BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini yang penuh dengan pembangunan di sector industri serta
bidang-bidang lainnya, tentunya pembangunan itu membutuhkan suatu bahan logam yang
cukup baik , entah itu sifat fisik maupun mekanisnya.
Namun sifat fisik maupun mekanik dari logam tidaklah dengan mudah ditemukan
.Oleh karena itu, perlu diberikan terlebih dahulu suatu perlakuan khusus, sehingga dapat
menghasilkan suatu logam yang sesuai dengan yang diinginkan .
Perlakuan yang diberikan logam antara lain adalah perlakuan panas atau
Heatreatment, yang merupakan suatu proses perlakuan terhadap logam yang diinginkan
dengan cara memberikan pemanasan dan kemudian dilakukan pendinginan dengan media
pendingin tertentu, sehingga sifat fisiknya dapat diubah sesuai dengan yang diinginkan.
Logam yang baik dan sesuai adalah baja yang merupakan logam paduan FE dan
C. pada kadar karbon tertentu atau paduan lain yang sesuai. Baja banyak digunakan sebagai
bahan konstruksi dan sebagai perkakas.
B. Manfaat Pengujian
a. Bagi Praktikan
Mengetahui langkah pengujian perlakuaan panas, untuk mendapatkan
sifat logam yang diinginkan
Mengetahui media pendingin yang tepat untk memperoleh kekerasan]
Memudahkan uintuk mengetahui proses mana yang sesuai digunakan
untuk suatu produk pengujian
Mengetahui kecepatan pendinginan yang ditentukan (pengaruh sifat
pendinginan media)
b. Bagi Industri
Dengan perlakuan panas dapat diketahui sifat-sifat logam untuk
diterapkan pada bidang industri tertentu, terutama padad pemilihan
bahan dan produnya.
Mengetahui nilai ekonomis, keamanan dan kualitas bahan suatu produk.
BAB II
LANDASAN TEORI
Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah
struktur logam dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada
temperature rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada
media pendingin seperti udara, air, air faram, oli dan solar yang masing-masing
mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh
struktur mikrologam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan
akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan
adanya pemanasan atau pendinginan degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam
dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan aatu
pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan
sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas
temperature sangat menetukan.
Ada beberapa proses-proses pada perlakuan pada Heat Treatment yaitu sebagai berikut:
1. Quenching ( pengerasan )
Proses quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses pemanasan logam
sehingga mencapai batas austenit yang homogen. Untuk mendapatkan kehomogenan ini
maka audtenit perlu waktu pemanasan yang cukup. Selanjutnya secara cepat baja tersebut
dicelupkan ke dalam media pendingin, tergantung pada kecepatan pendingin yang kita
inginkan untuk mencapai kekerasan baja. Ini mencegah proses suhu rendah, seperti
transformasi fase, dari terjadi hanya menyediakan jendela sempit waktu di mana reaksi
ini menguntungkan kedua termodinamika dan kinetis diakses, dapat mengurangi
kristalinitas dan dengan demikian meningkatkan ketangguhan dari kedua paduan dan
plastik (dihasilkan melalui polimerisasi).
Pada waktu pendinginan yang cepat pada fase austenit tidak sempat berubah
menjadi ferit atau perlit karena tidak ada kesempatan bagi atom-atom karbon yang telah
larut dalam austenit untuk mengadakan pergerakan difusi dan bentuk sementitoleh karena
itu terjadi fase lalu yang mertensit, imi berupa fase yang sangat keras dan bergantung
pada keadaan karbon.
2. Anneling
Proses anneling atau melunakkan baja adalah prose pemanasan baja di atas
temperature kritis ( 723 °C )selanjutnya dibiarkan bebrapa lama sampai temperature
merata disusul dengan pendinginan secara perlahan-lahan sambil dijaga agar temperature
bagian luar dan dalam kira-kira samahingga diperoleh struktur yang diinginkan dengan
menggunakan media pendingin udara.
3. Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pemanasan logam hingga mencapai fase austenit
yang kemudian diinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil
pendingin ini berupa perlit dan ferit namunhasilnya jauh lebih mulus dari anneling.
Prinsip dari proses normalizing adalah untuk melunakkan logam. Namun pada baja
karbon tinggi atau baja paduan tertentu dengan proses ini belum tentu memperoleh baja
yang lunak. Mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung dari kadar karbon.
