Anda di halaman 1dari 15

PERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

(TAHAPAN REKLAMASI TAMBANG)

Wahyu Budhi Khorniawan


wahyubudhikhorniawan@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia kaya dengan sumber daya alam, khususnya bahan tambang. Indonesia,
menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menduduki peringkat ke-6 sebagai
negara yang kaya akan sumber daya tambang (Investor Daily, 2014). Kekayaan
tambang ini di dukung oleh faktor geologi Indonesia dimana merupakan jalur
pertemuan antara tiga lempeng aktif dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia,
dan lempeng pasifik yang menyebabkan terbentuknya jalur pegunungan yang salah
satunya membuat jalur mineralisasi seperti tembaga dan emas serta tempat
pembentukan perangkap sedimentologi tempat pembentukan batubara. Kekayaan
sumber daya alam ini harus didukung oleh pengelolaaan yang baik dengan menerapkan
pertambangan yang ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan jangan sampai eksplorasi
dan eksploitasi sumber daya mineral dan batubara malah merusak lingkungan.
Berdasarkan Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan kegiatan
reklamasi dan pascatambang setiap perusahaan wajib untuk melaksanakan
pertambangan yang ramah lingkungan. Sehingga selain memberikan manfaat sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan masyarakat diharapkan kehadiran tambang juga
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan.

Kata kunci: Lingkungan, permen, pertambangan, reklamasi

1
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Kegiatan
pertambangan sangatlah penting bagi ekonomi Indonesia hal ini dikarenakan
menurunnya prosentase ekspor nasional pada tahun 2017, tertolong dengan kontribusi
33 persen ekspor sektor pertambangan.

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep


pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, yang meliputi:
1. Penyelidikan Umum (prospecting).
2. Eksplorasi: eksplorasi pendahuluan, eksplorasi rinci.
3. Studi kelayakan: teknik, ekonomik, lingkungan (termasuk studi amdal).
4. Persiapan produksi (development, construction).
5. Penambangan (pembongkaran, pemuatan,pengangkutan, penimbunan).
6. Reklamasi dan pengelolaan lingkungan.
7. Pengolahan (mineral dressing).
8. Pemurnian / metalurgi ekstraksi.
9. Pemasaran.

2
Gambar 1. Ilustrasi contoh pertambangan batubara yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.

Gambar 1 menjelakan mengenai skema sederhana proses pertambangan dari awal


sampai dengan akhir.

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsep pertambangan yang ramah lingkungan.
2. Mengetahui tahapan reklasmasi pasca tambang.

Landasan Teori
Kegiatan pertambangan sering dikaitkan sebagai kegiatan yang tidak ramah
lingkungan, merusak ekosistem, dan menyebabkan berbagai macam pencemaran
seperti pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara. Kegiatan
pertambangan juga sering menimbulkan konflik kepentingan antara beberapa pihak
seperti pemilik tanah, pemilik tambang, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut di atas
dapat terjadi apabila suatu kegiatan pertambangan tidak dipersiapkan dan dikelola
dengan baik dan benar. Setiap kegiatan pertmabngan pasti akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan baik dampak yang positif fan negatif, namun dalam prakteknya
perusahaan pertambangan harus memaksimalkan dampak positif dan meminimalisir

3
dampak negatifnya. Untuk menghilangkan dampak negatif tersebut maka pengelollan
perusahaan tambang harus dikelola dengan baik dari awal sampai dengan penutupan
kegiatan tambang dengan orang yang paham serta professional.

Kegiatan pertambangan yang tidak berwawasan atau tidak memperhatikan daya


dukung lingkungan, serta tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan, sehingga yang sebelumnya akan memberikan banyak manfaat malah
merugikan masyarakat. Sedangkan kegiatan pertambangan yang memperhatiakan
masalah lingkungan serta diikuti oleh pengelolaan lingkungan yang baik seperti
kegiatan reklamasi pasca penambangan maka lahan tersebut akan menjadi lebih
bermanfaat sebelum adanya penambangan.

Berbagai macam peraturan telah disusun oleh pemerintah kaitanya dengan


pertambangan yang ramah lingkungan. Undang – undang yang mengatur atau berkaitan
dengan kegiatan reklamasi dan pascatambang adalah Undang - Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara Pasal 99 Ayat 1 sampai 3,
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan pascatambang,
Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014 dan yang paling terbaru adalah
Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral no 1827 tahun 2018 tentang pedoman
pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik. Dalam merencanakan kegiatan
reklamasi, selain harus memperhatikan status kepemilikan lahan juga harus
memperhatikan umur tambang, apabila umur tambang lebih dari 5 tahun maka
penyusunan rencana reklamasi dibuat dengan jangka waktu 5 tahun dengan rincian
tahunan sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat 1.

