksternal
9 Mekanisasi Dapat ditempuh dan Berat Berat Berat 10 10 10
1 10 10 10
dikerjakan oleh kendaran
10 Dampak a. Lokasi dengan sumber >30 >30 >30 10 10 10
Sosial tenaga kerja (orang) Belum Belum Belu 3 3 3
ekonomi pernah pernah m
3 b.Keterampilan tenaga jadi jadi perna 6,5 6,5 6,5
kerja petani petani h jadi
ikan ikan petani
ikan
Jumlah total 94,2 94,2 93,2
 Hasil analisa Laboratorium Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros
42 Khairuddin dan Munir

Analisis Data =(3x9,7)+(3x10)+(2x9)+(3x10)+(


Berdasarkan hasil pengamatan 3x9)+(1x10)+(0,5x9)+(1x10)+(1
dan pengukuran beberapa parameter x10)+(3x1)
kualitas air maka selanjutnya dilakukan = 198,6
analisa tingkat kelayakan pada setiap b. Unit parameter Penting (PIU) =
stasiun sebagai berikut: Jumlah total rata-rata penilian x
Nilai bobot tertinggi
A. Stasiun I = 93,2 x 3
a. Unit paremeter yang diukur = 279,6
(PTU) = Bobot x Rata-rata c. Tingkat kelayakan Stasiun III =
penilaian 198,6/279,6 x 100%
=(3x9,7)+(3x10)+(2x9)+(3x10)+( = 71,0% (Layakpada kisaran
3x10)+(1x10)+(0,5x9)+(1x10)+(1 60-79%)
x10)+(3x1)
= 201,6 2. Pembahasan
b. Unit parameter Penting (PIU) =
Jumlah total rata-rata penilian x a. Kualitas Air Sumber
Nilai bobot tertinggi Kualitas air adalah semua variable
= 94,2 x 3 peubah baik fisik, kimia dan biologi yang
= 282,6 mempengaruhi sintasan, pertumbuhan,
c. Tingkat kelayakan Stasiun I reproduksi dan produksi biomassa hewan
= 201,6/282,6 x 100% budidaya, Prameter kualitas air yang
= 71,3% (Layakpada kisaran diukur meliputi Kadar oksigen terlarut,
60-79%) pH, ammonia-N, H2S, karbondioksida
dan kekeruhan.
B. Stasiun II Kadar oksigen yeng terukur yaitu
a. Unit paremeter yang diukur 7-7,98 ppm hasil ini lebih tinggi dari
(PTU) = Bobot x Rata-rata standar minimum kadar oksigen untuk
penilaian budidaya kolam air deras sebesar 5 ppm
=(3x9,7)+(3x10)+(2x9)+(3x10)+( yang dapat mendukung pertumbuhan dan
3x10)+(1x10)+(0,5x9)+(1x10)+(1 sintasan ikan mas (Alabaster and Lloyd,
x10)+(3x1) 1982). Pada budidaya kolam air deras
= 201,6 kebutuhan oksigen relative tinggi karena
b. Unit parameter Penting (PIU) = ikan dipeliharan dalam kepadatan tinggi
Jumlah total rata-rata penilian x dibandingkan dengan kolam air tenang.
Nilai bobot tertinggi Nilai pH air yang terukur sebesar
= 94,2 x 3 7,65 sesuai dengan kelayakan budidaya
= 282,6 ikan yaitu 7,6-8,2 atau dengan nilai
c. Tingkat kelayakan Stasiun II pluktuasi tidak lebih dari 1,3. Pda pH di
= 201,6/282,6 x bawah 5 dan diatas 9 tingkat metian
= 71,3%(Layakpada kisaran 60- menjadi lebih tinggi serta pertumbuhan
79%) relative terhambat.
Kadar ammonia –N perairan
C. Stasiun III berasal dari pelapukan bahan organic
a. Unit paremeter yang diukur terutama protein dan eskresi organism
(PTU) = Bobot x Rata-rata air. Kadar amoniak yang didapatkan
penilaian 0,02-0,05 ppm. Konsentrasi ini masih
dalam kisaran optimal untuk kolam air
deras. Menurut Suprayitno (1986) bahwa
Studi Pengembangan Budidaya Ikan Sistem Kolam Air Deras di Sungai Caramele Kota 43
Parepare Sulawesi Selatan