4. Tempering
Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit di bawah
temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya dipertahankan sampai
merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan dalam media pendingin. Jika kekerasan
turun, maka kekuatan tarik turun pula. Dalamhal ini keuletan dan ketangguhan baja akan
meningkat. Meskipun proses ini akan menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini
berbeda dengan anneling karena dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang
lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung oleh kadar karbon.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Anneling,
http://en.wikipedia.org/wiki/Quenching
dan http://www.scribd.com/doc/49506603/HEAT-TREATMENT
1. karburasi
Cara ini sudah lama dikenaloleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi
dipanaskan di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon, baik dalan
bentuk padat, cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara kaburasi yaitu kaburasi padat,
kaburasi cair dan karburasi gas.
2. karbonitiding
Adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di atas suhu
kritis di dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan nitrogen. Keuntungan
3. Cyaniding
Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh
specimen yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan. Proses ini tidak
sembarang dilakukan dengan sembarang .Penggunaan closedpot dan hood ventilasi
diperlukan untuk cyaniding karena uap sianida yang terbentuk sangat beracun.
4. Nitriding
http://www.tpub.com/content/aviationandaccessories/TM-43-0106/css/TM-43-
0106_24.htm
http://education.web.id/site/index.php?view=article&catid=40:logam&id=74:perlakuan-
panas&format=pdf
1. Densitas
semakin tinggi densitas suatu media pendingin, maka semakin cepat proses
pendinginan oleh media pendingin tersebut.
2. Viskositas
a. Air garam
Air memiliki viskositas yang rendah sehingga nilai kekentalan cairan kurang,
sehingga laju pendinginan cepat dan massa jenisnya lebih besar dibandingkan
dengan media pendingin lainnya seperti air,solar,oli,udara, sehingga kecepatan
media pndingin besar dan makin cepat laju pendinginannya.
b. Air
Air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam,
kekentalannya rendah sama dengan air garam. Laju pendinginannya lebih lambat
dari air garam.
c. Solar memiliki viskositas yang tinggi dibandingkan dengan air dan massa
jenisnya lebih rendah dibandingkan air sehingga laju pendinginannya lebih
lambat.
d. Oli
Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan dengan
media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju
pendinginannya lambat.
Udara tidak memilki viskositas tetapi hanya memiliki massa jeni sehingga laju
pendinginannya sangat lambat.
Besi cor yang berada pada suhu outektoid yaitu pada suhu 1148 °C rata-
rata mengandung 2,5% - 4% kadar karbon yang kaya besi mengandung 2,1%
berat atau 9% atom. Atom-atom karbon ini larut secara intertisi dalam besi KPS.
Baja yang mengandung 1,2% karbon dapat mempunyai fasa tunggal pada
proses penempaan atau proses pengerjaan panas lainnya yaitu sekitar 1100°C –
1250°C pada daerah yang kaya besi 99% Fe dan 1% C diagram Fe-Fe3C berada
dengan diagram lainnya.Perbedaan ini karena besi adalah paimorf pada daerah
700°C – 900°C. Daerah karbon 0% - 1%. Pada diagram ini struktur mikro baja
dapat diatur.
4. Perubahan Suhu
Semakin kecil suhu media pendingin (udara, air, oli, garam, dll) maka
kecepatan pendinginan semakin cepat karena panas pada specimen akan lebih
cepat mengalir ke suhu media pendingin yang lebih kecil.
http://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas
Diagram fasa Fe-Fe3C menampilkan hubungan antara temperatur dan kandungan karbon
(%C) selama pemanasan lambat. Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh informasi-
informasi penting yaitu antara lain(Harris and Marsall, 1980):
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisi
pendinginan lambat.
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila dilakukan
pendinginan lambat.
3. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
4. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa tertentu.
5. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan eutektoid.
Ferit ( Besi )
400 o C−1525 o C dan mempunyai sel satuan BCC (sel satuan Kubus) karbon
yang larut sampai 0,01 %.
Sumber : http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm
F. Diagram TTT
Penjelasan diagram:
Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan menghasilkan
struktur mikro perlit dan ferlit.
Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan menghasilkan struktur
mikro perlit dan bainit.
Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan menghasilkan struktur
mikro martensit.
Sumber : http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm
G. Diagram CCT
Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar karbon dalam baja.
Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhunya dititik tertentu
yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perlit dan ferit.
Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi masih disisi sebelah
atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari
perlit).
Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat
struktur Martensit (sangat keras dan getas).
Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser kekanan.
Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya
pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar.
Semakin cepat pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.
Sumber : http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm
H. Unsur Paduan
1. Karbon (C)
Larut dalam ferrite, pembentukan sementit (dan karbida lainnya), perlit, bainit,
% C dan distribusinya mempengaruhi sifat baja. Kekuatan dan kekerasan meningkat
dengan naiknya % C.
2. Silikon (Si)
3. Tembaga (Cu)
4. Mangan (Mn)
5. Khromium (Cr)
6. Nikel (Ni)
7. Molibdenum (Mo)
8. Vanadium (V)
Aluminium.
Titanium (Ti).
Sumber : http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm
I. Sistem Kristalografi
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih panjang.
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap
satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda,
dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada
sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak
lurus (90˚).
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu
c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling
pendek.
ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak
lurus (miring).
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠
b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
= 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚
terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
polycarbonate.
Kaca dan polycarbonate merupakan komponen pokok dalam susunan kaca antipeluru.
Kaca sendiri merupakan lapisan tembus pandang sedangkan polycarbonate sebagai
lapisan yang melindungi serpihan kaca. Sehingga, kaca yang retak terkena tembakan,
ledakan, atau pukulan keras tidak hancur lebur mengenai orang.
Tapi retakan tersebut tertahan di dalam kaca karena ada polycarbonate yang menahannya.
Selain dua komponen tersebut, kaca antipeluru sendiri tersusun dari berbagai lapisan.
Sebab kaca ini merupakan sistem kaca yang berlapis-lapis. Proses pembuatannya sendiri
menggunakan cara pemanasan dan pendingan supaya kaca menjadi lebih kuat.
Polikarbonat adalah kelompok tertentu polimer termoplastik. Mereka dapat
dengan mudah bekerja, dibentuk, dan thermoformed; karena itu, plastik ini sangat banyak
digunakan dalam industri kimia modern. Fitur menarik mereka (suhu perlawanan,
dampak perlawanan dan optiknya) posisi mereka di antara plastik dan rekayasa
komoditas plastic
Kaca yang telah dilapisi protective interlayer atau polyvinyl butyral (PVB) dapat
tahan terhadap tegangan tinggi, karena material ini dilapisi dengan banyak lapisan.
Sebagai contoh, tiga lapisan kaca, dua lapisan PVB, empat lapisan kaca, tiga lapisan PVB
dan seterusnya. Material ini dapat tahan terhadap peluru atau bom. Ini dikarenakan
material tersebut memiliki lapisan PVB yang tahan terhadap tegangan.
Saat kaca terkena peluru, material ini dapat pecah namun peluru tidak dapat tembus.
Sebab kaca telah mengalami tempered glass yaitu kaca yang telah mengalami heat
treatment supaya lebih keras dan pecahan kacanya lebih halus dan tidak melukai
penumpang. Selain itu, PVB dapat menjadi dekorasi, karena PVB memiliki berbagai
warna dan motif.
Banyaknya lapisan yang digunakan dalam pembuatan kaca antipeluru membuat
lapisan kaca ini menjadi tebal. Ketebalan kaca dapat mencapai empat sentimeter. Bahkan,
pada mobil limusin Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama, ketebalan kaca
mobilnya lebih dari 12 sentimeter. Sementara kekuatan kaca antipeluru ditentukan
melalui suatu standar. Dengan demikian, kekuatan kaca dapat diukur.
Ada beberapa level untuk menentukan kekuatan kaca. Berdasarkan standar
ukuran dari National Institute of Justice yang berasal dari Amerika Serikat, terdapat
ukuran kekuatan kaca mulai dari level satu sampai dengan level delapan. Kekuatan
tersebut akan diukur dengan peluru yang mengenai kaca. Jenis peluru, kecepatan, dan
jumlah peluru yang ditembakkan menjadi acuan ketahanan suatu kaca.
Jarak, Berat, dan Kecepatan , Sebagai contoh, pada level II A kaca akan dapat
mengkis peluru berkaliber 9 milimeter yang memiliki berat 8 gram dengan kecepatan
luncur dari senapan 341 meter per detik dari proyektil atau senapan. Dalam satu
percobaan, peluru ini ditembakkan dalam jarak lima meter.
