DISUSUN OLEH:
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PERAGAAN PERALATAN
PEMBORAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : FARREL M. DHAFFA
NIM : 113190126
PLUG : B
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan ini saya buat untuk dipersembahkan kepada semua yang ikut
berperan dalam membantu saya untuk menyelesaikan laporan resmi ini,
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan laporan
resmi ini.
2. Nabi Muhammad SAW yang selalu menginspirasi setiap langkah hidup
saya.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materil,
dan selalu memberikan support dan doanya, sehingga memotivasi saya
untuk menyelesaikan laporan resmi ini.
4. Adik saya yang secara tidak langsung memberi saya motivasi dan
support-nya.
5. Semua asisten praktikum Peragaan Peralatan Pemboran yang telah
membimbing kami dengan sangat sabar, banyak pelajaran yang bisa
kami ambil dari praktikum ini, baik itu hal teknis maupun non teknis,
khususnya Bang Al sebagai aslab Plug B yang sudah membantu kami
menyelesaikan praktikum ini.
6. Teman-teman seperjuangan, teman-teman seangkatan khususnya
teman-teman Plug B yang telah bersedia untuk bekerja sama dengan
sangat baik dalam penyusunan laporan resmi kali ini. Semoga kita
semua sukses.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada praktikan sehingga dapat
menyelesaikan seluruh acara Praktikum Peragaan Peralatan Pemboran dan
menyusun Laporan Resmi Praktikum Peragaan Peralatan Pemboran tepat pada
waktunya.
Sesuai dengan maksud dari pembuatan Laporan Resmi Praktikum Peragaan
Peralatan Pemboran ini yaitu sebagai salah satu syarat mengikuti responsi akhir
Praktikum Peragaan Peralatan Pemboran pada semester ini.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak
baik langsung maupun tidak langsung, untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ketua Jurusan Teknik Perminyakan Ibu Boni Swadesi Dr., ST., MT.
2. Pada Dosen Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Para Asisten Praktikum Peragaan Peralatan Pemboran yang telah
mendampingi dan membimbing seluruh acara dalam praktikum.
4. Seluruh staff Studio Peragaan Peralatan Pemboran Jurusan Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum dan
penyusunan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
praktikan mengharapkan adanya saran, kritik, dan tanggapan yang bersifat
membangun dalam upaya pembelajaran lebih lanjut.
Akhir kata praktikan mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik
bagi praktikan sendiri maupun bagi pembaca sekalian.
Cikarang, 10 November 2020
Praktikan
Farrel M. Dhaffa
iv
DAFTAR ISI
v
vi
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)
xii
xiii
DAFTAR TABEL
(Lanjutan)
DAFTAR TABEL
(Lanjutan)
DAFTAR TABEL
(Lanjutan)
DAFTAR TABEL
(Lanjutan)
1
2
3
4
Gambar 2.1.
Prime Mover Diesel
(Sumber: www.geopetro.0101.com)
7
- Spesifikasi:
Tabel II-1
Spesifikasi Prime Mover Diesel
Engine Cummins Engine, E-Model VTA28G1
RPM 1800
60 Hz Standby
Gambar 2.2.
Prime Mover Gas
(Sumber: http://en.wikipedia.org)
9
- Spesifikasi:
Tabel II-2
Spesifikasi Prime Mover Gas
Engine Fits (mm) Gas engine replaces Tools
Gambar 2.3.
Electrical Power Transmission
(Sumber: http://web.zones.sch/)
11
- Spesifikasi:
Tabel II-3
Spesifikasi Electrical Power Transmission
Main
GF 820 AF 900 GF 836 ATF 450 ATC 600
spesification
MTU MTU MTU 6U
Engine type MBM 820 MBM 836
12U396 6U396 331
Power/speed 830 HP 600 HP
900 HP 460 HP 420 HP
(3-DIN 1400 2100
1500 RPM 1500 RPM 1500 RPM
6270) RPM RPM
Starting Pneumatic or Electric Pneumatic or Electric
Radiator & Heat
Cooling Radiator Radiator
Exchanger
Torque CHC-1-
CMC-750-2 THM-600
converter - 480
(Cardon Shaft) (Hanged)
type (Hanged)
Mobile
rigs or
Application Stationary drilling rigs Mobile rig
cementing
unit
12
Gambar 2.4.
Mechanical Power Transmission
(Sumber: http://cfnewsads.thomasnet.com/)
13
- Spesifikasi :
Tabel II-4
Spesifikasi Mechanical Power Tranmission
Engine V 12 D398 (jacket water after cooling with radiator)
Engine rating 910 HP w/o Fan
Base Packing Caterpillar
Chain + Sproket Compatible
14
Gambar 2.5.
Compressor
(Sumber: http://3.bp.blogspot.com/)
15
- Spesifikasi :
Tabel II-5
Spesifikasi Compressor
Model Dia approx Length Width approx Thickness
Discharge
- 1200 52 21
Capacity
Starting 15 1500 - -
16
Gambar. 2.6.
Generator
(Sumber: www.wikipedia.com)
17
- Spesifikasi :
Tabel II-6
Spesifikasi Generator
Model Power output Power input Weight Size
2.3. PEMBAHASAN
Dalam suatu unit pemboran, Sistem tenaga (Power System) yang dipasang
harus mampu memberi suplai tenaga yang diperlukan dalam suatu operasi
pemboran, meliputi Sistem Pengangkatan (Hoisting System), Sistem Putar
(Rotating System), Sistem Sirkulasi (Circulating System), penerangan, serta
peralatan penunjang lainnya. Sistem Tenaga (Power System) merupakan bagian
utama yang berfungsi untuk mendukung seluruh system lainnya dan menyediakan
suatu sumber tenaga yang diperlukan selama operasi pemboran.
Tujuan dari praktikum tentang Power system ialah untuk mengetahui dan
memahami apa saja alat-alat, fungsinya, serta mekanisme dari alat-alat tersebut.
Sistem tenaga pada operasi pemboran terdiri dari dua komponen utama,
yaitu Power supply equipment dan Distribution equipment. Power supply terdiri
dari Prime mover diesel dan Prime mover gas. Kemudian untuk distribution
equipment meliputi Mechanical power transmission dan Electrical power
transmission.
Berikut adalah alat-alat dan mekanismenya yang ada pada sistem tenaga,
yang pertama ada Prime mover diesel dengan mekanisme menghasilkan tenaga
untuk memutar sprocket dan melalui penghubung chain menggerakkan sistem
pemboran lain. Kemudian ada yang namanya Prime mover gas dengan mekanisme
yang tidak jauh berbeda dengan Prime mover diesel, hanya saja berbahan bakar gas.
Lalu untuk Mechanical power transmission memiliki mekanisme yang sama
dengan Prime mover diesel. Electric power transmission, mekanismenya adalah
mesin diesel memberikan tenaga mekanik dan diubah ke tenaga listrik oleh
generator listrik, lalu dialirkan dengan kabel ke control unit, dari control unit
diteruskan ke sistem yang membutuhkan tenaga. Yang terakhir ada kompresor dan
generator.
Letak Prime mover pada rig offshore tidak jauh berbeda dengan yang ada
pada rig onshore, Prime mover dapat diletakkan dibawah rig jika double deck,
diatas lantai bor, dan di sisi rig pada struktur yang terpisah.
Banyaknya Prime mover yang digunakan pada suatu pemboran ditentukan
oleh kebutuhan tenaga yang harus dipenuhi, dimana biasanya menggunakan dua,
19
tiga, atau empat Prime mover berdasarkan program casing dan kedalaman sumur.
Tetapi untuk lapangan Offshore diperlukan hingga 8 prime mover dengan 2 sebagai
cadangan jika terjadi problem.
Biasanya sumber tenaga yang digunakan ialah Prime mover diesel, tetapi
jika pada reservoir yang sedang dibor banyak mengandung gas, diutamakan
menggunakan Prime mover gas. Karena selain biayanya yang murah, Prime mover
gas juga ramah terhadap lingkungan sebab tidak mengeluarkan suara bising.
Pada operasi pemboran, tenaga yang disediakan harus lebih besar dari
tenaga yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan, sehingga apabila terjadi problem
di luar dugaan maka dapat diatasi. Beban yang paling diderita mesin paling besar
tersalurkan pada sistem pengangkatan, putar, dan sirkulasi.
Pada Distribution equipment, Electrical power transmission lebih efektif
dibanding dengan Mechanical power transmission, sebab tenaga yang disalurkan
lebih besar dan tidak ada pengurangan tenaga selama penyaluran energi.
Untuk system tenaga sendiri, sekarang sudah ada beberapa lapangan yang
menggunakan terobosan Renewable energy power system. Maksud dari Renewable
energy power system ini merupakan Sistem tenaga yang sumber tenaganya itu
berasal dari energi yang terbarukan sehingga tidak perlu khawatir kesulitan mencari
bahan bakarnya. Contoh dari Renewable energy power system ini ialah penggunaan
Solar System di beberapa lapangan dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai
sumber tenaganya.
20
2.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Sistem pemboran merupakan bagian utama yang berfungsi untuk
mendukung seluruh sistem lainnya dan menyediakan sumber tenaga yang
diperlukan selama operasi pemboran.
2. Tujuan dari praktikum Power System untuk mengetahui dan memahami
apa saja alat-alat, fungsinya, dan mekanismenya.
3. Sistem tenaga terdiri dari Power Supply Equipment dan Distribution
Equipment.
4. Prime mover gas memiliki mekanisme yang hampir sama dengan Prime
mover diesel, hanya beda pada bahan bakar saja.
5. Bahan bakar Prime mover gas didapat dari lapangan itu sendiri, dengan
syarat banyak mengandung gas.
6. Sistem tenaga harus menyediakan tenaga yang lebih besar dibanding
yang dikeluarkan agar problem diluar dugaan dapat diatasi.
7. Electric power transmission lebih efektif dibandingkan dengan
mechanical power transmission sebab tenaga yang disalurkan lebih besar
dan tidak ada pengurangan tenaga selama penyaluran.
BAB III
SISTEM PENGANGKATAN
(HOISTING SYSTEM)
21
22
Cross bracing :
Berfungsi untuk penguat menara, ada yang berbentuk K dan X.
Tiang menara :
Merupakan empat tiang yang berbentuk menara, berbentuk segi tiga sama
kaki, berfungsi sebagai penahan terhadap semua beban vertikal di bawah
menara dan beban horizontal (pengaruh angin dsb).
Girt :
Merupakan sabuk menara, berfungsi sebagai penguat menara.
Monkey board platform, berfungsi sebagai:
- Tempat kerja bagi para derrickman pada waktu cabut atau menurunkan
rangkaian pipa bor.
- Tempat menyandarkan bagian rangkaian pipa bor yang kebetulan sedang
tidak digunakan (pada saat dilakukan cabut pipa).
3.1.1.3.1. Menara Tipe Standart (Derrick)
Jenis menara ini tidak dapat didirikan dalam satu unit, tetapi sistem
pendiriannya disambung satu - persatu (bagian – bagian). Demikian jika dipindah
harus melepas dan memasang bagian-bagian tersebut, kecuali untuk jarak yang
tidak terlalu jauh dapat digeserkan. Menara jenis ini banyak digunakan untuk
pemboran dalam, di mana membutuhkan lantai yang luas untuk tempat pipa,
memakan banyak ruang dalam pendiriannya, serta biaya transpotasinya yang
mahal.
3.1.1.3.2. Menara Tipe Portable (Mast)
Jenis menara ini posisi berdirinya dapat vertikal atau hampir vertikal,
terdiri dari bagian yang dikaitkan satu sama lain dengan las atau sekrup (biasanya
terdiri dari dua tingkat), tipe menara ini dapat didirikan sebagai unit menara penuh,
menara ditahan oleh teleskoping dan diperkuat oleh tali yang ditambatkan secara
tersebar. Tipe menara ini jika dibandingkan dengan menara standart mempunyai
kelebihan, karena lebih murah, mudah dan cepat untuk mendirikannya, serta biaya
transportasinya murah, tetapi penggunaannya terbatas pada pemboran yang
dangkal.
26
Gambar 3.1.
Substructure
(Sumber: http://www.offshore-technology.com)
30
- Spesifikasi :
Tabel III-1
Spesifikasi Substructure
Casing Setback
Floor height Clear heigt
capacity capacity
Type
Matric 1000 Metric 1000
M Ft M Ft
to Lbs to Lbs
S900r 900 2000 600 1325 11,6 38,0 10,1 33,5
S500-r 10,0 32,7 8,4 27,5
S500-r 500 1100 320 705 7,5 24,6 6,0 19,8
S500-1 7,5 24,6 5,9 19,4
S400-r 7,5 24,6 6,0 19,7
400 885 250 550
S400 6,9 22,6 5,4 18,0
S320-r 6,9 22,6 5,4 17,7
320 705 200 440
S320 6,7 22,0 5,4 18,0
S200-r
200 440 125 275 5,0 16,4 3,8 12,5
S200
S125-r 3,9 12,9
125 275 80 176 4,2 13,78
S125 3,4 11,4
31
Gambar 3.2.
Control Panel
(Sumber: http://www.oilfield-auction.com)
32
- Spesifikasi :
Tabel III-2
Spesifikasi Control Panel
Corrosive
Standart Salt water Illuminated
fluid
service gauge service gauge gauge
gauge
Presure range Shipping
Shipping wt. Shipping wt. Shipping wt.
wt.
24 lb. 48 lb. 24 lb.
48 lb.
0-1000 psi 2559 – 1 19965 – 1 19990 – 1 20679 – 1
0-3000 psi 2559 – 3 19965 – 3 19990 – 3 20679 – 3
0-5000 psi 2559 – 5 19965 – 5 19990 – 5 20679 – 5
0-6000 psi 2559 – 6 19965 – 6 19990 – 6 20679 – 6
0-70 kg/cm2 2559 – 2 19965 – 2 19990 – 2 20679 – 2
0-150 kg/cm2 2559 – 11 19965 – 11 19990 – 11 20679 – 11
0-210 kg/cm2 2559 – 4 19965 – 4 19990 – 4 20679 – 4
0-350 kg/cm2 2559 – 7 19965 – 7 19990 – 7 20679 – 7
0-70 atmos 2559 – 10 19965 – 10 19990 – 10 20679 – 10
0-150 atmos 2559 – 8 19965 – 8 19990 – 8 20679 – 8
0-210 atmos 2559 – 9 19965 – 9 19990 – 9 20679 – 9
0-350 atmos 2559 – 12 19965 – 12 19990 – 12 20679 – 12
33
Gambar 3.3.
Pipe Ramp
(Sumber: http://www.tx1st.com)
34
- Spesifikasi :
Tabel III-3
Spesifikasi Pipe Ramp
Table Capacity A B C D E
Pipe
4½ 3½ 27/8”O
Model Ramp 7/8”
“ ” D ( Feet-Inches )
(lbs) Rods
DP DP Tubing
65” 105.5
67- 38-
single 00 4-
0 8
pole lines
53-
25- 10
100.0 7.700
120- 2.5 5.940” 69- 4 55- 41-
00 4- ”doub 4-4
69 00” single 0 29- 9 0
lines le
4 57-
8
53-
7.700 10
2.5 ” 25- 55-
140.0 5.940”
140- 00” 9.900 69- 4 9 41-
00 6- 8.640” 4-4
69 3.6 ” 0 29- 57- 4
lines single
00” Doubl 4 8
e 59-
7
35
Gambar 3.4.
Catwalk
(Sumber: www.osha.gov)
36
- Spesifikasi :
Tabel III-4
Spesifikasi Catwalk
Feature Specification
Casing 4 ½ to 20”
Length 58’
Deck Height 4’
Gambar 3.5.
Hydraulic Catwalk
(Sumber: https://i.ytimg.com)
38
- Spesifikasi :
Table III-5
Spesifikasi C10 Hydraulic Catwalk
Feature Specification
Length 45'
Power Requirement 50 HP
Gambar 3.6.
Hydraulic Cathead
(Sumber: http://www.gearench.com)
40
- Spesifikasi :
Tabel III-6
Spesifikasi Hydraulic Cathead
Weight Line pull
Type Mounting Port. No Length (lbs) lbs@100psi
36 36S-KH-CAT-
Spining Hub 001 28 “ 225 800
36 36S-AK-CAT-
Spining Unirvesal 001 28 “ 225 800
36 36S-AD-CAT-
Spining Direct 001/2 28 “ 225 800
36
Spining 36S-MN-CAT-
( min ) Hub 001 28 “ 225 800
36
Spining 36S-MK-CAT-
( min ) Universal 001 28 “ 225 800
36 36S-MD-CAT-
Spining Direct 001 28 “ 225 800
41
Gambar 3.7.
Pipe rack
(Sumber: www.appmach.com)
42
- Spesifikasi :
Tabel III-7
Spesifikasi Pipe Rack
Technical Data
Travelling Speed 30 m/min (98 ft/min)
Lifting Speed 20 m/min (65 ft/min)
Telescopic Speed 20 m/min (65 ft/min)
Travelling Length 41.3 m (135 ft/min)
Telescopic Length 4.6 m (15 ft/min)
6.0 mT x 11.4 m (+/- 0.5 m eccentric)
(6.6 tons x 37.4 ft +/- 1.6 ft eccentric) 2.5
Lifting Capacity mT x 16.0 m (+/- 3 m eccentric) (2.8 tons
x 52 ft +/-10 ft eccentric) (Distance from
center of jib)
Tabular Length 3.5 – 14.6 m (11.5-48 ft)
Tabular Diameter 2 7/8” -30”
Twist greeper claws 2 7/8” -30”
Approx. 30 mT (incl. rail, gripper)(33
Installed weight
tons)
43
Gambar 3.8.
