Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

(Sejarah, Pemikiran, dan Perkembangan Ekonomi Islam)

EKA FEBRYANTI
90400119028
AKUNTANSI A 2019

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
Ekonomi Syariah untuk memenuhi kelengkapan tugas di semester 3 ini tentang Sejarah,
Pemikiran, dan Perkembangan Ekonomi Islam dengan baik meskipun masih banyak
terdapat kekurangan didalam makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bulukumba,   Desember 2020

Penyusun,
Eka Febryanti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Awal pemerintahan islam....................................................................................................6
B. Pemikiran ekonomi dimasa dinasti-dinasti..........................................................................8
C. Perkembangan ekonomi dimasa Rasulullah dan Khulafa’ Ar-Rasyidun...........................15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................................................22

DAFTAR KEPUSTAKAAN......................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Nabi Muhammad Saw berhijrah dari kota Makkah ke kota Yasrib. Di kota yang bertanah
subur ini, Rasulullah Saw disambut dengan hangat serta diangkat sebagai pemimpin penduduk
kota yasrib. Sejak saat itu, kota Yasrib berubah menjadi kota Madinah.
Perkembangan yang terjadi di kota Madinah sangat pesat, berbeda halnya dengan periode
Makkah, Islam menjadi kekuatan politik pada periode Madinah. Rasulullah Saw menjadi
pemimpin kota kecil yang jumlahnya terus meningkat dari masa ke masa. Ajaran Islam yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat banyak yang turun di Madinah.
Rasulullah selain sebagai kepala Negara juga sebagai pemimpin agama, telah banyak
melakukan perubahan dalam menata kehidupan masyarakat Maadinah. Banyak hal yang
dilakukan oleh Rasul terutama membangun dari sisi kehidupan sosial. Baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat bahkan membersihkan tradisi dan ritual yang bertentangan dengan ajaran
Islam. Seluruh aspek kehidupan didasarkan dengan nilai-nilai Qur’ani.
Madinah merupakan negara yang baru terbentuk dan mobilitas ekonomi sangat rendah.
Sistem ekonomi yang diterapkan Rasulullah berakar dari prinsip-prinsip Qur’ani. Al-qur’an
merupakan sumber utama ajaran Islam telah menetapkan berbagai aturan bagi umat manusia
dalam melakukan aktivitas disetiap aspek kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Dalam
pandangan Islam, kehidupan manusia tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi
kehidupan ruhiyah dan jasmaniyah, melainkan sebagai satu kesatuan yang utuh. Islam tidak
mengenal kehidupan yang hanya berorientasi pada akhirat tanpa memikirkan
kehidupan duniawi atau sebaliknya.
Munculnya islam membuka zaman baru dalam sejarah kehidupan manusia.
Kelahiran nabi Muhammad adalah suatu peristiwa yang tiada tandingannya. Beliau
adalah utusan Allah SWT yang terakhir dan sebagai pembawa kebaikan bagi seluruh
ummat manusia. Rasulullah mengubah sistem ekonomi dan keuangan negara sesuai
dengan ketentuan al-qur’an dan hadis.Ilmu ekonomi islam sebagai sebuah study ilmu
pengetahuanmodern baru muncul pada tahun 1970 an, tetapi pemikiran tentangekonomi
islam telah muncul sejak islam itu diturunkan melalui nabiMuhammad SAW. Karena
rujukan utama pemikiran ekonomi islamiadalah al-qur’an dan hadist maka pemikiran
ekonomi ini munculnya juga bersamaan dengan diturunkannya dengan al-qur’an dan
masa kehidupan Rasulullah. Pada abad akhir 6 Masehi hingga abad awal 7 Masehi.
Setelah masa tersebut banyak sarjana muslim yang memberikan kontribusikarya
pemikiran ekonomi. Karya-karya mereka sangat berbobot yaitu memiliki dasar
argumentasi religius dan sekaligus intelektual yang kuat serta kebanyakan didukung oleh
fakta empiris pada waktu itu. Banyak diantaranya juga sangat futuristik dimana pemikir-
pemikir barat baru mengkajinya ratusan abad kemudian.
Pemikiran ekonomi dikalangan pemikir muslim banyak mengisi
hasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa dimana barat masih dalam kegelapan.Pada
masa itu dunia islam justru mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana masa awal pemerintahan islam?
2. Bagaimana pemikiran ekonomi dimasa Rasulullah?
3. Bagaimana perkembangan ekonomi dimasa Rasulullah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH AWAL PEMERINTAHAN ISLAM
Kehidupan Rasulullah dan masyarakat muslim dimasa beliau adalah teladan yang
paling baik implementasi islam, termasuk dalam bidang ekonomi. Pada periode Mekkah
masyarakat muslim belum sempatmembangun perekonomian, sebab masa itu penuh
dengan perjuanganuntuk mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang quraisy.
Barulah pada periode Madinah, Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat
Madinah sehingga menjadi masyarakat sejahtera dan beradab.Meskipun perekonomian
pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau telah menunjukkan prinsip-
prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari perekonomian
pada masa itu adalah konmitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma serta
perhatiannya yang besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan. Usaha-usaha
ekonomi harus dilakukan secara etis dalam bingkai syariah islam sementara sumber daya
ekonomi tidak boleh menumpuk segelintir orang melaikan harus berendar bagi
kesajahteraan seluruh umat. Pasar menduduki peranan penting sebagai makanisme
ekonomi, tetapi pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam mewujudkan
