Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental

http://url.unair.ac.id/3cb97dc0
e-ISSN 2301-7082

ARTIKEL PENELITIAN

PENGARUH SENSE OF HUMOR TERHADAP RESILIENSI AKADEMIK


MAHASISWA AKHIR MASA STUDI SARJANA DI UNIVERSITAS AIRLANGGA

YOGATAMA WISNU WARDHANA & AFIF KURNIAWAN


Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

ABSTRAK
Mahasiswa akhir masa studi sarjana memiliki resiko untuk terdampak stres, rasa cemas, ketakutan,
depresi dan emosi negatif lainnya ketika tidak mampu menghadapi kesulitan akademik. Beberapa kasus
gangguan kejiwaan dan bunuh diri mulai bermunculan akibat ketidakmampuan menghadapi kesulitan
tersebut. Kemampuan resiliensi sebagai kapasitas untuk bangkit dari kesulitan akademik merupakan
strategi terbaik bagi mahasiswa akhir untuk sukses menyelesaikan studinya. Berbagai penelitian
terkait, menyatakan bahwa sense of humor berguna untuk meningkatkan emosi positif sebagai faktor
teoritik dari resiliensi akademik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sense of humor
terhadap resiliensi akademik mahasiswa akhir masa studi sarjana di Universitas Airlangga. Penelitian
ini dilakukan pada 150 mahasiswa akhir masa studi sarjana di Universitas Airlangga dengan alat ukur
MSHS untuk mengukur sense of humor dan ARS-30 untuk mengukur resiliensi akademik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sense of humor berpengaruh signifikan terhadap resiliensi akademik
(ρ=0,282; p<0,05). Dimensi coping with humor berpengaruh signifikan terhadap resiliensi akademik
(ρ=0,370; p<0,05).

Kata kunci: humor, mahasiswa akhir masa studi sarjana, resiliensi akademik, sense of humor

ABSTRACT
Final period undergraduate college students are risky to affected by stress, anxiety, fear, depression, and
other negative emotions when they unable to cope with academic adversities. Several cases of psychiatric
disorders and suicide began to emerge due to the inability of facing these adversity. Resiliency is ability to
bounce back from academic adversity are the best strategy to accomplish their studies. Various related
research found that sense of humor are useful to increase positive emotions as a theoretical factor of
academic resilience. The purpose of this study was to determine the effect of sense of humor on academic
resilience to the final period undergraduate students at Universitas Airlangga. This study was conducted on
150 final period undergraduate students at Universitas Airlangga with MSHS as the instrument that measure
sense of humor and ARS-30 to measure academic resilience. Result showed that sense of humor had a
significant effect to academic resilience (ρ=0,282; p<0,05). Coping with humor as a dimension is significantly
impact to academic resilience (ρ=0,370; p<0,05).

Keywords: academic resilience, final period undergraduate college students, humor, sense of humor

*Alamat korespondensi: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Kampus B Universitas Airlangga Jalan
Airlangga 4-6 Surabaya 60286. Surel: afif.kurniawan@psikologi.unair.ac.id

