Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

METODE MEMAHAMI SUMBER AJARAN ISLAM


METODOLOGI STUDI (KAJIAN) SYARIAH, KALAM DAN
TASAWUF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
Ezian Putra (2110201104)
Riski Dwi Saputra (2110201108)

Dosen Pembimbing:
A. Mairi Kurniadi, S.Pd.I, M.A

KELAS 1D TADRIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang atas
limpahan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan Makalah ini.
Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan atas junjungan alam Nabiyyuna
Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah kita bisa merasakan nikmatnya zaman Islamiyyah
seperti yang kita rasakan saat ini.
Ribuan Terima Kasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu sekaligus Pembimbing
kami, Bapak A. Mairi Kurniadi, S.Pd.I, M.A yang telah siap membimbing dalam mata kuliah
ini.
Makalah ini disusun sebagai kewajiban tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.
Kami tahu pasti bahwa tentunya Makalah kami ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kami dengan senang hati menerima Kritik dan Saran guna untuk perkembangan kami
kedepannya. Demikian kami berharap Makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata,
kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Makalah ini.

Kerinci, 15 September 2021


1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................1


DAFTAR ISI ........................................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................3


A. Latar Belakang ................................................................................................3
B. Pokok Masalah ................................................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN
1. METODOLOGI STUDI (KAJIAN) SYARIAH ..........................................................5
2. METODOLOGI STUDI (KAJIAN) KALAM DAN TASAWUF ....................................6

BAB III : PENUTUP


A. KESIMPULAN .................................................................................................11
B. SARAN ...........................................................................................................11

DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariah Islam Merupakan jalan hidup bagi umat manusia dan diciptakan untuk
mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia maupun di akhirat melalui
penegakan berbagai macam seruan yang tertulis dalam al-qur’an dan as-sunnah
mengatur manusia dalam berbagai aspek, bidang ‘ubudiyah maupun muamalah. Ajaran
islam bersifat universal dan komprehensif. Universal yaitu bersifat umum dan
komprehensif artinya mencakup seluruh bidang kehidupan. Secara umum hubungan
aspek atau ajaran dalam islam dapat dilihat dari sistem muamalah dalam islam yang
meliputi berbagai aspek ajaran yaitu mulai dari persoalan hak atau hukum sampai
kepada urusan lembaga keuangan.
Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan logika
dalam filsafat. Dalam mengkaji tentang agama, baik ayat-ayat yang muhkam maupun
yang mutasyabihat sebagai otoritas teks yang bersumber dari Tuhan, diperlukan sebuah
metode atau cara untuk menangkap dan memahami pesan-pesan-Nya. Ulama-ulama
klasik menggunakan ilmu kalam sebagai metode untuk memantapkan hati dan
membela kepercayaan-kepercayaan agama dengan menghilangkan berbagai macam
keraguan. Filsafat dan logika digunakan oleh sebagian ulama-ulama Islam klasik sebagai
senjata utama untuk menangkis serangan-serangan dari lawannya, yaitu orang-orang
Atheis, Yahudi, Masehi dan Majusi, yang terus menggelitik kepercayaan-kepercayaan
orang Islam dengan menggunakan senjata yang sama. Senjata itulah yang kemudian
menjadi dasar pertama dalam mengkaji ilmu kalam. Ilmu kalam secara etimologi yaitu
sebuah perkataan, ucapan, firman ataupun sabda. Adapun secara terminologi ilmu
kalam berarti ilmu yang membahas tentang perkataan mengenai akidah Islam dengan
menggunakan metode jadal (dialektika) dan dipergunakan untuk mempertahankan
akidah Islam dari serangan dan juga tekanan dari non-Mslim yang dianggap sesat.
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha membersihkan diri,
berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju
keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah
SWT dan mengikuti syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Dalam mendekatkan
diri dan mencapai riḍa-Nya. Tasawuf memiliki arti upaya untuk membebaskan diri dari
sifat-sifat kemanusiaan demi meraih sifat-sifat malaikat dan akhlak ilahi, serta menjalani
hidup pada poros ma’rifatullah dan maḥabbatullah sembari menikmati kenikmatan
spiritual. Sedangkan sebuah ungkapan yang disematkan kepada para ahli tasawuf
disebut sufi. Sufisme atau orang-orang yang tertarik pada pengetahuan sebelah dalam,
orang-orang yang berupaya mencari jalan atau praktik amalan yang dapat
mengantarkannya pada kesadaran dan pencerahan hati adalah orang-orang yang
3
mengikuti jalan penjernihan diri, penyucian hati dan meningkatkan kualitas karakter
dan perilaku mereka agar mencapai tahapan (maqam) orang-orang yang menyembah
Allah seolah-olah mereka sedang melihat-Nya dan jikalau tidak Dia selalu melihat
mereka.