kesahteraan dan menegakkan keadilan.
Kegiatan ekonomi paras relatif menonjol pada masa itu, dimana untuk menjaga
agar makanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralis islam Rosulullah
mndirikan Al-Hisbah. Al-Hisbah adalah institusi yang bertugas sebagai pengawas pasar
Rosulullah juga membentuk baitulmal, sebuah institusi yang bertindak sebagai pengelola
keuangan negara.Baitul mal ini memegang peranan yang sangat penting bagi
perekonomian termasuk dalam melakukan kebijakan yang bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat. Rasulullah mengawali pembangunan Madinah dengan tanpa sumber
keuangan yang pasti, sementara distribusi kekayaan juga timpang.
Selanjutnya untuk mengatur roda perekonomian, Rasulullah mendorong kerja
sama usaha diantara anggota masyarakat misalnnya Muzaro’ah, Mudharabah, Musyaqoh,
dan lain-lain. Sehingga terjadi peningkatan produktifitas. Namun sejalan dengan
perkembangan masyarakat muslim maka sumber penerimaan negara juga meningkat.
Sumber pemasukan negara berasal dari beberapa sumber, tetapi yang paling pokok adalah
zakat dan usher.
Secara garis besar pemasukan negara ini dapat digolongkan bersum berdari
ummat islam sendiri, non muslim, dan umum. Beberapa sumber pendapatan yang tidak
terlalu besar berasal dari beberapa sumber, misalnya tebusan tawanan perang, pinjaman
dari kaum muslim, humus atau rikas harta karun temuan pada periode sebelum islam,
amwal fadla pajak bagi kaum muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara
selama masa darurat, zakat fitrah, kafarat maupun sedekah dari kaum muslimin.
Sebelum islam datang, situasi kota Yatsrib sangat tidak menentu karena tidak
mempunyai pemimpin yang berdaulat penuh. Hukum pemerintahannya tidak pernah
berdiri tegak dan masyarakatnya hidup dalam ketidakpastian. Oleh karena itu, beberapa
kelompok penduduk kotaYatsrib menemui Nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat
Al-Amin (terpercaya) untuk menjadi pemimpin mereka.
Dalam catatan sejarahpertemuan tersebut berlangsung dua kali, yakni padatahun
12 Kenabian yang dikenal dengan Bai’at Aqabah Pertama dan tahun 13 Kenabian yang
dikenal dengan Bai’at Aqabah Kedua.
Atas dasar kedua Bai’at tersebut dan setelah mendapat perintah Allah SWT Nabi
Muhammad Saw berhijrh dari kota Mekkah ke kota Yatsribsesuai dengan perjanjian,
dikota yang sangat subur ini Rasulullah Sawdisambut dengan hangat serta diangkat
sebagai pmimpin kota Yatsrib yangsejak itu berubah nama menjadi kota Madinah. Dalam
waktu yang singkatRasulullah Saw telah menjadi pemimpin sebuah komunitas kecil
yang jumlahnya terus bertambah hingga Rasulullah pun menjadi pemimpin bangsa Madin
ah. Setelah memimpin Rasulullah Saw segera melakukan perubahan dalam menata kehid
upan masyarakat Madinah berdasarkannilai-nilai qurani.Oleh karena itu, Rasulullah Saw
perlahan-lahan mengatasi berbagai masalah utama tanpa bergantung pada faktor
keuangan. Dalam hal ini Rasulullah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membangun Masjid
Setibanya Rasulullah Saw di kota Madinah, tugas utama yangdilakukan adalah
mendirika masjid yang merupakan asas utama danterpenting dalam pembentukan
masyarakat Muslim. Tanah yangdigunakan untuk membangun masjid adalah
sumbangan dari Abu Bakarr.a. pembngunan masjid dilakukan dengan menggunakan
struktur yangsangat sederhana.Selain sebagai tempat ibadah masjid yang kemudian
hari dienal denganMasjid Nabawi ini juga berfungsi sebagai Islamic Senter  yang
mana semuaaktivitas kaum muslimin dipusatkan ditempat ini. Engan
demikian,Rasulullah Saw dapat menghindri pengeluaran yang sangat besar
untukmembangun infrastuktur negara Madinah yang baru dibentuk.
2. Merehabilitasi Kaum Muhajirin
Setelah mendirikan masjid, tugas berikutnya yang dilakukanRasulullh Saw adalah
memperbaiki tingkat kehidupan sosial dan ekonomikaum muhajirin(penduduk
Makkah yang berhijrah ke Madinah). Untukmemperbaiki keadaan ini dan
menghindari kemungkinan munculnyadampak negatif dikemudian hari,
Rasulullah Saw menerapkan kebijakanyang arif dan bijaksana, yakni dengan cara
menanamkan tali persaudaraanantara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Dengan
demikian, ukhuwwah ini juga didasarkan pada prinsip-prinsip material.
RasulullahSaw memerintahkan agar setiap keluarga ataupun individu dari
kaumAnshar memberikan sebagian hartanya kepada kaum Muhajirin sampai kaum
Muhajirin tersebut memperoleh mata pencaharia baru yang dapatdijadikan pegangan
dalam melangsungkan hidupnya.
3. Membuat Konstitusi Negara
Setelah mendirikan masjid dan mempersaudarakan kaumMuhajirin dengan kaum
Anshar, tugas berikutnya yang dilakukan olehRasulullah Saw adalah menyusun
Konstitusi Negara yang menyatakantentang kedaulatan Madinah sebagai suatu
negara. Dalam kontitusi negaraMadinah ini, pemerintah menegaskan tentang hak,
kewajiban dantanggung jawab setiap warga negara, baik muslim maupun
nonmuslim,srta sistem pertahanan dan keamanan negara. Sesuai dengan
prinsip- prinsip islam setiap orang dilarang melakukan aktivitas yang dapatmenggang
gu stbilitas dan kehidupan manusia dan alam. Dalam kerangkaini, Rasululah
melarang setiap individu untuk memotong rumput,menebang pohon atau membawa
masuk senjata untuk tujuan kekerasanatupan peperangan disekitar kota Madinah.
4. Meletakkan Dasar-dasar Sistem Keuangan Negara
Setelah melakukan upaya dan stabilitas dibidang sosial, politikserta pertahanan dan
keamanan, Rasulullah meletakan dasar-dasar sistemkeuangan negara sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.