4
BAB II REKLAMASI

Menurut Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014 reklamasi adalah kegiatan yang
dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukkannya.

Perencanaan Reklamasi
Kegiatan reklamasi memerlukan suatu perencanaan yang sangat baik dan matang, agar
dalam pelaksanaannya dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Perencanaan
reklamasi harus sudah dipersiapkan sebelum kegiatan operasi penambangan
berlangsung. (Herdiansyah, 2006).
Adapun beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam kegiatan reklamasi
adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
2. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal yang terganggu akibat
adanya kegiatan pertambangan.
3. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan
mengatur sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.
4. Mengembalikan dan memperbaiki kandungan bahan beracun sampai tingkat
aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan atau dapat
dimanfaatkan kembali pada proses pengolahan.
5. Mengembalikan fungsi lahan seperti keadaan semula dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
6. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
7. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.

5
8. Permukaan tanah yang padat harus digemburkan, bila tidak memungkinkan ada
baiknya ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus
tanah yang keras.
9. Setelah penambangan, maka pada lahan bekas tambang yang diperuntukkan
untuk vegetasi, segera dilakukan penanaman kembali dengan jenis tanaman
yang sesuai dengan rencana reklamasi.
10. Mencegah masuknya hama dan gulma berbahaya.
11. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.

Pelaksanan Reklamasi
Pada umumnya kegiatan pertambangan khususnya tambang terbuka dapat
menimbulkan beberapa dampak antara lain merubah morfologi perbukitan, hilangnya
tanah pucuk dan vegetasi penutup, serta timbulnya lereng-lereng terjal yang rentan
terhadap longsoran. Beberapa dampak tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya
pelaksanaan reklamasi. Dalam hal ini, pelaksanaan reklamasi yang tepat untuk lahan
bekas tambang yang membentuk lereng-lereng terjal adalah persiapan lahan, dan
pengendalian erosi serta sedimentasi sehingga tercipta lereng-lereng yang aman dari
longsoran. Berikut ini adalah tahapan reklamasi:
1. Persiapan Lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan
bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan bahan tambang kadar
rendah (low grade) yang belum dimanfaatkan.
2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
3. Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)
4. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas tambang
untuk tujuanlain

Berikut uraian dari tahapan reklamasi:


a) Persiapan lahan
1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang, kegiatan ini meliputi.

6
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak
digunakan di lahan yang akan direklamasi
b. Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan
berbahaya (B-3) dengan perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
c. Pembuangan atau penguburan potongan beton dan “scrap” pada tempat khusus.
d. Penutupan lubang bukaan tambang dalam secara aman dan permanen.
e. Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan
direklamasi.
2. Pengaturan Bentuk Lahan.
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan hidrologi setempat.
Kegiatan ini meliputi:
a. Pengaturan bentuk lereng.
1. Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air
limpasan (run off); erosi dan sedimentasi serta longsoran.
2. Lerang jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk berteras-teras.
b. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA).
1. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksud untuk pengatur air
agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan
akibat erosi.
2. Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi)
dan luas areal yang direklamasi.
3. Pengaturan/Penempatan Low Grade.
Maksud pengaturan dan penempatan “low grade” (bahan tambang kadar
rendah) adalah agar bahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila
ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dapat dimanfaatkan.

b) Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Beberapa cara untuk mengendalikan erosi dan air limpasan adalah sebagaia berikut:
1. Meminimasikan areal terganggu dengan:
a. Membuat rencana detail kegiatan penambangan dan reklamasi.

7
b. Membuat batas-batas yang jelas areal tahapan penambangan.
c. Penebangan pohon sebatas areal yang akan dilakukan penambangan.
d. Pengawasan yang ketat pada pelaksanaan penebangan pepohonan.
2. Membatasi/mengurangi kecepatan air limpasan dengan:
a. Pembuatan teras-teras.
b. Pembuatan saluran diversi (pengelak).
c. Pembuatan spa.
d. Dam pengendali.
e. Chek dam.

c) Pengelolaan Tanah Pucuk


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah:
1. Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai
dengan bahangalian.
2. Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada
tempat tertentu sesuai tingkat lapisannya dan timbunan tanah pucuk tidak
melebihi dari 2 meter.
3. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan tanah
pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimum 0,15 m.
4. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun
dianjurkan lebih tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus
dengan cara mengisolasi dan meisahkannya.
5. Pengupasan tanah sebaiknya jangan dilakukan dalam keadaan basah untuk
menghindari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.
6. Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit) perlu dipertimbangkan:
a. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi
sehingga perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman
dengan segera.
b. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman (jenis tanah yang peka
terhadap erosi).