Pipe Spinner
(Sumber: https://beemanequipmentsales.com)
44
- Spesifikasi :
Tabel III-8
Spesifikasi Pipe Spinner
Model 550A 550H 950A 950H
Actuation Air Hydraulic Air Hydraulic
Size Range 2.88” 2.88” 2.88” 2.88”
to5.5”OD (73 to5.5”OD to9.5”OD (73 to9.5”OD (73
to 139 mm) (73 to 139 to 241 mm) to 241 mm)
mm)
Rate Torque 1250 ft-lbs 1050 ft- 2250 ft-lbs 1950 ft-lbs
(Maximum OD) (1695 N-m) bs(1424 N- (3050 N-m) (2644 N-m)
m)
Rate Torque 600 ft-lbs 600 ft-lbs 600 ft-lbs 600 ft-lbs
(Minimum OD) (813 N-m) (813 N-m) (813 N-m) (813 N-m)
Rate 70 RPM 70 RPM 70 RPM 70 RPM
Speed(Maximum OD)
Rate 130 RPM 130 RPM 130 RPM 130 RPM
Speed(Minimum OD)
Estimated Weight 950 lbs 620 lbs 1025 lbs 660 lbs
(431 Kg) (281 Kg) (465 Kg) (299 Kg)
45
Gambar 3.9.
Motion Compensator
(Sumber: http://www.rigrun.com)
46
- Spesifikasi :
Tabel III-9
Spesifikasi Motion Compensator
Weight Line pull
Type Mounting Port. No Length (lbs) lbs@100psi
36 36S-KH-CAT-
Spining Hub 001 28 “ 225 800
36 36S-AK-CAT-
Spining Unirvesal 001 28 “ 225 800
36 36S-AD-CAT-
Spining Direct 001/2 28 “ 225 800
36
Spining 36S-MN-CAT-
( min ) Hub 001 28 “ 225 800
36
Spining 36S-MK-CAT-
( min ) Universal 001 28 “ 225 800
36 36S-MD-CAT-
Spining Direct 001 28 “ 225 800
47
Gambar 3.10.
Iron Roughneck
(Sumber: https://www.nov.com)
48
- Spesifikasi :
Tabel III-10
Spesifikasi Iron Roughneck
Weight: ST-120 19,800 lbs (8981 kg) (installed weight)
Assembly
Hydraulic 2,500 psi (172 bar) to 3,000 psi (207 bar)
Requirements 45 GPM (170 LPM) Min; 65 GPM (245 LPM) Max
Tubular Range 3-7/8" to 10" OD (88.9 mm to 254 mm)
Spin Speed 80 RPM (nominal on 5" OD)
Spin Torque 3,000 Ib-ft (4,067 Nm)
Maximum Make- 100,000 lb-ft (135,600 Nm)
Up Torque
Maximum Break- 120,000 lb-ft (162,700 N-m)
Out Torque
Connection 33.10" to 75.10" (841 mm to 1,908 mm)
Height
Horizontal Travel 12 ft (3.66 m)
TW Vertical 42" (1 ,067 mm)
Travel
SW Vertical 42" (1 ,067 mm)
Travel
System Control Hydraulic-Over-Hydraulic; optional Electric-Over-Hydraulic
(Remote-Auto)
Operator Locally-Mounted to Tool; optional Remote-Auto
Controls
Optional Bit Breaking, Automatic Remote Control from Driller's Cabin,
Features Wireless Remote Control, Casing Module/Hanger
49
Gambar 3.11.
Top Drive System
(Sumber: https://www.nov.com)
50
- Spesifikasi :
Tabel III-11
Spesifikasi Top Drives
Model 500 Model 750 Model 1000
Hoisting
500 short tons 750 short tons 1000 short tons
capacity
Drilling
500 short tons 750 short tons 1000 short tons
capacity
Up to 37,5000 ft- Up to 72,000 ft- Up to 90,000 ft-
lbs lbs lbs
Continuous Continuous Continuous
Torque; Torque; Torque;
straight drive
0-250 RPM 0-150 RPM 0-150 RPM
variable AC
Up to 55,000 ft- Up to 108,000 ft- Up to 135,000 ft-
motor
lbs lbs lbs
Intermittent Intermittent Intermittent
Torque; Torque; Torque;
0-125 RPM 0-150 RPM 0-150 RPM
Static brake
35,000 ft-lbs 57,000 ft-lbs 75,000 ft-lbs
capacity
Circular grabs
assembly 75,000 ft-lbs 90,000 ft-lbs 110,000 ft-lbs
capacity
Mud passage
3" 4" 4"
@7500 psi
IBOPs, air-
actuated upper
& 15,000 psi 15,000 psi 15,000 psi
manual-
actuated lower
51
Gambar 3.12.
Derrick
(Sumber: https://upload.wikimedia.org)
53
- Spesifikasi :
Tabel III-12
Spesifikasi Derrick
Casing Setback
Floor Height Clear Heigt
Capacity Capacity
Type
Matric 1000 Metric 1000
M Ft M Ft
to Lbs to lbs
S900R 900 2000 600 1325 11,6 38,0 10,1 33,5
S500-R 10,0 32,7 8,4 27,5
S500-R 500 1100 320 705 7,5 24,6 6,0 19,8
S500-1 7,5 24,6 5,9 19,4
S400-R 7,5 24,6 6,0 19,7
400 885 250 550
S400 6,9 22,6 5,4 18,0
S320-R 6,9 22,6 5,4 17,7
320 705 200 440
S320 6,7 22,0 5,4 18,0
S200-R
200 440 125 275 5,0 16,4 3,8 12,5
S200
S125-R 3,9 12,9
125 275 80 176 4,2 13,78
S125 3,4 11,4
54
Gambar 3.13.
Mast
(Sumber: https://www.osha.gov)
55
- Spesifikasi :
Tabel III-13
Spesifikasi Mast
Max. Static Max. No.
Hook Load Capacity ClearHeight(A) of Lines of
Type Hoisting
Metrtic to 1,000 lbs M Ft System
MUP-350 350 772 46.60 152.90
MUP-225 225 500 46.60 152.90 10
MU-180 180 397 34.72 112.00
MU-160 160 353 33.85 111.00
MU-140 140 310 33.50 110.00 8
MU-120 120 265 33.41 109.60
MU-100 100 220 32.13 105.40 6
MU-80D 80 175 29.00 95.14
8
MU-80S 80 175 19.60 64.30
MU-80 80 175 29.00 95.14
MU-65 65 143 28.00 92.00
MU-65U 65 143 17.25 56.58
6
MU-60 60 132 17.25 56.28
MU-40U 40 88 17.25 56.58
MU-28 28 61 15.45 50.70
MU-20 20 44 25.20 82.68 4
MU-6.3 6.3 14 13.50 44.29 2
56
Gambar 3.14.
Drawwork
(Sumber: http://www.rigmanufacturer.com)
57
- Spesifikasi :
Tabel III-14
Spesifikasi Drawwork Gh 3000 Eg-Ac
Drawworks Hook Load No. of Drum Size Motor Aux.
Model (Lbs.) Lines (inches) Brand Brake
Option
LDW550K 550,000 10 25 x 49 OEM or Air or
455,000 8 GE Electric
648,000 10 GE Electric
538,000 8
LDW1000K 1,000,000 12 30 x 56-1/4 OEM or Air or
860,000 10 GE Electric
715,000 8
LDW1500K 1,500,000 14 36 x 72 OEM or Air or
1,330,000 12 GE Electric
1,150,000 10
LDW2000K 2,000,000 16 42 x 72/82 OEM or Air or
GE Electric
58
Gambar 3.15.
Rotary Drive
(http://www.boramtech.com)
59
- Spesifikasi :
Tabel III-15
Spesifikasi Rotary Drive
Items TSL TSL 160
100
Morse of centre hole MT2 MT2
Dia of centre hole 20X8 25X6
Max workload (Hor.) 20 100
Max workload (Vert.) 10 50
N.W 7 8
G.W 8 30
60
Gambar 3.16.
Crown Block
(Sumber: http://www.energyasiagroup.com)
61
- Spesifikasi :
Tabel III-16
Spesifikasi Crown Block
Type 645 – FA 750 – FA 760 – FA 860 – K
Drilling 6 7 7 8
line
Sheaves
Ratings Tons 420 583 583 743
Gambar 3.17.
Travelling Block
(www.oil sevvice.com)
63
- Spesifikasi :
Tabel III-17
Spesifikasi Traveling Block
MODEL 55 T-660 40 T-650 30 T-542 20 T-436 12 T-430
ft 15.000+ 10-20.000 8-14.000 5-10.000 4-8.000
Depth
2.438- 1.524- 1.219-
rating M 4.572+ 3.048-6.096
4.267 3.048 2.438
Rated Ton 550 400 300 200 125
capacity Kg 498.952 362.874 272.155 181.437 113.298
No.of
6 6 5 4 4 or 3
sheves
Dia.of In 60 50 42 36 30
sheaves Mm 1.524 1.270 1.067 914 762
1 5/8, 1
Sheaves 1 ¼ or 1 1 1/8 or 1 1/8, 1
In 1/2 or 1 1 3/8 or 1 ¼
grooves 1/8 1 or 7/8
3/8
In 112 ½ 95 1/8 78 5/8 69 ½ 58 ¼
A
Mm 2.858 2.416 1.997 1.765 1.480
In 10 ½ 9¼ 8 6½ 5 5/8
B
Mm 267 234 203 165 143
In 13 12 ¼ 10 8 1/2 7
C
Mm 330 311 254 216 178
In 34 31 ¾ 25 22 20 1/8
D
Mm 864 806 635 559 511
In 63 52 ½ 44 ½ 38 ¾ 33
DD
Mm 1.600 1.334 1.130 984 838
In 100 83 5/8 68 3/8 61 ½ 51 ¾
E
Mm 2.540 2.124 1.762 1.562 1.314
F In 15 13 11 ¼ 10 ½ 8¼
Mm 381 330 286 267 210
G In 4 4 4 4 2¾
64
Gambar 3.18.
Hook
(Sumber: http://www.oildrilling-equipment.com)
66
- Spesifikasi :
Tabel III-18
Spesifikasi Hook
Model Tbj- Tbj- Tbj- Tbj-12 Tww-40 Tww-30 Tww-20
40 30 20
Ton 350 250 150 100 350 250 150
Rated
Kg 317.5 226.7 136.0 90.7 317.51 226.7 136.07
capabity
15 96 78 18 5 96 8
In 164 133 ½ 117 ¼ 95 ¼ 141 ¾ 119 103
H Mm 4.166 3.391 2.978 2.41 3.600 3.023 2.616
9
In 31 ¾ 25 22 20 ¼ 31 ¾ 25 20
I
Mm 806 635 559 514 806 635 508
In 52 ½ 44 ¼ 38 ¾ 33 52 ½ 44 ½ 38 ¾
J
Mm 1.333 1.130 984 838 1.333 1.130 984
Lb 10.50 7.700 5000 19.000 10.50 7.700
0 0
Weight
Kg 4.763 3.493 2.26 8.618 4.763 3.493
8
67
Gambar 3.19.
Elevator
(Sumber: http://naldoleum.blogspot.co.id)
68
- Spesifikasi :
Tabel III-19
Spesifikasi Elevator
Frame ( tons ) A B C
Gambar 3.20.
Link Elevator
(Sumber: www.made-in-china.com)
70
- Spesifikasi :
Table III-20
Spesifikasi Link Elevator
Size Part Number Rated Capacity Wt.per
Per Set-Tong Set-lbs
1 ¾” x 36” 30706-1036 150 125
Gambar 3.21.
Drilling Line
(Sumber: https://welldrillingbasicinfo.files.wordpress.com)
72
- Spesifikasi :
Tabel III-21
Spesifikasi Drilling Line
Derrick Minimum Sugges leg
Line
Weight Length Length
Strength
( feet ) ( feet ) ( feet )
6 1.550 3.500
8 2.000 5.000
80
10 2.250 To
12 2.600 7.500
6 1.300 3.500
8 1.600 5.000
150
10 1.200 To
12 2.200 7.500
6 1.100 3.500
125
8 1.350 To
10 1.600 5.000
90
6 300 1.350
73
Gambar 3.22.
Deadline Anchor
(Sumber: http://www.osha.gov)
74
- Spesifikasi :
Tabel III-22
Spesifikasi Deadline Anchor
Type Anchor Form of Max Number Load Output pressure
type primary deadline of lines (Kn) of anchor (Mpa)
instrument tension of dial
( kN)
JZ50 JZG42 Vertical 420 12 5040 6
0 10 4200
JZ50 JZG41 Horizontal 410 12 4920 6.83
0A 10 4100
JZ40 JZG35 Vertical 350 12 4200 6
0 10 3500
. . . . 8* 2800 .
JZ40 JZG34A Horizontal 340 12 4080 6
0B 10 3400
JZ25 JZG24 Vertical 240 12* 2880 6
0 10 2400
8 1920
JZ20 JZG20 Vertical 200 10 2000 6
0 8 1600
6* 1200
JZ15 JZG18A Vertical 180 10 1800 6
0A 8 1440
6 1080
JZ15 JZG18 Horizontal 180 10* 1800 6
0 8 1440
6 1080
JZ10 JZG15 Horizontal 150 10* 1500 6
0 8 1200
6 900
75
3.3. PEMBAHASAN
portable, memiliki banyak kelebihan meliputi instalasi yang murah dan mudah serta
tidak memakan banyak ruang, tetapi menara tipe ini memiliki kekurangan yang
mencolok berupa hanya bisa untuk pemboran dangkal (>10000ft). biasanya
pemboran (<10000ft) menggunakan tipe menara standar atau fix.
Berikut merupakan alat-alat beserta mekanismenya dimulai dari
Substructure, yaitu tempat diletakkannya peralatan dan instrumen dan tempat
berlangsungnya kegiatan yang berkenaan dengan operasi. Kemudian ada Derrick
dan Mast memiliki mekanisme yang sama yaitu, memberikan ruang vertikal untuk
menaikkan dan menurunkan rangkaian pipa bor dan lainnya.
Pada sub komponen peralatan pengangkatan (Hoisting equipment) berikut
alat-alat dan mekanismenya. Drarwwork yang mekanismenya akan berputar jika
dihubungkan dengan Prime mover. Rotary drive yang mekanismenya dihubungkan
dengan sprocket dan chain ke drawworks dan rotary table. Cathead dengan
mekanisme menyambungkan dan melepas sambungan drill string pada
“perjalanan” masuk atau keluar sumur bor. Crown block dengan mekanisme katrol
pada puncak menara dihubungkan pada traveling block dengan menggunakan
drilling line, untuk meringankan beban pengangkatan berbagai peralatan pemboran.
Traveling block yang mekanismenya susunan pul-pul di mana tali baja dililitkan,
memungkinkannya berjalan naik turun di bawah crown block dan di atas rig floor.
Hook dengan mekanisme menggantung swivel dan rangkaian pipa bor selama
pemboran berlangsung. Elevator yang mekanismenya menjepit dalam penurunan
maupun pengangkatan pipa bor. Drilling Line yang mekanismenya
menghubungkan semua komponen dalam sistem pengangkatan, tali dililitkan
secara bergantian melalui crown block dan traveling block, kemudian digulung
pada revolving drum yang berputar. Deadline memiliki mekanisme yang mana tali
yang ditambatkan pada substrcture agar tidak bergerak. Deadline anchor yang
mekanismenya diletakkan berlawanan dengan letak drawworks terikat dengan
struktur bawah dari rig untuk menambatkan deadline.
Pada sistem pengangkatan terdapat kegiatan yang sering dilakukan, yaitu
Triping in dan triping out serta making a connection. Maksud dari triping in dan
triping out ialah kegiatan memasukkan dan mengeluarkan pipa pemboran dari
78
sumur bor. Biasanya kegiatan dilakukan jika sudah memasuki formasi baru atau Bit
yang dipakai sudah mulai tumpul. Sedangkan untuk making a connection sendiri
ialah kegiatan yang menghubungkan pipa bor satu dengan yang lain.
Pada sistem pengangkatan juga ada yang namanya Top drive system. Top
drive system merupakan suatu alat mekanis pada rig pemboran yang memiliki
fungsi mengangkat dan menurunkan drill string seperti traveling block dan juga
dapat memberikan gaya putar seperti rotary table. Bisa dibilang Top drive system
ini adalah 2in1 system, karena memiliki dua fungsi sistem yang berbeda sekaligus.
lalu pada crown block umumnya terdapat 10 lilitan kabel, tetapi lilitan
tersebut bisa lebih dari 10 karena kebutuhan selama pengeboran.
Cut off Program merupakan program yang digunakan untuk mencegah
kecelakaan akibat keausan drilling line. Mekanisme Cut off program dimulai
dengan menurunkan travelling block hingga mendekati rig floor lalu
menggantungkannya dengan Hanger line kemudian membuka klem pada deadline
anchor, lalu deadline digulung menuju drawworks. Drilling line dari storage Reel
akan menggantikan menggantikan drilling line yang aus. Ukuran panjang drilling
line yang di cut off bergantung pada tinggi drilling tower.
