Anda di halaman 1dari 22

2.

5 Kalor dan entalpi

Secara umum, perubahan energi dalam sistem adalah

dU = dq + dwe + dw eksp

dengan dwe sebagai sebagai kerja lain disamping kerja pemuaian, dweksp misalnya, dwe
didapat berupa kerja listrik mengalirkan arus melalui sirkuit. Sistem yang dipertahankan pada
volume tetap tidak dapat melakukan kerja pemuaian, sehingga dw eksp = 0. Jika sistem juga
tidak dapat melakukan jenis kerja yang lain , dwe = 0 juga. (sistem yang tak dapat melakukan
kerja pemuaian tetapi dapat melakukan kerja lain, contohnya adalah sel elektromia yang
digabungkan dengan motor listrik). Pada keadaan dw eksp = 0 dan dwe = 0.

dU = dq dengan volume yang tetap.

Dapat dituliskan dengan dU = dq v , kemudian ,pengukuran besarnya energi yang diberikan


kepada sistem bervolume tetap sebagai kalor (q > 0) atau energi yang diperoleh dari sistem
tersebut (q < 0), pada saat sistem mengalami perubahan keadaan, kenyataannya adalah
pengukuran perubahan energi dalam, yaitu:

ΔU = ∫ dq
f untuk perubahan pada volume tetap.

Kalorimeter

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam
suatu perubahan atau reaksi kimia. Alat yang paling penting untuk mengukur ΔU adalah bom
adiabatik. Gambar 2.4
Gambar 2.4 Kalorimeter bom volume tetap. “Bom” adalah wadah pusat, yang cukup kuat
untuk menahan tekanan tinggi. Kalorimeter ( yang kapasitas kalornya harus diketahui )
adalah keseluruhan susunan yang diperlihatkan pada gambar ini. Untuk memastikan
keadibatian, kalorimeter dimasukkan kedalam bak air dengan temperatur yang secara terus-
menerus disesuaikan dengan temperatur kalorimeter pada setiap tahap pembakaran.

Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi kimia berawal di dalam wadah
bervolume tetap yang disebut bom. Bom tersebut direndam di bak air berpengaduk dan
keseluruhan alat itulah yang disebut kalorimeter. Kalorimeter itu juga di dalam bak air luar.
Temperatur air di dalam kalorimeter dan di dalam luar dipantau dan diatur sampai nilainya
sama: hal ini dilakukanUntuk memastikan tidak adanya kalor yang hilang sedikitpun dari
kalorimeter ke lingkunganya ( bak air ). Sehingga kalorimeter itu adiabatik.
Perubahan temperatur ΔT dari kalorimeter yang dihasilkan dari reaksi sebanding
dengan energi yang dibebaskan atau diserap sebagai kalor. Oleh karena itu, dengan mengkur
ΔT kita dapat menentukan qv sehingga kita dapat mengetahui ΔU. Konversi dari ΔT menjadi
qv tidak bisa lepas dari kapasitas kalor C dari kalorimeter. C adalah koefisien perbandingan
antara energi yang diberikan sebagai kalor dan kenaikan temperatur yang disebabkan:

q = C x ΔT

Untuk mengukur C, dialirkan arus listrik melalui pemanas dalam kelorimeter dan kita
tentukan kerja listrik yang dilakukan pada kalorimeter. Semua energi yang kita berikan
sebagai kerja berjalan melewati batas antara pemanas dan kalorimeter sebagai kalor dan
menyebabkan kenaikan temperatur. Karena kita secara tidak langsung mengukur kalor yang
diberikan, dan mengukur kenaikan temperatur kalorimeter yang disebabkanya, dapat
disimpulkan bahwa nilai C dan menggunakan nilai itu untuk menafsirkan kenaikan
temperatur yang dihasilkan oleh reaksi. Misalnya, jika seseorang mengalirkan arus sebesar
1,0 A dari sumber daya 12 V selama 3000 detik, kerja yang dilakukan pada kalorimeter
adalah...

w= IxVxt
= 1,0 A x 12 V x 3000 detik
= 36.000 A V s
= 36 kJ
(Karena 1 A Vs = kJ). Jika temperatur 5,5 K, kapasitas kalor kalorimeter adalah...