8
c. Jumlah tanah pucuk yang terbatas (sangat tipis) dapat dicampur dengan
tanah bawah (sub soil).
d. Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop)
yang cepat tumbuh dan menutup permukaan tanah.
7. Yang perlu dihindari dalam memanfaatkan tanah pucuk adalah apabila:
a. sangat berpasir (70% pasir atau kerikil).
b. sangat berlempung (60% lempung).
c. mempunyai pH < 5.00 atau > 8.00.
d. mengandung khlorida > 3% dan.
e. mempunyai electrical conductivity (ec) > 400 milisimens/meter.

d) Revegetasi
a. Penyusunan Rancangan Teknis Tanaman
Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan revegetasi yang
menggambarkan kondisi lokal, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian jenis
pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan biaya dan tata
waktu pelaksanaan kegiatan. Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis
kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat. Kondisi biofisik meliputi topografi atau
bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasi asli. Sedangkan data
sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian antara lain demografi, sarana, prasarana
dan aksesibilitas yang ada. Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada
tanaman jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai
dengan iklim dan kondisi tanah setempat saat ini. Sehingga perlu selalu mengingat
perkembangan pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman yang cocok untuk keperluan
revegetasi lokasi bekas tambang. Perlu konsultasi dengan instansi yang berwenang di
dalam pemilihan jenis tanaman yang cocok.

9
b. Persiapan Lapangan
Pada umunya persiapan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan, pengolahan
tanah dan kegiatan perbaikan tanah. Kegiatan tersebut sangat penting agar keberhasilan
tanaman dapat tercapai.
1. Pembersihan lahan
Kegiatan pembersihan lahan merupakan salah satu penentuan dalam persiapan
lapangan. Kegiatan ini antara lain: pembersihan lahan dari tanaman penganggu
(alang-alang, liliana, dll) dengan tujuan agar tanaman pokok dapat tumbuh baik
tanpa ada persaingan dengan tanaman penganggu dalam hal mendapatkan unsur
hara, sinar matahari, dll.
2. Pengolahan tanah
Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah
menembus tanah dan mendapat unsur hara yang diperlukan dengan baik,
diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan.
3. Perbaikan tanah
Kualitas tanah yang kurang bagus bagi pertumbuhan tanaman perlu mendapat
perhatian khusus melalui perbaikan tanah seperti penggunaan gypsum, kapur,
mulsa, pupuk(organik maupun an-organik). Dengan perlakuan tersebut diharapkan
dapat memperbaiki persyaratan tumbuh tanaman.

Gambar 2 menjelaskan mengenai tahapan dalam reklamasi yaitu pembentukan disposal


dan pengaturan permukaan, pengangkutan top soil, penghamparan top soil, penataan
lahan, pembuatan saluran drainase dan pengendalian erosi, penanaman cover crop
(tanaman penutup) dan tanaman pioneer, penisipan tanaman local, dan yang paling
terakhir adalah pemeliharaan dan pemantauan.

10
Gambar 2. Contoh tahapan reklamasi (Hendrasto, 2015)

Keberhasilan Reklamasi
Evaluasi keberhasilan reklamasi adalah sebuah upaya untuk menjamin bahwa
reklamasi tengah berjalan menuju arah yang diharapkan yaitu kondisi asli sebelum
terjadinya gangguan, contoh gambar keberhasilan reklamasi dapat dilihat pada Gambar
3. Selain itu, hal ini juga merupakan sebuah mekanisme untuk menentukan
keberhasilan reklamasi yang telah dilakukan, berdasarkan parameter silvikultur dan
ekologis juga sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengikat bagi pelaksana
kegiatan reklamasi, dalam hal ini perusahaan pertambangan. Kriteria keberhasilan
reklamasi menurut Permen ESDM No.7 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi
dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara adalah
sebagai berikut:
1. Penatagunaan Lahan
a. Penebaran tanah zona perakaran.
b. Pengendalian erosi dan pengelolaan air.
2. Revegetasi
a. Penanaman, meliputi:
• Luas area penanaman.