B. EKONOMI ISLAM DIMASA DINASTI-DINASTI


1. Zaman Bani Umayyah
Keberhasilan yang dicapai Bani Umayyah ini memberikan bentuk pemikiran
ekonomi yang berbeda pula, tepatnya ketika dunia Islam berada dibawah pimpinan
khalifah Bani Umayyah, dimana kondisi Baitul Mal mulai berubah. Masa
pemerintahan Bani Umayyah inilah, Baitul Mal dibagi menjadi dua bagian; yakni
umum dan khusus. Pendapatan Baitul Mal umum diperuntukkan bagi seluruh
masyarakat umum, sedangkan pendapatan Baitul Ml khusus diperuntukkan bagi para
Sultan dan keluarganya. Namun dalam praktiknya, tidak jarang ditemukan berbagai
penyimpangan penyaluran harta Baitul mal tersebut.
Kemudian diantara para Khalifah Bani Umayyah yang termashur dan
memberikan banyak pemikirannya di bidang ekonomi adalah sebagai berikut:
 Khalifah Muawiyah ibn Abi Sofyan
Pada masa pemerintahan Mu’awiyah, beliau mendirikan kantor catatan negara
dan merancang pola pengiriman surat melalui pos (al-barid) serta seluruh fasilitas
pendukungnya. Beliau juga menerbitkan angkatan perang dengan melakukan
perekrutan tentara-tentara secara profesional dan menghapus sistem militer yang
tradisional yang didasarkan atas organisasi kesukuan. Mencetak mata uang,
mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan profesional.
Para qadi dimasa itu dalam memutuskan suatu perkara tidak terpengaruh oleh
kebijakan politik atau kekuasaan pemimpin negara, sehingga mereka bebas
memutuskan sesuatu termasuk dalam urusan yang berkaitan dengan para pejabat
tinggi negara. Sistem lainnya yang Mu’awiyah bangun adalah membentuk lima
macam kepaniteraan yakni kepaniteraan korespondensi (surat-menyurat),
kepaniteraan urusan pajak, kepaniteraan urusan angkatan bersenjata, kepaniteraan
urusan kepolisian dan kepaniteraan urusan peradilan beliau membuat kebijakan
pemberian gaji tetap kepada tentara, membangun armada laut yang kuat, serta
pengembangan birokrasi yang memadai. Mengenai sistem ketatanegaraan,
Mu’awiyah membangun dengan istilah ‘wazir’ yang sudah jauh dikenal pada
masa Rasulullah Saw. Wazir pada masa ini memiliki struktur kekuasan yang
berada setingkat diatas kepala kepaniteraan. Khusus urusan korespondensi
sebagai kepala panitera yang paling senior akan dijabat oleh keluarga khalifah
atau orang kepercayaan. Pada masa Mu’awiyah, ia juga mampu membangun
sebuah struktur masyarakat muslim yang tertata rapi, dimana salah satunya
ditandai oleh kerukunan beragama yang sangat tinggi bahkan khalifah sendiri
mengangkat beberapa orang kristen untuk menduduki jabatan penting kerajaan
yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
 Khalifah Abdul Malik ibn Marwan
Pencapaian yang dilakukan pada masa kepemimpinan Abdul Malik yakni berupa
pemikiran yang serius untuk menerbitkan mata uang sendiri sebagai salah satu
alat pertukaran. Keberhasilan tersebut dicapai setelah adanya permintaan dari
pihak Romawi saat itu mata uang yang berlaku adalah mata uang Bizantium dan
Persia yang nilainya sama dengan logam emas dan perak pada Dinar dan Dirham
dengan menghilangkan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” dari mata uang yang
berlaku. Dari permintaan tersebut Khalifah Abdul Malik sangat keberatan dan
akhirnya beliau mulai mencetak mata uang Islam sendiri dengan mencantumkan
kalimat “Bismillahhirrahmanirrahim” menggunakan kata dan tulisan Arab pada
tahun 695H. Dalam hal pajak dan zakat, khalifah memberi kewajiban kepada
rakyatnya yang muslim untuk membayar zakat saja, sedangkan beban pajak
dibebaskan seluruhnya. Karena kebijakan inilah banyak orang non muslim yang
berbondong-bondong masuk Islam dengan tujuan utama agar terhindar dari beban
membayar pajak. akibatnya kebijakan yang diberlakukan ini, sumber pendapatan
negara dari sektor pajak justru mengalami defisit. Sedangkan beban lain harus
ditanggung negara karena bertambah pasukan militer dari kelompok Mawali
(Persia, Armenia dll). Sehingga Khalifah Abdul Malik mengembalikan pasukan
militer dari para muallaf ke posisi semula yaitu sebagai petani dan diharuskan
membayar pajak sebesar beban kharaj dan jizyah seperti saat sebelum mereka
masuk Islam. Kebijakan lain yang dihasilkan Khalifah Abdul Malik adalah
pembenahan administrasi pemerintahan disertai pemberlakuan penggunaan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam. Tidak hanya dijadikan
sebagai bahasa pengantar dalam berbisnis tapi juga penegasan akan legitimasi
kaum Arab untuk politik. Abdul Malik juga menata kembali sistem layanan pos
(al bird) yang didirikan oleh Mu’awiyah menjadi sebuah institusi yang lebih rapi.
Perubahan yang ia lakukan terhadap layanan pos ini yaitu dengan penggunaan
kuda antara ibukota Damaskus. Abdul Malik juga membangun gedung arsip di
Damaskus yang pada masa Mu’awiyah masih berupa biro regristasi saja.Fakta
sejarah lainnya yakni beliau juga membangun monumen-monumen kebesaran
Islam salah satunya adalah kubah Batu di Yerussalem. Kubah Batu ini oleh orang-
orang Eropa disebut dengan Masjid Umar. Monumen lainnya yang menjadi
tempat suci umat muslim adalah pembangunan Masjid Al Aqsha’ di Palestina
sebagai tempat suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
 Khalifah Umar ibn Abdul Aziz
Pada awal diangkatnya Umar ibn Abdul Aziz sebagai khalifah, tindakan pertama
yang beliau lakukan adalah mengumpulkan seluruh rakyat lalu mengumumkan
serta menyerahkan seluruh kekayaan pribadi dan keluarganya yang diperoleh
secara tidak wajar kepada Baitul Mal. Selain itu khalifah Umar juga menyerahkan
harta kekayaan yang ia miliki antara lain tanah-tanah perkebunan di Maroko,
berbagai tunjangan di Yamamah, Mukaedes, Jabal Al-Wars, Yaman dan Fadak
serta cincin berlian pemberian Al Walid. Khalifah Umar menghapus pajak
terhadap kaum muslimin, mengurangi beban pajak yang berasal dari kaum
Nasrani, membuat takaran dan timbangan yang adil, membasmi cukai, pajak dan
lain lain. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pembukaan jalur perdagangan
bebas di darat, laut dan udara. Karena kebijakan ini pada masanya terjadi
peningkatan taraf hidup masyarakat secara signifikan sehingga tidak ada lagi
masyarakat yang mau menerima zakat. Keadilan lain yang Khalifah Umar
lakukan adalah mengurangi beban pajak dari penganut Kristen Najran yang
sebelumnya 2000 keping menjadi 200 keping. Beliau juga mewajibkan
pembayaran Kharaj kepada muslim dan Jizyah kepada orang non muslim, hal ini
dilakukan untuk menyeimbangkan kewajiban kepada negara yang harus
ditanggung masyarakat. mengenai jabatan qadi, khalifah Umar juga menentukan
lima syarat bagi seseorang yang menjabat sebagai hakim, yakni:
1.) Harus mengetahui apa yang telah terjadi sebelum dia,
2.) Tidak memiliki kepentingan pribadi,
3.) Tidak mendemdam,
4.) Mengikuti jejak salafus shalih dan para fuqaha, serta
5.) Mengikutsertakan para ahli dan cendekia cerdik dalam memutuskan suatu
perkara.
Di bidang pertanian, Khalifah Umar melarang penjualan tanah garapan agar tidak
ada penguasaan lahan. Ia memerintahkan Amirnya untuk memanfaatkan
semaksimal mungkin lahan yang ada. Beliau melarang pemungutan sewa untuk
lahan yang tidak subur dan bilapun lahannya subur maka uang sewa yang diminta
harus memperhatikan faktor keadilan sesuai dengan tingkat kesejahteraan hidup
petani yang bersangkutan.