79
3.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Fungsi utama sistem pengangkatan adalah memberikan ruang kerja yang
cukup untuk pengangkatan dan penurunan rangkaian bor.
2. Tujuan praktikum Hoisting system untuk mengetahui dan memahami apa
saja alat-alat, fungsinya, beserta mekanismenya.
3. Sistem pengangkatan terdiri dari struktur penyangga dan peralatan
pengangkatan.
4. Penggunaan tipe menara didasarkan pada kedalaman sumur.
5. Kegiatan yang sering dilakukan pada sistem pengangkatan, yaitu triping
in dan triping out serta making a connection.
6. Top Drive System merupakan suatu alat mekanis pada pemboran yang
memiliki fungsi mengangkat dan menurunkan serta memutar drill string.
7. Umumnya lilitan pada crown block berjumlah 10 lilitan, tetapi dapat
lebih tergantung kebutuhan pemboran.
8. Cut off program merupakan program yang digunakan untuk mencegah
kecelakaan akibat keausan drilling line.
BAB IV
SISTEM PEMUTAR
(ROTARY SYSTEM)
80
81
c. Dua alat penting yaitu, kelly bushing (digunakan untuk memutar rangkaian
pipa bor) dan rotary slip (dgunakan untuk menggantungkan rangkaian pipa
bor). Kunci utamanya adalah meja putar.
Meja putar, master bushing dan kelly bushing digunakan bersama-sama untuk
memutar rangkaian pipa bor. Meja putar, master bushing dan rotary table digunakan
untuk menggantung rangkaian pipa bor di dalam lubang pada saat
menyambung/melepas section drillpipe dengan bantuan “make-up and break-out
tongs”.
4.1.1.1. Meja Putar (Rotary Table)
Meja putar berfungsi untuk:
a. Meneruskan gaya putar dari drawwork ke rangkaian pipa bor melalui Kelly
bushing dan kelly.
b. Menahan pipa bor dalam lubang pada saat penyambungan atau pelepasan
pipa bor dilakukan. Kecepatan meja putar dapat diatur oleh seorang
drillerman dengan beberapa handle yang ada di drawwork (driller
console).
Hubungan rotary table dengan prime mover ada dua macam:
1. Hubungan dengan rantai ke drawwork
2. Hubungan langsung ke prime mover
4.1.1.2. Master Bushing
Master bushing merupakan alat yang dapat dilepas dari rotary table.
Fungsinya untuk meneruskan putaran rotary table ke kelly bushing. Master bushing
berfungsi sebagai dudukan (penempatan) kelly bushing atau rotary slip.
4.1.1.3. Kelly Bushing
Kelly bushing selama operasi pemboran berlangsung berfungsi untuk
meneruskan putaran dari rotary table ke rangkaian pipa bor dan juga memberikan
tenaga vertical bagi drill string.
4.1.1.4. Rotary Slips
Jika rotary slip dimasukkan ke dalam master bushing, maka rotary slip akan
berfungsi sebagai penggantung rangkaian pipa bor pada saat dilakukan
penyambungan atau pelepasan section rangkaian pipa bor.
82
Kelly bushing berfungsi untuk meneruskan gaya putar (torsi) dari meja
putar ke kelly dan selanjutnya keseluruh rangkaian pipa bor. Selama kelly ini tidak
dipergunakan (dilepas) misal pada waktu mencabut string, maka kelly ini
dimasukkan ke dalam rat-hole yang terdapat di lantai bor. Dalam keadaan ini kelly
bushing selalu ikut terbawa demikian pula swivelnya.
4.1.2.2.1. Upper Kelly Cock
Merupakan suatu valve yang dipasang diantara swivel dan kelly. Fungsi
utamanya (pada saat tertutup) adalah untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan dari
lubang bor yang bertekanan tinggi.
4.1.2.2.2. Lower Kelly Cock (Mud Silver Valve)
Mempunyai valve otomatis atau manual berfungsi untuk menahan cairan
pemboran dalam kelly pada saat dilakukan penyambungan.
4.1.2.3. Drillpipe (DP)
Merupakan bagian rangkaian pipa bor yan terpanjang, artinya jumlahnya
paling banyak dalam satu rangkaian drill string untuk mencapai kedalaman lubang
bor yang diinginkan. Fungsi utama drill pipe adalah untuk:
a. Menghubungkan kelly dengan drill collar dan mata bor di dasar lubang bor.
b. Memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus formasi
yang lebih dalam.
c. Memungkinkan naik-turunnya mata bor.
d. Meneruskan putaran dari meja putar ke meja bor.
e. Meneruskan aliran lumpur bor dari swivel ke mata bor.
4.1.2.3.1. Penyambung Drill Pipe
Setiap section atau joint drill pipe standart mempunyai tiga bagian pokok,
yaitu: tube (pipe), dan dua tool joint pada kedua ujungnya.
Tool joint terdiri dari dua jenis:
a. Pin connection : Tool joint pada bagian bawah drill pipe (DP) dimana ulir
dibuat pada bagian luar, disebut “PIN”.
b. Box connection : Tool joint pada bagian atas drill pipe (DP) dimana ulir dibuat
pada bagian dalam, disebut “BOX”.
84
Dengan demikian diharapkan laju penembusan akan cepat, lubang bor yang
lurus dan kerusakan DP kecil. Diperlukan perhitungan khusus dalam penyesuaian
WOB dengan kecepatan putar (RPM) sehingga tujuan tersebut dapat tercapai.
4.1.2.4.1. Karakteristik Drill Collar
a. Perbedaan antara drill pipe dengan drill collar:
Perbedaan pokoknya terletak pada ukuran, berat dan strength. Pada gambar
terlihat drill collar tidak mempunyai tool joint, karena drill collar dindingnya
tebal, sehingga ulir cukup dibuat pada dindingnya sendiri.
b. Standart drill collar parts
c. Ukuran drill collar:
Biasanya mempunyai panjang 30 ft atau kurang.
Tebal dindingnya 3 ½ inch atau lebih.
Berat lebih dari 3 ton.
Di bawah batang bor dapat dipakai 2 – 60 drillcollar.
4.1.2.4.2. Jenis - Jenis Drill Collar
1) Standart drill collar, mempunyai permukaan yang halus dengan tiap box
connection terletak pada top dan tiap pin connection terletak pada bottom.
2) Spiraled drill colar, mempunyai permukaan beralur seperti spiral, digunakan
pada kondisi khusus untuk mencegah terjadinya differential wall sticking.
3) Zipped drill collar, permukaannya terdapat ceruk (lekukan) yaitu pada bagian
ujung atas drill collar dan dipergunakan untuk menjaga keseimbangan.
4.1.3. Mata Bor (Bit)
Mata bor merupakan ujung bawah dari rangkaian pipa bor yang langsung
menyentuh formasi, dengan fungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi,
dengan cara memberi beban dan tenaga putar pada mata bor.
Bagian – bagian dari mata bor:
1) Shank, merupakan suatu alur (threaded pin), dimasukkan ke dalam box
connection pada bottom drill collar atau bit sub di bawah drill collar.
2) Bit lugs, merupakan peralatan yang berfungsi untuk dudukan poros dan
cones.
3) Cones, merupakan roda-roda bergigi (gerinda) yang berputar pada mata bor.
86
4) Fluid passageway (jets), merupakan nozzle yang terdapat pada bottom bit
berfungsi untuk menyemprotkan lumpur bor langsung ke formasi.
Jenis-jenis mata bor ada 4, yaitu:
4.1.3.1. Drag Bit
Drag bit ini tidak mempunyai roda-roda yang dapat bergerak dan membor
dengan gaya keruk dari blande-nya (seperti pisau). Pada masa yang lampau, biasanya
untuk pemboran permulaan, dilakukan dengan bit ini, tetapi dewasa ini telah digeser
oleh roller- cone bit.
Letak jet nozzle pada drag bit ini dirancang agar supaya lumpur yang keluar
dari rangkaian pipa bor langsung menyemprot bland-nya, hal ini dimaksudkan agar
blande-nya tetap bersih pada waktu mengebor.
Drag bit biasanya digunakan untuk membor formasi lunak dan plastik
(lengket). Blande drag bit dibuat dari macam baja paduan dan pada bagian muka
(faced) yang keras pada umumnya diperkuat dengan tungsten carbite. Persoalan-
Persoalan - persoalan yang timbul dalam penggunaan drag bit adalah:
Lubang bengkok.
Lubang berdiameter kurang dari yang diminta (undergauge).
Balling (bit dilapisi padatan) pada pemboran formasi shale.
Lubang bengkok dapat dikurangi dengan perhitungan pemakaian drill collar,
sedang undergauge dapat dikurangi dengan membuat otomatis pada nozzle, dimana
bila bitnya rusak, nozzle bertumpu pada lubang dan tertutup secara otomatis.
Sehingga menaikkan tekanan pompa dipermukaan. Balling dapat dikurangi dengan
menggunakan jet nozzle pada blande-nya.
4.1.3.2. Roller-Cone (Rock Bit)
Roller-Cone adalah bit yang mempunyai kerucut (cone) yang dapat
berputar untuk menghancurkan batuan. Bit ini pertama kali didesain oleh Howard R.
Houghes (1909) dan hingga sekarang banyak dipergunakan untuk pemboran di
lapangan minyak. Pada masing-masingnya terdapat gigi. Jika diperhatikan secara
seksama maka bentuk gigi tersebut untuk setiap bit berbeda. Gigi yang panjang dan
jarang letaknya atau sedikit jumlahnya digunakan untuk formasi batuan lunak.
87
Sedang gigi-gigi yang pendek dan rapat letaknya adalah digunakan untuk formasi
medium hard atau hard (keras).
Umumnya jumlah coner pada setiap bit adalah tiga, setiap cone mempunyai
sumbu yang berbeda, setiap as-nya berpotongan pada satu titik. Panjang jarak gigi-
gigi serta pola dari bit dibuat untuk memperoleh laju pemboran yang tertinggi dengan
minimum pengaruh balling pada gigi tersebut.
Roller cone bit ada dua macam:
Steel tooth bit (Milled tooth bit)
Merupakan satu diantara jenis mata bor (bit) yang paling banyak dipakai,
dikenal dari gigi-gigi pemotongnya yang dibentuk dengan jalan menggiling atau
memotong conenya, sehingga menjadi gigi. Gigi – gigi ini berbentuk runcing.
Insert bit (Tungsten carbite bit)
Gigi-gigi dibuat dari karbit tungsten yang tahan keausan. Jadi Materialnya
lebih keras dari pada cone nya. Biasanya mata bor jenis ini digunakan untuk
menembus lapisan yang paling keras atau paling abrasif.
4.1.3.3. Diamond Bit
Pengeboran dengan diamond bit ini sifatnya bukan penggalian (pengerukan
dengan gigi berputar), tetapi diamond bit ini membor batuan berdasarkan
penggoresan dari butir-butir intan yang dipasang pada matrix besi (carbite) sehingga
menghasilkan laju pemboran yang relatif lambat. Kontak langsung antara intan-intan
dengan formasi menyebabkan kerusakan yang cepat karena panas yang ditimbulkan.
Pemakaian intan dipertimbangkan karena intan merupakan zat padat yang sampai
sekarang dianggap paling keras dan abrasif. Pada prakteknya diamond bit jarang atau
tidak selalu digunakan di lapangan. Keistimewaan dari diamond bit ini adalah
mempunyai umur pemakaian yang relatif panjang (awet) sehingga mengurangi
frekuensi roundtrip, dengan demikian biaya pemboran dapat diperkecil.
4.1.3.4. Core Bit
Core Bit merupakan mata bor untuk membuat core ( inti batuan ). Bagian
mukanya ada yang berupa bola – bola bergerigi tapi ada juga yang tidak dan berjenis
Diamond Core Bit. Bagian dari bit ini berlubang sehingga akan terbentuk suatu
silinder batuan (core) lewat lubang itu. Core bit digunakan bila diperlukan suatu
88
sampel batuan sehingga tidak selalu dipakai untuk menembus formasi. Nozzle
terdapat disetiap titik di ujungnya untuk tempat keluarnya lumpur pemboran.
4.1.4. Specialized Down – Hole Tools
Specialized Down-Hole Tools merupakan peralatan khusus yang digunakan
sebagai “bottom hole assembly” pada rangkaian pipa bor. Peralatan ini digunakan
untuk mengontrol kerja bit selama operasi pemboran berlangsung.
Ada tiga jenis “Specialized Down-Hole Tools”,yaitu:
1) Stabilizer.
2) Rotary reamers.
3) Shock absorbes (shock subs).
Sebagai contoh, stabilizer merupakan peralatan yang paling efektif untuk
mempertahankan lubang bor dapat selurus mungkin (vertical). Down-Hole Tools
juga digunakan untuk mempertahankan pembelokan lubang, bila lokasi lubang harus
dialihkan misal pada saat harus dilakukan “Side tracking” disekitar “Fish”
(Undertable object in the well bore).
4.1.4.1. Stabilizer
Stabilizer digunakan sebagai “bottom hole assembly” untuk menjaga
kestabilan bit dan drill collar dalam lubang bor selama berlangsung operasi
pemboran. Pada umumnya stabilizer digunakan untuk tujuan sebagai berikut:
Untuk menungkatkan penembusan (increased penetration). Stabilizer akan
memberikan WOB yang lebih besar pada drill collar sehingga meningkatkan
laju pemboran (penetration rate)
Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya patah lelah (fatique) pada
sambungan drill collar.
Untuk mencegah terjadinya “well sticking”. Stabilizer dapat menahan
permukaan rangkaian pipa bor tetap tidak menyentuh didding lubang bor.
Ada empat jenis stabilizer, yaitu:
a. Non-rotary sleave type stabilizer.
b. Sleave type rig repairable stabilizer.
c. Replaceable wear pid rig repairable stabilizer.
d. Blande stabilizer.
89
Gambar 4.1.
Master Bushing
(www.jereh-petroleum.com)
92
- Spesifikasi :
Tabel IV-1.
Spesifikasi Master Bushing
Rotary table size Handling tubular
Bushing type
(in) OD( in)
17.1/2(18)
20.1/2
Square driving-Split
23
27.1/2
2.3/8~8.5/8
MSS 17.1/2(18)
20.1/2
Square driving-
22
Integral
23
27.1/2 2.3/8~10.3/4
20.1/2
MSPC Pin Driving-integral 23 2.3/8~8.5/8
27.1/2
17.1/2
MDSP Pin Driving-split 18 2.3/8~8.5/8
20.1/2
23
MSP Pin Driving-split 2.3/8~8.5/8
27.1/2
Gambar 4.2.
Kelly Bushing
( www.tx1st.com)
94
- Spesifikasi :
Tabel IV-2.
Spesifikasi Kelly Bushing
For 3 ½” For 5 ¼”
For 4 ¼” Kelly For 6” Kelly
No. Kelly Kelly
Item
Reg. Part Wt. Part Wt. Part Wt. Part
Wt. Lbs.
No. Lbs. No. Lbs No. Lbs. No.
Roller 855- 8555- 855- 855-
3 120 108 90 85
Only 5022 5021 5004 500
Roller 7991- 7991- 7991-
7991-A-
Bearin 3 A- 3 3 A- 3 A- 3
5061
g 5060 5061 5061
Rear
855- 8555- 8555- 855-
Bushi 6 7 7 7 18
5001 5001 5001 5001
g
95
Gambar. 4.3.
Rotary Drive
(http://www.cmeco.com)
96
- Spesifikasi :
Tabel IV-3.
Spesifikasi Rotary Drive
Items TSL TSL 160
100
Morse of centre hole MT2 MT2
N.W 7 8
G.W 8 30
97
Gambar 4.4.
Rotary Slip
(www.rigzone.com)
98
- Spesifikasi :
Tabel IV-4.
Spesifikasi Rotary Slip
Model Slip Body Size (in) API Pipe Size O.D
82 110 3–½ 2 – 3/8
82 210 4–½ 3–½
82 310 5 4
82 410 5– ½ 4½
99
Gambar 4.5.
Swivel
( www.rigzone.co/upload/swivel.html/)
100
- Spesifikasi :
Tabel IV-5.
Spesifikasi Swivel
Model Number SL 150 SL 250 SL 500 SL 650
Max Static Load (lbs) 300,000 500,000 1,000,000 1.300.000
max Speed (rpm) 300 300 300 800
Max Working Pressure
(psi) 5,000 5,000 5,000 5,000
Stem ID (in) 2 3 3 3
Overall Dimention (in) 99X30X33 113X40X32 120X43X38 120X43X38
Weight (lbs) 2,956 4,956 5,952 8,818
101
Gambar 4.6.
Kelly
(www.alibaba.com)
102
- Spesifikasi :
Tabel IV-6.