C = q/ ΔT = 36 kJ/5,5 K = 6,5 kJ K -1

Alternatif yang lain adalah membandingkan kenaikan temperatur sampel uji dengan
standar yang diukur pada kondisi yang sama. Kemudian kita dapat menghitung kalor yang
dihasilkan sampel dengan menggunakan...

qsampel / qstandar = ΔTsampel / ΔT standar


Namun demikian, pada beberapa tahap, nilai qstandar harus sudah ditentukan dengan
pengkuran kapasitas kalor kalorimeter. Dalam termodinamika, tidak pernah mengukur kalor
secara langsung tetapi dapat diketahui nilainya dari pengukuran kerja atau perubahan
temperatur.

Entalpi

Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi dari suatu
sistem termodinamika. Entalpi terdiri dari energi dalam sistem. Jika sebuah sistem bebas
untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar yang tetap, perubahan energi dalamnya
tidak lagi sama dengan energi yang diberikan sebagai kalor. Energi yang diberikan sebagai
kalor diubah menjadi kerja untuk memberikan tekanan balik terhadap lingkungannya,
sehingga dU < dq. Kita akan menunjukkan bahwa pada tekanan tetap, kalor yang diberikan
sama dengan perubahan dalam sifat termodinamika yang lain dari sistem, yaitu entalpi H.
Hal ini dinyatakan ...

H = U + pV

p adalah tekanan sistem, dan pV adalah sebagian dari definisi H untuk sembaran
sistem, dan tidak terbatas hanya gas sempurna. Seperti halnya energi dalam, entalpi hanya
bergantung pada keadaan sistem sekarang, sehingga entalpi hanya bergantung pada keadaan
sistem sekarang, sehingga entalpi merupakan fungsi keadaan. Seperti juga untuk fungsi
keadaan apapun. Perubahan entalpi antara setiap pasangan keadaan awal dan keadaan akhir
tidak bergantung pada jalanya
Sekarang akan kita tunjukan bahwa dH sama denan energi yang diberikan sebagai
kalor pada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja tambahan, untuk
perubahan dalam keadaan sistem umum, U berubah sebesar dU dan hasil kali pV berubah
sebesar d ( pV ), sehingga H berubah sebesar...

dH = dU + d ( pV ) = dU + p dV + V dp

Jika disubstitusikan

dU = dq + dwe - peks dV

kedalam persamaan, dengan - peks dV sebagai kerja pemuaian dan dwe adalah kerja
lain,akan diperoleh;
dH = dq + dwe - peks dV + p dV + V dp
(sehingga peks = p, persamaan dapat disederhanakan menjadi

dH = dq + dwe + V dp

sekarang dia masukkan dengan kondisi tidak adanya kerja tambahan (dwe = 0 ) dan kondisi
pemanasan pada tekanan tetap ( dp = 0 ) Akibatnya,

dH = dq pada tekanan tetap dan tidak ada fumgsi atau kerja tambahan.

Hasil ini, yang sering ditulis dH = dqp , adalah yang ingin dipastikan. Oleh karena itu, jika
suatu sistem dipanaskan pada tekanan tetap dan hanya kerja pemuaian yang dapat terjadi,
maka besar perubahan H sama dengan besar energi , yang diberikan sebagai kalor

ΔU = ∫ dq untuk perubahan pada tekanan tetap.