Selanjutnya adalah kebijakan otonomi daerah. Dimana diberlakukan setiap


wilayah Islam memiliki kewenangan untuk mengelola zakat dan pajak sendiri serta
tidak harus menyerahkan upeti kepada pemerintah pusat. Untuk mewujudkan negara
adil dan makmur maka Khalifah Umar ibn Abdul Aziz menjadikan jaminan sosial dan
menjamin hak kebebasan tidak mempedulikan rakyatnya itu muslim atau non muslim.
Pada masa-masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan negara berasal
dari Zakat, Ghanimah atau harta rampasan perang, pajak penghasilan pertanian dan
hasil pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat. pada masa
pemerintahannya, sejarah menceritakan bahwa beliau berhasil mempersatukan
kepentingan dari kelompok-kelompok yang sering bertikai. Para Ulama dan Fuqahah
yang berperan pada Masa Daulah Bani Umayyah diantaranya adalah sebagai berikut :
 Zaid Ibn Ali (699-738 M). Pemikiran yang dihasilkan oleh Zaid adalah
membolehkan penjualan suatu barang secara kredit dengan harga yang lebih tinggi
dari pada harga tunai. Hal ini dapat dibenarkan karena beberapa hal :
- Penjualan dengan sistem kredit termasuk bentuk transaksi yang sah dan
dibenarkan selama dilakukan dengan kesepakatan kedua pihak.
- Keuntungan dari penjualan kredit ini adalah bentuk murni dari suatu
perniagaan dan bukan termasuk riba.
- Penjualan yang dilakukan secara kredit adalah salah satu bentuk promosi dan
respons terhadap pasar sehingga keuntungan yang diperoleh dari penjualan ini
merupakan bentuk kompensasi dari kemudahan yang diperoleh pembeli atas
pengguhan untuk tidak membeli secara tunai.
- Penjualan secara kredit tidak lantas mengindikasikan bahwa harga barang yang
lebih tinggi selalu berkaitan dengan waktu.
- Dalam syariah sesungguhnya setiap baik buruknya suatu akad, ditentukan oleh
akad itu sendiri tidak berkaitan dengan akad lainnya.
 Abu Hanifah (699-767 M). Abu Hanifah adalah seorang pedagang, beliau
menaruh perhatian kepada jual beli dengan akad Salam. Salam adalah jual beli
yang dilakukan dimana transaksi tersebut menyerahkan barang di kemudian hari
sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai di awal sesuai kesepakatan. Oleh
karena itu didalam akad harus ditambahkan persyaratan yang jelas mengenai
komoditi, mutu, kuantitas, waktu dan tempat pengiriman. Beliau juga memberikan
sumbangsih untuk jual beli Murabahah. Dengan memberikan syaran kepada
pengusaha untuk memberlakukan zakat atas perhiasan dan membebaskan
kewajiban dari seseorang yang terlilit hutang tapi tidak mampu membayar. Untuk
kerja sama Muzara’ah, Abu Hanifah cenderung mewajibkan tidak boleh dilakukan
bagi hasil atas panen bagi penggarap yang tanahnya tidak menghasilkan.
 Al Awza’i (707-774 M). Abdur Rahman Al Awza’i adalah seorang ahli hukum
yang menghasilkan pemikiran diperbolehkannya kebebasan dalam kontrak dan
memfasilitasi orang-orang dalam transaksi mereka. Beliau adalah penggagas
orisinilitas ilmu ekonomi syariah. Pemikiran-pemikiran yang beliau hasilkan yaitu
membolehkan dilakukannya kerjasama Muzara’ah sebagai bagian bentuk
Murabahah. Dalam kontrak Salam, Awza’i melakukan perubahan yang lebih
fleksibel. Beliau juga membolehkan peminjaman modal baik dalam bentuk tunai
atau kredit.
 Imam Malik Ibn Anas (712-795 M). Pokok pemikiran Imam Malik tidak
mencurahkan perhatian besar pada perekonomian. Akan tetapi ada dua
pemikirannya yang cukup menonjol dan berhubungan dengan kesejahteraan
masyarakat diantaranya :
- Beliau mendorong penguasa untuk berlaku dan bertindak seperti Khalifah
Umar ibn Khattab yang begitu peduli terhadap pemenuhan kebutuhan
masyarakatnya.
- Beliau juga menerapkan pemikiran dengan prinsip Maslahah al Mursalah. Bila
dikaitkan dengan ekonomi maka dapat disimpulkan menurut beliau yakni
penguasa berhak untuk memungut pajak sepanjang diperlukan termasuk bila
melebihi jumlah yang telah ditetapkan menurut syariah.