Spesifikasi Kelly
Length Top Upset Bottom Drive Section
Nominal Upset Bore
Drive API box
Size Overall O.D Right I.D
Section leertrend
Hand O.D
3 40 37 6 5/8 7 3/4 3 3/8 1 1/2 3 3/8 3 1060
3 40 37 4 1/2 5 3/4 3 3/8 1 1/2 3 3/8 3 570
3 3
3½ 40 37 6 5/8 7 3/4 4 1/8 1 3/4 1130
15/16 1/2
3 3
3½ 40 37 4 1/2 5 3/4 4 1/8 1 3/4 1140
15/16 1/2
4 4
4¼ 40 37 6 5/8 7 3/4 4 3/4 2 1/4 1650
25/32 1/4
4 4
4¼ 40 37 4 1/2 5 3/4 4 3/4 2 1/4 2120
25/32 1/4
5 5
5¼ 40 37 6 5/8 7 3/4 6 3 2130
29/32 1/4
5 5
5¼ 40 37 4 1/2 7 3/4 6 1/8 3 1/4 2920
29/32 1/4
5 5
5¼ 54 51 6 5/8 7 3/4 6 3 2870
29/32 1/4
5 5
5¼ 54 51 6 5/8 7 3/4 6 1/8 3 1/4 2850
29/32 1/4
5
6 40 37 6 5/8 7 3/4 7 3 1/2 6 2850
29/32
6
6 40 37 6 5/8 7 3/4 7 3 1/2 6 3870
13/16
103
6
6 54 51 6 5/8 7 3/4 7 3 1/2 6 3870
13/16
6
6 54 51 6 5/8 7 3/4 7 3 1/2 6
13/16
104
Gambar 4.7.
Drill Pipe
( www.rigzone.com)
105
- Spesifikasi :
Tabel IV-7.
Spesifikasi Drill Pipe
NOM OD NOM Approx, WT/FT UPSET &
6,92 EU- E
6,83 EU-E
6,68 IU-E
7,01 IU-X
10,76 EU-E
10,51 EU-E
7/8 10,40
10,28 IU-E
10,12 IU-E
106
Gambar 4.8.
Heavy Weight Drill Pipe
107
Gambar 4.9.
Top Drives
(www.osha.gov)
108
- Spesifikasi :
Tabel IV-9.
Spesifikasi Top Drives
Model 500 Model 750 Model 1000
Hoisting capacity 500 short tons 750 short tons 1000 short tons
Drilling capacity 500 short tons 750 short tons 1000 short tons
Circular grabs
assembly 75,000 ft-lbs 90,000 ft-lbs 110,000 ft-lbs
capacity
Mud passage
3" 4" 4"
@7500 psi
IBOPs, air-
actuated upper &
15,000 psi 15,000 psi 15,000 psi
manual-actuated
lower
Gambar 4.10.
Drill Colar Standar
(www.rigzone.com)
111
- Spesifikasi :
Tabel IV-10.
Spesifikasi Drill Colar Standar
Beanding
Drillcollar Outside Bore Bevel
Length, ft strength
Number Diameter Ft + 1/16 Diameter
ratio
NC 23 – 31 3 1/8 1¼ 30 3 2.57 : 1
NC 26 – 35
3½ 1½ 30 3 17/64 2.42 : 1
(2 3/8 IF)
NC 31 – 41
4 1/8 2 30 3 61/64 2.43 : 1
(2 7/8 IF)
NC 44 – 60 6 2¼ 30 OR 31 5 11/16 2.49 : 1
NC 44 – 60 6 2 13/16 30 OR 31 5 11/16 2.84 : 1
NC 44 – 62 6¼ 2¼ 30 OR 31 5 7/8 2.91 : 1
NC 46 – 62
6¼ 2 13/16 30 OR 31 5 29/32 2.63 : 1
(4IF)
NC 46 – 65
6½ 2¼ 30 OR 31 6 3/32 2.76 : 1
(4IF)
NC 46 – 65
6½ 2 13/16 30 OR 31 6 3/32 3.05 : 1
(4IF)
NC 46 – 67
6¾ 2¼ 30 OR 31 6 9/32 3.18 : 1
(4IF)
112
Gambar 4.11.
Non Magnetic Drill Collar
(http://en.krchina.com)
113
- Spesifikasi :
Tabel IV-11.
Spesifikasi Non Magnetic Drill Collar
Drill Collar Dril Bore Length Approximately Typical
Number Collar Tol.+1/16 (ft) weight of 31 Bending
(1) Diameter ",-0 ft.Drillar Collar Strength
(in) (in) (lb) Ratio
Gambar 4.12.
Drill Collar Spiral
(www.alibaba.com)
116
- Spesifikasi :
Tabel IV-12.
Spesifikasi Spiral Drill Collar
Drill Collar Elevator Slip Recess Elevator Recess Radius
Spiral Recess Diameter (in)
Diameter (in) Diameter (in) (in)
Gambar 4.13.
Drag Bit
(www.bitbrokers.co)
118
- Spesifikasi :
Tabel IV-13
Spesifikasi Drag Bit
IADC Available Weight (lbs/in.bit Rotary Speed
Bit Type
Code Bearing diameter) (RPM)
TCL
1000 – 90 - Soft/low- Steeabl 1000 –
5000 200 compressi e motor 5000
2000 – 80 – ve Steeabl 2000 –
5000 250 strength e motor 5000
Soft/low-
435
compressi
Steeable M15 X
TCL 435 ve
motor 4F15 447
M15 X strength
Steeable F2HD X
4F15 447 2000 – 60 - Soft to Steeabl 2000 –
motor 517
F2HD X 5000 250 medium/lo e motor 5000
Steeable X
F3H 517 w-
motor 537
Milled X compressi
Steeable X
Tooth 537 ve
motor
MSDS X strength
Steeable
H 117 2500 – 70 - Soft/low- Steeabl 2500 –
motor F3H
Bit IAD 2700 250 compressi e motor 2700
Availabl Milled
Type C ve
e Tooth HZ
Code strength
Bearing
Gambar 4.14.
Roller Cone Bit
(www.oil-equipment.cn/)
120
- Spesifikasi :
Tabel IV-14.
Spesifikasi Roller Cone Bit
Normal
WOB Rotary Speed Applicable
Bit type Cutting structure
kN/mm (rpm) formation
(bit dia.)
Hardfaced gage Very soft with
and all tooth low
surfaces, compressive
improved steel strength and
W111 0.20~0.70 200~80 tooth shape and high
build up welding drillability,
material, and such as soft
high cutter shale, clay and
exposure salt bed, etc.
Hardfaced gage
Soft with low
and all tooth
compressive
surfaces,
strength and
improved steel
high
W121 0.20~0.70 200~81 tooth shape and
drillability,
build up welding
such as shale,
material, and
clay and salt
relatively higher
bed, etc.
cutter exposure
Gambar 4.15.
Diamond Bit
( www.tx1st.com)
123
- Spesifikasi :
Tabel IV-15.
Spesifikasi Diamond bit
Dia
Dia Unsea Seale Jour
mon IAD IAD IAD IAD
HI mon led d nal
Formation d C C C C
Type d beari beari bear
qual code code code code
size ng ng ing
ity
Medium hard 525 1/5 P.M D461 OWC, 221 XC 231 J55, 625
Calcareous WO 231 M441 233 J55R 627
sand M4, F63,
Siliceoesb M4L 223 S23 F64 657
Limestone
Dolomite end 1/7 Y22, 234 ST2 F5,5 647
Pressure Y23 7
Compacted H88
Formation V2, 5JS,
T2 H88
F
124
Gambar 4.16.
Polycrystalline Diamond Compact Bits
(www.tx1st.com)
125
- Spesifikasi :
Tabel IV-16
Spesifikasi Polycrystalline Diamond Compact Bits
Bit Series Cutter Cutter Crown Profile Additional
Density Dimensions Characteristics
B PDC 1(low) Code PDC 1 Short Round T Complex
Bits 9 (high) Cutter Enhanced
(in)
1 2 4 Middle M Milling Head
B Bi-center Bit
2 1.5 E Offset Center
Bit
3 1 7 Long ST Side Tracking
Bit
4 3/4 HZ Horizontal /
Directional
Drilling Bit
6 1/2 2 Short Parabolic S Steel Body /
Spiral Water
Course (ND)
8 3/8 G Non-Standard
/ Enhanced
Gage
Protection
126
Gambar 4.17.
Core Bit
(www.tootoo.com)
127
- Spesifikasi :
Tabel IV-17.
Spesifikasi Core Bit
3",4",5", 6" and 8"(down the hole) hammers-
DTH : COP shank and bits, drill tubes, connection
adapters, ODEX;
hammers button bits, shank
adapters, coupling sleeves,
extension rods chisel bit, cross (R28,R32,R38,T38,T45,T51, and so forth)
bits, drill rods, speed rods, drill
rods, and so on;
Drag bits :
step and chevron type, 3 wings or 4wings;
Diamond core bits (impregnated core bits,
BQ,HQ,HQ3,NQ,NQ3,PQ,PQ3, surface set core bits, reaming shells,drill
T, TT, TW, TK, WF, DCDMA, rods, PDC core bit, PDC bit(not coring) etc;
and B thread series),
Gambar 4.18.
Stabilizer
(www.tx1st.com)
129
- Spesifikasi :
Tabel IV-18.
Spesifikasi Stabilizer
A B C D E F G
4 1/8 – 6 ¾ 24 15 14 4 57 12 2
7 - 9 7/8 24 16 14 5 59 13 3
10 – 12 ¼ 24 18 14 5 61 13 3
13 – 18 ½ 24 20 14 5 63 14 4
130
Gambar 4.19.
Rotary Reamer
(www.halliburton.com)
131
- Spesifikasi :
Tabel IV-19.
Spesifikasi Rotary Ramers
Hardness 285 and 341 Brinell.
The steel yield strength 110 000 PSI (765 MPa)
Diameters 4 5/8“
132
Gambar 4.20.
Shock Absorber
( www.tx1st.com)
133
- Spesifikasi :
Tabel IV-20.
Spesifikasi Shock Absorber
Drillcollar
Fishing
dia. Overall Bearing Approx
Hole Neck
(fishing Length Length Weight Lbs
Length
neck)
6 1/8 – 6 ¾ 4 1/8 – 4 ¾ - - 10 ½ 150
7 3/8 – 5 ¾
5¾-6¼ 38 14 10 ½ 235
-6¼
8 1/8 – 9 6¾-7 38 14 10 ½ 305
9 ½ - 9 7/8 7–8 38 14 10 ½ 385
10 5/8 – 11 7–8 38 14 11 405
12 – 12 ¼ 7¾-9 38 14 11 440
14 ¼ - 15 7 ¾ - 10 38 14 - -
17 ½ 7 ¾ - 11 38 14 - -
134
Gambar 4.21.
CMS-XL Casing Slip
(http://www.cam-tech.com)
135
- Spesifikasi :
Tabel IV-21.
Spesifikasi CMS-XL Casing Slip
Casing OD(in) 6-5/8 7 7-5/8 8-5/8 9-5/8 10-3/4 11-3/4
- Spesifikasi :
Tabel IV-22.
Spesifikasi Drill Collar Slip
Description Slip Type, Size and Range (OD, inches)
ABDCS-S ABDCS-R ABDCL-L
3–4 4 - 4.7/8 4.1/2 – 6 5.1/2 - 7 6.3/4 - 8.1/4
P/N, Slip 5201 5202 5203 5204 5205
Complete
w/Circular
Buttons
Total number 7 7 9 9 11
of Segments
Total number 5 5 7 7 9
of
Intermediate
Segments
Total number 6 6 8 8 10
of Hings Pins
138
Gambar 4.23.
Drill Collar Slip Multi Segment
(www.amaens.com)
139
- Spesifikasi :
Tabel IV-23.
Spesifikasi Drill Collar Slip Multi Segment
DCS-Multi-segment Drill Collar slips
Slip set Drill Collar OD (in) P/N Weight Qty
lb kg
DCS-S 3-4 2628-49 13 6 49
4-4 7/8 2620-49 8 3.5 49
DCS-R 4 1/2-6 2628-63 16 7 63
5 1/2-7 2620-63 11 5 63
DCS-L 6 3/4-8 1/4 2630-88 15 7 88
8-9 1/2 2630-96 16 7 96
8 1/2-10 2627-104 26 12 104
9 1/4-11 1/4 2630-112 19 8.5 112
11-12 1/4 2625-136 13 6 136
12-14 2630-136 16 7 136
User in
Insert Bowl API or No. 3
number
140
4.3. PEMBAHASAN
Sistem pemutar (Rotating System) adalah salah satu dari komponen
komponen yang paling penting di dalam rig. Sistem pemutar memiliki fungsi utama
yaitu untuk memutar drill string dan menggantungkan drill string dengan
memasang rotary slip pada rotary table.
Tujuan dari praktikum tentang Rotating System ialah untuk mengetahui dan
memahami apa saja alat-alat fungsi dan mekanisme dari alat-alat di Rotating
System.
Sistem pemutar memiliki tiga sub komponen, yaitu peralatan putar (rotary
assembly), rangkaian pipa bor (drill string), dan mata bor (bit). Tenaga putar
diperoleh dari Prime mover yang disalurkan rotary table dan dari rotary table
disalurkan ke kelly dan kemudian ke drill string.
Peralatan putar ditempatkan pada lantai bor di bawah crown block dan di
atas lubang, peralatan putar terdiri dari meja putar (rotary table), master bushing,
dan kelly bushing digunakan bersama-sama untuk memutar drill string. Meja putar
(rotary table), Master bushing, dan rotary slip digunakan untuk menggantung drill
string di dalam lubang pada saat menyambung atau melepas section drill pipe
dengan bantuan make up dan breakout tongs.
Berikut alat-alat yang ada pada peralatan putar (rotary assembly) serta
mekanisme dari alat-alat tersebut. Rotary table dipasang di atas lantai bor di
dalamnya terdapat master bushing. Pada master bushing terdapat box yang
dimasuki oleh pin dari kelly bushing. Sehingga bila rotary table berputar maka
master bushing dan kelly bushing ikut berputar juga. Master bushing, dimasukkan
dalam rotary table yang mana dapat dilepas dari rotary table mengunci casing agar
tidak terjatuh; kelly bushing diletakkan diatas master bushing ketika operasi
pemboran berlangsung. Kelly bushing, meneruskan atau mentransmisikan gaya
putar dari rotary table ke drill string. Rotary slip, diselipkan ke dalam master
bushing pada rotary table agar pipa tidak jatuh saat disambung pada saat
penyambungan pipa.
Pada sub komponen rangkaian pipa bor (drill string) berikut alat-alat dan
mekanismenya. Swivel mekanismenya menggantung seluruh beban batang bor
141
selama operasi pengeboran. Swivel tidak ikut berputar, yang berputar hanya
Rotating swivel steam. Kelly mekanismenya melakukan gerakan kedua arah, yaitu
berputar dan vertikal. Gerakan berputar yaitu waktu pemutar berputar. Sedangkan,
gerak vertikal yaitu pada saat kelly bergerak bebas turun naik melalui rotary. Drill
pipe yang mekanismenya menghubungkan pipa bor satu sama lainnya dengan tool
joint dan disambung dengan drill collar sehingga memungkinkan untuk
diperpanjang dan diputar serta menjadi jalan bagi cairan pengeboran agar mengalir
dari swivel ke dasar sumur. Drill collar dengan mekanisme yang dapat dipasangkan
alat-alat spesial sehingga hasil pengeboran formasi dapat maksimal.
Bit adalah alat yang berfungsi untuk membuat lubang atau sumur pemboran.
Bit terdiri dari beberapa jenis, yaitu Drag Bit, Roller cone Bit, Diamond Bit, dan
Polycrystalline Diamond Compact Bit.
Pada pemasangan bit atau mata bor maka kita harus memperhatikan BHA
(Bottom Hole Assembly) yang memiliki faktor utama, yaitu WOB (Weight on Bit)
dan HWDP (Heavy Weight Drill Pipe). WOB memiliki fungsi menambahkan beban
pada bit. sementara HWDP memiliki fungsi untuk menambahkan beban pada drill
string agar drill pipe tetap stabil sehingga lubang bor tetap lurus.
Berikut alat-alat dan mekanisme yang ada pada komponen mata bor. Drag
Bit yang mekanismenya menghancurkan dan menembus formasi dengan gaya
keruk, mengeruk batuan yang ditembus. Roller Cone Bit mekanismenya gigi yang
relatif panjang dan jarang letaknya atau sedikit jumlahnya untuk formasi batuan
lunak. Sedangkan gigi yang relatif pendek dan rapat letaknya digunakan untuk
formasi medium-hard dan hard. Diamond Bit yang mekanismenya dengan cara
penggoresan dari butir-butir intan yang dipasang. Kontak langsung antara Intan
Intan dengan formasi menyebabkan kerusakan yang cepat karena panas yang
ditimbulkan. Bit ini biasanya digunakan untuk menembus formasi hard.
Polycrystalline Diamond Compact Bit memiliki mekanisme menghancurkan
batuan formasi dengan memutar atau menumbuk batuan lainnya. Diamond/intan
dalam skala mohs memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi, yaitu dengan
skala 10. Pada saat pengeboran, kemungkinan bit dari diamond ini patah sangat
kecil, tetapi untuk aus masih ada kemungkinan.
142
Coiled Tubing adalah terobosan baru dalam dunia perminyakan yang dapat
digunakan untuk operasi pemboran, operasi logging, operasi produksi, dan operasi
workover. Coiled Tubing berupa pipa/tubing yang elastis terbuat dari campuran baja
karbon yang tipis dan juga bahan bahan Titanium dan composite. Alat ini
menggantikan fungsi drill string. Unit-unit pelengkap juga tetap ada, seperti BOP
system, dll, hanya saja jika menggunakan coiled tubing tidak lagi perlu menara bor,
melainkan sebuah coiled tubing unit (truk pengangkut, rel tempat menggulung coil,
dsb). Keuntungan penggunaannya antara lain tidak memerlukan lahan luas
sehingga dapat menghemat biaya dan tanpa penyambung pipa, sehingga
mengurangi waktu round trip; menjaga keselamatan lingkungan.