Naskah ini merupakan naskah dengan akses terbuka dibawah ketentuan the Creative
Common Attribution License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), sehingga
penggunaan, distribusi, reproduksi dalam media apapun atas artikel ini tidak dibatasi, selama
sumber aslinya disitir dengan baik.
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
85
PENDAHULUAN
Mahasiswa akhir masa studi sarjana adalah mahasiswa akhir yang menempuh pembelajaran di
program pendidikan sarjana menjelang batas waktu studi maksimum yang ditentukan oleh institusi
pendidikan. Batas waktu studi maksimum pendidikan sarjana adalah 14 semester atau 7 tahun
(Universitas Airlangga, 2018). Pada penelitian ini mahasiswa akhir masa studi yang menjadi subjek
penelitian adalah mahasiswa tingkat akhir angkatan 2010-2012. Data direktorat kependidikan
Universitas Airlangga menunjukkan jika masih terdapat ratusan mahasiswa akhir yang belum
menyelesaikan tanggung jawab akademik meskipun masa studinya akan segera berakhir. Penyebab
keterlambatan penyelesaian studi ini sangat beragam, diantaranya adalah faktor akademik dan non-
akademik.
Mahasiswa akhir memiliki kekhawatiran seperti tanggung jawab kepada keluarga, hubungan
dengan pasangan dan teman, dan kondisi ekonomi keluarga untuk membiayai perkuliahan (Khan,
Gulzar, & Yahya, 2013). Selain itu transisi mahasiswa akhir menuju masa dewasa awal yang rentan
terjadi ketegangan emosi dan peningkatan permasalahan hidup (Santrock, 2012); kebingungan dalam
studi dan penentuan karir masa depan (Widlansky, 1997); penurunan motivasi karena lingkungan
perkuliahan berubah dan rekan-rekannya telah lulus (Arham, Ahmad, & Rifdah, 2017); mengulang mata
kuliah tertentu untuk memperbaiki Indeks Prestasi Kumulatif (Sari & Indrawati, 2016); proses
pengerjaan tugas akhir atau skripsi (Asmawan, 2016); dan resiko dropout sebagai konsekuensi dari
tidak mematuhi Surat Peringatan batas waktu studi maksimal (Universitas Airlangga, 2018).
Potensi gangguan kesehatan mental yang dikhawatirkan terjadi pada mahasiswa akhir yang
terdampak kesulitan akademik diantaranya adalah distres (Widlansky, 1997; Kupriyanov & Zhdanov,
2014; Azzahra, 2017); depresi (Widlansky, 1997; Savescu, Stoe, & Rotaru, 2017); dan beberapa kasus
bunuh diri akibat tuntutan tugas akhir (Muhardiansyah, 2014; Musliadi, 2017) . Beberapa survey terkait
kesehatan mental mahasiswa seperti yang dilakukan American College Health Association`s kepada 937
mahasiswa acak. Hasil survey menunjukkan jika 37% subjek merasa terbebani dengan tuntutan
akademik, 25,8% merasa cemas dengan tuntutan akademik, dan 15,8% merasa depresi dengan tekanan
terkait akademik (ACHA, 2013). Survei StudentBMJ kepada 1122 mahasiswa kedokteran untuk
mengetahui kesehatan mental mahasiswa di UK, hasilnya adalah 30% (343 mahasiswa) mengalami
problem kesehatan mental serius dan pernah mendapat perawatan profesional (Billingsley, 2015).
Sekitar 15% responden mengalami gejala depresi dan 14,9% pernah berpikir untuk bunuh diri karena
tekanan dan tuntutan studi yang menyulitkan (Billingsley, 2015).
Mahasiswa akhir yang tidak dapat beradaptasi dengan tekanan, kesulitan dan penderitaan akibat
tuntutan akademik berpotensi untuk mengalami dampak buruk tersebut. Sehingga mahasiswa akhir
perlu mengadopsi kemampuan resiliensi agar mampu beradaptasi secara positif dengan kesulitan
akademik. Resiliensi akademik adalah kemampuan untuk menghadapi kesengsaraan (setback), stres
dan tekanan akademik secara efektif (Martin & Marsh, 2003). Dampak dari resiliensi secara akademis
yaitu adaptasi positif terhadap hambatan, kesulitan dan rintangan akademik dengan memulihkan
kondisi psikologis kemudian menghadapinya dengan kelebihan-kekurangan yang dimiliki (Boatman,
2014 dalam Hendriani, 2017). Mahasiswa yang resilien secara akademis akan terhindar dari kecemasan
dan resiko klinis seperti depresi, selain itu optimisme dan kegigihan untuk menghadapi rintangan
tersebut akan meningkat (Martin & Marsh, 2009). Penelitian terkini menunjukkan bahwa pelajar yang
resilien mampu memantul (bounce back) dari kondisi terpuruk (Martin & Marsh, 2003), mengurangi
dampak stres yang negatif (Triyana, Hardjajani, & Karyanta, 2015), mengurangi distres (Bacchi &
Licinio, 2017), kemudian mampu meningkatkan kesuksesan studi (Beauvais, Stewart, Denisco, &
Beauvais, 2014).
Toleransi terhadap afek dan emosi negatif adalah salah satu faktor yang membentuk resiliensi
akademik (Connor & Davidson, 2003; Martin & Marsh, 2003; Cassidy, 2016). Sehingga emosi adalah
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
86

faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya resiliensi akademik. Ketika mahasiswa terpuruk
dengan kesulitan dan penderitaan akibat tuntutan akademik maka akan muncul emosi negatif berupa
distres, ketakutan, kemarahan, kecemasan dan depresi (Du, Huang, An, & Xu, 2018). Maka dari itu perlu
mengembangkan pengelolaan emosi dengan memunculkan emosi positif sebagai obat dari emosi
negatif, karena emosi positif akan mengarahkan pada perilaku positif (Fredrickson, 1998). Emosi positif
adalah penyangga (buffer) dari dampak buruk yang ditimbulkan pengalaman emosional negatif ketika
ditimpa permasalahan serius (Folkman & Moskowitz, 2000). Emosi positif terbagi menjadi empat
dimensi yaitu kesenangan, ketertarikan, kepuasan hati, dan cinta (Fredrickson, 1998).
Dimensi kesenangan (joy) digambarkan sebagai keinginan untuk “bermain” dalam suatu kondisi,
mendorong batas-batas, kreatif dan meningkatkan daya kemampuan intelektual maupun sosial
(Fredrickson, 1998). Bentuk dari kesenangan ini adalah humor, karena humor dapat mengundang
respon tertawa kemudian dapat berpengaruh pada kondisi diri dan hubungan sosial yang lebih positif.
Kepekaan seseorang terhadap humor. Produksi humor dan kemampuan untuk menggunakan humor
sebagai strategi regulasi emosi atau koping yaitu sense of humor (Thorson & Powell, 1993; Tugade &
Fredrickson, 2004). Sense of humor tidak hanya sebatas respon tertawa saja, namun lebih pada trait
kepribadian kompleks yang meliputi kepekaan untuk merasakan humor, menciptakan humor,
mengapresiasikan humor dan menggunakan humor sebagai mekanisme koping dan untuk mencapai
tujuan sosial (Thorson & Powell, 1993). Mahasiswa resilien cenderung memiliki sense of humor yang
menunjukkan pengaruhnya pada emosi positif, motivasi yang tinggi dan usaha yang keras untuk
menyelesaikan masalahnya (Kuiper, 2012).
Sense of humor sebagai emosi positif akan menunjang terbentuknya broaden and build thinking,
yaitu pemikiran lebih lapang dan terbuka untuk memunculkan resolusi dari tekanan yang dialami,
sehingga kecenderungan pikiran-tindakan (thought-action tendencies) akan mengarah pada output
positif pula (Fredrickson, 1998; Fredrickson, 2001). Penelitian terkini menunjukkan ketika sense of
humor tinggi maka resiliensi atau resiliensi akademik akan meningkat pula (Hughes, 2008; Pande,
2014). Resiliensi akademik muncul karena sense of humor dapat mengurangi dampak stres,
meningkatkan pemikiran positif, dan emosi positif, kemudian menunjang terbentuknya faktor protektif
eksternal seperti dukungan sosial akan meningkat seiring penggunaan humor (Kuiper, 2012; Abel,
2002).
Penelitian sebelumnya telah menyatakan keterkaitan antara sense of humor dengan resiliensi
akademik, namun pada konteks mahasiswa akhir masa studi dan khususnya di Indonesia belum
ditemukan literatur yang menyatakan keterkaitan dan pengaruh satu arah secara saintifik. Sehingga
penulis tertarik untuk meneliti pengaruh sense of humor terhadap resiliensi akademik mahasiswa akhir
masa studi sarjana di Universitas Airlangga. Hipotesis pada penelitian ini adalah tidak terdapat
pengaruh signifikan sense of humor terhadap resiliensi akademik (Ho).

Mahasiswa Akhir Masa Studi Sarjana


Definisi mahasiswa akhir masa studi dapat disetarakan dengan kategori super senior. Super senior
adalah seorang pelajar/mahasiswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar di institusi pendidikan
dengan program pendidikan 4 tahun, dan belum menyelesaikan pendidikannya dalam kurun waktu 5
tahun atau lebih (Nietupski, dkk., 2006). Pada penelitian ini penulis juga mengacu pada peraturan
kependidikan yang menyatakan jika batas waktu studi adalah 7 tahun, sehingga penulis memilih secara
spesifik mahasiswa yang telah berkuliah mendekati periode tersebut.
Resiliensi Akademik
Kunci dari resiliensi adalah adanya kesulitan signifikan atau penderitaan (adversity) sebagai
anteseden dan adaptasi positif sebagai hasil dari resiliensi yang terbentuk. Resiliensi akademik sebagai
pengembangan dari resiliensi konvensional berusaha memantapkan bahwa pada setting akademik juga perlu
mengembangkan kemampuan resiliensi untuk sukses dalam menghadapi kesulitan studinya
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
87

(Martin & Marsh, 2009). Resiliensi akademik adalah kemampuan untuk menghadapi kesengsaraan
(setback), stres dan tekanan secara efektif dalam seting akademik (Martin & Marsh, 2003). Cassidy
(2016) menyatakan jika resiliensi akademik adalah kemampuan untuk meningkatkan keberhasilan
dalam pendidikan meskipun mengalami kesulitan yang signifikan. Boatman (2014, dalam Hendriani,
2017) menyatakan bahwa resiliensi akademik adalah ketika seorang mahasiswa menggunakan
kekuatan internal dan eksternalnya untuk mengatasi pengalaman emosional negatif, stres dan
menghambat ketika proses belajar, sehingga dapat beradaptasi dengan baik dan melaksanakan tuntuan
akademik dengan optimal.
Resiliensi akademik merupakan konstruk multidimensi yang meliputi ketekunan (perseverance)
yang menandakan seseorang mampu tetap berjuang meskipun menghadapi hambatan dengan
menerapkan kedisiplinan, mengontrol diri, ulet, dan memiliki orientasi tujuan; refleksi diri dan mencari
bantuan secara adaptif (reflecting and adaptive help-seeking) yang menandakan seseorang mengetahui
kelebihan dan kelemahan dirinya, kemudian mengakomodasi strategi yang efektif untuk
menghadapinya dengan atau tanpa bantuan orang lain; dan afek negatif dan respon emosional (negative
affect and emotional response) merupakan kemampuan individu untuk mengelola emosi negatif dan
perasaan tidak nyaman, mengatasi stres, fokus dan berpikir jernih saat menghadapi kesulitan (Cassidy,
2016).

