Anda di halaman 1dari 12

SIKLUS HIDROLOGI DAN JENIS HUJAN DI INDONESIA

Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Teknik


Pengendalian Konservasi Lingkungan

Oleh:

Kelas A

Intan Aprilia
NIM 191710201043

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
1. Pengertian Siklus Hidrologi

Gambar 1. Siklus Hidrologi


Siklus hidrolodi atau yang dikenal dengan siklus air adalah konsep
dasar dalam biogeokimia yang menggambarkan proses perubahan wujud
air, pergerakan aliran air, dan ragam jenis air yang mengikuti suatu siklus
keseimbangan yang terjadi di lingkungan alam (Syahputra, et al, 2018).
Siklus hidrologi juga dapat diarikan sebagai proses pergerakan molekul air
dari permukaan bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke permukaan bumi.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa siklus hidrologi merupakan air
yang menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut dan kemudian
menjadi awan setelah melewati beberapa proses lalu jatuh sebagai hujan
atau salju ke permukaan tanah atau laut.
Siklus hidrologi diawali dengan emanasan air oleh sinar matahari,
membuat air berevaporasi yang kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam
bentuk hujan, salju, hujan es, hingga kabut. Pada perjalanannya, beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh.
Air yang langsung terjatuh akan di intersepsi oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi pun terus
bergerak secara berulang-ulang yang menyebabkan jumlah air di Bumi
relatif sama.
2. Tahapan Siklus Hirologi
Berikut ini adalah tahapan siklus hidrologi menurut (Syahputra, et al,
2018).
a. Respirasi
Respirasi merupakan proses penguapan air dari tubuh manusia dan
hewan. Proses respirasi umumnya memecah molekul gula sederhana
menjadi karbon dioksida, uap air dan energi. Uap air yang dihasilkan
dari proses resporasi ini akan ikut naik ke atmosfer dan mengalami
kondensasi.
b. Transpirasi
Transpirasi adalah tahapan penguapan air pada tumbuhan. Tahapan ini
dipengaruhi oleh adanya paparan radiasi matahari. Salah
satu contohnya adalah akar tanaman menyerap air dan mendorongnya
ke daun untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Air hasil
fotosintesis ini kemudian dikeluarkan oleh tanaman melalui stomata
sebagai uap air.
c. Evaporasi
Evaporasi adalah tahap penguapan air yang ada di permukaan bumi
seperti sungai, samudra, laut, danau, rawa, atau genangan air lainnya
akibat adanya peningkatan suhu di udara dan radiasi matahari. Air
yang sudah mengalami evoparasi dan berubah menjadi uap akan
terbawa angin dan naik ke atmosfer.
d. Evapotranspirasi
Merupakan gabungan dari tahap evaporasi dan transpirasi. Artinya
evapotranspirasi merupakan total penguapan secara keseluruhan yang
ada di permukaan bumi baik itu permukaan air maupun makhluk
hidup.
e. Sublimasi
Sublimasi merupakan tahapan penguapan air yang berasal dari daratan
es atau pada daerah yang bertekanan udara rendah seperti gunung.
Proses penguapan ini terjadi tanpa merubah bentuk padatan es menjadi
cair terlebih dahulu.
f. Kondensasi
Kondensasi (pengembunan) adalah perubahan wujud uap air dari gas
menjadi titik-titik cairan (embun). Uap air yang telah mengalami
kondensasi akan menyatu dan membentuk sebuah awan. Kondensasi
terjadi akibat suhu udara yang rendah. Ketika air menguap menjadi
uap air, ia akan naik ke lapisan atas atmosfer. Di ketinggian tertentu,
uap air berubah menjadi partikel es yang berukuran sangat kecil karena
karena pengaruh suhu udara yang rendah. Partikel-partikel es tadi akan
saling mendekati satu sama lain, bersatu kemudian membentuk awan
dan kabut di langit.
g. Adveksi
Adveksi adalah perpindahan partikel air hasil kondensasi yang sudah
berbentuk awan dari satu tempat ke tempat lainnya secara horizontal.
h. Presipitasi (hujan)
Merupakan proses jatuhnya partikel air dari awan ke perumukaan bumi
akibat suhu tinggi di atmosfer. air yang jatuh bisa berupa air (hujan)
ataupun salju, tergantung suhu lingkungannya.
i. Intersepsi
Intersepsi adalah tahapan tertahannya air hujan pada permukaan
tannaman seperti daun dan ranting. Air hujan yang jatuh diatas
tanaman tidak langsung sampai pada permukaan tanah.
j. Run off
Run off juga dikenal sebagai limpasan. Merupakan proses transportasi
air dari daerah tinggi ke daerah yang lebih rendah. Air hasil presipitasi
akan mengalir kembali menuju permukaan bumi. Air berpindah dan
bergerak menuju tempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran air
seperti sungai dan got hingga kemudian masuk ke danau, laut, dan
samudra. Pada tahap daur air ini air masuk kembali ke lapisan
hidrosfer.
k. Infiltrasi
Merupakan tahap masuk atau terserapnya air hasil presipitasi yang
jatuh ke permukaan bumi akan masuk ke dalam pori-pori tanah secara
vertical. Air akan merembes ke bawah dan menjadi air tanah.
l. Perkolasi
Adalah tahapan mengalirnya air melalui pori-pori tanah baik secara
vertical maupun horizontal hingga mencapai permukaan air tanah
(water table) pada lapisan jenuh air .
3. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim yang Mempengaruhi Siklus Hidrologi
a. Suhu udara
Dalam siklus hidrologi, suhu udara dapat mempengaruhi proses
penguapan air, kondensasi, dan presipitasi. Pada penguapan air,
semakin tinggi suhu udaranya maka proses penguapan akan
berlangsung lebih cepat dan air yang dapat diuapkan juga lebih
banyak. Pada kondensasi suhu akan mempengaruhi proses
pengembunan (perubahan uap air menjadi titik-titik air). Untuk proses
kondensasi yang sempurna dibutuhkan suhu yang lebih rendah
sehingga proses perubahan wujud uap air menjadi gas bisa lebih cepat.
Pada presipitasi, suhu udara akan mempengaruhi bentuk air yang turun
ke permukaan bumi. Pada suhu normal, air yang turun ke permukaan
bumi akan berbentuk cairan. Sedangkan pada wilayang yang memiliki
suhu udara sangat rendah (dibawah no derajat) air yang turun ke
permukaan bumi bisa berrupa salju.
b. Radiasi matahari
Pada siklus hidrologi radiasi matahari berperan penting dalam proses
penguapan air yang ada di bumi, entah itu penguapan air pada
permukaan bumi maupun penguapan air pada makhluk hidup. Semakin
bagus radiasi matahari yang didapatkan, maka proses penguapan air
bisa berlagsung lebih cepat akibat panas dari radiasi matahari itu
sendiri.
c. Kelembapan udara.
Kelembapan udara berperan perting dalam siklus hidrologi terkait
dalam pembentukan dan pertumbuhan awan yang berkaitan dengan
kejadian hujan (Sipayung et al, 2012). Semakin lembab udaranya,
artinya awan yang akan terbentuk semakin banyak. Karenaa
kelembaban udara merupakan jumlah kandungan uap air yang yang
ada di udara (atmosfer).
d. Tekanan udara
Tekanan udara itu sendiri merupakan beban dari suatu udara. Pada
kondisi tertentu, saat awan sudah tidak sanggup menahan tekanan
udara di atmosfer, maka titik-titik air pada awan akan jatuh ke bumi
yang kita kenal dengan peristiwa hujan (presipitasi).
e. Angin
Dalam siklus hidrologi angin berperan dalam membawa hasil
penguapan di bumi menuju atmosfer.
4. Jenis-Jenis Hujan di Indonesia dan faktor cuaca, lokasi dan topografi
yang mempengaruhinya
Menurut Empung et al, 2016, berikut ini ada lima jenis hujan yang lazim
terjadi di Indonesia :
a. Hujan siklonal