B. Pokok Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas ada beberapa Pokok Masalah yang
harus mendapat perhatian, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Metodologi Studi (kajian) Syariah?
2. Apa yang dimaksud dengan Metodologi Studi (kajian) Kalam dan Tasawuf?

C. Tujuan
Tujuan Pembuatan Makalah ini adalah untuk memahami beberapa konsep
dibawah ini, yaitu:
1. Pengertian dan penjelasan tentang Metodologi Studi (Kajian) Syariah
2. Pengertian dan penjelasan tentang Metodologi Studi (Kajian) Kalam dan Tasawuf
4
BAB II
PEMBAHASAN

1. METODOLOGI STUDI (KAJIAN) SYARIAH


Syariah secara istilah merupakan suatu sistem atau aturan yang bisa jadi
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan juga hubungan manusia dengan
manusia. Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm dalam kitab Al-Hikam fi Ushulil Ahkam
mengatakan perbedaan definisi syariah berdasarkan klasifikasi tadi. Menurutnya,
syariah yaitu jika terdapat teks yang tidak multitafsir dari Alquran, hadis, taqrir Nabi
Muhammad SAW, serta para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, ataupun konsesus ulama.
Artinya, syariah bisa bersumber dari hal-hal tersebut yang dapat diaplikasikan secara
langsung. Semisal perintah shalat atau hal-hal yang menyangkut akidah, muamalah,
ibadah, dan akhlak. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surat al-Maidah ayat 48 yang
berbunyi: “Likulli ja’alna minkum syir’atan wa minhajaa,”. Yang artinya: “Untuk tiap-tiap
umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang,”.
Untuk itu, hukum syariah dengan ilmu fikih di Indonesia memang saling
berkaitan. Apalagi masyarakat Muslim Indonesia mayoritasnya menganut aliran
Madzhab Syafi’i, sehingga penerapan kedua hal itu sangat dibutuhkan. Shalat, puasa,
zakat, haji merupakan perintah yang secara syariah diatur dengan sangat jelas.
Sedangkan bagaimana menghukumi tata cara perdagangan, pernikahan, hingga
adab diurus melalui jalur fikih yang dinamikanya elastis namun tidak melenceng dari
ajaran Alquran dan hadis.

 Sumber-sumber Syariah
1. Al-Qur’an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw., melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada
seluruh umat muslim hingga akhir zaman. Al-Qur'an merupakan kitab terakhir
yang diturunkan oleh Allah yang sekaligus sebagai penyempurna dari kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya.
2. Al-Hadits
Al-Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an yang memuat
segala ucapan, ketetapan maupun perbuatan Rasulullah SAW. Al-Hadits memuat
aturan pelaksanaan, tata cara ibadah, akhlak, ucapan yang dinisbatkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
3. Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan suatu putusan
terhadap hukum Islam. Berdasarkan hal-hal yang ada dalam al-Qur'an dan al-
Hadits. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW. wafat sehingga tidak
5
bisa langsung menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum maupun tentang
perihal peribadatan.
 Tujuan Syariah
1. Memelihara agama
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung
jawab yang hendak merusak akidah dan ingin merusak ketenteraman, ibadah dan
akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk
memilih agama yang ingin dianut.
2. Memelihara jiwa
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang, maka dari itu diberlakukan
sebuah hukum yang disebut hukum qishas yaitu bentuk hukum pembalasan
nyawa dibalas dengan nyawa. Dengan demikian, orang-orang akan berfikir
berkali-kali untuk menghilangkan jiwa orang lain.
3. Memelihara akal
Kedudukan akal pikiran manusia dalam Islam sangatlah penting. Akal manusia
dibutuhkan untuk memikirkan ayat al-Qur'an dan karunia (sunnatullah) menuju
manusia kamil dan berakhlak. Salah satu cara menjaga akal adalah dengan tidak
meminum khamr atau minuman yang merusak akal dan tidak melakukan hal-hal
lain yang bisa merusak akal.
4. Memelihara keturunan
Islam telah mengatur tentang pernikahan dan pelarangan melakukan zina. Telah
jelas pula siapa yang boleh untuk dinikahi dan siapa saja yang tidak boleh
dinikahi.
5. Memelihara harta
Dengan syariat yang diatur dalam agama Islam maka pemilik harta akan merasa
lebih aman, karena Islam mengenal hukum had yaitu potong tangan dan atau
kaki. Sehingga seseorang akan berpikir berkali lipat untuk mencuri dan melakukan
kejahatan lainnya.