Humor
Kata humor berasal dari bahasa latin umor yang memiliki arti cairan dalam tubuh, sejak 400 SM
orang Yunani kuno menganggap suasana hati dientukan oleh cairan ini (Rachmanadji, 2007). Kondisi
saat ini menggunakan kata-kata humor dengan definisi yang baru dan dikaitkan dengan kelucuan,
kegembiraan, kesenangan, dan hiburan (Rachmanadji, 2007). Humor menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sesuatu yang lucu; keadaan yang menggelikan hati; kejenakaan; kelucuan (KBBI,
2016). Sehingga dapat disimpulkan bahwa humor adalah suatu hal yang lucu, menggelikan karena
bersifat tidak umum kemudian dapat memunculkan respon tertawa dan rasa senang.

Sense of Humor
Sense of humor adalah konstruk multidimensi yang meliputi kemampuan untuk mengenali humor,
memproduksi humor, mengapresiasi humor dan menggunakan humor sebagai mekanisme koping
untuk mencapai tujuan sosial (Thorson & Powell, 1993). Sense of humor adalah konstruk kepribadian
yang kompleks, melibatkan aspek kognitif, emosional, perilaku, fisiologi dan sosial (Martin, 2004).
Stimulus yang diberikan oleh eksternal berupa konten/isi dari suatu pernyataan atau media lain dalam
konteks humor yang diproses oleh sensor dan diterima oleh individu tersebut melalui serangkaian
proses kognitif (Geisler & Weber, 2010). Proses kognitif tersebut memunculkan reaksi perubahan atau
dinamika fisiologis (sel dan jaringan) ketika menerima stimulus dan memungkinkan produksi hormon-
hormon yang berpengaruh terhadap persepsi emosional (Geisler & Weber, 2010; Wu, dkk., 2013). Hasil
dari pemrosesan kognitif dan emosional tersebut adalah perilaku dan penampakan diri terhadap
lingkungan sosialnya, seseorang yang memiliki sense of humor yang baik memiliki gairah dan semangat
untuk menghadapi stressful events dan menjalin relasi yang positif karena humor dapat memecah
kebekuan suasana (Fredrickson, 1998; Kuiper, 2012).
Dimensi dalam sense of humor terbagi menjadi 4, yaitu humor production yang mengacu pada
kemampuan kreatif seseorang untuk menjadi humoris, membuat kelucuan, menciptakan perspektif jenaka,
dan aktif untuk memulai humor; coping with humor yang mengacu pada kemampuan untuk menggunakan
humor untuk menjaga emosi positifnya dalam menghadapi situasi yang stressfull baik untuk dirinya atau
pada orang lain; attitude toward humorous people yaitu kecenderungan perilaku dan pikiran ketika
menghadapi situasi jenaka, humor dan orang humoris untuk tersenyum atau tertawa dengan memandang
tujuan sosial; dimensi terakhir yaitu humor appreciation yang mengacu pada

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
88

apresiasi atau penerimaan seseorang terhadap situasi yang jenaka, dan apresiasi terhadap orang-orang
yang humoris (Thorson & Powell, 1993).

METODE
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif eksplanatori dengan metode
pengumpulan data survey, tujuannya untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel dan
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Neuman, 2013). Subjek dalam
penelitian ini adalah 150 mahasiswa akhir masa studi sarjana yang tersebar pada beberapa fakultas di
Universitas Airlangga. Alat ukur untuk mengukur resiliensi akademik adalah Academic Resilience Scale-
30 (ARS-30) sebanyak 30 aitem yang disusun oleh (Cassidy, 2016) dengan reliabilitas 0,887. Kemudian
alat ukur untuk variabel sense of humor adalah Multidimensional Sense of Humor Scale (MSHS) terdapat
24 aitem yang disusun oleh (Thorson & Powell, 1993) dengan reliabilitas 0,879. Teknik analisis data
menggunakan uji deskriptif, uji asumsi klasik dan uji regresi untuk mengetahui sumbangan pengaruh
variabel independen kepada variabel dependen.

HASILPENELITIAN
Uji Deskriptif

Tabel 1. Hasil Uji Deskriptif


N Rata- Standar Range Skewness Kurtosis Nilai Nilai
rata Deviasi Min. Max.
Sense of 150 76,11 13,177 46 -0,124 -0,472 50 96
Humor
Resiliensi 150 115,21 9,575 64 0,025 -0,017 83 148
Akademik
Pada tabel di atas jumlah data yang diolah adalah 150 subjek. Nilai rata-rata dari sense
of humor yaitu 76,11 dengan standar deviasi 13,177. Nilai rata-rata resiliensi akademik adalah
115,21 dengan standar deviasi 9,575. Alat ukur sense of humor memiliki skor dari rentang 24-
96, namun pada penelitian ini skor minimum subjek adalah 50 dan skor maksimum 96. Alat
ukur resiliensi akademik rentang skornya adalah 30-150, namun pada penelitian ini skor
minimum subjek adalah 84 dan skor maksimum 148.