f

Misalnya, jika kita memberikan energi sebesar 36 kJ melalui persamaan lirik yang dicelupkan
Kedalam segelas air yang terbuka, entalpi air bertambah 36 kJ dan ditulis dengan harga
ΔH = +36 kJ
Entalpi pembentukan
Data termokimia sering dilaporkan dalam bentuk entalpi suatu senyawa relatif terhadap unsur-
unsurnya pada kondisi standar. Jadi, entalpi pembentukan standar ∆H f˚ suatu zat adalah entalpi
standar untuk pembentukan zat itu dari unsur unsurnya dalam keadaan referensi-nya. Keadaan
referensi suatu unsur adalah keadaannya yang paling stabil pada temperatur tertentu dan tekanan 1
bar. Jadi, pada 298 K keadaan referensi tertentu gas molekul N 2. Raksa berbentuk cairan, karbon
berbentuk gratitdan timah berwarnah putih seperti logam. Misalnya enalpi standar pembentukan
benzena cair pada temperatur 298 K adalah entalpi standar dari reaksi
6C(s) + 3H2(g) C6H6 (l) ∆Hf˚ (C6H6 ,l ) = +49,0 kJ mol-1
Dari ketentuan umum mengenai keadaan referensi ini, ada satu pengecualian yaitu keadaan referensi
fospor yang diambil cenderung menjadi posfor putih, ketimbang menjadi alotrop yang bentuknya
paling tidak stabil, tetapi merupakan bentuk yang paling mudah diproduksi dari unsur tersebut.
Entalpi pembentukan standar unsur-unsur dalam keadaan referensinya adalah nol pada semua
temperatur, karena entalpi tersebut adalah entalpi dari reaksi “nol” seperti dalam
N2 (g) N2 (g) ∆Hf˚ N2 (g) = 0
Beberapa entalpi pembentukan lainnya :
Siklus Born-Haber
Entalpi pembentukan suatu padatan dapat dianalisis menjadi beberapa kontribusi. Misalnya, dalam hal
NaCl, reaksi keseluruhan: Na(s) + ½ Cl2 (g) NaCl (s) dapat dipandang sebagai 5 tahapan .
1) Na (s) Na(g) ∆H˚sub(Na)
2) Na (g) Na+ (g) + e- (g) ∆Hi (Na)
3) ½Cl2 (g) Cl (g) ½∆H˚ (Cl-Cl)
- -
4) Cl (g) + e (g) Cl (g) ∆H˚ea (Cl)
+ -
5) Na (g) + Cl (g) NaCl (s)
Perubahan entalpi tahap 5 bernilai negatif dari entalpi kisi ∆HL. Secara umum, entalpi kisi adalah
perubahan elntalpi standar yang menyertai pembentukan ion-ion gas dari padat kristal:
MX(s) M+ (g) + X- (g) ∆HL
Semua entalpi kisi bernilai positif (Tabel 2.11). Energi kisi adalah entalpi kisi pada T = 0

Siklus jalan tertutup dikenal sebagai siklus Bohr-Haber. Pentingnya sebuah siklus adalah jumlah
perubahan entalpi yang mengelilingi siklus sama dengan nol (karena keadaan awal dan akhir sama).
Dengan demikian, jika semua perubahan entalpi diketahui kecuali satu yang tidak diketahui, maka
yang satu ini bisa kita dapatkan.
Contoh siklus Bohr-Haber pada pembentukan LiF
Entalpi reaksi berkenaan dengan entalpi pembentukan
Secara konsep, kita dapat memandang reksi berlangsung dengan penguraian reaktan menjadi unsur-
unsurnya, kemudian membentuk produk dari unsur-unsur itu. Nilai-nilai ∆H˚ untuk reaksi
keseluruhan adalah jumlah dari entalpi penguraian dan pembentukan. Karena penguraian adalah
kebalikan dari pembentukan, entalpi tahap penguraian merupakan negatif dari entalpi pembentukan.
Oleh karena itu, dalam entalpi pembentukan zat-zat, kita mempunyai informasi yang cukup untuk
menghitung entalpi reaksi apapun. Misalnya entalpi reaksi dari :
2HN3 (l) + 2NO (g) H2O2 (l) + 4N2 (g)
Merupakan jumlah dari konstibusi berikut ini.
2HN3 (l) 3N2 (g) + H2 (g) -2 × ∆Hf˚ (HN3, l )
2NO (g) N2 (g) + O2 (g) -2 × ∆Hf˚ (NO, g)
H2 (g) + O2 (g) H2O2 (l) ∆Hf˚ (H2O2, l)
Dan dari data dalam Tabel 2.10, entalpi reaksi tersebut adalah -896,3 kJ mol -1.
Perhitungan yang baru saja kita lakukan dapat dinyatakan secara lebih umum, menggunakan
notasi. Persamaan reaksi :
aA + bB cC + dD
dalam bentuk
0 = cC + dD – aA - bB
Atau secara umum

Dengan SJ melambangkan zat tertentu dan vJ sebagai koefisien stoikiometri dalam reaksi. Dengan vJ
positif untuk produk dan negatif untuk reaktan. Entalpi standar adalah jumlah entalpi standar
pembentukan produk dikurangi jumlah entalpi standar pembentukan reaktan. Jadi,
∆H = {c∆Hf˚ (C) + d∆Hf˚ (D)} - { a∆Hf˚ (A) + b∆Hf˚ (B)}
Secara lebih umum dan lebih ringkas :

Dengan ∆Hf˚ (J) merupakan entalpi standar pembentukan zat SJ.

