Anda di halaman 1dari 5

EVIDENCE BASED PADA KEHAMILAN

Evidence Based Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi
berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997).

Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (Bidan)
dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada
akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam memberikan pelayanan
kehamilan(Gray, 1997).

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang
tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.

Bidan, Pasti dan selalu ingin memberikan asuhan yang terbaik dan efektif kepada kliennya,,
Asuhan terbaik didapatkan dari bukti-bukti klinis yang terbaik, yang tersedia dan yang paling
mutakhir.

Idealnya. Bidan harusnya tahu asuhan seperti apa yang efektif yang harus diberikan dan
dipraktekkan kepada kliennya. Namun kenyataannya, Masih banyak yang seharusnya harus
sudah diketahui ternyata tidak diketahui oleh bidan dan bidan sering tidak mempraktekkan
apa yang mereka ketahui sebagai bentuk asuhan yang paling efektif

BUKTI KLINIS PADA PELAYANAN KEHAMILAN

Fokus lama ANC :

1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan
merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di
bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah
resiko/komplikasi
PENDEKATAN RESIKO mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan
ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Banyak ibu yang digolongkan dalam
kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah
memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan
bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi
terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).

Sementara, bagi BuMil kelompok Resiko Rendah :

 Tidak diberi pengetahuan tentang Resiko Tinggi


 Tidak di persiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetri
 Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko
rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara
mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.

Setiap ibu hamil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga
setiap bumil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas.
Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan
dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

Isi refocusing ANC :

1. Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk : Membantu setiap


bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang
terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan
esensial untuk ibu-bayi).
2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi
(deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana
kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan.
3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS
(riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang
memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian
karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam
hal jangkauan akan dapat dicegah.
4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia
berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran
operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan
fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena
tetanus.
7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang
terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
8. Untuk populasi tertentu:
 Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens
anemia berat,
 Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di
daerah endemik
 Suplementasi yodium
 Suplementasi vitamin A

TREND & ISSUE TERKINI DALAM ANC

1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)


2. ANC pada usia kehamilan lebih dini
3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan
ANC yaitu:
1. Kunjungan ANC (Buku KIA)
2. Pemberian suplement micronutrient
3. Imunisasi TT
4. Tes HIV
5. Pemberian kalsium untuk mencegah prereklampsi

PELAYANAN ANTENATAL (ANTENATAL CARE/ANC)

 Pada kehamilan normal minimal 6x ANC dengan rincian


 2x Trimester 1
 1x Trimester 2
 3x Trimester 3
 Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat
kunjungan ke 5 di Trimester 3
 ANC ke-1 di Trimester 1 : skrining faktor risiko dilakukan oleh dokter dengan
menerapkan protokol kesehatan.
 Jika ibu datang pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal
seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan skrining
 Sebelum ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan janti
temu/ teleintegrasi dengan skrining anamnesa melalui media komunikasi
(telepon)/secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala covid
 Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit
mengakses RS Rujukan maka dilakukan rapid test
 Jika tidak ada gejala covid, maka dilakukan pelayanan antenatal di FKTP
 NC ke-5 di Trimester 3
 Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh dokter dengan menerapkan
protokol kesehatan
 Tatap muka didahului dengan janji temu/teleregistrasi
 Skrining dilakukan untuk menetapkan:
1. Faktor risiko persalinan
2. Menentukan tempat persalinan
3. Menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak

RUJUKAN TERENCANA

DIPERUNTUKAN BAGI:
1. Ibu dengan faktor risiko persalinan
2. Ibu dengan faktor risiko COVID-19

Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20 minggu. Setelah usia kehamilan 28
minggu, hitunglah gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan dalam 2 jam). Jika 2
jam pertama gerakan janin belum mencapai 10 gerakan, dapat diulang pemantauan 2 jam
berikutnya sampai maksimal dilakukan hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam)
Bila belum mencapai 10 gerakan selama12 jam, ibu harus segera datang ke Fasilitas
pelayanan kesehatan untuk memastikan kesejahteraan janin

Ibu hamil tetap minum Tablet tambah darah (sesuai dengan dosis yang diberikan tenaga
kesehatan)
Bagi ibu dengan status suspek, probable atau terkontaminasi covid, pemberian tablet fe
dilakukan dengan pertimbangan dokter yang merawat

Anda mungkin juga menyukai