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dalam penelitian ini yaitu uji normalitas, uji linearitas, dan uji
homoskedastisitas. Uji normalitas menggunakan teknik analisis Kolmogorov-Smirnov,
persebaran data kedua alat ukur berdistribusi normal, dapat dilihat dari nilai signifikansi
variabel independen adalah 0,069 (p>0,05) dan variabel dependen adalah 0,200 (p>0,05).
Kemudian uji linearitas menyatakan jika variabel sense of humor berhubungan linear terhadap
resiliensi akademik dengan nilai signifikansi 0,001 (p<0,05), kemudian 4 dimensi sense of
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
89

humor linear dengan resiliensi akademik. Kemudian penulis menguji apakah dalam penelitian
ini terjadi asumsi heteroskedastisitas atau tidak, hasil uji Glejser menunjukkan bahwa nilai
signifikansinya adalah 0,225 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa data penelitian ini tidak
terjadi asumsi heteroskedastisitas.
Berikut ini adalah grafik scatterplot untuk melihat apakah nilai residu memiliki variasi
residu yang sama pada tiap subjek yang berbeda. Asumsi heteroskedastisitas terjadi ketika
plots residu berkumpul dan membentuk pola yang tampak jelas. Gambar 1 di bawah ini
menunjukkan bahwa plots persebaran data tidak berkumpul di satu titik dan tidak membentuk
pola tertentu seperti cerutu, sehingga asumsi heteroskedastisitas ditolak dan asumsi
homoskedastisitas terpenuhi.

Gambar 1. Grafik Scatterplot Uji Homoskedastisitas

Hasil Uji Korelasi dan Regresi Linear

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Dimensi Variabel Sense of Humor


Regresi
Linearitas
Korelasi Standarized Coeff. Unstandarized
(Sig.)
Beta B
Sense of Humor 0,001 0,282** 0,282**
Humor Production 0,031 0,174* -0,061 -0,245
Coping with Humor 0,000 0,340** 0,370** 1,346
Attitude Toward 0,010
0,200* 0,090 0,499
Humorous People
Humor Appreciation 0,035 0,171* -0,071 -0,370
*(p<0,05)
**(p<0,01)
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
90

Pada tabel di atas variabel sense of humor berkorelasi positif dengan resiliensi, namun
kekuatan hubungan keduanya rendah yaitu 0,282. Tabel di atas menunjukkan bahwa keempat
dimensi sense of humor berhubungan secara signifikan terhadap resiliensi akademik. Kemudian
pada analisis regresi, sense of humor terbukti berpengaruh signifikan terhadap resiliensi akademik,
namun hanya dimensi coping with humor yang berpengaruh signifikan terhadap resiliensi
akademik (p=0,001; p<0,05). Ketiga dimensi lain tidak berpengaruh terhadap
resiliensi akademik.

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear


Unstandarized B Coefficients Standarized T Sig.
Std. Error Coefficients Beta
(Constant) 85.630 8,324 10,287 0,000
Sense of
0,389 0,109 0,282 3,581 0,000
Humor

Tabel 3 menunjukkan regresi linear antara sense of humor dan resiliensi akademik
berpengaruh secara signifikan (p=0,000; p<0,05), sehingga hipotesis alternatif (Ha) pada
penelitian ini di terima dan hipotesis null di tolak. Persamaan regresi dari penelitian ini
mengacu pada tabel 3 di atas. Nilai Unstandarized B menjadi konstanta dari variabel dependen
(85,630) dan variabel independen (0,389). Sehingga persamaan regresinya adalah Y = 85,630
+ 0,389(X).

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear


Adjusted R Std. Error of
Model R R Square
Square the Estimate
1 0,282a 0,080 0,074 12,683

Tabel 4 di atas menunjukkan nilai R square (R2) sebesar 0,080 atau 8%. Artinya variabel
sense of humor memberikan pengaruh atau determinasinya terhadap resiliensi akademik
sebesar 8%, dan 92% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian
ini.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
91