Entalpi pembentukan zat dalam larutan


Entalpi pembentukan zat dalam larutan adalah perubahan entapi standar yang menyertai reaksi seperti
ini:
½H2 (g) + ½Cl2 (g) HCl (aq) ∆Hf˚ (HCl, aq) = -167 kJ mol-1
Na (s) + ½Cl2 (g) NaCl (aq) ∆Hf˚ (NaCl, aq) = -407 kJ mol-1
Kita dapat menganalisis entalpi pembentukan dalam larutan menggunakan siklus seperti yang sudah
kita gunakan untuk pembentukan padatan. Perbedaan hanyalah penggantian tahap pembentukan kisi
(tahap 5 dalam Gambar 2.7) menjadi :
Na+ (g) + Cl- (g) Na+ (g) + Cl- (aq) = NaCl (aq)
Perubahan entalpi standar adalah entalpi hidrasi ∆H˚ hid dari ion-ion gas (dan secara umum entalpi
pelarutan ∆H˚sol). Karena perubahan entalpi lain dalam siklus diketahui, kuantitas ini dapat
ditentukan,jarak dari bawah ke atas disebelah kiri (Gambar 2.8) (1134,6 kJ mol -1) sama dengan jarak
dari bawah ke atas disebelah kanan (351,2 kJ mol- 1 + x). Dengan demikian x = 783,4 kJ mol-1. Proses
pelarutan adalah langkah kebawah disebelah kanan, sehingga entalpi hidrasi NaCl adalah – x atau
-783,4 kJ mol-1.
Nilai nilai lain dapat diperoleh dengan cara ini dan beberapa diantaranya dimuat dalam Tabel 2.12.
Nilai-nilai tersebut berkenaan dengan pembentukan larutan pada konsentrasi nol (pengerceran tak
terhingga).
Entalpi pembentukan ion-ion individu dalam larutan
Entalpi pembentukan senyawa yang terionkan sempurna dalam larutan adalah jumlah entalpi
pembentukan larutan ion-ion pembentukannya. Jadi, dapat dipikirkan bahwa entalpi pembentukan
HCl (aq) adalah jumlah entalpi pementukan H+ (aq) dan Cl- (aq).
Untuk membagi secara adil nilai keseluruhannya kepada kedua jenis ion, ditetapkan entalpi
pembentukan standar H+ (aq) sama dengan nol:
(½) H2 (aq) H+ (aq) ∆Hf˚ (H+, aq) = 0 pada segala temperatur.
Maka, entalpi pembentukan standar Cl (aq) adalah -167 kJ mol -1. Penggabungan nilai tersebut dengan
-

pengamatan entalpi pembentukan NaCl(aq) menghasilkan nilai Na +(aq) dan seterusnya. Maka
menghasilkann nilai nilai dalam Tabel 2.13

Untuk menganalisis entalpi hidrasi NaCl berkenaan dengan siklus termodinamika, dapat
dilakukan hal yang sama untuk entalpi hidrasi individu ion-ion. ∆Hf˚ = 0 pada reaksi
(½) H2 (aq) H+ (aq) maka ∆Hf˚ = 0 juga pada H+ (g) H+(aq).
Terdapat beberapa perjanjian bahwa :
H+ (g) H+ (aq) ∆H ≈ -1090 kJ mol-1
Maka, nilai Cl- (g) Cl- (aq) dapat diperoleh dari data mengenai HCl, lalu untuk nilai Cl -
digabungkan dengan nilai ∆Hhyd untuk NaCl. Hasilnya adalah nilai sekitar -400 kJ mol -1 untuk
Na+ (g) Na+(aq). Entalpi hidrasi ion individu dapat dilikat dalam Tabel 2.14 beri

Jadi, ion kecil bermuatan tinggi mempunyai entalpi hidrasi paling negatif (eksoterm) karena ion-ion
ini menarik pelarut dengan kuat. Entalpi hidrasi elektron, yaitu entalpi dari proses
e-(g) e-
(aq), hanya sekitar -170 kJ mol -1. Artinya nilai ini adalah ketika elektron terperangkap
dalam air (seperti jika air diradiasi dengan energi tinggi), elektron itu menempati volume yang sama
dengan volume sekitar dua molekul H2O.