Hasil yang diperoleh peluru tidak menembus pada kaca. Kekuatan kaca ini akan
jadi berbeda jika ditembakkan dengan peluru pada kekuatan level III A. Kaca dengan
kekuatan IIA ditembak dengan peluru IIIA yang berjenis 9 milimeter dengan berat 8,2
gram pada kecepatan tembak 436 meter per detik. Maka, peluru tersebut akan dapat
menembus kaca dan serpihannya dapat mengenai penumpang di dalam mobil.
Untuk menguji kaca antipeluru, penembakan dilakukan pada jarak lima meter
dan dilakukan pada enam kali tembakan pada level I sampai III A. Dalam percobaan,
tembakan tidak diarahkan pada titik yang sama melainkan diarahkan pada titik lain.
Sementara, jarak antara satu titik tembakan dengan titik yang lain sejauh dua inci atau 5,1
milimeter. Sebab kalau tembakan diarahkan pada satu titik pada kaca yang ditembak
sebanyak enam kali, tentu saja peluru akan menembus kaca. Pada Level di atas III A atau
III dan IV, jarak uji tembakan 15 meter karena pada tahap ini kecepatan peluru umumnya
lebih besar sekitar 850 meter per detik. Di samping itu, berat peluru lebih tinggi sekitar
sembilan sampai dengan 10 gram. Namun, berbeda dengan level di bawahnya, uji tembak
pada peluru level empat hanya dilakukan sekali. Selain daripada itu, teknik uji kaca
antipeluru lainnya adalah dengan mengarahkan tembakan secara lurus pada kaca. Arah
tembakan semacam ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan jika tembakan
diarahkan secara miring. Jika dengan cara uji seperti ini peluru tidak tembus pada kaca,
maka tembakan yang dilakukan dalam posisi miring tidak akan menembus kaca. Sebab
umumnya tembakan yang dilakukan oleh pelaku kriminal dilakukan dengan arah yang
tidak lurus.
Sumber : http://archive.kaskus.us/thread/2891523
Pengelompokan Baja
1. Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat
menentukan sifat-sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di
dalamnya terjadi karena proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan oleh
persentase karbon dan mikrostruktur.
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih
dengan kadar yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon. Menurut kadar
unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu baja paduan rendah
dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di bawah 10% sedangkan baja
paduan tinggi di atas 10%.
3. Baja Khusus
perkakas, baja listrik. Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom sebagai unsure
terpenting untuk memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga
macam menurut strukturnya yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas
dan austenitis.
Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan korosi pada suhu
lingkungan lebih tinggi atau oksidasi.
5. Baja perkakas
Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang
peranan dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk
memperoleh sifat-sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi.
6. Baja listrik
Standarisasi Baja
Strogen Steel (H3 9M-94) High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon, steel plate for machine
pane and general construction (A 284M-38) High Steel Strength. Quenhead and
Temporal alloy steel plate euatable for andirum (A 514-94m). Structural Steel
mide 290 MPa minimum Yield point (BMM) maximum. High Strongth Low
alloy alambium vanadium steel of structural quality (43,72m-94a). Structural
carbon steel plate of improved longers (AS 37M-93a). High Strength Low alloy
Structural Steel 345 MPa minimum yield point 100 mm thickness (AS 88M-94a).
Normalized high Strength Low alloy Structural Steel (A633-94a). Low
carbonate hardening, nikel copped evanium monodin, corombium and nikel
copper columbion allow steel (A710M-94). Hot road stuktural steel high
Strength Low alloy plate with improved in ability (A 610 M-93a). Quenhead and
tempered carbon steel plates for structural aniration (A 678-94a)
b) AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of Automotive
Engineers)
Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx
digunakan untuk paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini
berarti kandungan karbonnya adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%)
Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE, hanya
saja menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan
lainnya misalnya baja AISI,SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana
awalnya G untuk baja karbon paduan rendah.