2. METODODLOGI STUDI (KAJIAN) KALAM DAN TASAWUF


Kalam merupakan Suatu lafaz yang tersusun yang memiliki faedah serta di
sengaja dalam pengucapannya. Dari pengertiannya tadi dapat disimpulkan bahwa
kalam memiliki beberapa ketentuan:
Ketentuan Pertama, kalam harus berupa lafaz. Lafaz adalah suara yang
mengandung salah satu huruf Hijaiah. Jadi syarat pertama sesuatu bisa di katakan
kalam adalah harus berupa huruf Hijaiah. Ketika kita berbicara menggunakan bahasa
Indonesia, Inggris atau yang lainnya itu bukanlah disebut Kalam karena Kalam hanya
berlaku dalam bahasa Arab. Intinya begini, kalam harus berupa lafaz, sedangkan lafaz
harus berupa suara yang mengandung huruf hijaiah (bahasa arab). Jadi, selain bahasa
6
arab, maka secara otomatis ia tidak dinamakan kalam.
Kedua, kalam harus Murakab/Tersusun. Yang dimaksud murakab di sini adalah
kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih. Atau susunan dua kata atau lebih.
Suatu kalimat bisa dikatakan kalam apabila memiliki susunan yang jelas dan
tertuju, jika ada pekerjaan pasti ada pula yang mengerjakan, jika ada yang di pukul
pasti ada pula pelaku yang memukul.
Di dalam bahasa Indonesia, kalimat "Zaid sedang menolong Umar" adalah
susunan yang benar. Sebab, syarat-syarat SPO-nya terpenuhi. "Zaid" posisinya adalah
sebagai Subjek (pelaku), "sedang menolong" posisinya menjadi Predikat (kata kerja),
sedangkan "Umar" posisinya adalah Objek (sasaran).
Ketiga, kalam harus berfaedah atau memahamkan (‫) ُمفِ ْي ْد‬. Mufid (‫ ) ُمفِ ْي ْد‬adalah
memberi pemahaman, berfaedah, atau dapat memberikan informasi yang sekiranya
orang yang diajak bicara tidak bertanya-tanya lagi atau tidak bingung. Kalau seseorang
sudah tidak bertanya lagi dengan apa yang kita sampaikan. Maka ucapan tersebut
sudah masuk kriteria berfaedah (memahamkan).
Keempat, kalam harus ada unsur disengaja dalam pengucapannya (‫)الوضع‬. Syarat
yang terakhir dari kalam adalah adanya unsur "disengaja" dalam pengucapannya.
Artinya, apabila ucapannya bersumber dari orang yang tidak sadar, mabuk, tidak
berakal, ayan, mengigau, atau sejenisnya, maka ucapan tersebut tidak bisa dinamakan
kalam.
Jadi, apabila seseorang yang mabuk, mengigau, atau gila mengucapkan sebuah
kalimat yang sudah memenuhi syarat Lafaz, Murakab dan Mufid, maka mutlak ucapan
tersebut tidak dinamakan kalam. Sebab, ucapannya dilontarkan dalam keadaan tidak
disengaja.
Ilmu ini di namakan Ilmu Kalam karena:
a) Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan hijrah
ialah firman tuhan (Kalam Allah) dan non-azalinya Qur’an (Khalq Al-Qur’an).
b) Dasar Ilmu Kalam ialah dalil-dalil dari pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini
nampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan mutakallimin. Mereka jarang-
jarang kembali kepada dalil naql (Quran dan Hadits), kecuali sesudah
menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.
c) Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika
dalam fisafat, maka pembuktian dalam soal-soal agama ini di namai ilmu
kalam untuk membedakan dengan logika dalam fisafat.
Ilmu Kalam juga dinamakan Ilmu Tauhid, tauhid ialah percaya kepada tuhan
yang maha esa, tidak ada sekutu baginya. Ilmu kalam dinamakan ilmu tauhid, karena
tujuannya ialah menetapkan keesaan allah dalam zat dan perbuatannya dalam
menjadikan alam semesta dan hanya allah yang menjadi tempat tujuan terakhir alam
ini.
7
Tasawuf atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana
menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk
memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf berasal dari kata sufi.
Menurut Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat dari Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah
Filsafat IAIN Surakarta, dalam TASAWUF: Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya, ada
sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf. Setidaknya ada
ada enam pendapat dalam hal itu, yakni:
1) kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat
Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan
oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan hidup
dalam kesederhanaan.
2) kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar
kata tasawuf karena ahli tasawuf adalah seorang atau sekelompok orang yang
membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan (shaf)
pertama di sisi Allah Swt.
3) kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf berusaha untuk membersihkan
jiwa mereka guna mendekatkan diri kepada Allah Swt.
4) kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini
karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika
itu, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu
shufanah yang tahan hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus.
5) Kata Teoshofi, bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak
membahas tentang ketuhanan.
6) Kata shuf yang berarti bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awal
memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba (wol).
Meski punya definisi beragam, tasawuf punya arti yang satu yaitu upaya untuk