KAPASITAS KALOR
Kapasitas kalor secara umum dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan
kalor dan perubahan suhu (turunan kalor terhadap suhu) atau hubungan antara sejumlah kalor
yang dipindahkan dan perubahan suhu, yang secara matematik dapat dituliskan

C= Q / T
Kapasitas kalor juga dapat dikatakan sebagai tenaga yang harus ditambahkan sebagai kalor
untuk menaikkan temperatur benda sebanyak satu derajat (banyak energi kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu sistem sebanyak satu derajat). Biasanya dinyatakan untuk
per mol zat. Kapasitas kalor suatu gas dapat digunakan sebagai ukuran kemampuan gas untuk
menyimpan energi. Makin banyak jumlah atom dalam suatu partikel gas, makin besar
kemampuan atom-atom untuk menyimpan energi, terutama pada derajat kebebasan
vibrasional sehingga kapasitas kalor gas menjadi makin besar. Kapasitas kalor dibedakan
menjadi dua macam, yakni kapasitas kalor yang diukur pada volume tetap (Cv) dan kapasitas
kalor yang diukur pada tekanan tetap (Cp).
a) Kapasitas Kalor pada Volume Tetap
Kapasitas kalor dalam suatu zat bergantung pada kondisinya. Pertama kita misalkan
suatu sistem memiliki volume tetap sehingga tidak dapat melakukan kerja jenis
apapun. Kalor yang diperlukan untuk mengubah temperatur dT adalah dq v = Cv.dT,
dimana Cv merupakan kapasitas kalor pada volume tetap. Telah diketahui bahwa dU =
dqv, sehingga kita dapat menuliskannya menjadi

dU = Cv.dT (pada volume tetap)

atau dapat dituliskan

Cv = dU/dT (pada volume tetap)

Jika satu variabel atau lebih dijaga agar tetap selama perubahan variabel yang lain
maka turunannya disebut dengan turunan parsial terhadap variabel yang berubah.

Dimana notasi d digantikan dengan dan variabel yang yang dibuat tetap
ditambahkan sebagai subskrip. Sehingga dapat ditulis menjadi

Cv =

Sehingga secara sederhana kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dapat
didefinisikan sebagai kalor yang yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat
satu kelvin dalam volume tetap.

b) Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap


Pertama kita misalkan suatu sistem diberi tekanan yang tetap dan dapat memuai dan
menyusut ketika dipanaskan. Kalor yang diperlukan agar menghasilkan perubahan
temperatur yang sama adalah dqp = Cp.dT, dimana Cp merupakan kapasitas kalor pada
tekanan tetap. Pada kapasistas kalor tekanan tetap ini, sistem dapat mengubah
volumenya, sehingga sejumlah energi yang diberikan sebagai kalor dapat
dikembalikan ke lingkungannya sebagai kerja dan tidak khusus digunakan untuk
menaikkan sistem. Oleh karena itu secara umum C v berbeda dengan Cp. Telah
diketahui karena dqp = dH, sehingga kita dapat menuliskannya menjadi

Cp =
Sehingga secara sederhana kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) dapat
didefinisikan sebagai kalor yang yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat
satu kelvin dalam tekanan tetap.
Dapat dijelaskan kembali karena kerja pemuaian yang dilakukan pada tekanan luar
tetap, untuk pemberian kalor tertentu, kenaikan temperatur pada tekanan tetap lebih
kecil daripada kenaikan temperatur pada volume tetap. Jadi pada sampel tertentu nilai

Cp Cv. terdapat perbedaan lebih besar untuk gas daripada untuk cairan atau
padatan, karena jika dipanaskan cairan atau padatan hanya mengubah sedikit
volumenya. Sehingga, cairan dan padatan hanya melakukan sedikit kerja.
Hubungan sederhana antara kedua kapasitas kalor gas sempurna dapat dituliskan
sebagai berikut:
Cp- Cv = nR
Sedangkan kapasitas kalor molar adalah orde dari R sendiri sehingga untuk gas
perbedaan antara kedua kapasitas kalor itu menjadi penting. Berikut disajikan

kapasitas kalor molar pada 25 dan 1 atm, C/( kJ-1.mol-1) .

KETERGANTUNGAN ENTALPI REAKSI TERHADAP TEMPERATUR


Entalpi reaksi dari banyak reaksi sudah banyak diukur pada berbagai temperatur, dan untuk
kerja berat, data tepat ini harus digunakan. Walaupun demikian, jika informasi itu tidak ada,
entalpi reaksi pada temperatur yang berbeda dapat dapat diperkirakan dari kapasitas kalor dan
entalpi reaksi pada temperatur referensi.