Top drive system merupakan suatu alat gabungan dari dua sistem yang
berbeda (Sistem putar dan sistem angkat). Dengan top drive, maka tidak diperlukan
kelly dan kelly bushing. Alat ini menggabungkan traveling block, swivel, hook, yang
ditambah dengan motor pemutar. Alat ini dapat bergerak naik turun pada suatu rel
(guide runner) sepanjang menara. Keuntungan penggunaannya antara lain
mempercepat waktu penyambungan pipa dan proses round trip.
Selain memutar drill string dan menggantungkan drill string, sistem putar
memiliki fungsi lainnya, yaitu menyalurkan fluida pemboran dan memberi beban
di atas bit (WOB).
Hubungan WOB dan RPM dengan formasi pemboran ialah pada formasi
keras, dinaikkan dan diturunkan agar ROP optimal dengan tujuan agar bit tidak
rusak atau aus. Sedangkan pada formasi lunak, WOB diturunkan dan RPM
dinaikkan agar ROP bisa optimal bertujuan agar tidak formation damage dan tidak
bit balling (goyang).
Terdapat empat gaya yang berkaitan dengan cara kerja drill string, yaitu
Buoyancy untuk menahan beban drill string. Tension yang ada pada pemberat atau
weight on bit agar bit dapat melakukan penetrasi. Torsi yang terdapat pada gaya
putar yang diteruskan dari drawwork melalui rotary table untuk memutar drill
string. Yang terakhir adalah buckling berupa gerakan secara horizontal.
Dalam pemilihan bit, digunakan metode pendekatan ekonomi yaitu metode
cost per foot. Cost per foot (CPF) sama dengan harga Beat (Cb) ditambah biaya
143
operasi rig perhari (CR) kemudian dikalikan dengan total waktu yang diperlukan
dalam membor suatu kedalaman, yaitu waktu rotasi bit (tb), waktu bit tidak berotasi
(tr) dan trip time (tt). lalu dibagi dengan selisih kedalaman.
Polycrystalline Diamond Compact (PDC) Bit merupakan pengembangan
dari drag bit. PDC memiliki masa pakai yang lama atau panjang dibanding jenis bit
yang lainnya. PDC sangat cocok digunakan untuk mengebor formasi serpih dengan
kombinasi Oil Based Mud (OBM). PDC dibuat dengan berbagai ukuran mulai dari
2’- 5’ untuk straight hole dan hingga 17.5’ untuk pemboran biasa.
Pada Top Drive System, kelly dan kelly bushing sudah tidak terpakai serta
rotary table berkurang perannya dan hanya menjadi dudukan bagi drill string.
Down Hole Motor merupakan alat yang biasanya digunakan pada
Directional drilling (pemboran berarah). Alat ini merupakan terobosan baru di
mana motor menggerakkan bit tanpa tenaga dari rotary table. Alat ini bekerja
menggunakan mud yang keluar dari nozzle. Makin kuat aliran mud, maka makin
cepat motor bekerja memutar bit.
Penggunaan kelly yang sering digunakan adalah segi empat dan segi enam.
Sedangkan untuk segitiga jarang digunakan sebab beban yang disalurkan tidak rata.
Segi empat cocok digunakan untuk formasi keras karena WOB tinggi dan RPM
rendah dan untuk segi enam cocok digunakan untuk formasi lunak karena WOB
rendah RPM tinggi.
Pada Coiled Tubing jika terjadi problem seperti pipa patah cara
mengatasinya dengan menggunakan metode fishing/pemancingan. Jika masih tidak
bisa, maka harus disemen.
Drill pipe memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari 18’ - 22’, 27’ - 30’,
hingga 39’ - 45’. Tetapi ukuran 18’ - 22’ jarang sekali digunakan. Untuk Surface
area, lebih sering menggunakan ukuran 27’ - 30’. Terdapat juga drill pipe joint
yang memiliki section atau stand yang umumnya terdiri atas tiga drill pipe dalam
satu joint.
Pada tool joint terdapat dua jenis penghubung pipa, yaitu pin connection dan
box connection. Pin connection itu merupakan tool joint pada bagian bawah drill
pipe dimana ulir dibuat pada bagian luar, yang disebut “pin”. Sedangkan Box
144
connection itu merupakan tool joint pada bagian atas drill pipe dimana ulir dibuat
pada bagian dalam, yang disebut “box”.
Drill pipe (DP) di juga terbagi menjadi dua jenis yaitu Standard dan Heavy
Weight Drill Pipe (HWDP). Pada operasi pemboran biasanya digunakan standard.
Tetapi jika terjadi down hole problem maka digunakan HWDP dan biasanya
diletakkan di atas drill colllar. Perbedaan HWDP dengan DP biasa ialah terletak
pada ukuran, berat, dan strength.
145
4.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Sistem Putar (Rotating System) memiliki fungsi utama, yaitu mengangkat
drill string dan menggantung drill string.
2. Tujuan dari praktikum Rotating System ialah untuk mengetahui dan
memahami apa saja alat-alat, fungsi, dan mekanisme dari tiap peralatan
yang ada pada Rotating System.
3. Sistem putar memeiliki tiga sub komponen, yaitu peralatan putar (rotary
assembly), rangkaian pipa bor (drill string), dan mata bor (bit).
4. Dalam memasang bit, kita harus memerhatikan faktor utama Bottom
Hole Assembly (BHA), yaitu Weight on Bit (WOB) dan Heavy Weight
Drill Pipe (HWDP).
5. Coiled Tubing merupkan terobosan yang dapat melakukan operasi
pemboran, operasi logging, operasi produksi, dan operasi workover.
6. Top Drive System merupakan alat gabungan dari dua sistem yang berbeda
(sistem putar dan sistem angkat).
7. WOB dan RPM memiliki hubungan dalam menentukan bentuk kelly dan
keras lunaknya formasi yang ditembus.
8. Terdapat empat gaya yang bekerja pada drill string, yaitu buoyancy,
tension, torsi, dan buckling.
9. Dalam pemilihan bit, digunakan metode pendekatan ekonomi, yaitu
metode Cost per Foot (CPF).
10. Down Hole Motor sering digunakan pada Directional Drilling. Cara
kerjanya menggunakan mud yang keluar dari nozzle untuk menggerakan
bit.
BAB V
SISTEM SIRKULASI
(CIRCULATING SYSTEM)
146
147
Gambar 5.1.
Mud House
(Sumber: http://www.exalo.pl/)
152
- Spesifikasi:
Tabel V-1.
Spesifikasi Mud House
Gambar 5.2.
Steel Tank
(Sumber: hhttp://www.gnsolidsamerica.com/)
154
- Spesifikasi:
Tabel V-2.
Spesifikasi Steel Tank.
Corrugated ¼” Steel Construction
2 Sump Drains
6” Manifold Flange
4” Fill Flange
Direct to Metal Painted With Polyurethane Top Coat
Epoxy Phenolic Interior Coating
35’-2 ½” Overall Lenght
90” Wide
87 ½” and 57 1/2” Overall Side Heights
Gambar 5.3.
Mixing Hopper
(Sumber: http://www.gn-desander-desilter.com/)
- Spesifikasi:
156
Tabel V-3.
Spesifikasi Mixing Hopper
Volume of Input Material 800L
Volume of Output Material 500L
Productivity (m3/h) >=25
Maximum Grain Size of Material (mm) 80/60
Number of Stirring Blades 2x7
Rev of Stirring Blades (r/min) 35.5
Power of Stirring Motor (kw) 18.5
Power of Windlass Motor (kw) 5.5
Power of water pump (kw) 0.75
The upgrade speed of hopper (m/s) 0.3
Specification ( Lx Wx H) (mm) Work estate 4485x3030x5258
Weighth (kg) 4000
157
Gambar 5.4.
Chemical Mixing Barrel
(Sumber: http://img.51barrel.com/)
158
- Spesifikasi:
Tabel V-4.
Spesifikasi Chemical Mixing Barrel
Chute inner Effictive
dimension cubage Mixer Motor
Speci
Weight
ficati Diamete Diameter Rotate Model Power (kg)
on r Depth (m3) (mm) speed(r/min (kw)
(mm) )
XB- 750 750 0.26 240 530 Y90S-4 1.1 228
750
XB- 1000 1000 0.58 240 530 Y90L-4 1.5 436
1000
XB- 1200 1200 1.14 400 320 Y100L2-4 3 765
1200
XB- 1500 1500 2.2 400 320 Y100L2-4 3 1083
1500
XB- 2000 2000 5.46 550 230 Y132M2- 5.5 1671
2000 6
XB- 2500 2500 11.2 650 200 Y160L-6 11 3438
2500
XB- 3000 3000 19.1 700 210 Y225S-8 18.5 4613
3000
XB- 3500 3500 30 850 230 Y225M-8 22 71
3500
159
Gambar 5.5.
Bulk Mud Storage
(Sumber: http://www.oegoffshore.com/)
160
- Spesifikasi:
Tabel V-5.
Spesifikasi Bulk Mud Storage
Storage tanks 4
Power 100 m3
Typical Flow 0 – 120 t/h
Valves 125 or 150mm
161
Gambar 5.6.
Water Tank
(Sumber: https://www.rbauction.com/)
162
- Spesifikasi:
Tabel V-6.
Spesifikasi Water Tank
Capacity (litre) Diameter (mm) Length (mm) Weight (Kg )*
1500 1250 1580 390
Gambar 5.7.
Reserve Pit
(Sumber: http://ravenefd.com/)
164
- Spesifikasi:
Tabel V-7.
Spesifikasi Reserve Pit
Gambar 5.8.
Mud Pump
(Sumber: http://rhinodrill.com/)
166
- Spesifikasi:
Tabel V-8.
Spesifikasi Mud Pump
Features B550F B1000F
Discharge Connection 4 in 4 in
Gambar 5.9.
Stand Pipe
(Sumber: https://www.osha.gov/)
168
- Spesifikasi:
Tabel V-9.
Spesifikasi Stand Pipe
NOM
NOM Approx,WT/FT UPSET &
OD
WT/FT (lb/t GRADE
(Inch)
6,92 EU- E
6,83 EU-E
2 3/8 6,65 6,71 IU-E
6,68 IU-E
7,01 IU-X
10,76 EU-E
10,51 EU-E
7/8 10,40
10,28 IU-E
10,12 IU-E
169
Gambar 5.10.
Rotary hose
(Sumber: http://www.rotarydrillinghose.com/)
170
- Spesifikasi:
Tabel V-10.
Spesifikasi Rotary Hose
ID inch
Bending Radius ft
Working Pressure MBR
Operating
Grade A-B m ft
Grade D m ft
Grade C m ft
Grade E m ft
Grade D Psi
Grade A Psi
Grade B Psi
Grade C Psi
Grade E Psi
Gambar 5.11.
Steel Mud Pit
(Sumber: https://cannonsalesinc.com/)
172
- Spesifikasi:
Tabel V-11.
Spesifikasi Steel Mud Pit
Nominal
Type Length Widht Height Weight
Volume
M3 cm cm cm Kg
- Gambar 5.12.
Mud Agitator
(Sumber: http://www.gn-decanter-centrifuge.com/)
174
- Spesifikasi:
Tabel V-12.
Spesifikasi Mud Agitators
Type F, D
Measurement range 1,000, 2,000,3,000, 5,000, 6,000,
8,000,10,000, 12,000,15,000, 18,0000
PSI, 20,000PSI,And metric equivalents
in kg/cm2, KPa, MPa, and BAR units
of measure.
Accuracy 1.6/ 2.5
Mounting 2-inch male NPT or M20*1.5,
M20*2.0
Structure seal packing, membrane units, catch of
hook, indicating mechanism, crust.
Case Fluid filled
Temperature -50 to +65 Celsius degree.
175
Gambar 5.13.
Return Line
(Sumber: http://www.drillingcontractor.org/)
176
- Spesifikasi:
Tabel V-13.
Spesifikasi Returned Line
NOM OD NOM Approx,WT/FT UPSET &
(Inch) WT/FT (lb/t GRADE
6,92 EU- E
6,83 EU-E
2 3/8 6,65 6,71 IU-E
6,68 IU-E
7,01 IU-X
10,76 EU-E
10,51 EU-E
7/8 10,40
10,28 IU-E
10,12 IU-E
177
Gambar 5.14.
Settling Tank
(Sumber: http://www.tecnoidea.it/)
178
- Spesifikasi:
Tabel V-14.
Spesifikasi Settling Tank
Gallons Overall tank Material Mat'l # of # of Ship
dimensions thk chambers dams weight
H-W-L
12 12 18 18 PLASTIC 1/8 1 0 25
25 14 18 34 304SS 1/8 3 2 85
45 14 26 40 304SS 1/8 3 2 150
75 16 32 45 304SS 1/8 3 2 290
100 16 32 60 304SS 3/16 3 2 395
179
Gambar 5.15.
Mud Gas Separator
(Sumber: http://www.austinchalkpetro.com/)
180
- Spesifikasi:
Tabel V-15.
Spesifikasi Mud Gas Separator
Type Tri – Flo Mud Gas Separator
Gambar 5.16.
Shale Shaker
(Sumber: http://www.gn-shale-shaker.com/)
182
- Spesifikasi:
Tabel V-16.
Spesifikasi Shale Shaker
ZZS-2N shale shaker Screen material 304 stainless steel
Screen Area 3*1.2*0.7=2.5 m2 Inlet mud size 8″ 10″ 12″ 14″
Track balanced elliptical motion/
linear motion process load 180-200m3/h
G force 6.3 g Double amplitude 5mm
Double amplitude 6 mm Excitation frequency 23.22hz
Level speed 0.33 m/s Cast exponent 3.25
Power 2*1.84 kW Cast angle 45°
Voltage 380 V Weight 5270kg
Rotate speed 1500 r/min Size 3810*2830*1500mm
SGS-01 shale shaker Price FOB TIANJIN USD19860.00/set
Screen Area 3.096 m2 ZZS-200.3P shale shaker
Track balanced elliptical motion/
Track line linear motion
G force 4-6 g G force ≥6.5G
Double amplitude ≥4 mm Power 2.2kw*2 380v 50hz
Level speed ≤0.26 m/s Rotate speed 1450 r/min
Power 2*1.84 kW Explosion proof grade IBT4
Voltage 380 V Protective grade IP66
Rotate speed 1500r/min Screen type PMD rhomboidal 3block
ZZS-200.3 shale shaker Mesh PMD D*38 D*84 D*110
Track balanced elliptical motion/
linear motion Screen crate angle -1°~+5°
G force ≥6.5G Screen material 304 stainless steel
Power 2.2kw*4 380v 50hz Inlet mud size 8″ 10″ 12″ 14″
Rotate speed 1450 r/min process load 180-200m3/h
Explosion proof grade IBT4 Double amplitude 5mm
Protective grade IP66 Excitation frequency 23.22hz
Screen type Pvvp parallel 3block Cast exponent 3.25
Mesh Pvvp D*38 D*84 D*110 Cast angle 45°
Screen crate angle -1°~+5° Weight 2630kg
Price FOB TIANJIN USD /set Size 2826*1720*1500mm
183
Gambar 5.17.
Desander
(Sumber: www.derrickequipment.co)
184
Spesifikasi:
Tabel V-17.
Spesifikasi Desander
Model Capacity WP Power Size and Mesh
m3/h MPa Kw
ZCS250X1 80-100 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCS250X2 160-200 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ250X3 240-300 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ300X1 100-200 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ300X2 200-240 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
ZCSQ300X3 300-360 0.21- 0.5 1800X600mm
0.35 120/40
185
Gambar 5.18.
Desilter
(Sumber: www.derrickquipment.com/)
186
- Spesifikasi:
Tabel V-18.
Spesifikasi Desilter
Length 305 cm (120”)
Width 178 cm (70”)
Height 252 cm (99”)
Weight 3005 kgs (6611 lbs)
Vibrator Motors Two 1.5 HP (1 KW) each (2.5 HP - Hi-G)
3 panel design - Each panel 0.87 m2Screen type: KDX,
Single Deck KPT
Total Screen Area 2.6 m2 (28 sq. ft.)
187
Gambar 5.19.
Degasser
(Sumber: http://www.shaleshakerdc.com/)
188
- Spesifikasi:
Tabel V-19.
Spesifikasi Degasser
Gambar 5.20.
Swivel
- (Sumber: http://www.rtpumpparts.com/)
190
- Spesifikasi:
Tabel V-20.
Spesifikasi Swivel
Model
SL150 SL250 SL500 SL650
Number
Max Static
300,000 500,000 1,000,000 1,300,000
Load (lbs)
Max Speed
300 300 300 800
(rpm)
Max
Working
5,000 5,000 5,000 5,000
Pressure
(psi)
Stem ID (in) 2-1/2 3 3 3
Overall
Dimension 99×30×33 113×40×32 120×43×38 120×43×38
(in)
Weight (lbs) 2,956 4,952 5,952 8,818
191
Gambar 5.21.
Bail
(Sumber: http://www.drillpipeinc.com/)
192
- Spesifikasi:
Tabel V-21.