mendekatkan diri pada Tuhan dan menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi.
Masih dalam sumber yang sama, tasawuf dapat diartikan sebagai metode untuk
mencapai kedekatan atau penyatuan antara hamba dan Tuhan dan juga untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki (mak‟rifat) dan atau inti rasa agama.
 Prinsip Tasawuf
Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip
tasawuf yang bisa dilakukan adalah:
a) Zikir
Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Orang-orang yang
melakukan zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan
melantunkan lafaz zikir.
8
b) Fikr (Meditasi)
Saat pikiran bingung atau bertanya-tanya, pusatkan perhatian ke dalam diri dengan
berkonsesntrasi di satu titik. Meditasi yaitu perjalanan kegiatan mental dari dunia
eksternal menuju esensi diri.
c) Sahr (Bangkit)
Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran maata
dan telinga. Selain itu juga sebagai proses mendengarkan hati, dan proses meraih
akses menuju potensi diri yang tersembunyi
d) .Ju'i (Merasa Lapar)
Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan suatu
kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap
tabah dan sabar mencari jati diri.
e) Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Kedua ini merupakan proses
menenangkan lidah dan otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju
Tuhan.
f) Shawm (Puasa)
Tidak hanya tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini termasuk puasa
fisik, bermanfaat untuk melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta
pandangan atau persepsi indera eskternal.
g) Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kesunyian, baik secara eksternal maupun internal dan melepaskan
diri. Bersunyi sendiri tetap bisa juga dekat dengan orang lain atau di tengah orang
banyak.
h) Khidmat ( Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk
pelayanan dan pertumbuhan diri.
 Sumber Ajaran Tasawuf
Sumber utama ajaran tasawuf adalah dari alquran dan al-Hadis. Alquran
adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara tentang inti
ajaran tasawuf. Ajaran-ajaran tentang khauf, raja’, taubat, zuhud, tawakal, syukur,
shabar, ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas, ketenangan dan sebagainya secara jelas
diterangkan dalam alquran.
Al-Hadis juga banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah sebagaimana
yang ditekuni oleh kaum sufi setelah Rasulullah.
Dua hadits populer yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim : “Sembahlah
Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, maka
Ia pasti melihatmu” dan juga sebuah hadits yang mengatakan: “Siapa yang kenal
pada dirinya, niscaya kenal dengan Tuhan-Nya” adalah menjadi landasan yang kuat
9
bahwa ajaran-ajaran tasawuf tentang masalah rohaniah bersumber dari ajaran Islam
seperti yang dikutip dari Muhammad Hafiun, Teori Asal Usul Tasawuf.
10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Syariah secara istilah merupakan suatu sistem atau aturan yang bisa jadi
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan juga hubungan manusia dengan
manusia. Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm dalam kitab Al-Hikam fi Ushulil Ahkam
mengatakan perbedaan definisi syariah berdasarkan klasifikasi tadi. Menurutnya,
syariah yaitu jika terdapat teks yang tidak multitafsir dari Alquran, hadis, taqrir Nabi
Muhammad SAW, serta para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, ataupun konsesus ulama.
Kalam adalah Suatu lafaz yang tersusun yang memiliki faedah serta di sengaja
dalam pengucapannya. Aada beberapa Ketentuan kalam, Pertama, kalam harus berupa
lafaz. Kedua, kalam harus Murakab/Tersusun. Ketiga, kalam harus berfaedah. Keempat,
kalam harus ada unsur disengaja dalam pengucapannya.
Tasawuf atau yang juga dikenal dengan sufisme adalah ajaran bagaimana
menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun dhahir dan batin serta untuk
memperoleh kebahagian abadi.

B. SARAN
Sebagai umat Islam yang mana pada fitrahnya adalah makhluk yang selalu patuh
dan taat kepada Allah SWT., peneguhan pelaksanaan studi islam layak dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya terutama demi terciptanya generasi muda yang mampu
mensejajarkan dirinya dengan kemajuan zaman, namun tidak kehilangan identitasnya
sebagai umat muslim.
11
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9100/4/BAB%20I.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/718/4/BAB%20I.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7019/2/BAB%20I.pdf
https://www.republika.co.id/berita/q6s37z430/apa-itu-syariah
https://konsultasisyariah.com/19759-apa-itu-syariah.html
https://www.merdeka.com/sumut/tasawuf-adalah-ilmu-dalam-islam-yang-
berfokus-untuk-menjauhi-hal-hal-duniawi-kln.html?page=4
Kitab Sakti FoSSEI “Kumpulan Materi Ekonomi Islam”.
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, “Garis-Garis Besar Ushul Fiqih”.
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H, “Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan
Tata Hukum Islam di Indonesia”.
12

Anda mungkin juga menyukai