Pada gambar di atas menjelaskan bahwa entalpi suatu substansi bertambah dengan
temperatur. Oleh karena itu, entalpi reaktan total dan entalpi produk total bertambah seperti
pada gambar di atas. Entalpi reaksi standar akan berubah dengan berubahnya temperatur.
Perubahan pada entalpi suatu substansi bergantung pada slope pada grafik dan kapasitas kalor
ketika tekanan konstan pada suatu substansi. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa
ketergantungan entalpi reaksi terhadap temperatur berhubungan dengan perbedaan kapasitas
kalor dari produk dan reaktan.
Persamaan awal perubahan entalpi adalah sebagai berikut.

Jika perubahan temperatur sangat kecil, dT, maka perubahan entalpi zat tersebut adalah Cp
dT. Oleh karena itu, untuk perubahan temperatur dari T1 ke T2, entalpi zat berubah dari H(T1)
menjadi

Persamaan ini berlaku untuk setiap zat dalam reaksi, entalpi reaksi standar berubah dari ∆H o
(T1) menjadi

Dengan
dengan Cp (J) sebagai kapasitas kalor molar zat SJ. Atau secara ringkas dapat ditulis

Persamaan 3 dapat dikenal sebagai hukum Kirchhoff. Biasanya cukup baik untuk
menganggap bahwa ∆Cp tidak bergantung pada temperatur sekurang-kurangnya pada kisaran
yang layak. Walaupun demikian, dalam beberapa hal, ketergantungan kapasitas kalor pada
temperatur diperhitungkan dengan menuliskan

Pilihan nilai koefisien-koefisien yang tak bergantung pada temperatur a, b, dan c


sebagaimana dapat disajikan pada tabel berikut.

Soal.
1. Hitunglah kapasitas kalor volume tetap suatu gas dengan massa 7 garam dan massa
molekul 28 gram/mol jika diketahui nilai Cp sebesar 58 J/K.
Jawab:
Diketahui : m = 7 gram
M = 28 gram/mol
Cp = 58 J/K
R = 8,31
Jawab:

n= = = 0,25 mol
Dengan menggunakan hubungan persamaan Cv dengan Cp, maka
Cp – Cv = nR
Cv = Cp- nR
= 58 – (0,28)(8,31)
= 55,92 J/K

2. Jika diketahui panas penguapan air pada suhu 25 adalah sebesar 44,016 kJ.mol-1,
besarnya harga Cp(J.K-1.mol-1) uap air adalah 33,577 dan harga Cp cairan air adalah

75,291 hitunglah panas penguapan pada T= 95


Jawab:

Cp = Cp H2O (g) – Cp (H2O)

33,577 - 75,291

-0,041714 kJ.mol-1

H v (368) = Hv (273) + dT
= 44,016 + (-0,041714) (95)
= 44,016 + (-3,96283)
= 40,05317 kJ.mol-1

Termokimia
Kajian tentang kalor yang dibutuhkan atau dihasilkan oleh reaksi kimia disebut
termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi
dan isinya membentuk system. Jadi, kita dapat mengukur (secara tak langsung, dengan
cara mengukur kerja atau kenaikan temperature) energy yang dihasilkan oleh reaksi
sebagai kalor dan dikenal sebagai q, bergantung pada kondisinya, apakah dengan
perubahan energy dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya, jika kita tahu ∆ U dan ∆ H
suatu reaksi, kita dapat meramalkan jumlah energy yang dihasilkan sebagai kalor.
1. Perubahan Entalpi Standar
Perubahan entalpi pada saat system mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya
dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar. Keadaan
standar suatu zat pada temperature tertentu adalah bentuk murni zat tersebut pada
tekanan 1 bar2. Keadaan standar cairan etanol pada temperature 298K adalah cairan
murni pada temperature 298K dan tekanan 1 bar, dan keadaan standar gas hydrogen
pada temperature 500K adalah gas murni pada temperature 500K dan tekanan 1 bar.

Entalpi penguapan standar ∆ H ° uap adalah perubahan entalpi per mol jika cairan murni
pada tekanan 1 bar menguap menjadi gas pada tekanan 1 bar, seperti dalam:
H 2O ( l ) → H 2O ( g) ∆ H ° uap (373K) = +40,66 Kj mol-1
Entalpi reaksi standar ∆ H ° uap adalah perubahan entalpi ketika reaktan yang dalam
keadaan standar berubah menjadi produk dalam keadaan standar, seperti dalam:
CH 4 ( g)+2 O2 →CO 2 (g)+ 2 H 2 O(l) ∆ H ° (298K) = -890 kJ mol-1

Secara umum, entalpi reaksi standar merujuk pada proses keseluruhan reaktan
(reaktan tak bercampur) → (produk tak bercampur). Kecuali dalam hal reaksi
pengionan dalam larutan, perubahan entalpi yang menyertai percampuran dan bukan
pencampuran, besarnya tidak berarti jika dibandingkan dengan konstribusi sari
reaksinya sendiri. Temperatur yang sebaliknya digunakan untuk melaporkan data
termodinamika adalah 298,15K (sama dengan 25° C) diberi lambang Tc “temperature
konvesional”.