DISKUSI
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh sense of humor terhdaap resiliensi
akademik mahasiswa akhir masa studi sarjana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sense of
humor berpengaruh terhadap variabel resiliensi akademik dengan R = 0,282; R 2 = 0,080 dengan
signifikansi 0,000 (p<0,05). Koefisien signifikansi menunjukkan nilai 0,000 sehingga variabel
sense of humor berpengaruh signifikan terhadap terbentuknya atau meningkatnya resiliensi
akademik. Nilai R2 (R square) menunjukkan prosentase pengaruh dari variabel sense of humor
terhadap resiliensi akademik, yaitu sebesar 0,080 (8%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari (Cann & Collette, 2014) kepada 120
mahasiswa untuk mengetahui pengaruh humor terhadap emosi, well-being, distres dan
resiliensi. Penelitian ini menyatakan bahwa sense of humor berhubungan positif dan
berpengaruh signifikan secara langsung maupun tidak langsung terhadap resiliensi. Humor
membantu meningkatkan emosi positif (positive affect) dan menurunkan kecenderungan emosi
negatif (negative affect) ketika terpapar dengan kesulitan atau hambatan akademik (Tugade &
Fredrickson, 2004; Cann & Collette, 2014).
Hasil ini mendukung penelitian (Pande, 2014) untuk melihat peran humor terhadap kapasitas
positif. Penelitian tersebut menyatakan bahwa sense of humor mampu meningkatkan resiliensi dan
hardiness secara bersamaan. Sense of humor mampu meningkatkan pemulihan kondisi psikologis
mahasiswa ketika mengalami kesulitan, karena humor mampu meningkatkan kekuatan mental
yang positif untuk menghadapi kesulitan atau stressful events dengan bahagia dan senyuman
(Pande, 2014). Humor merupakan strategi untuk tumbuh berkembang dan mematangkan individu
yang menghadapi permasalahan besar, seseorang akan mengadaptasi humor menjadi mekanisme
koping yang lebih positif (Abel, 2002).
Pandangan neuropsikologis menyatakan jika humor dan tertawa meningkatkan produktifitas
otak untuk memproduksi hormon dopamine, serotonin, norepinephrine, dan beberapa hormon
lainnya (Wu, dkk., 2013). Hormon-hormon tersebut akan mengurangi konsentrasi hormon kortisol
dan kortikosteroid pada otak ketika terpapar dengan stres, ketakutan, kecemasan, depresi, dan
emosi negatif lainnya (Wu, dkk., 2013). Ketika hormon kortisol dan kortikosteroid mendominasi
amigdala, maka kondisi emosi, mood, dan kemampuan kognitif akan terpengaruh menjadi negatif
(Wu, dkk., 2013). Sense of humor dapat
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
92

membantu individu menilai kesulitan dan stresor yang berdampak negatif menjadi lebih positif
dan mampu memecahkan permasalahan yang menimbulkan stres tersebut dengan lebih positif,
dibarengi dengan respon senyum atau tertawa (Abel, 2002).
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hanya dimensi coping with humor yang
berpengaruh terhadap resiliensi akademik. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
(Hughes, 2008) yang menyatakan bahwa semua dimensi sense of humor berdampak pada
resiliensi karyawan di U.S. Perbedaan hasil ini dikarenakan para karyawan memandang
hubungan resiprokal dengan atasan atau rekan kerja melibatkan produksi humor untuk saling
mencairkan suasana, apresiasi humor dan perilaku ketika menghadapi humor dan aspek
koping menggunakan humor, ikut mempengaruhi kedekatan dan situasi kerja antar karyawan
ataupun dengan atasan (Hughes, 2008).
Aspek dari sense of humor yang paling berpengaruh terhadap resiliensi adalah penggunaan
humor sebagai strategi koping (Robbins, 2008). Karena secara langsung maupun tidak langsung,
humor dapat menurunkan ketegangan, stress, dan mengurangi gejala depresi karena humor
mampu “memutarbalik” perspektif dan emosi negatif yang menguasai seseorang ketika terdampak
pengalaman negatif (Robbins, 2008). Sense of humor sebagai bagian dari emosi positif akan
menunjang penggunaan broaden and build thinking, yaitu pemikiran lebih lapang dan terbuka
untuk menghadapi tekanan dan kesulitan yang membuat emosi negatif mendominasi (Fredrickson,
2001). Strategi koping emosional ini tidak berkaitan dengan dikotomi rasionalitas dan emosional,
tidak ada strategi koping yang paling baik ataupun paling buruk, yang ada hanyalah tepat atau tidak
penggunaannya. Sense of humor akan menunjang gairah individu yang resilien untuk “bermain”
dengan kesulitan tersebut karena emosi positif menyuruhnya “bermain” dalam permainan sulit
tersebut (Fredrickson, 1998).
Pandangan lain menyatakan jika penggunaan humor strategi perubahan struktur kognitif
yang berfokus menilai ulang situasi yang sulit dan negatif dengan perspektif incongruence untuk
memberi penilaian yang lebih positif (Geisler & Weber, 2010). Penggunaan humor sebagai strategi
koping dan regulasi emosi berbeda dengan regulasi emosi lainnya, karena humor tidak menyangkal
pengalaman negatif tetapi membantu untuk menafsirkan ulang situasi sulit tersebut menjadi lebih
positif dan meningkatkan optimisme untuk menyelesaikan kesulitan tersebut (Geisler & Weber,
2010). Hasil penelitian ini mendukung pernyataan
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
93

(Thorson & Powell, 1993) menyatakan bahwa sense of humor yang baik dapat meningkatkan
adaptivitas, yaitu kemampuan untuk ‘mentertawakan situasi’, mengatasi situasi sulit, dan
meredakan situasi sosial yang tegang dan kaku dengan menggunakan humor.

SIMPULAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa sense of humor berpengaruh signifikan terhadap resiliensi
akademik pada mahasiswa akhir masa studi sarjana di Universitas Airlangga. Empat dimensi dari
sense of humor berhubungan signifikan dengan arah hubungan positif terhadap resiliensi akademik.
Kemudian dimensi yang paling berpengaruh terhadap peningkatan resiliensi akademik adalah
coping with humor, sedangkan tiga dimensi lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap
resiliensi akademik. Koping menggunakan humor merupakan salah satu strategi koping emosional
yang berdampak pada peningkatan emosi positif.
Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan studi eksperimental terkait terapi tawa,
ataupun mencari stimulasi humor yang tepat untuk meningkatkan resiliensi akademik pada
konteks mahasiswa akhir. Perlu adanya desain intervensi yang melibatkan dosen pembimbing
atau stakeholder fakultas untuk menangani mahasiswa akhir masa studi agar dapat survive
dengan tekanan batas waktu studinya, dengan menggunakan pendekatan psikologi positif. Jika
peneliti selanjutnya berniat untuk melakukan studi korelasional yang menggunakan psikologi
positif, maka penulis menyarankan agar memetakan faktor protektif dari konstruk emosi
positif untuk meningkatkan resiliensi akademik.

PUSTAKA ACUAN
Abel, M. (2002). Humor, stress, and coping strategies. Journal of Humor Walter de Gruyter, Vol.
15 No.4, hal. 365-381.
ACHA, A. C. (2013). Thompson Rivers University. Retrieved Agustus 19, 2018, from TRU:
https://www.tru.ca/__shared/assets/NCHA_II_Spring_201329926.pdf
Arham, S., Ahmad, & Rifdah. (2017). Penerimaan diri pada mahasiswa drop out. Jurnal
Psikoislamedia UIN Ar-Raniry, Vol.2, No.1, hal.1-11.
Asmawan, C. (2016). Analisis kesulitan mahasiswa menyelesaikan skripsi. Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial, Vol.26 No.2 hal 51-57.
Azzahra, F. (2017). Pengaruh resiliensi terhadap distress psikologis pada mahasiswa. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 05, No.1, hal.80-96.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
94

Bacchi, S., & Licinio, J. (2017). Resilience and psychological distress in psychology and medical
students. Journal Academic Psychiatry, Vol. 41 (2), hal. 185-188.
Beauvais, A., Stewart, J., Denisco, & Beauvais, J. (2014). Factors related to academic success
among nursing students: A descriptive correlational study. Nurse Educational Today
Elsevier, hal.1-6 , http://dx.doi.org/10.1016/j.nedt.2013.12.005.
Billingsley, M. (2015). Student BMJ Life. Retrieved Agustus 17, 2018, from Student BMJ web site:
http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.h4521
Cann, A., & Collette, C. (2014). Sense of humor, stable affect, and psychological well-being.
Europe`s Journal of Psychology, Vol 10, No. 3; hal.464-479.
Cassidy, S. (2016). The Academic Resilience Scale (ARS-30): A multidimensional construct
measure. Journal Frontiers in Psychology, hal. 1-11. doi: 10.3389/fpsyg.2016.01787.
Connor, K., & Davidson, J. (2003). Development of a new resilience scale : The Connor-
Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Journal of Depression and Anxiety, Vol. 18, hal. 76-82.
Du, J., Huang, J., An, Y., & Xu, W. (2018). The relationship between stress and negative emotion:
The mediating role of rumination. Clinical Resilience Trials, doi: 10.15761/CRT.1000208.
Folkman, S., & Moskowitz, J. (2000). Positive affect and the other side of coping. Journal of
American Psychologist, 637-654.
Fredrickson, B. (1998). What good are positive emotions? Review of General Psychology,
Vol.2(3): hal.300–319. doi:10.1037/1089-2680.2.3.300.
Fredrickson, B. (2001). The role of positive emotions in positive psychology: The broaden-and-
build theory of positive emotions. Journal of American Psychologist, Vol. 56(3): hal. 218–
226.
Geisler, F., & Weber, H. (2010). Harm that does not hurt: Humour in coping with self-threat.
Journal of Motivation & Emotion, 34: hal. 446–456, DOI 10.1007/s11031-010-9185-6.
Hendriani, W. (2017). Adaptasi positif pada resiliensi akademik mahasiswa doktoral. Jurnal
Humanitas, Vol.14, No.2, hal. 139-149.
Hughes, L. (2008). A correlational study of the relationship between sense of humor and
positive psychological capacities. Economics & Bussiness Journal: Inquiries & Perspectives,
Vol. 01, No.01, hal. 46-55.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Retrieved Oktober 16, 2018, from
KBBI Kemdikbud.go.id: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/humor
Khan, K., Gulzar, S., & Yahya, F. (2013). Crucial factors affecting stress: A study among
undergraduates in Pakistan. International Journal of Asian Social Science, Vol.3 hal. 428-
442.
Kuiper, N. (2012). Humor and resiliency: Towards a process model of coping and growth.
Europe`s Journal of Psychology, hal. 475-491.
Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The eustress concept: problems and outlooks. World
Journal of Medicine Science, Vol. 11(2): 179-185, DOI:
10.5829/idosi.wjms.2014.11.2.8433.
Martin. (2004). Sense of humor and physical health: Theoretical issues, recent findings, and
future directions. Journal of Humor Walter de Gruyter, Vol.17, hal. 1-19.
Martin, A., & Marsh, H. (2003). Academic Resilience and the Four Cs: Confidence, Control,
Composure, and Commitment. AARE/NZARE (pp. 1-12). New Zealand: Joint
AARE/NZARE Conference.
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental
Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
95