2. Zaman Bani Abbasiyyah


Khalifah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khalifah Umayyah, dimana
pendiri dari khalifah ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw,
yaitu Abullah al-Saffah Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbas. Dimana
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial dan budaya. Kekuasaan Bani Abbasiyah selama kurang lebih 500 tahun, yakni
antara tahun 132 H (750M) sampai dengan 656 H (1258M). Abu al-Abbad al-Safah
(750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas.
Pemikiran ekonomi pada Masa Bani Abbasiyah yakni,  dikenalnya
istilah Jihbiz, kata Jihbiz berasal dari bahasa Persia yang berarti penagih pajak.
Istilah Jihbiz mulai dikenal pada masa Muawiyah, akan tetapi fungsi
dari Jihbiz tersebut bertambah dengan menerima jasa penukaran uang. Karena pada
zaman tersebut diperkenalkan uang jenis baru yang disebut fulus yang terbuat dari
tembaga. Sebelumnya uang yang digunakan adalah dinar (terbuat dari emas) dan
dirham (terbuat dari perak).
Berikut adalah beberapa khalifah pada masa Bani Abbasiyah yang berperan dalam
perekonomian, diantaranya :
Abu Ja’far Al-Mansur.
Beliau memerintahkan dalam waktu yang singkat. Tetapi pada masa
pemerintahannya, beliau banyak melakukan konsolidasi dan penerbitan
administrasi birokrasi. Ia menciptakan tradisi baru dibidang pemerintahan dengan
mengangkat seorang wazir sebagai coordinator departemen. Beliau juga
membentuk lembaga protokol negara, seketaris negara, kepolisian negara serta
membenahi angkatan bersenjata dan membentuk lembaga kehakiman negara.
Dalam mengendalikan harga-harga, khlaifah al-Mansur memerintahkan para
jawatan pos untuk melaporkan harga pasaran dari setiap bahan makanan dan
barang lainnya. Khalifah al-Mansur sangat hemat dalam membelanjakan harta
Baitul Maal, hal ini terbukti ketika beliau wafat, kekayaan kas negara telah
mencapai 810 juta dirham.
Al-Mahdi.
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di
sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak,
emas, tembaga dan besi. Selain itu, perdagangan antar transit timur dan barat yang
banyak membawa kekayaan. Beliau banyak menerapkan kebijakan yang
menguntungkan rakyat banyak. Seperti membangun tempat-tempat persinggahan
para musaffir haji, membuat kolam-kolam air bagi para khalifah dagang beserta
hewan bawaannya dan memperbanyak jumlah telaga dan perigi. Beliau juga
mengembalikan harta yang dirampas oleh ayahnya kepada pemiliknya masing-
masing.
Harun al-Rasyid.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman khalifah Harun al
Rasyid dan putranya al-Ma’mun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusasteraan berada dalam zaman
keemasan. Pada masa ini pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan
kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya. Beliau membangun Baitul
Maal untuk mengurus keuangan negara dengan menunjuk seorang Wazir yang
mengepalai beberapa diwan. Pendapatan Baitul Maal dialokasikan untuk riset
ilmiah dan penerjemahan buku-buku Yunani, disamping itu juga digunakan untuk
biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Selain itu, Khalifah Harun juga
sangat memperhatikan masalah perpajakan, sehingga beliau menunjuk Abu Yusuf
untuk menyusun sebuah kitab pedoman mengenai aturan perekonomian syari’ah
yang mana kitabnya berjudul al-Kharaj. Berikut sumber-sumber pemikiran
ekonomi pada masa itu, jika dilihat dari sektor-sektor yang beragama :
 Perdagangan dan Industri
Segala usaha ditempuh untuk memajukan perdagangan dengan cara
memudahkan jalan-jalannya, seperti :
- Dibangun sumur dan tempat istirahat untuk kafilah dagang.
- Dibangun armada-armada dagang.
- Dibangun armada untuk melindungi pantai negara dari serangan bajak
laut.
Untuk menghindari terjadinya penyelewengan dalam bidang perdagangan,
maka khalifah Harun al  membuat satu badan khusus yang bertugas
mengawasi dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan harga pasar
atau mengatur politik.
 Pertanian dan Perkebunan
Terbentuknya kekhalifahan yang stabil, mempengaruhi perkembangan
dalam sektor ekonomi, khusus pada pertanian. Kota administratid yang
dipimpin tentara muslim seperti Bashrah, Kuffah, Masul dan al-Wasid
menjadi pusat usaha pengembangan pertanian.
 Perkembangan Ilmu Pertanian
Berbeda dengan khalifah dari Daulah Umayyah yang bersikap menindas
para petani dengan pajak yang sangat amat tinggi, akan tetapi pada masa
khalifah Daulah Abbasiyah justru sebaliknya, mereka membela dan
menghormati kaum petani. Bahkan meringankan pajak hasil bumi.
Disamping itu dilakukan banyak kebijakan untuk kaum tani, diantaranya :
- Memperlakukan ahli Zimah dan Mawaly dengan perlakuan adil dan
menjamin hak miliknya.
- Mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku keras
terhadap para petani.
- Memperluas daerah pertanian di berbagai wilayah negaraMembangun
dan menyempurnakan perhubungan ke daerah pertanian, baik udara atau
air.
- Membangun dan memperbaiki kanal dan bendungan, agar tidak ada
wilayah yang kesulitan dalam hal irigasi.
 Pendapatan Negara
Selain dari sektor perdagangan, pertanian dan perindustrian, sumber
pendapatan negara juga berasal dari pajak. pendapatan dari Jizyah juga
merupakan masukan bagi Negara. Jizyah adalah pajak kepala yang dipungut
dari penduduk non Muslim kepada pemerintahan Islam sebagai loyalitas
mereka kepada pemerintah dan konsekuensi dari perlindungan yang
diberikan kepada mereka. Pada masa Harun al-Rasyid terdapat klasifikasi
diantaranya mereka yang kaya dikenakan jizyah sebesar 48 dirham,
golongan ekonomi menengah 24 dirham sedangkan dibawah itu hanya 12
dirham.
 Sistem Moneter
Sebagai alat tukar, para pelaku ekonomi menggunakan mata uang dinar dan
dirham. Mata uang dinar emas digunakan oleh pedagang diwilayah barat
yang meniru orang Bizantium. Sedangkan mata uang dirham perak
digunakan di wilayah timur yang meniru kekaisaran Sassaniah. Penggunaan
dua mata uang ini menurut Azumardi Azra, memiliki dua konsekuensi.
Diantaranya mata uang dinar harus diperkenalkan di wilayah-wliayah yang
hanya mengenal mata uang dirham, kemudian dengan mengeluarkan emas
ini mengurangi penyimpanan emas batangan. Mata uang emas maupun
perak tidak bisa menempuh perjalanan jauh karena beresiko besar. Maka
dari itu pedagang butuh sistem cek.