Gambar 2. Ilustrasi Hujan Siklonal


Hujan siklonal merupakan suatu jenis hujan yang terjadi atau
terbentuk karena disebabkan adanya udara panas, suhu lingkungan
yang tinggi dan juga sisertai dengan angin besar yang berputar- putar. .

Unsur cuaca penyebab hujan siklonal ialah naiknya udara panas dari
permukaan bumi disertai adanya angin yang berputar-putar pada titik
tertentu. Kemudian angin tersebut akan naik dan menggumpal diatas
awan yang berada pada garis equator. Setelah awan itu mencapai titik
jenuh, maka terjadilah hujan siklonal. Hujan ini terjadi setelah cuaca
panas dan berlangsung tidak lama. Hujan siklonal umumnya terjadi
pada wilayah yang dilalui garis equator atau khatulistiwa. Hujan
siklonal juga umumnya terjadi pada daerah dataran rendah yang
memiliki suhu udara yang panas. Hujan zenithal
b. Hujan Zenithal

Gambar 3. Ilustrasi Hujan Zenithal


Hujan ini diakibatkan adanya pertemuan angin pasat tenggara
dan angin pasat timur. Hujan ini terjadi di daerah tropis tiap tahun atau
setengah tahun selama musim panas ketika matahari berada di puncak
kepala. Hujan zenital sering terjadi di daerah sekitar ekuator tepatnya
23,5°LU-23,5°LS. Hujan zenithal juga disebut hujan ekuatorial, hujan
konveksi, atau hujan naik tropis. Hujan zenithal terjadi pada wilayah
tropis dengan cakupan wilayah yang sempit pada waktu siang hari.
Proses hujan zenithal terjsdi seperti siklus air pada umumnya. Hujan
ini dtandai dengan awan yang gelap dan disertai suara guntur. Berikut
ini adalah ilustrasi hujan zenithal.
c. Hujan Orografis