Spesifikasi Bail
Material According to API 8C
Tensile Strength St=1050 N/m3
Yield Strength Sy=850 N/m3
Impact 42J (-20 ° C)
Elongation 12% Min
193
5.3. PEMBAHASAN
Sistem sirkulasi (circulating system) adalah salah satu bagian utama dari rig
yang membantu sistem pemutar dalam operasi pemboran dengan perlengkapan,
bahan dan tempat kerja, persiapan, serta perawatan dan mengganti fluida pemboran.
Fungsi utama dari sistem Sirkulasi adalah mengangkat serpihan cutting dari dasar
ke permukaan.
Tujuan dilakukan praktikum circulating system ialah untuk mengetahui
fungsi lumpur pemboran dan memahami apa saja alat-alat, fungsi, dan mekanisme
yang ada pada circulating system.
Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa
komponen yang terdiri dari air (tawar atau asin), clay, chemical additives dan di
lapangan biasanya dikenal sebagai lumpur (mud). Lumpur atau mud berfungsi
untuk mengangkat cutting ke permukaan, mengontrol tekanan formasi,
mendinginkan serta melumasi bit membersihkan dasar lubang bor, membantu
dalam evaluasi formasi, melindungi formasi produktif, dan membantu stabilitas
formasi.
Lumpur pemboran dibagi menjadi tiga jenis yaitu water based mud, oil
based mud, air or gas based mud. Water based mud merupakan lumpur yang umum
digunakan, karena biayanya murah, lumpur ini memiliki komposisi yang terdiri dari
air asin atau air tawar, clay, dan chemical additives. Oil based mud digunakan pada
hotholes, formasi shale, dsb. Lumpur ini lebih mahal, tetapi mengurangi terjadinya
korosi pada drill string, dsb. Air or gas based mud memiliki kelebihan untuk
mendapatkan laju pemboran yang lebih besar
Prinsip kerja dari sistem sirkulasi ini adalah dari mud pit tanks mengalir
lumpur ke mud pump dan kemudian masuk ke dalam discharge lines karena
tekanan, lumpur masuk ke dalam stand pipe, diteruskan ke kelly kemudian masuk
ke drill string. Setelah itu melalui annulus dan keluar melalui return lines menuju
conditioning area (mud gas separator, shale shaker, desander, desilter, dan
degasser) diteruskan ke reserve pits kemudian masuk ke settling tanks dan
kemudian kembali lagi ke mud pit tanks, demikian berlangsung seterusnya.
194
ke bawah dalam drill string. Rotary hose dengan mekanisme yang memungkinkan
adanya sirkulasi saat pipa bergerak naik dan turun.
Conditioning area merupakan area yang terdiri dari peralatan peralatan
khusus yang digunakan untuk “clean up” (pembersihan) lumpur bor setelah keluar
dari lubang bor. Fungsi utama peralatan peralatan ini adalah untuk membersihkan
lumpur bor dari serbuk bor cutting dan gas-gas yang berbahaya.
Dalam memisahkan cutting dan gas yang terbawa, terdapat dua metode yang
sering digunakan untuk memisahkannya, yaitu dengan menggunakan prinsip
gravitasi; dimana lumpur dialirkan melalui shale shaker dan settling tanks.
Kemudian secara mekanik menggunakan peralatan-peralatan khusus yang dipasang
di Conditioning Area. Settling tank dengan mekanisme lumpur yang telah
dibersihkan oleh tiap-tiap peralatan pengondisian dimasukkan kedalam settling
tank guna diproses alat selanjutnya. Reserve pit yang mekanismenya menampung
cutting dan kelebihan Lumpur. Mud gas separator yang mekanismenya gas yang
terikut dalam lumpur akan dipisahkan. Shale shaker dengan mekanisme fluida
pemboran disalurkan melalui saringan-saringan yang bergetar untuk memisahkan
cutting yang berukuran besar dan yang tidak diperlukan. Desander memiliki
mekanisme memisahkan padatan berukuran pasir yang dilewatkan saringan shale
shaker yaitu dengan memaksa masuk fluida pemboran dengan tekanan tinggi
melalui silinder kemudian bagian-bagian yang berat dikeluarkan oleh tenaga
sentrifugal dan dibuang melalui dasar silinder. Desilter memiliki mekanisme
mengeluarkan bagian-bagian endapan cutting yang kecil yang dilewatkan oleh
shale shaker dan desander yaitu dengan memasukkan fluida pemboran dengan
tekanan tinggi melalui silinder dengan bagian bagian yang berat dikeluarkan oleh
tenaga sentrifugal dan dikeluarkan melalui silinder. Menggunakan pertemuan
kapasitas kombinasi aliran desander dan desilter dengan menggunakan vibrator dan
tiga panel desain. Degasser memiliki mekanisme gas yang terlibat dalam lumpur
akan dipisahkan.
Pada pemboran terdapat istilah hotholes yang artinya pada kedalaman
tertentu tidak dipakai lagi pemboran konvensional karena temperatur yang tinggi.
196
Tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya kick dan loss. Pada kick, tekanan
sirkulasi dan densitas menurun. Sedangkan untuk volume lumpur, kecepatan
lumpur, stroke pada pompa, cutting pada shale shaker dan gas yang masuk
bertambah. Pada loss, hanya kebalikan dari kick, yaitu tekanan sirkulasi dan
densitas bertambah. Lalu untuk volume lumpur, kecepatan lumpur, stroke pada
pompa cutting pada shale shaker dan gas yang masuk berkurang.
Terdapat dua jenis pompa, yaitu duplex pump dan triplex pump, perbedaan
utamanya adalah pada jumlah piston dan cara kerjanya. Cara kerja duplex pump
ialah dengan bergerak ke depan dan belakang (double acting). Sedangkan cara
kerja triplex pump ialah dengan bergerak ke depan saja (single acting). Fungsi dari
duplex dan triplex pump sama, yaitu memompa lumpur ke lubang dasar
sumur. Triplex pump lebih efisien 1.5 Sampai 2 kali dari duplex pump, tetapi
memerlukan tenaga yang lebih besar.
Cooling tower merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendinginkan
drill string dan lumpur pemboran pada conditioning area di industry Panasbumi.
Hubungan antara tekanan dan geomechanics ialah agar kita dapat
memprediksi nilai Pf pada suatu formasi.
198
5.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Sistem sirkulasi (Circulating System) merupakan salah satu bagian
utama dari rig yang membantu sistem pemutar dalam operasi pemboran.
2. Fungsi utama sistem sirkulasi adalah untuk mengangkat cutting ke
permukaan.
3. Tujuan diadakan praktikum tentang Circulating System ialah untuk
mengetahui dan memahami apa saja alat-alat, fungsi, dan
mekanismenya.
4. Sistem sirkulasi memliki empat sub komponen, yaitu fluida pemboran,
preparation area, circulation equipment, dan conditioning area.
5. Jenis-jenis fluida pemboran, yaitu Water Based Mud (WBM), Oil Based
Mud (OBM), dan air or gas based mud.
6. Pressure window graphic digunakan untuk mengetahui Ph yang
dibutuhkan agar tidak terjadi loss circulation dan kick.
7. Ukuran micron shale shaker > 60 micron, desander 30 – 60 micron,
desilter 15 – 30 micron, dan yang terakhir degasser dengan ukuran > 60
micron.
8. Perbedaan antara degasser dan mud gas separator ialah pada degasser
alat ini bekerja secara kontinyu dengan menghilangkan gas terlarut
dalam jumlah yang sedikit dibanding dengan mud gas separator.
9. Indikasi terjadinya kick dan loss, yaitu tekanan hidrostatis, densitas,
volume lumpur, kecepatan lumpur, Stroke pada pompa, cutting pada
shale shaker, dan gas yang masuk
10. Terdapat dua jenis pompa, yaitu duplex pump dan triplex pump.
Perbedaannya ada pada jumlah piston dan cara kerjanya.
11. Hubungan antara tekanan dan geomechanics ialah agar kita dapat
memprediksi nilai Pf pada suatu formasi.
BAB VI
SISTEM PENCEGAH SEMBURAN LIAR
(BLOWOUT PREVENTER SYSTEM)
199
200
6.1.2. ACCUMULATOR
Unit accumulator berfungsi untuk menutup BOP stack. Unit ini dapat
dihidupkan pada keadaan darurat dari remote panel yang terletak pada lantai bor
atau dari accumulator panel. Pada unit ini dijalankan dalam keadaan crew harus
meninggalkan lantai bor. Biasanya ditempatkan pada jarak sekitar 100 meter dari
rig. Accumulator bekerja pada BOP stack dengan “High Pressure Hydraulis”
(saluran hidrolik bertekanan tinggi). Pada saat terjadi “kick”, crew dapat dengan
cepat menutup blowout preventer dengan menghidupkan kontrol pada acumulator
atau pada remote panel yang terletak pada lantai bor.
6.1.3. SUPPORTING SYSTEM
6.1.3.1. Choke Manifold
Choke manifold merupakan kumpulan fitting dengan beberapa outlet yang
dikendalikan secara manual atau otomatis. Ditempatkan di luar substructure.
Bekerja pada BOP Stack dengan “High Pressure Line” disebut “choke line” yang
dapat memindahkan aliran lumpur bor pada saat terjadi “kick”.
Saat diaktifkan, choke manifold membantu menjaga back pressure dalam
lubang bor untuk mencegah terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat
dialirkan dari BOP stack ke sejumlah valve (yang membatasi aliran dan langsung
ke mud gas separator dan reserve pits). Mud-gas separator atau mud conditioning
area back pressure dijaga hingga lubang bor dapat dikontrol kembali.
6.1.3.2. Kill Line
Kill line merupakan saluran perpanjangan dari mud pump ke BOP stack. Kill
Line bekerja pada BOP stack dan biasanya disambung berlawanan letaknya dengan
choke line, sehingga memungkinkan pemompaan lumpur berat (kill mud) ke dalam
lubang bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat mengimbangi tekanan formasi.
6.1.3.3. Mud and Gas Separator
Mud and gas separator merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan
gas yang terkandung didalam fluida formasi. Alat ini sedikit berbeda dengan
degasser pada sistim sirkulasi, karena mud and gas separator dapat memisahkan
gas dari fluida pemboran atau fluida formasi dalam jumlah yang besar.
202
6.1.3.4. Flare
Flare berfungsi untuk membakar gas hasil pemisahan dari mud and gas
separator. Flare biasanya diletakkan jauh dari unit pemboran untuk keamanan
(safety).
203
- Spesifikasi:
Tabel VI-1.
Spesifikasi Accumulator
FKQ640 FKQ800 FKQ640 FKQ4005 FKQ3204 FK2
Model
7 6 6 B B 403
Number of
Objects 7 6 6 5 4 3
Controlled
Total
Capacity
(Bottle 10.5
21×8 21×10 21×8 10.5×10 10.5×8
Capacity ×6
Gal ×
Numbers)
Effective
Volume of
405 343 343 290 209 120
Oil Tank
(gal)
Flow Rate
of Pump 10.3 10.3 10.3 8.2 6.9 5.5
(gpm)
Air/Fluid
Ratio of Air
50:1 50:1 50:1 50:1 50:1 50:1
Operated
Pump
Number of
Air
2 2 2 2 1 1
Operated
Pumps
Motor
25 25 25 25 20 15
Power (hp)
Effective
Oil
Displaceme
nt (gal)
71.3 89 71.3 44.4 35.6 26.7
Pressure
Drop
3000—
1000psi
205
- Spesifikasi:
Tabel VI-2.
Spesifikasi Annular Preventer
Bop Workin Vert. Hidraulic Glas.* Glas.* Pack off
Type size g press Bore control To to Open hole
inch max psi inch max psi close close min psi
A 6 5000 7 1/16 1500 2.2 1.9 NA
A 6 10000 7 1/16 1500 4.0 3.1 NA
A 6 15000 7 1/16 NA NA NA NA
A 11 5000 11 1500 7.8 6.5 NA
A 11 10000 11 1500 12.1 10.5 NA
A 11 15000 11 NA NA NA NA
13
A 5000 13 5/8 1500 13.9 13.9 NA
5/8
13
A 10000 13 5/8 1500 18.7 18.7 NA
5/8
13
A 5000 13 5/8 1500 29.0 29.0 NA
5/8
207
- Spesifikasi:
Tabel VI-3.
Spesifikasi Ram Preventer
Size &
Working Data Cameron Shaffer
Pressure
Model Type “U” LWS
11” – 5M Height 34 15/16” 34 3/8”
Single Length 96 ¼” 89 ¼”
Hyd. Width 25 1/8” 28 ¾”
Weight 5,6000lb 5,600 lb
Model Type “U” LWS
11” – 5M Height 54 1/2” 50 1/2”
Single Length 96 ¼” 89 ¼”
Hyd. Width 25 1/8” 28 ¾”
Weight 10,200lb 7,000 lb
Model Type “U” SL
11” – 5M Height 35 11/16” 42 7/8”
Single Length 96 ¼” 122 3/4”
Hyd. Width 25 3/4” 37 3/8”
Weight 6,400lb 12,695 lb
Model Type “U” SL
11” – 5M Height 55 7/8” 60 1/4”
Single Length 96 ¼” 122 3/4”
Hyd. Width 25 3/4” 37 3/8”
Weight 11,300lb 21,780 lb
209
- Spesifikasi:
Tabel VI-4.
Spesifikasi Blind Ram
617 1 Cameron Type F 7-1/16"
- Spesifikasi:
Tabel VI-5.
Spesifikasi Shear Ram
BOP Bore Pressure Standard Operator Shear RAM
Size (In.) Rating (psi) (inches) Operator (inches)
7 1/16 3000 5 1/2 -
7 1/16 5000 5 1/2 -
7 1/16 10.000 7 1/2 -
7 1/16 15.000 10 10
9 3000 7 1/2 -
9 5000 7 1/2 -
11 3000 8 1/2 10 3/4
11 5000 8 1/2 10 3/4
11 10.000 10 12 3/4
13 5/8 3000 10 14 1/4
13 5/8 5000 10 14 1/4
13 5/8 10.000 14 1/4 14 1/4
16 3/4 10.000 14 1/4 14 1/4
213
- Spesifikasi:
Tabel VI-6.
Spesifikasi Drilling Spool
Model Number FS28-70 FS35-70
Working Pressure (psi) 10,000 10,000
- Spesifikasi:
Tabel VI-7.
Spesifikasi Casing Head
Maximal
Casing head Dimension Weight
Diameter Variant
specifications diameter(mm) (Kg)
(mm)
260
T10 3/4x7-34.5 430x459 260
- Spesifikasi :
Tabel VI- 8.
Spesifikasi Choke Manifold
Rated Pressure 3000-15000 psi
Temperature Class PU
- Spesifikasi :
Tabel VI-9.
Spesifikasi Kill Line
Part Number Size Price List Number
13 5/8” - 5000 #
GK - 1350S 25 - 4500
Synthetic
Gambar :
- Spesifikasi :
Tabel VI-10.
Spesifikasi Mud-gas Separator
Type Tri – Flo Mud Gas Separator
Skid 14’ Long x 8’ x 8’
Vessel 4’ dia. x 12’
Weight 6000 lbs
223
- Spesifikasi :
Tabel VI-11.
Spesifikasi Flare
TYPE KAPASITAS
Separator gas flare 35,5 gal/sec
Flow line gas flare 21,8 gal/sec
225
6.3. PEMBAHASAN
BOP (Blowout Preventer) merupakan suatu komponen yang penting dalam
proses pemboran. Sistem pencegah semburan liar merupakan komponen utama dari
rig untuk mengendalikan suatu kick dari cairan dengan tekanan tinggi pada suatu
lapisan bawah permukaan yang memasuki lubang bor.
Tujuan dari praktikum BOP System ini adalah agar kita mengetahui dan
memahami alat-alat, fungsi, mekanisme yang ada pada BOP System, serta
bagaimana cara terjadi dan mengatasi Blowout.
Blowout preventer system memiliki fungsi utama yaitu untuk menutup
lubang bor ketika terjadi “kick”. Blowout merupakan suatu aliran yang tidak
terkendali dari suatu fluida formasi yang menuju permukaan tanah.
Blowout biasanya diawali dengan adanya “kick” yang merupakan intrusi
fluida bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat berkembang menjadi
blow out bila tidak segera diatasi. Sebelum blowout terjadi selalu didahului dengan
adanya kick, dimana tekanan hidrostatik lumpur yang tidak dapat diimbangi tekanan
formasi.
Tanda-tanda kick diawali dengan tekanan hidrostatis lebih kecil dari tekanan
formasi. Densitas lumpur juga turun karena tercampur dengan fluida formasi.
Volume lumpur naik sebab bercampurnya lumpur dengan fluida formasi.
Kecepatan lumpur bertambah karena tekanan hidrostatis lebih rendah dibanding
tekanan formasi. Stroke pompa juga ikut mengalami kenaikan. Gas bertambah atau
naik karena gas yang ada pada formasi ikut masuk kedalam lubang sumur. Cutting
pada shale shaker ikut bertambah karena adanya kerusakan formasi.
Cara mengatasi blowout ialah saat terjadi, accumulator menghidupkan
kontrol pada remote panel yang terletak pada rig floor, BOP stack langsung
menutup lubang bor. Choke line mengalirkan lumpur bor masuk ke mud and gas
separator. Setelah dipisahkan, gas berbahaya akibat kick dibakar di flare.
sedangkan kill line memompakan sumur dengan densitas yang lebih berat bertujuan
mematikan kick. Setelah sumur dapat dikendalikan dari kick, maka integritas sumur
perlu diperiksa kembali.