kadar amoniak untuk kolam air deras air deras. Sedangkan pH yang terukur
tidak boleh lebih dari 1 ppm karena akan berkisar 6-6,3.
menghambat pertumbuhan ikan.
Konsentrasi hydrogen sulfide c. Elevasi Tanah Terhadap
(H2S) yang diperoleh tidak terdeteksi Permukaan air
(ttd), hal ini menunjukkan kadar yang Pengukuran elevasi tanah
sangat rendah dalam air. Menurut Boyd terhadap permukaan air penting guna
(1982) bahwa pada konsentrasi 0,25 ppm mendukung system suplai air dan
sudah dapat menghambat pertumbuhan kemudahan dalam konstruksi.Semakin
ikan sebesar 60%. Jadi hasil pengukuran rendah ketinggian semakin baik karena
yang diperoleh sangat ideal biaya penggalian lebih sedikit dan suplai
Karbondioksida (CO2) merupakan air semakin besar. Hasil pengukuran
senyawa yang sangat mudah larut dalam didapatkan ketinggian 0,5-1,5m.
air. Semua jenis ikan dapat bertahan
hidup pada kadar 60 ppm sehingga hasil d. Suplai air
pengukuran yang diperoleh 10-15 ppm Suplai air berkaitan dengan
tidak berbehaya bagi kehidupan ikan. kuantitas air yang diperlukan dalam
Kekeruhan air disebebkan oleh system budidaya air deras. Debit air
partikel tanah atau hewan mikroskopik minimal untuk kolam air deras adalah 20
yang tersuspensi dalam air.Dari survey m3/detik, dari hasil pengukuran
lokasi menunjukkan kekeruhan menunjukkan kondisi yang ideal yaitu
disebabkan oleh partikel tanah yang sebesar 27-55 m3/detik. Sedangkan jarak
tersuspensi terutama pada kondisi hujan lokasi dari sungai berkisar 5-50 m.
lebat. Kisaran yang diperoleh adalah 8,4-
15,6 mg/l. hasil ini masih memenuhi e. Pencapaian Lokasi dan Mekanisasi
keriteria kualitas air kelas I yaitu sebesar Lokasi budidaya kolam air deras
maksimal 50 mg/l sebaiknya dapat dicapai dengan semua
Bentos dan ferifiton merupakan jenis kendaraan baik darat maupun
organism sedentary yang sering air.Hal ini berkaitan dengan penyediaan
digunakan sebagai indicator pencemaran sarana dan prasarana produksi dan
perairan dimana semakin sedikit pengangkutan hasil.Sedangkan
jumlahnya maka perairan tersebut mekanisasi berkaitan dengan pengerjaan
menunjukkan tingkat pencemaran yang konstruksi baik penggalian maupun
tinggi.Jumlah bentos dan perifiton yang penimbunan tanah. Dari hasil survey
didapatkan yaitu 10-13 ekor/m, jumlah menunjukkan lokasi tersebut dapat
ini menunjukkan tingkat pencemaran dicapai hanya dengan kendaraan darat
yang rendah. dan dapat dikerjakan dengan kendaraan
berat (Escapator, Trifuller)
b. Kualitas Tanah
Tanah merupakan factor penting f. Vegetasi
dalam budidaya ikan terutama Jenis vegetasi pada lokasi yang
kemampuan untuk menahan air terutama disurvei berupa semak dan pakis namun
untuk pemeliharan system ekstensif pada lereng gunung terdapat tanaman
sedangkan pada system intensif seperti keras seperti jati, waru, bamboo dan lain-
kolam air deras hanya berfungsi lain. Keberadaan vegetasi berkaitan
nenopang konstruksi kolam dengan kemudahan konstruksi sehingga
budidaya.Hasil pengukuran tekstur tanah semakin sedikit vegetasi maka akan
didapatkan liat berpasir, tekstur ini sangat semakin baik.
ideal dalam menopang konstruksi kolam
44 Khairuddin dan Munir