Gambar 4. Ilustrasi Hujan Orografis


Beberapa hal yang berkaitan atau mempengaruhi terjadinya
hujan orografis ialah udara yang mengandung uap air (kelembapan
udara), angin fohn, wilayah pegunungan, dan lainnya. Hujan ini
umumnya teradi pada daerah pegunungan yang disekitarnya terdapat
angin fohn. Angin tersebut akan membawa uap air bergerak keatas.
Semakin tinggi uap air tersebut dibawa, maka suhu udaranya akan
semakin dingin dan menyebabkan terjadinya kondensasi lalu
membentuk awan. Saat awan sudah mencapai titik jenuh, titik-titik air
dalam awan akan jatuh ke bumi sebagai hujan orografis. Berikut ini
adalah ilustrasi hujan orografis.
d. Hujan Frontal

Gambar 5. Ilustrasi Hujan Frontal


Hujan ini terjadi akibat adanya pertemuan massa udara dingin
dengan massa udara panas. Pertemuan kedua udara terebut terjadi pada
tempat yang bernama “bidang front”. Bidang front adalah batasan
massa udara panas dengan massa udara dingin. Pertemuan ini
mengakibatkan terjadinya pendinginan secara mendadak sehingga
terjadilah kondensasi yang kemudian menjadi hujan frontal. Hujan ini
umumnya terjadi di daerah tempat pertemuan udara panas dan udara
dingin, tepanya di daerah lintang sedang. Berikut ini adalah ilustrasi
hujan frontal.
e. Hujan Muson

Gambar 6. Arah Amgin Muson


Hujan muson merupakan hujan yang tejadi akibat adanya
hembusan angin muson barat yang bertiup di Indonesia. Angin muson
ini bergerak menuju Australia karena pada saat itu (oktober-maret)
suhu di Australia lebih panas dari Asia sehingga tekanannya juga lebih
rendah. Maka dari itu angin muson akan bertiup dari Asia menuju
Australia. Saat sedang bertiup, angin muson ini tentunya melewatti
banyak daerah perairan luas sehingga akan menciptakan banyak uap
air yang akhirnya menjadi hujan. Saat hujan ini terjadi, maka di
Indonesia sedang terjadi musim penghujan, karena hujan ini biasanya
terjadi selama 6 bulan dari oktober hingga maret. Hujan ini terjadi
secara merata hampir pada seluruh wilayah Indonesia. Berikut ini
adalah ilustrasi hujan muson.
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut.
1. Siklus hidrologi merupakan siklus air yang terjadi secara terus-menerus
(kontinyu) dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer dalam
bentuk hujan (presipitasi) yang melalui berbagai tahapan.
2. Tahapan dalam siklus hidrologi yaitu ada respirasi, transpitasi, evaporasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, intersepsi,
run off, infiltrasi, dan perkolasi.
3. Dalam siklus hidrologi hingga proses terjadinya hujan ada beberapa unsur
cuaca/iklim yang mempengarahu, diantaranya yaitu suhu udara, radiasi
matahari, tekanan udara, kelembapan udara, dan angina.
4. Hujan (presipitasi) proses jatuhnya air ke permukaan bumi dalam kurun
waktu tertentu. Di Indonesia yang tergolong beriklim tropis ada lima jenis
hujan yang lazim terjadi di Indonesia, yaitu hujan siklonal, hujan zenithal,
hujan orografis, hujan frontal, dan hujan muson. Semua jenis hujan
tersebut pastinya dipengaruhi oleh unsur cuaca dan kondisi alau posisi dari
wilayah Indonesia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Empung dan Asep Kurnia Hidayat. 2016. Analisis Curah Hujan Efektif dan Curah
Hujan dengan Berbagai Periode Ulang Untuk Wilayah Kota Tasikmalaya
Dan Kabupaten Garut. Jurnal Siliwangi Sains dan Teknologi. 2(2) : 121-
126.

Syahputra, Ade dan Budi Ariftama. 2018. Pengembangan Alat Peraga Edukasi
Proses Siklus Air (Hidrologi) Menggunakan Teknologi Augmented
Reality. Seminar Nasional Teknologi dan Media Online. 6(1) : 1-6.

Sipayung, et al. 2012. PErmodelan Hubungan Kelembapan UDara terhadap Curah


Hujan (Studi Kasus : Curah Hujan Periode 2001-2009 pada Stasiun
Dramaga. Jurnal Sains. 2(2) : 124-133.

Anda mungkin juga menyukai