226
Perbedaan BOP pada onshore dan offshore yang pertama ialah pada
letaknya. Letak BOP di offshore ialah bisa diletakkan di dasar laut maupun di
permukaan laut Sedangkan untuk unsur diletakkan di bawah rig floor. Yang kedua,
pada offshore memiliki ukuran yang lebih besar karena lebih banyak stack dan valve
sebab untuk menahan tekanan yang lebih besar dibandingkan BOP di onshore.
Blowout prevention system terdiri dari dua sub komponen utama, yaitu BOP
stack dan accumulator serta Supporting System. Tanpa adanya system pencegah
semburan liar, pemboran terlalu berbahaya untuk dilakukan, sebab dapat
menyebabkan kecelakaan kerja yang besar jika terjadi blowout.
BOP stack ditempatkan pada kepala casing atau kepala sumur langsung
dibawah rotary table pada lantai bor. Berikut peralatan yang ada pada komponen
BOP stack beserta mekanismenya. Annular preventer yang mekanismenya terdapat
pada kepala sumur dibawah rotary table dan terdiri dari sejumlah valve (preventers)
yang dapat menutup lubang bor. Rubber packing menutup pipa untuk menutup
sumur. Pipe ram preventer dengan mekanisme menutup lubang annulus dengan
ukuran pipa tertentu. Jadi apabila terjadi kick, pipe ram preventer akan menutup
lubang bor sehingga kick dapat tertangani. Blind ram preventer memiliki
mekanisme Ketika terjadi kick, blind ram akan menutup lubang sumur. Sehingga
intrusi fluida formasi tidak dapat keluar ke permukaan. Shear ram preventer dengan
mekanisme memotong drill pipe dan menutup lubang bor seperti blind ram secara
manual atau otomatis. Drilling spool yang mekanismenya terletak diantara
preventers untuk tempat pemasangan choke line dan kill line. Ditempatkan
langsung di bawah table di lantai bor. Casing head dengan mekanisme do dala
casing head terdapat casing hanger sebagai tempat untuk menggantungkan
rangkaian casing yang terdapat di dalam lubang bor. Accumulator yang
mekanismenya menghidupkan control pada remote panel yang terletak di lantai bor
jika kick terjadi.
Berikut alat-alat yang ada pada supporting system beserta mekanismenya.
Choke manifold dengan mekanisme bila diaktifkan dapat membantu menjaga back
pressure dalam lubang bor. Kill line yang mekanismenya lumpur berat dipompakan
melalui kill line ke dalam lubang bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat
227
mengimbangi tekanan formasi yang telah berubah menjadi kick. Mud and gas
separator dengan mekanisme mud yang masih mengandung gas masuk ke dalam
mud gas separator dan mud dapat digunakan kembali. Sedangkan gas yang terpisah
bersifat berbahaya disalurkan melalui pipa dalam jarak aman. Flare yang
mekanismenya membakar gas berbahaya yang sudah dipisahkan mud gas
separator.
Perbedaan choke line dan kill line ialah pada choke line fungsinya
mengeluarkan lumpur hasil kick kemudian dialirkan ke mud gas separator dan
flare. Sedangkan kill line mengalirkan lumpur dengan densitas tinggi untuk
meredam kick.
Tekanan hidrostatik diperlukan dalam membuat pressure window graphic.
Rumus mencari tekanan hidrostatik sama dengan konstanta dengan besaran 0,052
dikali dengan densitas kemudian dikali dengan kedalaman vertikal sebenarnya
(TVD).
Setelah kick terjadi, sumur yang rusak sudah tidak bisa dipakai lagi. Tetapi
dapat dilanjut dengan pengeboran berarah. Cara mengetahui kondisi lubang bor
dapat dilakukan dengan logging.
IBOP (Inside Blow Out Preventer) merupakan valve yang berfungsi untuk
menahan pressure dari dalam string. dipasang pada drill string.
RBOP (Rotating Blow Out Preventer) Merupakan alat pencegah semburan
liar yang dipakai saat menggunakan metode underbalanced drilling.
Terdapat dua metode dalam menangani kick, yaitu dengan drillers method
dan engineers method. Untuk drillers method sendiri dilakukan dua kali proses
sirkulasi yakni sirkulasi pertama untuk mengeluarkan lumpur lama dan kick. Dan
sirkulasi yang kedua yakni melakukan proses penggantian lembur lama dengan
lumpur baru yang sudah dipersiapkan untuk menahan tekanan formasi. Sedangkan
engineers method hanya melakukan sekali sirkulasi yakni dengan membuang
lumpur lama dan fluida kick bersamaan dengan injeksi lumpur berat.
228
6.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Sistem pencegah semburan liar merupakan komponen utama dari rig
untuk mengendalikan kick dari cairan dengan tekanan tinggi.
2. Tujuan dari praktikum BOP system ini adalah agar kita mengetahui dan
memahami alat-alat, fungsi, mekanisme yang ada pada BOP System,
serta bagaimana cara terjadi dan mengatasi Blowout.
3. BOP system memiliki fungsi utama yaitu untuk menutup lubang bor
ketika terjadi kick.
4. Tanda-tanda kick, yaitu tekanan hidrostatis dan densitas lumpur turun
serta volume lumpur, kecepatan penembusan, stroke pompa, cutting pada
shale shaker, dan gas yang masuk bertambah.
5. Sistem BOP terdidi dari dua sub komponen, yaitu BOP stack dan
accumulator serta supporting system.
6. Perbedaan BOP pada onshore dan offshore ialah pada letak dan
ukurannya.
7. Tekanan hidrostatik diperlukan dalam membuat pressure window
graphic.
8. Sumur yang rusak akibat kick, tetap dapat dilanjut dengan directional
well drilling.
9. Terdapat dua metode dalam menangani kick, yaitu drillers method dan
engineers method.
BAB VII
SISTEM PENYEMENAN
(CEMENTING SYSTEM)
229
230
Spesifikasi casing:
1. Diameter: 26”, 20”, 13 3/8”, 9 5/8”, 7” dst.
2. Grade: p. 110, h. 40, j. 55, n. 80.
3. Panjang: 30 ft/stand
4. Berat: 23 lb/ft, 26 lb/ft, 29 lb/ft
5. Thread: 4 thread/inch. 60”
b. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing harus terletak
di tengah-tengah lubang, untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
Fungsi centralizer:
Menempatkan casing di tengah-tengah lubang
Menyekrap mud cake
Mencegah terjadinya differential sticking.
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu mendorong casing di
tengah-tengah lubang.
c. Scratchers
suatu alat yang dirangkaikan/dipasang pada casing dan berfungsi untuk
membersihkan dinding lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang
bor yang bersih.
Ada dua jenis scratchers:
1. Rotation type wall scratcher
2. Reciprecasing type scratcher
Pemasangan scratcher pada casing pada umumnya dilas, tetapi dewasa ini
dipasang dengan step collar atau clamps. Reciprecasing scratcher pada
umumnya dipasang pada interval 15-20 ft sepanjang daerah yang disusun,
sedang rotating scratcher pada zona produktif (porous).
d. Peralatan floating
Terdiri dari:
1. Shoe : casing shoe/guide shoe, float shoe
2. Collar : guide collar, float collar
232
e. Casing shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan pada ujung
terbawah dari rangkaian casing dan dalamnya tidak terdapat valve (katub).
Casing shoe berfungsi sebagai sepatu dan pemandu untuk memudahkan
pemasukan rangkaian casing (running casing), agar tidak terjadi sangkutan
pada dinding lubang bor, shoe ini dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi
(drillable).
f. Float shoe
Pada prinsipnya sama dengan casing shoe, hanya pada float shoe dilengkapi
dengan valve (katub), yang berfungsi untuk:
Mencegah aliran balik, mencegah blow out melalui casing pada
waktu casing diturunkan.
Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan selesai.
Memperkecil beban menara, pada drilling line dan casing itu sendiri
Jadi float ini hanya dapat mengalirkan semen/lumpur ke daerah saja (satu
arah). Float shoe ini dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi.
g. Guide collar
Merupakan suatu shock penahan yang dipasang beberapa meter di atas shoe,
berfungsi untuk menahan bottom plug dan top plug.
Dibuat dari bahan yang dapat dibor lagi (drillable).
Ada dua jenis collar:
o Guide collar: tidak dilengkapi valve, sehingga tidak dapat
menahan tekanan balik.
o Float collar: dilengkapi valve.
h. Shoe trach
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar sepanjang satu
batang atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus. Karena
ketinggian semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan
hidrostatik diluar dan didalam casing pada waktu memasukkan top plug.
Shoe trach berfungsi untuk menampung bubur semen yang bercampur udara
atau lumpur pendorong, agar tidak keluar annulus disekitar shoe.
233
i. Cementing plug
Bottom plug
Berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan
bubur semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing
dan memisahkan casing dari semen dan juga membersihkan mud film
didalam dinding casing, pada bottom plug terdapat membran yang pada
tekanan tertentu dapat pecah, sehingga semen akan mengalir keluar dan
terdorong ke annulus sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom
plug terbuat dari bahan karet, pada bagian luar dan cast alluminium pada
bagian dalamnya.
Top plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari
lumpur pendorong agar tidak terjadi kontaminasi, membersihkan sisa-sisa
semen dalam casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada
bagian bawahnya digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai
membrane (selaput tipis). Apabila top plug ini sudah duduk (sampai pada
bottom plug) dibawah, maka tekanan pemompaan akan naik secara tiba-
tiba (bumping pressure) dan pada saat itu pemompaan dihentikan.
7.1.3 Peralatan Pada Stage Cementing (Penyemenen Bertingkat)
7.1.3.1 Peralatan diatas permukaan
Pada stage cementing adalah sama dengan peralatan penyemenan
yang telah dibahas di muka (primary cementing).
7.1.3.2 Peralatan dibawah permukaan
a. Stage cementing collar
Berfungsi untuk melewatkan bubur semen setelah penyemenan
pertama dilakukan (primary cementing).
Penyemenan bertingkat dilakukan bila:
Sumur terlalu dalam
Formasi di atas dan di bawah zona yang disemen cukup kompak dan
cukup jauh.
234
Gambar 7.1.
Truck Mounted Cementing Unit
(http://www.jereh-pe.com)
236
- Spesifikasi :
Tabel Vll-1.
Spesifikasi Truck Mounted Cementing Unit
Max. WP psi
5070(35) 5800(40) 6236(43)
(MPa)
Max.
Displacement 418(1583) 433(1640) 555(2105)
gpm (L/min)
Overall
394x99x154
dimensions 379x99x142 378x99x146
in (mm)
Weight lb Fitted with Fitted with Fitted with VOLVO,
(Kg) VOLVO, Man, etc VOLVO, Man, etc Man, etc
Slurry mixing
Automatic Automatic Automatic
system
Detroit, cat, or Detroit, cat, or Detroit, cat, or
Power system
cummins engine cummins engine cummins engine
Allison Allison Allison
Transmission
HD4700OFS HD4700OFS HD4700OFS
Plunger 300 HP, 400 HP, 300 HP, 400 HP, 300 HP, 400 HP,
pump 600 HP 600 HP 600 HP
237
Gambar 7.2.
Skid Mounted Cementing Unit
(https://www.slb.com/ )
238
- Spesifikasi :
Tabel Vll-2.
Spesifikasi Skid Mounted Cementing Unit
Technical specification
Pump Unit Model PCS-421B
Max. Working Pressure 69MPa (w/ 3 3/4" fluid end)
Density range 1.3~2.5g/cm³
Auto control precision ±0.02 g/cm³
Mixing capacity 0.3~2.3m3/min
Working temperature -20OC ~ 50OC
Overall dimension (mm) 7400(L) x2500(W) x3265(H)
Net weight 20000kg
239
Gambar 7.3.
Marine Cementing Unit
(http://www.epmag.com)
240
- Spesifikasi :
Tabel Vll-3.
Spesifikasi Marine Cementing Unit
Gambar 7.4.
Cementing Head
(https://zschinajixie.en.made-in-china.com)
242
- Spesifikasi :
Tabel Vll-4.
Cementing Head
ID of Plug Container
Φ125 Φ175 Φ225 Φ250 Φ320 Φ 320
(mm)
Length of Plug
400 450 550 550 600 600
Container (mm)
Working Pressure
35.50 35.50 35.50 35.50 35 21
(Mpa)
ID of Plug Container
ø125 ø 150 ø 160 ø 175 ø 225 ø 250
(mm)
Length of Plug
400 450 450 450 550 550
Container (mm)
Working Pressure
35.50 35.50 35.50 35.50 35 35
(Mpa)
243
Gambar 7.5.
Cement Tank
(http://www.pnwgroup.com)
244
- Spesifikasi :
Tabel Vll-5.
Cement Tank
Volume 20-69M3
2 and 3 axles.
Axles More than 1 M3/minute discharge speed.
We can supply powder semi-trailer and truck
Model WL9400GSN
Standard ISO9001
Productivity 10000units/year
245
Gambar 7.6.
Top Plug
(https://downholeproducts.en.made-in-china.com)
246
- Spesifikasi :
Tabel Vll-6.
Spesifikasi Top Plug
Wiper Fin
Casing Casing Weight Range Working Working Burst
OD
Size(in) Temperature Pressure Pressure
mm in mm in
9.50-
4 1/2" 14.14-17.26 110 4.331
11.60
11.50-
5" 17.11-35.86 122 4.803
24.10
14.00-
5 1/2" 20.83-39.88 135 5.315
26.80
-30ºC to 150ºC ≥15MP
17.00-
7" 25.30-56.55 170 6.693
38.00
1MP-2MP
24.00-
7 5/8" 35.72-63.69 185 7.283
42.00
36.00-
9 5/8" 53.57-79.62 235 9.252
53.50
48.00-
13 3/8" 71.43-107.15 333 13.11
72.00
-30ºC to 150ºC ≥10MP
139.89- 94.00-
20" 498 19.606
197.93 133.00
247
Gambar 7.7.
Bottom Plug
(https://upetgroup.en.made-in-china.com)
248
- Spesifikasi :
Tabel Vll-7.
Spesifikasi Bottom Plug
Wiper Fin
Casing Casing Weight Range Working Working Burst
OD
Size(in) Temperature Pressure Pressure
mm in mm in
14.14- 9.50-
4 1/2" 110 4.331
17.26 11.60
17.11- 11.50-
5" 122 4.803
35.86 24.10
20.83- 14.00-
5 1/2" 135 5.315
39.88 26.80 -30ºC to
≥15MP
25.30- 17.00- 150ºC
7" 170 6.693
56.55 38.00 1MP-
35.72- 24.00- 2MP
7 5/8" 185 7.283
63.69 42.00
53.57- 36.00-
9 5/8" 235 9.252
79.62 53.50
71.43- 48.00-
13 3/8" 333 13.11
107.15 72.00 -30ºC to
≥10MP
139.89- 94.00- 150ºC
20" 498 19.606
197.93 133.00
249
Gambar 7.8.
Jet Mixer
(http://www.jetaerators.com/photos/EJM-24JetSSLarge.jpg)
250
- Spesifikasi :
Tabel Vll-8.
Spesifikasi Jet Mixer
Part
Description Slot Size
Number
412-0000 Rotary Style Mixing Bowl #1 2.000 x 0.125
Hopper For Rotary Style
412-1000 #2 2.000 x 0.188
Mixing System
Aluminum Hopper For
412-1000A #3 2.000 x 0.250
Rotary Style Mixing System
412-2001 Stainless Steel Rotary Jet #4 2.000 x 0.313
-
251
Gambar 7.9.
Hopper
(https://www.west-petro.com)
252
- Spesifikasi :
Tabel Vll-9.
Spesifikasi Hopper
Mix
Inlet Inlet Hopper Inlet Outlet Jet Dimension
Type Pump Weight
Flow Head diameter diameter diameter Speed L*W*H
(kg) Power (kg)
(m3/h) (m) (mm) (mm) (mm) (m/s) (mm)
(kw)
ZHP 1518*780*7
180 >31m 708 125 150 45 55 185
150 80
ZHP
1518*780*7
150- 180 >31m 708 150 150 45 55 18/5
80
5
253
Gambar 7.10.
Flow Line
(https://upetgroup.en.made-in-china.com)
254
- Spesifikasi :
Tabel VIl-10.
Spesifikasi Flow Line
Product Name Flow Line Straight Pipe
Color Customization
Standard API
Connection Hammer union
Pressure 2000PSI -15000PSI
Size 2",3",4"
Length 1m-5m
255
Gambar 7.11.
Casing
(http://oke.ordercom)
256
- Spesifikasi :
Tabel Vll-11.
Spesifikasi Casing
Outer
Wall Thickness
Diameter Grade Thread Length
in mm kg/m lb/ft
Gambar 7.12.
Centralizer
(http:// www. upetrom.1mai.com)
259
- Spesifikasi :
Tabel Vll-12.
Spesifikasi Centralizer
Casing Size Hole Size Max O.D.
in. in. mm in.
13-3/8 17-1/2 470 18.504
12-3/4 17- 1/2 466 18.346
10-3/4 12-1/4 370 14.567
9-5/8 12-1/4 375 14.764
7-5/8 9-7/8 273 10.748
7 8-1/2 252 9.921
6-5/8 8-1/2 245 9.646
5-1/2 8-1/2 256 10,079
5 6-1/2 190 7.48
4-1/2 6 181 7.126
260
Gambar 7.13.