C. PERKEMBANGAN EKONOM DIMASA RASULULLAH DAN KHULAFA’ AR-


RASYIDUN
Adapun perkembangan pemikiran pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :
1.) Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah.
Lahirnya kebijakan fiskal didalam dunia islam dipengaruhi oleh banyak faktor
salah satunya karna fiskal merupakan bagian dari instrumen ekonomi publik. Untuk
itu faktor-faktor seperti sosial, budaya dan politik termasuk didalamnya. Tantangan
Rasulullah sangat besar dimana beliau dihadapkan pada kehidupan yang tidak
menentu baik dari kelompok internal maupun kelompok eksternal. Ada dua hal
penting yang telah dijalani dan di ubah oleh Rasulullah pada waktu itu adalah
pertama, adanya fenomena unik yaitu bahwa islam telah membuang sebagian tradisi,
ritual, norma-norma, nilai-nilai, tanda-tanda, dan patung-patung dari masa lampau
dan memulai yang baru dengan negara yang bersih. Kedua, negara baru dibentuk
tanpa menggunakan sumber keuangan ataupun moneter, karena negara yang baru ini
sama sekali tidak diwariskan harta ataupun dana. Sementara sumber keuangan pun
tidak ada. Prinsip islam tentang kebijakan fiscal dan anggaran belanja bertujuan untuk
mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan
berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang
sama.
Dimasa Rosulullah SAW, negara tidak mempunyai kekayaan apapun karena
sumber penerimaan negara hampir tidak ada. Baru setelah perang badar, negara
mempunyai pendapatan dari harta rampasan perang yang dikenal dengan Khums.
Dalam sistem ekonomi islam, dikenal adanya zakat, infak, sedekah, dan wakaf
(ZISWA). ZISWA menjadi unsur-unsur yang terdapat dalam kebijakan fiscal islam.
Unsur-unsur ini ada yang bersifat wajib dan sukarela. Adapun ciri kebijakan fiscal
dalam sistem ekonomi islama adalah:
Pengeluaran negara dilakukan berdasarkan pendapatan sehingga jarang terjadi
deficit.
Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi islam dibebankan berdasarkan
tingkat produk tivitasnya.
Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah barang.

2.) Unsur-unsur kebijakan fiskal pada masa nabi Muhammad


a. Sistem ekonomi.
Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah berakar
dari prinsip- prinsip qur’ani. Dapat disimpulkan beberapa prinsip pokok tentang
kebijakan ekonomi islam yang dijelaskan Al-qur’an sebagai berikut:
 Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah.-Manusia hanyalah khalifah Allah
Swt, bukan pemilik yang sebenarnya.
 Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat
AllahSAW.- Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
 Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuk nya, termasuk riba
harusdihilangkan.
 Menerapkan sistem warisan sebagai media redistribusi kekayaan yangdapat
melegitimasi berbagai konflik individu.
 Menghilangkan jurang pemisah antara golongan miskin dan golongankaya.
 Menetapkan berbagai bentuk sedekah, baik yang bersifat wajib maupunsuka
rela, terhadap para individu yang memiliki harta kekayaan yang banyak untuk
membantu para anggota masyarakat yang tidak mampu.

b. Keuangan dan pajak.


Pada tahun-tahun awal sejak dideklarasi sebagai sebuah negara, Madinah
hampir tidak memiliki sumber pemasukan ataupun pengeluaran negara. Seluruh
tugas negara dilaksanakan kaum muslimin secara gotong royong dan suka rela.
Pada masa ini, karakteristik pekerjaan masih sangat sederhana dan tidak
memerlukan perhatian yang penuh. Rasulullah sendiri adalah seorang kepala
negara yang juga merangkap sebagai penanggung jawab seluruh administrasi
negara. Berikut ini akan diuraikan sumber-sumber pendapatan negara dalam
sistem ekonomi islam dan peranannya dalam sistem perekonomian serta
aplikasinya dibeberapa negara muslim.
 Usyura.
a) Pengertian dan sejarah Usyur
Usyu rmerupakan pajak yang harus dibayar oleh para pedagang muslim
atau non-Muslim. Secara etimologi, usyur berarti sepersepuluh. Secara
terminologi, usyur berarti pajak yang dikenakan terhadap barang dagangan
yang masuk ke negara islam atau yang ada di negara islam itu sendiri.
Usyur atau yang diistilahkan dengan pajak perdagangan atau pun bea
cukai ini sudah ada pada masa sebelum islam. Pemerintahan yunani telah
memungut pajak terhadap barang dagangan yang dating dari luar negeri
Athena ini.
b) Kadar Usyur
Usyur ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang awalnya
merupakan pajak perdagangan yang dikenakan pada pedagang non-
Muslim yang melakukan perdagangan di negara islam. Tingkat pajak
perdagangan berkisar dari 2,5% pertahun untuk pedagang muslim.
Kemudian 5% pertahun bagiah luzimmah, 10% pertahun untuk pedagang
kafirharbi. Kadar usyur yang dipungut adalah omset yang mencapai 20
dinar untuk emas dan 200 dirham untuk perak.
 Kharaja
a) Pengertian Kharaja
Secara terminologi kharaja berarti pajak yangdikeluarkan atas tanah yang
ditakhlukkan oleh pasukan islam.
b) Ketentuan dan kadar kharaja
Pada masa Rasulullah pemungutan kharaja bersifat tidak tetap tergantung
pada jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Ada tiga faktor yang
diperhatikan dalam pemungutan kharaja yakni:
- Karakteristikkesuburantanah.
- Karakteristikjenistanaman yang dihasilkan.
- Karakteristikjenisperairan.
 Jizyah
a) Pengertian jizyah
Secara terminologi jizyah adalah pajak yang dikenakan pada warga non-
Muslim sebagai imbalan untuk jaminan kehidupan yang diberikan kepada
negara islam.
b) Kadar jizyah
 Khums
Khums merupakan sumber pendapatan negara islam, sebagai bagian dari harta
rampasan perang (ghanimah). Secara terminology khums berarti 1/5 dari harta
rampasan perang yang dikeluarkan untuk Allah, Rasul, karib kerabat Rosul,
fakir, miskin, dan para musafir.