1.1 Entalpi Perubahan Fisik


Perubahan entalpi standar yang menyertai perubahan fisik disebut entalpi transisi
standar (∆ H ° trs). Contohnya entalpi penguapan dan entalpi peleburan standar.
∆ H ° fus :
H 2 O ( s ) → H 2 O ( l ) ∆ H ° fus ( 273 K )=+ 6,01kJ mol−1
Di mana es pada tekanan 1 bar meleleh menjadi air cair pada tekanan 1 bar, dan
entalpi sublimasi standar ∆ H ° ¿, yaitu entalpi standar untuk proses dimana
padatan menguap, seperti:
C (s , grafit )→C (g) ∆ H ° trs (T c ) = +716,68 kJ mol-1
Kita sudah menyatakan bahwa perubahan entalpi tidak bergantung pada jalan
antara dua keadaan. Ini berarti bahwa nilai ∆ H ° yang sama akan diperoleh
bagaimanapun perubahan yang dihasilkan (selama keadaan awal dan selama
keadaan akhir). Sublimasi zat A terjadi secara langsung:
A ( s ) → A(g) ∆ H ° ¿ (T )

Hasil keseluruhan yang sama akan diperoleh jika padatan dianggap melelh pada
temperature T dan kemudian menguap pada tempratur tersebut:
A ( s ) → A(l) ∆ H ° fus (T )
A ( l ) → A(g) ∆ H ° uap (T )
Secara keseluruhan: A ( s ) → A(g) ∆ H ° fus (T ) + ∆ H ° uap (T )
Dapat disimpulkan perubahan entalpi keseluruhannya
∆ H ° ¿ ( T )=¿ ∆ H ° fus (T ) + ∆ H ° uap (T )
Kesimpulan langsungnya adalah karena entalpi peleburan selalu positif maka
entalpi sublimasi suatu zat selalu lebih besar daripada entalpi penguapannya (pada
temperature tertentu). Karena H adalah fungsi keadaan, konsekuensinya adalah
nilai entalpi standar proses maju nilainya sama tetapi tanda berlawanan dengan
entalpi standar peoses sebaliknya

Entalpi pelarutan standar ∆ H ∅solsuatu zat adalah perubahan entalpi standar jika zat
itu melarut didalam pelarut dengan sejumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan
adalah entalpi standar jika zan melarut dalam pelarut dengan sejumlah tak
terhingga, sehingga interaksi antara dua ion (atau molekul terlarut untuk zat bukan
elektrolit). Dapat diabaikan.

1.2 Entalpi Pengionan


Entalpi pengionan ∆ H ° iadalah perubahan entalpi standar untuk penghilang suatu
electron
−¿( g)¿

E( g) → E+ ¿( g)+ e ¿
∆ H °i
Karena 1 mol reaktan gas menghasilkan 2 mol produk gas, energy dalam dan
entalpi pengionan berbeda kira kira sebesar RT 4 .
∆ H ° i ¿ ∆ U i+ RT
Energi pengionan Ei adalah perubahan energy dalam untuk proses yang sama pada
T = 0. Karena energy pengionan pada temperature biasanya sama dengan, energy
pengionan pada T =0, maka cukup baik untuk menggunakan hubungan
∆ H ° i=¿ Ei + RT
Karena RT hanya sekitar 2,5 kJ mol-1 pada temperature kamar dan energy
pengionan selalu lebih dari 100 kali lebih besar, maka biasanya aman untuk
mengabaikan perbedaan antara ∆ H ° i , ∆U ° i , dan Ei . Kation juga dapat diionkan,
dimana dalam hal ini energy dalam (pada T=0) disebut energy pengionan kedua
Ei .2yang selalu lebih besar dari pada energy pengionan pertama. Perubahan entalpi
standar yang menyertai pelekatan electron pada suatu atom, ion, atau molekul
dalam fasa gas adalah entalpi perolehan electron ∆ H ea :
−¿ ( g) ¿