11
• Pertumbuhan tanaman.
b. Pengelolaan material pembangkit air asam tambang.
3. Penyelesaian akhir, meliputi:
a. Penutupan tajuk.
b. Pemeliharaan.

Gambar 3. Keberhasilan kegiatan Reklamasi PT Newmont Nusa Tenggara 2013.

Penyerahan Lahan Tambang dan Tanggung Jawab Pemeliharaan


Setelah dilakukan tahapan reklasmasi sesuai dengan peraturan pemerintah dan telah
dinyatakan memenuhi kriteria keberhasilan, maka tahapan selanjutnya adalah setiap
pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang telah selesai
melaksanakan pascatambang wajib menyerahkan lahan pascatambang kepada pihak
yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan melalui Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Penyerahan hasil peninjauan
lapangan pasca tambang sebagaimana di atas wajib dituangkan dalam bentuk berita
acara yang ditandatangani oleh semua pihak. Kemudian Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat menyerahkan lahan

12
pascatambang kepada pihak yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Tanggung jawab pemeliharaan dan pemantauan lahan yang telah direklamasi oleh
pemegang IUPK operasi produksi atau IUPK operasi produksi dinyatakan berakhir
setelah mentri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
memberikan persetujuan penyerahan lahan yang telah di reklamasi.

Semoga dengan adanya aturan yang dibuat oleh pemerintah dapat memajukkan industri
pertambangan, sedangkan perusahaan-perusahaan tambang dapat mematuhinya
dengan baik, sehingga pertambangan memberikan dampak yang positif seperti
membuka lapangan pekerjaan, memberikan pajak untuk negara, dan lain-lain.
sedangkan dampak negatif dari kegiatan pertambangan khususnya untuk masalah
lingkungan dapat di minimalisir dengan baik. Harapannya dengan pengelolaan dan
pertambangan yang ramah lingkungan masyarakat turut mendukung industri
pertambangan bukan malah menok adanya pertambangan.

13
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
1. Dengan pemahaman yang baik mengenai dampak pertambangan terhadap
lingkungan serta memperhatikan berbagai hal untuk mengurangi dampak
lingkungan diharapkan masyarakat dapat menerima adanya pertambangan, hal
ini dikarenakan ujung dari pertambangan adalah memberikan keuntungan yang
baik kepada masyarakat tentunya dengan meminimalisir kerusakan lingkungan.
2. Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi yang telah selesai
melaksanakan pascatambang wajib menyerahkan lahan pascatambang kepada
pihak yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan melalui
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
3. Reklamasi wajib dilakukan oleh perusahaan tambang sesuai dengan aturan
yang berlaku dan harus dipertanggung jawabkan kepada pihak-pihak yang
berwenang.
4. Penyerahan lahan dilakukan setelah memenuhi kriteria keberhasilan
pascatambang yang tercantum dalam rencana pascatambang yang disetujui.
5. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
melakukan peninjauan lapangan sebelum memberikan persetujuan penyerahan
lahan yang telah direklamasi.
6. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dapat
menyerahkan lahan pascatambang kepada pihak yang berhak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2014. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7
Tahun 2014 tentang Reklamasi dan Pascatambang.
Anonimus. 2018. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no 1827 tahun
2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik.
Arif. ‘Potensi dan Tantangan Pertambangan di Indonesia,’ Asosiasi Pertambangan
Indonesia (daring), diakses pada 5 Februari 2019,
Herdiansyah. 2006. Perencanaan Teknis Reklamasi CV. Panghegar di Desa Lagadar
Kecematan Marga Asih Kabupaten Bandung. Bandung: UNISBA.
Iskandar Suwardi. 2009. ”Meningkatkan Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas
Tambang”. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pengelolaan
Lingkungan Pertambangan, Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya,
Palembang.
Ma’rup, dkk. 2018. Kajian Rencana Teknis dan Anggaran Biaya Reklamasi Tambang
Tahun 2019 – 2023 pada Penambangan Batuan Andesit di PT Gunung Lagadar
Abadi, Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Provinsi
Jawa Barat. Bandung: UNISBA.
Ryan Bagus Rangin., dkk. 2018. Rancangan Teknis Reklamasi pada Penambangan
Andesit di CV Surya Prima Artha, Gunung Urug, Desa Paturaman, Kecamatan
Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Bandung.
UNISBA.

15

Anda mungkin juga menyukai