g. Kestabilan Lahan dari Pengaruh 1. Perlu dilakukan penambahan tinggi


Faktor Eksternal bendungan guna meningkatkan
Kestabilan lahan dari pengaruh ketersediaan air baik kualitas maupun
factor eksternal dinyatakan lebagai kuantitasnya
gannguan factor alam diluar dari 2. Pembuatan kolam ikan air deras
lingkungan setempat. Dari survey lokasi disekitar sungai perlu
menunjukkan gangguan terbesar hanya dipertimbangkan untuk dikembangkan
berasal dari hujan lebat, semakin sedikit mengingat potensi lokasi yang cukup
factor gangguaan maka nilai kelayakan mendukung budidaya ikan air tawar.
semakin besar. 3. Selain untuk budidaya ikan lokasi
tersebut sangat berpotensi
dikembangkan sebagai daerah
h. Dampak Sosial Ekonomi rekreasi, permandian dan memancing.
Tenaga kerja merupakan factor
yang penting dalam kegiatan budidaya DAFTAR PUSTAKA
baik pada saat konstruksi maupun pada
saat operasional budidaya.Jumlah Kepala Alabaster, J.S. and R. Lloyd, 1982 Water
keluarga yang ada disekitar lokasi yaitu quality criteria for freshwater
25.Sedangkan tingkat keterampilan fish.Second Edition.Printed in
khusus dalam pemeliharaan ikan sangat Great Britain.Published by FAO of
minim.Masyarakat setempat kebanyakan the United Nations. 361p.
bekerja sebagai tukang, petani sawah dan Arinardi, O. H. 1995. Sebaran Seston,
peternak. Keberadaan proyek ini Klorofil-a, Plankton dan Bakteri
diharapkan dapat menjadi sumber di Teluk Jakarta. Atlas
pnghasilan dan lapangan kerja bagi Oseanologi Teluk Jakarta.
masyarakat setempat, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia : Jakarta. Hal 101 –
KESIMPULAN DAN SARAN 148.
Boyd, C.E., 1982. Water Quality for Fish
a. Kesimpulan Pond Culture, Elsevier
Berdasarkan hasil survey dan Amsterdam
pengukuran beberapa veriabel kelayakan Gaol, J. L. 1997. Pengkajian Kualitas
pembangunan kolam ikan air deras di Perairan Pantai Utara Jawa
kelurahan Lemoe Kecamatan Bacukiki Dengan Menggunakan Citra
kota Parepare, maka dapat disimpulkan Landsat-TM. Tesis Program
sebagai berikut: Pasca Sarjana. Institut Pertanian
1. Lokasi Sungai Caramelle layak di Bogor : Bogor. 57 hal.
kembangkan untuk usaha budidaya Hutabarat, S. dan Evans, S. M. 2000.
ikan kolam air deras Pengantar Oseanografi.
2. Lokasi terbaik di stasiun I yaitu di Universitas Indonesia Press :
dekat bendungan kecil. Jakarta. ix + 159 hal.
Nontji, A. 1984. Biomassa dan
b. Saran Produktivitas Fitoplankton di
Guna mengoptimalkan Perairan Teluk Jakarta Serta
pemanfaatan sumberdaya air di sungai Kaitannya dengan Faktor-
Caramele untuk budidaya ikan kolam air Faktor Lingkungan. Disertasi.
deras maka kami menyarankan sebagai Jurusan Ilmu Kelautan. Institut
berikut: Pertanian Bogor. Bogor. xviii +
241 hal.
Studi Pengembangan Budidaya Ikan Sistem Kolam Air Deras di Sungai Caramele Kota 45
Parepare Sulawesi Selatan

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan


Suatu Pendekatan Ekologis. Penginderaan Jauh Untuk
Penerjemah : Eidman, et.al., Budidaya Perikanan Pantai.
1985. Gramedia : Jakarta. xv + Teknologi Penginderaan Jauh
458 hal. dalam Pengelolaan Wilayah
Poernomo, 1989., Pemilihan Lokasi Pesisir Dan Lautan. Bab 4.
Tambak Udang berwawasan LAPAN : Jakarta. v + 109 hal.
Lingkungan. Puslit bangkan Hal 34 – 44.
Dirjen perikanan Jakarta. 42 hal Widowati, L. L. 2004. Analisis
Setiapemata, D. dan Nontji, A. 1980. Kesesuaian Perairan Tambak
Klorofil dan Seston Dalam Atlas Di Kabupaten Demak Ditinjau
Oseanografi Perairan Indonesia Dari Aspek Produktivitas
dan Sekitarnya. Buku no. 3. Primer Menggunakan
LON : Jakarta. Hal 279. Penginderaan Jauh. Tesis.
Suprayitno, S.H.,1986, Manual of Program Pasca Sarjana.
Running Water Fish Culture. Universitas Diponegoro :
ASEAN/SF/86/Manual No 1. Semarang. vii + 119 hal.
Jurnal Galung Tropika, September 2012, hlmn. 36-45

Anda mungkin juga menyukai