Rolled Steel for general structural (G 3101-87), Rolled Steel for walled structural
(G 3106-92), Hot Rolled Atmosphetle corrosion resisting steel (G 3128-87), Hot
Yield Strength Steel plate for walled structural (G 3128-87), Superior atmosphere
corrosion resistant steel (G 3215-87)
Steel for general structural purposes (17100-80) dan Waldable tine astin steel
(17102-83)
BAB IV
4.1 Kurva laju pemanasan dan pendinginan dari data yang diperoleh
Temperatur Vs Waktu
Temperatur (T)
1000
800
600
400
200
0 Waktu (t)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Pemanasan Pendinginan
Berdasarkan grafik yang telah diperoleh dari hasil data dapat di simpulkan pada saat
dilakukan pemanasan maka temperature logam akan naik. Setelah mencapai suhu 810 C, maka
atom –atom bergerak keluar dari struktur dari permukaan logam. Kemudian setelah itu
didinginkan dengan media pendingin maka dengan cepat temperature logam akan menurun.
Dimana pada awalnya berada pada fase austenit stabil. Pada saat temperature logam
turun diantara suhu + 700C – 250C terbentuk austenit yang tidak stabil, kemudianm pada saat
logam temperaturnya dibawah 250C terbventuk austenit dan martensit. Terbentuk martensit
karena adanya pengaruh kadar karbon, martensit ini terbentuk karena atom – atom karbon yang
ada pada permukaan tidak sempat berdifusi kembali kedalam struktur logam sebagai akibat
pendingin yang cepat dan struktur logamnya merapat. Sifatnya keras dan ulet. Kecepatan
pendingin yang dipengaruhi oleh massa jenis, yaitu semakin keras massa jenis dari media
pendingin maka kecepatan pendinginan dari logam akan cepat. Hal ini disebabkan panas dari
logam cepat didistribusikan karena pada partikel media pendingin saling berdekatan.
Keterangan:
1. Ferrit ( α ) adalah larutan interpisi dalam atom-atom karbon pada besi murni.
- bersifat lunak dan liat
- strukturnya kubik pemusatan ruang ( BCC )
- dalam keadaan murni ( komersil ) keuatan tariknya < 310 MPa
- bersifat ferromagnetic di bawah 770 °C
- berat jenisnya 7,88 gr/cm³
2. sementit ( karbida besi ) yaitu paduan besi-karbon, karbon melebihi batas
daya larut membentuk fasa kedua.
- bersifat keras disbanding austenit atau ferit tidak ulet
- berat jenisnya 7,6 gr/cm³
3. Uustenit ( γ ) adalah larutan interpisi antara karbon dan besi
- stabil pada suhu 912 °C dan 1394 °C
- pada suhu stabil bersifat lunak dan ulet sehingga mudah dibentuk
- strukturnya kubik pemusatan sisi
4. Derlit adalah austeroiddari dua fasa yaitu fasa ferit dan fasa sementit
- terjadi pada temperature di bawah 723 °C
- sifatnya antara ferit
- kandungan karbonnya 0,87 %
Dari diagram TTT di atas dapat dilihat pengaruh media pendingin pada struktur
yang dihasilkan pada specimen.
- Kurva II ( air )
Yaitu pendinginan denga n media solar dengan waktu pendinginan lebih lama
dari air sehingga menghasilkan ferit dan perlit yang lebih sedikit.
- Kurva IV ( oli )
Pendinginan ini menggunakan media pendingin oli dan struktur yang dihasilkan
adalah stuktur perit dengan waktu pendinginan lebih lama dari pendinginan dengan solar.
Kurva V ( udara )
4.2. Pembahasan
A. Alotropi Besi
FCC adalah singkatan dari Face Center Cubic atau 'wajah berpusat kubik'
struktur. Sedangkan BCC singkatan dari Body Center Cubic atau 'tubuh berpusat
kubik' struktur. Mereka mengacu pada penataan bahan kristal. Untuk struktur
kubik, Anda dapat membayangkan memiliki sebuah kubus atom, satu atom di
setiap sudut kubus (sebenarnya Anda memiliki 1 / 8 dari atom, karena Anda
menganggap bahwa setiap saham sel yang mengelilingi atom juga).
FCC BCC
Namun, dalam penataan FCC, akan ada atom lain (sekali lagi, sekitar
berbagi sel-sel atom, sehingga secara teknis setengah atom dalam hal ini) pada
setiap muka kubus (dengan wajah yang saya maksud adalah permukaan luar dari
kubus), dan mereka akan berpusat antara sekitarnya untuk sudut kubus (maka
'wajah berpusat' bagian dari nama).
Untuk BCC, yang mirip, kecuali daripada harus atom di wajah masing-
masing, hanya ada atom ekstra tunggal (ditambah semua atom pada sudut-sudut
kubus) yang terletak tepat di tengah kubus (atau 'tubuh' dari kubus).