Martin, A., & Marsh, H. (2009). Academic resilience and academic buoyancy: Multidimensional
and hierarchical conceptual framing of causes, correlates and cognate constructs. Oxford
Reviews on Education, Vol. 35, 353–370. doi: 10.1080/03054980902934639.
Muhardiansyah, Y. (2014). Peristiwa. Retrieved Oktober 20, 2018, from Merdeka.com:
https://www.merdeka.com/peristiwa/diduga-stres-gara-gara-skripsi-mahasiswa-
usu-gantung-diri.html
Musliadi, R. (2017). Breaking News Tribun. Retrieved Oktober 20, 2018, from Tribunnews:
http://pontianak.tribunnews.com/2017/04/08/breaking-news-depresi-karena-
skripsi-mahasiswa-unka-sintang-nekat-gantung-diri
Neuman, W. (2013). Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston:
Pearson Education.
Nietupski, J., Warth, J., Winslow, A., Johnson, R., Douglas, B., Johnson, M., & Cilek, J. (2006). Iowa’s
high school super senior school-to-work transition program. The Journal for Vocational
Special Needs Education, 17-29.
Pande, N. (2014). Effect of sense of humour on positive capacities: An empirical inquiry into
psychological aspects. Global Journal of Finance and Management, Vol. 6, No. 4, hal. 385-
390.
Rachmanadji, D. (2007). Sejarah, teori, jenis, dan fungsi humor. Jurnal BS Universitas Negeri
Malang, 213-221.
Robbins, B. (2008). What is the Good Life? Positive Psychology and the Renaissance of
Humanistic Psychology. Humanistic Psychologist, 36(2): 96-112,
https://doi.org/10.1080/08873260802110988.
Santrock, J. (2012). Life-span Development (13th Ed). University of Texas, Dallas: Mc Graw-Hill.
Sari, P., & Indrawati, E. (2016). Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan
resiliensi akademik pada mahasiswa tingkat akhir jurusan X Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Jurnal Empati, Vol.5 No.2, hal. 177-182.
Savescu, R., Stoe, A., & Rotaru, M. (2017). Stress among working college students; Case study:
Faculty of Engineering Sibiu, Romania. De Gruyter Open Journal, hal.1-6, DOI
10.1515/cplbu-2017-0052.
Thorson, J., & Powell, F. (1993). Development and validation of Multidimensional Sense of
Humor Scale. Journal of Clinical Psychology, Vol.49, 13-23.
Triyana, M., Hardjajani, T., & Karyanta, N. (2015). Hubungan antara resiliensi dan stress dalam
menyusun skripsi pada mahasiswa program studi psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Jurnal Universitas Sebelas Maret, 1-13.
Tugade, M., & Fredrickson, B. (2004). Resilient individuals use positive emotions to bounce back
from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psychology,
Vol.86 No.2, hal. 320-333. doi: 10.1037/0022-3514.86.2.320.
Universitas Airlangga. (2018). Produk Hukum. Retrieved Agustus 13, 2018, from Universitas
Airlangga: http://unair.ac.id/uploads/file/c99821b2075c7f5e40eec51d33b4b4bc.pdf
Widlansky, H. (1997). The anticipation of graduation: Distress among college seniors as
mediated by career development, social support, parental attachment and gender.
Dissertations Abstract International: The Science and Engineering, 58, 1-20.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96
Pengaruh Sense of Humor terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Akhir Masa Studi
Sarjana di Universitas Airlangga
96

Wu, G., Feder, A., Cohen, H., Kim, K., Calderon, S., Charney, D., & Mathe, A. (2013). Neurobiology
of resilience and implications for promoting resilience. Frontiers in Behavioral
Neuroscience, Vol 7 (10): hal. 1-15, doi: 10.3389/fnbeh.2013.00010.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Tahun 2018, Vol. 7, pp. 84-96

Anda mungkin juga menyukai