c. Pengeluaran negara dimasa pemerintahan Rasulullah.


Dari sisi pengeluaran negara catatan mengenai pengeluaran secara rinci
pada masa pemerintahan Rasulullah memang tidak tersedia, namun tidak berarti
menimbulkan kesimpulan bahwa sistem keuangan negara yang ada pada waktu itu
tidak berjalan dengan baik dan benar. Dasar-dasar kebijakan fiskal menyangkut
penentuan subjek danobjek kewajiban membayar kharaj, zakat, usher, jizyah dan
kafarat. Bagitulah Rasulullah meletakkan dasar-dasar kebijakan fiskal yang
berlandaskan keadilan sejak masa awal pemerintahan islam. Pengeluaran negara
dalam sistem pemerintahan islam digunakan untuk:
Penyebaran islam, untuk penyebaran islam Rosulullah mengirim sahabat-
sahabatnya keberbagai wilayah untuk menyampaikan dakwah islamiah dan
mengajak masyarakat setempat memeluk islam. Para sahabat itu berangkat
ketempat dengan biaya sendiri sebagai perwujudan jihad fisabilillah, kadang
dibiayai dengan dana dari Baitul Mal.
PendidikandankebudayaandanpengembanganilmupengetahuanRosulullahme
mberikanperhatian
yangsangatbesarterhadappendidikandanpengajaranbagisetiapkaummuslimind
enganmemanfaatkansumberdaya yang ada.
Pembangunan infrastruktur.
Pembangunan armada perangdanhankam.
Penyediaanlayanankesejahteraan social.

d. Baitul mal
Berikutnya dengan hal ini, Rasulullah merupakan kepala negara yang
pertama memperkenalkan konsep baru dibidang keuangan negara pada abad
ketujuh, yakni semua hasil pengumpulan negara harus dikumpulkan terlebih
dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan negara. Status harta
hasil pengumpulan itu adalah milik negara dan bukan milik individu. Tempat
pengumpulan itu disebut dengan baitul mal atau bendahara negara. Binatang-
binatang yang merupakan harta perbendaharaan negara tidak disimpan di baitul
mal.

Sistem ekonomi islam pada masa sahabat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
sistem ekonomi yang  dilakukan pada zaman Nabi Muhammad ketika masih menjabat
sebagai kepala negara. Pada kekhalifah pertama, Abu Bakar Siddiq (51 SH-13 H/537-634
M), ia banyak menghadapi permasalahan dalam kepemimpinannya diantaranya yaitu
menghadapi orang-orang murtad yang tidak mau membayar zakat. Setelah berhasil
menghadapi permasalahan tersebut, Abu Bakar membangun kembali Baitul Maal dan
meneruskan kembali sistm pendistribusian harta untuk rakyat, sebagaimana yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Khalifah Abu Bakar As Siddiq juga melaksanakan
berbagai kebijakan ekonomi yang pernah dilaksanakan oleh Nabi. Antara lain :
 Perhatian yang besar terhadap keakuratan penghitungan zakat.
 Melaksanakan pembagian tanah hasil sitaan.
 Mengambil alih tanah dari orang-orang murtad.

Pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab, ia dipandang sebagai khilafah yang
paling banyak meakukan inovasi . Dalam melakukan pengelolaan harta negara, Umar
selalu bermusyawarah dengan para sahabat. Kebijakan yang dilakukan Umar antara lain
tidak mendistribusikan harta Baitul maal sekaligus, namun didistribusikan secara
bertahap. Pada masa Umar, hukum perdagangan mengalami penyempurnaan guna
menciptakan perekonomian secara sehat. Umar mengurangi beberapa beban pajak pada
beberapa barang.
Pada pemerintahan Usman, ia banyak sekali mengalami permasalahan mungkin
dikarenakan pada waktu pengangkatan sebagai khalifah ia sudah berumur sekitar 70
tahun.Usman memerintah selama 12 tahun.  Pada masa 6 tahun pemerintahan Usman
yang pertama ia mampu menata pemerintahan dengan baik, khususnya mengawasi
dibidang perdagangan, sumber daya alam, dan administrasi pemerintahan. Usman ibn
Affan, seorang hartawan yang dermawan dalam mendistribusikan harta kekayaan Negara.
Usman tidak mengeluarkan harta baitul maal dengan boros, ia hanya ingin menyetujui
pengeluaran baitul maal untuk kepentingan yang sangat darurat saja. Pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib (23 SH-40H/600-661M), ia terkenal sebagai khalifah
yang sangat sederhana. Pada masa pemerintahan Ali, Ali harus menyelesaikan konflik
yang terjadi pada saat itu akibat dari pemerintahan Usman. Ia harus mengelola
perekonomian secara hati-hati. Ali secara langsung keluar dari daftar penerima dana
bantuan Baitul Maal, selain itu ia juga memberikan 5.000 dirham dana bantuan setiap
tahunnya kepada negara. Ali juga mencetak mata uang sendiri sebagai pengganti mata
uang dinar dari Romawi dan dirham dari Persia untuk kelangsungan negaranya.
Abad pertengahan merupakan masa pemerintahan daulah-daulah Islamiyah, yakni
masa Daulah Umaiyah dan Daulah Abasiyah. Pada masa Abasiyah, merupakan masa-
masa keemasan karena pada waktu itu islam mencapai kejayaan dalam sektor
politik, ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan. Kebijakan yang dilakukan oleh
pemimpin Abasiyah dalam sektor ekonomi yaitu dengan cara memindahkan ibu kota dari
Damaskus ke Baghdad. Hal ini dikarenakan Baghdad adalah kota yang strategis sekaligus
kota yang dekat dengan sungai Eufrat dan Tigris yang merupakan sungai yang sering
dilalui untuk jalur perdagangan. Pada masa Abasiyah semangat berijtihad sangat terlihat
dilakukan oleh para ulama. Kondisi ini mendorong pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan termasuk bidang fiqh. Para fuqaha pada masa ini melakukan ijtihad untuk
mencari ide-ide baru tentang fiqh guna menghadapi - persoalan persoalan social yang
terjadi sehari-hari. Tidak ketinggalan para fuqaha juga mencari ide-ide baru tentang
masalah ekonomi, hingga muncullah beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa
sarjana-sarjana muslim seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Taimiyah, Ibn Khaldun.
1. Abu Yusuf
Yaqub ibn Ibrahim Abu Yusuf lahir di Kuffah pada tahun 113 H dan wafat pada
tahun 182 H. Masa dewasanya dilalui selama periode puncak pemerintahan Abasiyah,
tepatnya pada pemerintahan Harun Al-Rasyid.   Di bawah kekuasaan Harun Al-
Rasyid, Abu Yusuf membuat sebuah kitab yang berjudu al-Kharaj yang membahas
tentang perpajakan., pemerintahan, keuangan, peradilan dan belanja negara. Menurut
Abu Yusufekonomi islam mengikuti prinsip mekanisme pasar dengan memberikan
kebebasan yang optimal terhadap para pelaku jual beli.
2. Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama dan sarjana muslim yang hidup jauh sebelum
ilmu ekonomi modern. Pada saat itu ia sudah menulis beberapa konsep ekonomi yang
masih terkenal hingga saat ini, tidak hanya dikalangan muslim namun juga non
muslim. Al-Ghazali berrhasil menemukan teori yang dapat memecahkan
permasalahan tentang barter, teori permintaan, penawaran dan etika perilaku pasar.
3. Ibn Taimiyah
Terlahir di Harran Syria , Ibn Taimiyah merupakan seorang cendikiawan muslim
paripurna. Pemikiran Ibn Taimiyah banyak dituangkan di dua bukunya yang berjudul
Al-Hisbah fi  al-Islam dan Al-Siyasah fi Islah al-Rai wa al-Raiyah.di bukunya yang
pertama ia menjelaskan tentang beroperasinya pasar dan mengapa harus ada
kebijakan public. Sedangkan di buku yang kedua ia cenderung membahas tentang
mekanisme pasar bebas dan institusi hisbah.
4. Ibn Khaldun
Terlahir di Tunisia pada tahun 1332 dan wafat di Kairo pada tahun 1406, Ibn Khaldun
merupakan ilmuwan Muslim paripurna. Karena ilmunya sangat luas, maka ia dujuluki
sebagai bapak ilmu ekonomi, sosiologi, sejarah dll. Di bidang ekonomi misalnya Ibn
Khaldun mendiskusikan banyak sekali topik tentang ekonomi dengan pembahasan
yang sangat luas. Misalnya dalam teori pasar dan pembentukan harga.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehidupan Rasulullah dan masyarakat muslim dimasa beliauadalah teladan yang
paling baik implementasi islam, termasuk dalam bidang ekonomi. Pada periode mekkah
masyarakat muslim belum sempatmembangun perekonomian, sebab masa itu penuh
dengan perjuanganuntuk mempertahankan diri dari intimidasi orang-orang quraisy.
Barulah pada periode Madinah, Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat
Madinah sehingga menjadi masyarakat sejahtera dan beradab.
Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau
telah menunjukkan prinsib-prinsib yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter
umum dari perekonomian pada masa itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap erika
dan norma serta perhatiyannyayang besar terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan.
Usaha-usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam bingkai syariah islam sementara
sumber daya ekonomi tida boleh menumpuk segelintir orang melaikan harus berendar
bagi kesajahteraan seluruh umat. Pasar menduduki peranan penting sebagai makanisme
ekonomi, tetapi pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam mewujudkan
kesahteraan dan menegakkan keadilan.
Dalam hal perekonomian Rosulallah telah mengajarkan transaksi-transaksi
perdagangan secara jujur, adil, dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh
kecewa. Ia selalu menepati janji danmengantarkan barang dagangannya dengan standar
dan kualitas sesuaidengan permintaan pelanggan. Adapun perkembangan pemikiran pada
masa tersebut adalahsebagai berikut :
a.) Kebijakan fiskal pada masa Rasulullah.
b.) Unsur-unsur kebijakan fiskal pada masa Rasulullah.
c.) Pengeluaran negara dimasa Rasulullah.
d.) Baitul mal.
B.
DAFTAR PUSTAKA
http://hes.unida.gontor.ac.id/ekonomi-islam-pada-masa-nabi-muhammad-saw/
https://www.kompasiana.com/nurimama1998/58afad2f747e6118055e6a5c/perkembangan-
ekonomi-islam-pada-masa-rasulullah-khulafaurrasyidin-dan-abad-pertengahan
http://www.forshei.org/2020/03/sejarah-perkembangan-ekonomi-islam.html
https://ahmadrofiqzakariya.blogspot.com/2018/01/sejarah-pemikiran-ekonomi-masa-bani.html

Anda mungkin juga menyukai