Besi atom disusun dalam tubuh berpusat pola kubik (BCC) sampai
dengan 1180 K. Di atas suhu ini membuat transisi fase ke wajah-kisi berpusat
kubik (FCC). Transisi dari BCC ke FCC hasil dalam meningkatkan 8 sampai 9%
pada densitas, menyebabkan sampel besi menyusut besarnya karena dipanaskan
di atas temperatur transisi.
C. Intan
Intan adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk kristal, atau
alotrop, dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang
istimewa, terutama faktor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan
cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam perhiasan dan
berbagai penerapan di dalam dunia industri.
Gambar intan
Penambangan intan
Intan terdapat dari dalam perut bumi yang digali baik secara manual
maupun dengan mekanisasi. Sekarang kebanyakan para penambang intan sudah
menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin penyedot untuk menyedot tanah
yang sudah digali.
D. Karbida
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las
karbit, asetilen yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas
yang diperlukan dalam pengelasan.
Gambar karbida
Untuk surface crack ada beberapa metoda yang dapat digunakan, yaitu:
Eddi current, prisipnya hampir sama dengan teknik medan magnet, tetapi
disini medang listrik yang dipancarkan dari arus listrik bolak-balik, ketika ada
crack maka medan listrik akan berubah dan perubahannya itu akan terbaca pada
alat pengukur impadance. Prinsip ini erat kaitannya dengan impedansi, maka
halinya sangat dipengruhi oleh jarak antara benda uji dengan alat ukurnya.
Proses pembuatan Pahat Bubut dengan Proses Normalizing (metode pisau cutoff dan grit
wheel 24).
Proses pembuatan:
Gunakan penggiling sudut kanan dengan pisau cutoff untuk memotong baja sesuai
dengan ukuran pahat yang diinginkan.
Baja dikunci untuk menjaga agar tidak terjadi kelonggaran pada saat pembentukan.
Panaskan 3 inch pertama sampai mencapai suhu yang diinginkan.
Baja kemudian ditempa pada saat pemanasan dengan las asetelin dengan model kuncup
mawar.
Pahat kemudian dipanaskan menyeluruh sampai diatas temperature kritis, dan kemudian
didinginkan perlahan-lahan dengan media pendinginan udara dalam ruangan dengan suhu
normal.
Pada proses normalisasi ini, ukuran baja bisa sedikit mengecil dan kemungkinan baja ini
bisa hancur ketika ditempa, efek pendinginan ini bisa membuat baja menjadi hitam
sehingga seolah-olah baja tersebut terlihat dingin. Baja bisa mencapai suhu 1000 derajat
farenheit ketika berubah warna menjadi hitam.
Panaskan inci pertama dan kemudian setengah dari baja tersebut , kemudian tempa
permukaan baja dengan alat penempa(roda 24-grit).
Dinginkan baja dengan media pendingin oli atau solar hingga baja tersebut benar-benar
dingin.
BAB V
5.1.KESIMPULAN
a) Tujuan dari proses Heat Treatment adalah agar pekerjaan perlakuan panas dilakukan
dengan menggunakan peralatan yang tepat dan dioperasikan dengan benar.
b) Prosedur pengujian perlakuan panas yaitu sebgai berikut :
1. Persiapan specimen
2. Persiapan alat
3. Pemanasan
4. Pengeluaran specimen dari furnace
5. Perlakuan panas selesai
c) Bahan dan alat yang digunakan adalah tungku(furnance),termokopel,jam,penjepit
specimen,media Quench (air,solar,oli,air garam)
d) Jenis-jenis perlakuan panas yaitu Hardening, Annlealing, Normalizing, dan Tempering.
e) Diagram fasa Fe3C berguna dalam penentuan proses Heat Tretment, dimana pada
temperature berapa kita menginginkan suatu fasa material apabila kadar karbonnya kita
ketahui.
f) Semakin besar massa jenis dari media pendingin, maka laju pendinginan akan semakin
besar pula.
5.2.SARAN
a) Harap untuk media pendingin oli disediakan saringan agar benda uji dapat dikeluarkan
dari media tersebut dengan mudah.
b) Kalau bisa pada saat praktikan mengerjakan specimen asisten ada yang mendampingi
agar praktikkkan dapat dengan mudah bertanya kalau ada yang tidak dimengerti.