E ( g ) +e−¿ ( g )→ E ¿
∆ H ° ea
Nilai negative dari perubahan entalpi dalam yang bersesuaian pada T=0 sering
disebut afinitas electron Eea dari E. Seperti halnya dalam pembentukan kation,
perubahan energy dalam dan perubahan entalpi berbeda sebesar RT
∆ H ° ea =−Eea −RT
Karena perolehan electron adalah kebalikan dari kehilangan electron, entalpi
perolehan electron adalah negative dari entalpi pengionan anionya.
−¿( g)¿

E( g)+e−¿(g )→ E ¿
∆ H ° ea(0)

∆ H ° i E−¿=−∆ H °
−¿(g) ¿
( E)¿
E−¿(g)→ E (g)+e ¿ ea

Dengan demikian, pada T=0


Ei¿ ¿
Dan afinitas electron E sama dengan energy pengionan E−¿¿. Oleh karena itu,
pengukuran energy pengionan ion negative dapat digunakan untuk menentukan
afinitas electron atom netral.
1.3 Entalpi pembentukan dan disosiasi ikatan
Entalpi disosiasi ikatan ∆ H ° (A−¿B) adalah entalpi reaksi standar untuk proses di
mana ikatan A−¿B dipatahkan:
A−B (g) → A ( g)+ B( g) ∆ H ( A−B)
A dan B dapat berupa aroma tau kelompok atom, seperti dalam
CH 3 OH ( g ) → CH 3 ( g ) +OH (g) ∆ H ° ( CH 3 −OH ) =+380 kJ mol−1
Entalpi disosiasi suatu ikatan bergantung pada struktur molekul sisanya. Entalpi
ikatan rata-rataB( A−B) adalah nilai entalpi disosiasi ikatan dari ikatan A−B
yang dirata-ratakan dari satu sisi senyawa sempurna. Entalpi ikatan rata-rata
berguna karena memungkinkan kita memperkirakan perubahan entalpi reaksi
apabila data tidak tersedia.

Perubahan entalpi standar yang menyertai pemisahan semua atom dalam suatu zat
(dapat berupa unsur atau senyawa) disebut entalpi pengatoman ∆ H ∅2.

1.4 Entalpi perubahan kimia


Entalpi pembakaran standar ∆ H ° c adalah entalpi reaksi standar untuk oksidasi zat
organic menjadi CO2 dan H2O Bagi senyawa yang mengandung C, H, dan O, Dan
menjadi N2 bagi senyawa yang juga mengandung N.
Tabel 2.9 Entalpi pembentukan dan pembakaran standar senyawa organic ∆ H
(Tc)/(kJ mol-1)
Pembentukan Pembakaran
BenzenaC H 6 6 (l ) +49,0 -3268

EtanaC 2 H 6(g ) -84,7 -1560

GlukosaC 6 H 12 O 6(s) -1274 -2808

MetanaCH (g) 4
-74,8 -890

Metanol CH Oh(l) 3
-238,7 -726
Entalpi hidrogennasi standar adalah entalpi reaksi standar untuk hidrogenasi
senyawa organic tak penuh. Dua hal yang sangat penting adalah hidrogenasi etena
dan benzena.
Hukum Hess
“ Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual
yang merupakan bagian dari suatu reaksi”
Hukum Hess sangat penting dalam perhitungan kalor reaksi yang tidak dapat ditentukan
secara eksperimen.
Adapun contoh menentukan perubahan entalpi dari reaksi:
1 1
N + O → NO 2(g ) ∆ H =?
2 2(g ) 2 2(g)
Reaksi tersebut dapat berlangsung dalam dua tahap yaitu :
1 1
N 2(g ) + O 2(g) → NO (g) ∆ H =+90,37 kJ /¿mol-1
2 2
1
NO(g )+ O → NO 2(g ) ∆ H =−56,52 kJ /¿mol-1
2 2 (g)

1 1
N 2(g ) + O → NO 2(g ) ∆ H =+90,37 kJ /¿mol-1−56,52 kJ /¿mol-1
2 2 2(g)
∆ H =+33,85 Kj/mol-1
Sumber :
Atkins,P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta:Erlangga

Syl,Isana & Endang W.L. 2008. Kimia Fisika 3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Vania,Vera. 2017. Ketergantungan Entalpi Reaksi Terhadap Temperatur. Diakses melalui


http://kimiakar.blogspot.com/2017/12/ketergantungan-entalpi-reaksi-terhadap_7.html?
m=1 pada tanggal 13 Oktober 2020 pukul 23.35 WIB

Anda mungkin juga menyukai