Scratchers
(http:// www.zs-oilfieldequip.com)
261
- Spesifikasi :
Tabel Vll-13.
Spesifikasi Scratchers
5-1/2" x 8-
142-148 3-5 650±50 225±5 5
1/2"
7" x 9-5/8" 181-186 3-5 650±50 255±5 6
7" x 8-1/2" 181-186 3-5 650±50 235±5 6
8-5/8 x 12-
223-228 3-5 650±50 330±5 8
1/4"
9-5/8 x 12-
250-255 3-5 650±50 330±5 8
1/4"
10-3/4 x 12-
274-276 3-5 650±50 330±5 9
1/4"
13-3/8"x17-
342-347 3-5 650±50 450±5 11
1/2"
18-5/8"x24" 475-477 3-5 600±50 610±5 12
20"x26" 509-511 3-5 600±50 660±5 12
262
Gambar 7.14.
Collar
(http:// www.kinglandpetro.com)
263
- Spesifikasi :
Tabel Vll-14.
Spesifikasi Collar
Specifications, (in) 5 1/2" 7" 9 5/8" 13 3/8"
Max O.D., mm Φ170 Φ208 Φ283 Φ381
Drill-out I.D., mm Φ122 Φ155 Φ220 Φ315
Overall Length, mm 1082 1182 1222 1280
Rated Load, t 140 170 210 300
Sealing capacity, MPa 25 25 25 25
Opening Pressure, MPa 13 13 13 14
Closing Pressure, MPa 5 5 5 5
Gambar 7.15.
Casing Shoe
(http://indiamart.com)
265
- Spesifikasi :
Tabel Vll-15.
Spesifikasi Casing Shoe
Impregnated Diamond
Type: Size: BW
Core Bits
Matrix
Crown Height: 6mm 8mm 10mm S6~S10
Hardness:
Brand: China Geo-Equip Tech HS Code: 820719
Pass Through
Diamond,High
Use: Overburden. Material:
Carbon Steel
Unfriendly Formation
Diamond Core
Mining Exploration, Drill,diamond
Product
Application: Wireline Drilling, Tools for
Name:
Geotechnical Drilling exploration
Coring Bit
Gambar 7.16.
Stage Collar
(https://www.greenenergyoilfieldservices.com/)
267
- Spesifikasi :
Tabel Vll-16.
Spesifikasi Stage Collar
Specifications, (in) 5 1/2" 7" 9 5/8" 13 3/8"
Max OD, mm Φ170 Φ208 Φ283 Φ381
Drill-out ID, mm Φ122 Φ155 Φ220 Φ315
Overall Length, mm 1082 1182 1222 1280
Rated Load, t 140 170 210 300
Sealing capacity, MPa 25 25 25 25
Opening Pressure, MPa 13 13 13 14
Closing Pressure, MPa 5 5 5 5
Lower Sliding Sleeve ID, mm Φ85 Φ115 Φ176 Φ203
Upper Sliding Sleeve ID, mm Φ95 Φ125 Φ197 Φ285
268
Gambar 7.17.
Float Collar
(https://zschinajixie.en.made-in-china.com/)
269
- Spesifikasi :
Tabel Vll.17.
Spesifikasi Float Collar
Bore OD
Size (in) Bore ID (in) Thread Type
(in)
Gambar 7.18.
Cement Basket
(http://www.alibaba.com)
271
- Spesifikasi :
Tabel Vll-18.
Spesifikasi Cement Basket
Total
Casing size No. of Bows Basket O.D. Min. Hole Size
Length
4 -1/2'' 10 24 1/2'' 12 1/2'' 6''
5'' 10 24 1/2'' 13'' 6''
5 - 1/2'' 12 24 - 1/2'' 13 - 1/2'' 7 - 1/4''
6 - 5/8'' 12 24 - 1/2'' 14 - 5/8'' 8 - 3/8''
7'' 14 24 - 1/2'' 15'' 8 - 3/8''
7 - 5/8'' 14 24 - 1/2'' 15 - 5/8'' 9 - 1/2''
8 - 5/8'' 16 24 - 1/2'' 16 - 5/8'' 10 - 5/8''
9 - 5/8'' 18 24 - 1/2'' 17 - 5/8'' 11 - 5/8''
10 - 3/4'' 18 24 - 1/2'' 18 - 3/4'' 12 - 3/4''
11 - 3/4'' 20 24 - 1/2'' 19 - 3/4'' 13 - 3/4''
11 - 3/8'' 24 24 - 1/2'' 21 - 3/8'' 15 - 1/2''
16'' 28 24 - 1/2'' 24'' 18''
18 - 5/8'' 34 24 - 1/2'' 26 - 5/8'' 20 - 5/8'
272
Gambar 7.19.
Differential Fill Shoe
(http://www.zs-oilfieldequip.com/d/file/products/float-
equipments/auto-fill-cement-float-shoe20151026.jpg)
273
- Spesifikasi :
Tabel Vll-19.
Spesifikasi Differential Fill Shoe
Type Casing Size OD Length Connection
Gambar 7.20.
Float Shoe
(http:// www.casingequipment.com)
275
- Spesifikasi :
Tabel Vll-20.
Spesifikasi Float Shoe
Bore OD
Size (in) Bore ID (in) Thread Type
(in)
7.3. PEMBAHASAN
Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu factor yang penting dalam
suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran, diantaranya
adalah tergantung dari berhasil tidaknya penyemenan sumur tersebut.
Penyemenan bertujun untuk melekatkan casing ke dinding sumur, melindungi
casing ada masalah-masalah mekanis dan fluida formasi yang bersifat korosif, serta
untuk memisahkan zona yang satu dengan zona yang lain dibelakang casing.
Tujuan dari praktikum cementing system ialah untuk mengetahui dan
memehami alat-alat, fungsi, dan mekanisme peralatan cementing system serta
mengetahui jenis cementing system.
Pekerjaan penyemenan pada sumur minyak dan gas bumi dibagi menjadi
dua jenis, yang pertama adalah primary cementing dan yang kedua adalah
secondary cementing. Primary Cementing atau penyemenan sumur awal adalah
pekerjaan penyemenan yang dilakukan pada saat operasi pengeboran sedang
berlangsung dan merupakan bagian dari pekerjaan pengeboran tersebut. Sedangkan
secondary cementing adalah pekerjaan penyemenan yang dilakukan setelah sumur
tersebut diproduksikan atau proses penyemenan yang dilakukan apabila
pengeboran gagal mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi uang
diperforasi.
Berdasarkan tujuannya ada beberapa macam cementing, yaitu primary
cementing, secondary cementing, re-cementing, squeeze cementing dan plug back
cementing. Cementing bertingkat juga dapat dilakukan apabila sumur terlalu dalam,
formasi di atas dan di bawah zona yang disemen cukup kompak dan cukup jauh,
dan menghindari tekanan pompa yang berlebihan, sehingga dapat mengurangi
biaya.
Pada primary cementing terdapat beberapa jenis penyemenan, yaitu
penyemenan conductor casing yang bertujuan mencegah kontaminasi fluida
pemboran ke tanah. Penyemenan surface casing dengan tujuan melindungi air tanah
dari fluida pemboran. Penyemenan intermediate casing bertujuan menutup tekanan
formasi abnormal. Penyemenan production casing bertujuan mencegah terjadinya
aliran antara farmasi dan mencegah terjadinya korosi pada casing.
277
Mendorong lumpur di dalam casing dan dengan pecahnya membran maka semen
akan mengalir keluar dan terdorong ke annulus.
Jika primary cementing sudah berhasil, dapat dilanjutkan dengan re-
cementing yang bertujuan untuk menyempurnakan dan memperluas perlindungan
casing.
Penyemenan bertingkat atau multiple stage cementing dilakukan jika sumur
terlalu dalam, formasi di atas dan di bawah zona yang di Semen cukup kompak dan
jauh, serta menghindari tekanan pompa yang berlebihan.
Untuk mengetahui semen sudah padat secara merata atau belum, dapat
dilakukan pressure test yang nanti hasilnya akan dianalisa. Apabila ada kebocoran
atau problem lainnya maka akan muncul anomali pada pembacaan pressure test.
Cement bond log merupakan suatu alat logging yang digunakan untuk
mengetahui kualitas dari kegiatan penyemenan yang sudah dilakukan.
280
7.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Penyemenan suatu sumur merupakan satu factor yang penting dalam
suatu operasi pemboran.
2. Penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing ke dinding sumur,
melindungi casing ada masalah-masalah mekanis dan fluida formasi
yang bersifat korosif, serta untuk memisahkan zona yang satu dengan
zona yang lain dibelakang casing.
3. Tujuan dari praktikum cementing system ialah untuk mengetahui dan
memehami alat-alat, fungsi, dan mekanisme peralatan cementing system
serta mengetahui jenis cementing system.
4. Berdasarkan tujuannya cementing system dibagi dua, yaitu primary
cementing dan secondary cementing.
5. Syarat-syarat semen dalam memenuhi fungsinya, yaitu semen harus
mempunyai kekuatan yang cukup besar, memiliki daya ikat casing
dengan formasi yang cukup baik, tidak boleh terkontaminasi fluida
formasi atau fluida pemboran, serta semen harus impermeable.
6. Pada directional well drilling menggunakan penyemenan dengan metode
casing while drilling.
7. Peralatan penyemenan dibagi menjadi dua bagian, yaitu peralatan
surface dan subsurface.
8. Jika primary cementing sudah berhasil, dapat dilanjutkan dengan re-
cementing yang bertujuan untuk menyempurnakan dan memperluas
perlindungan casing.
BAB VIII
SISTEM PERALATAN PENUNJANG YANG LAIN
281
282
Gambar 8.1.
Fishing Magnet
(Sumber: https://www.indiamart.com/)
286
- Spesifikasi :
Tabel VIII.1.
Spesifikasi Fishing Magnet
5 3/8” 4” 4 ½” 5” 5 ½” 10” 10½”
Magnet
CHM CHM CHM CHM CHM CHM CHM
diameter
Serial number 3375 4000 4500 5000 5500 1000 1050
Gambar 8.2.
Drilling Jar
(Sumber: https://www.nov.com/)
288
- Spesifikasi :
Tabel VIII.2.
Spesifikasi Drilling Jar
Tool Approx. Piston dia. Mandrel
Threading
O..D, (in) Wt.(lb) (in) Bore (in)
2 7/8 API
3.500 235 2.125 1.250
Reg
2 7/8 API
3.750 260 2.125 1.250
Reg
2 7/8 API
4.000 290 2.125 1.250
Reg
3 ½ API
4.125 305 2.500 1.500
Reg
3 ½ API
4.250 320 2.500 1.500
Reg
3 ½ API
4.500 350 2.500 1.500
Reg
4.750 385 3.000 2.000 4 API FH
5.000 420 3.000 2.000 4 API FH
5.250 460 3.000 2.000 4 API FH
5.500 500 3.000 2.000 4 API FH
4 ½ API
5.750 590 3.875 2.250
FH
4 ½ API
6.000 635 3.875 2.250
FH
289
Gambar 8.3.
Die Collar
(Sumber: http://wppetroleum.com/)
290
- Spesifikasi :
Tabel VIII.3.
Spesifikasi Die Collar
Nominal Size 3/4 Pipe 1 Pipe 1 1 1/4 2 3/8 2 3/8
Upset Pipe Pipe Upset
To Catch 1.050 1.315 1.469 1.660 2 3/8 2 21/32
Total Length 8 17 15 12 24 24
Outside 1.660 1 1 2 5/16 3 7/16 3 11/16
Diameter 13/16 29/32
Small Wicker 7/8. 1 1 1/8 1 3/8 1 3/4 2
Diameter
Large Wicker 1 3/16 1 1/2 1 5/8 1 7/8 2 9/16 2 13/16
Diameter
Gotco* Part DC-1 DC-2 DC-3 DC-4 DC-5 DC-6
No.
291
Gambar 8.4.
Taper Tap
(Sumber: https://millsmachine.com/)
292
- Spesifikasi :
Tabel VIII.4.
Spesifikasi Taper Tap
2 3/8 2 3/8 2 7/8 3 1/2 3 1/2
Top Connection
Reg If Reg If Reg
Overall length
24 24 24 24 30
(inch)
Dia. smaller wicker
5/8 3/8 7/8 1 3/4 1
(inch)
Dia. largest wicker
1 5/8 2 3/8 1 7/8 2 3/4 2 1/2
(inch)
Weight (lbs) 25 33 40 42 58
293
Gambar 8.5.
Grapple Releasing Spear
(Sumber: https://www.gaofeng-petro.com/)
294
- Spesifikasi :
Tabel VIII.5.
Spesifikasi Grapple Releasing Spear
Nut Allowed
Mandrel Cacth Size Thread
Model Dia. Loan
OD(mm) (mm) Connection
(mm) (KN)
LM-T60 86 50~54 48 NC26, 2-3/8” IF 270
LM-T73 95 55~62 52 NC26, 2-3/8” IF 380
LM-T89 105 62~78 58 NC31, 3-1/2” IF 650
LM-T102 127 84~102 75 NC38, 3-1/2” IF 800
LM-T114 127 92~102 85 NC38, 3-1/2” IF 1000
LM-T127 159 100~115 95 NC50, 4-1/2” IF 1300
LM-T140 159 112~140 102 NC50, 4-1/2” IF 1500
LM-T168 159 140~156 135 NC50, 4-1/2” IF 2200
LM-T178 159 150~165 144 NC50, 4-1/2” IF 2200
LM-T194 159 168~180 160 NC50, 4-1/2” IF 2300
LM-T219 159 190~206 180 NC50, 4-1/2” IF 2300
LM-T245 203 215~230 210 6-5/8” REG 2500
LM-T273 203 240~260 210 6-5/8” REG 2500
LM-T340 203 300~325 210 6-5/8” REG 2500
295
Gambar 8.6.
Wireline Spear
(Sumber: http://npprtt.com/)
296
- Spesifikasi :
Tabel VIII.6.
Spesifikasi Wireline Spear
Hole size 1 5/8-2 2 3/8-3
1¼ 2-2 1/2
1/4 ¼
Size OD 1 1 1/4 1 1/2 1¾
Top connection-pin 5/8 11 NC 5/8 SR 5/8 SR ¾ SR
Approx. foil in lbs 05-Jul 08-Okt Nop-14 15-20
Part no. 32060 32080 32100 32120
weight 1 1 1/2 3 1/4 5
297
Gambar 8.7.
Junk Basket
(Sumber: http://www.drillingformulas.com/)
298
- Spesifikasi :
Tabel VIII.7.
Spesifikasi Junk Basket
Part. No Connection
TB – 3035 2 3/8 reg
– 3131 2 3/8 reg
– 3640 2 7/8
– 4245 3½
– 4247 3½
– 4250 3½
– 5766 4½
– 6072 4½
– 6075 6 5/8
– 7782 6 5/8
– 7792 6 5/8
– 7795 6 5/8
– 7796 6 5/8
– 90107 7 5/8
299
Gambar 8.8.
Wash Overpipe
(Sumber: http://www.botta-equipment.com/)
300
- Spesifikasi :
Tabel VIII.8.
Spesifikasi Wash Overpipe
Tool
Max.
Wash over Joint Washover Min. ID Approximat
OD of Length
Pipe Size Size Pipe of Tool e Weight
Tool (inches)
(inches) (inche Thread (inches) (lbs.)
(inches)
s)
2 7/8
5 3/8 To Order 5 3/8 2 1/8 36 117
API IF
3 1/2
5 3/4 To Order 5¾ 2 11/16 36 119
API IF
4 1/2
7 API To Order 7 3/8 3 39 1/2 239
FH
4 1/2
7 3/8 API To Order 7½ 3 39 1/2 248
FH
4 1/2
7 5/8 To Order 8 3 3/4 41 5/8 257
API IF
4 1/2
8 To Order 8 1/8 3 3/4 40 5/8 262
API IF
4 1/2
8 1/8 To Order 8¼ 3 41 292
API IF
5 1/2
8 5/8 API To Order 8¾ 2 3/4 41 1/2 366
Reg.
5 1/2
9 API To Order 9 3/8 2 3/4 41 1/2 421
Reg.
6 5/8
9 5/8 API To Order 10 1/8 2 3/4 41 1/2 501
Reg.
6 5/8
10 3/4 API To Order 11 ¼ 3 1/2 46 3/4 636
Reg.
6 5/8
11 3/4 API To Order 12 3 1/2 46 1/2 689
Reg.
301
Gambar 8.9.
Milling Tool
(Sumber: https://fractory.com/)
302
- Spesifikasi :
Tabel VIII.9.
Spesifikasi Milling Tool
Type Outside size(mm) Connection Casing Size
ZXZ114 114*1000 NC31 5 1/2"
ZXZ116 116*1000 NC31 5 1/2"
ZXZ118 118*1000 NC31 5 1/2"
ZXZ120 120*1000 NC31 5 1/2"
ZXZ144 144*1200 NC38 7"
ZXZ154 154*1200 NC38 7"
ZXZ158 158*1200 NC38 7"
303
Gambar 8.10.
Taper Mill
(Sumber: https://www.ardyne.co/)
304
- Spesifikasi :
Tabel VIII.10.
Spesifikasi Taper Mill
2 7/8 3½
Top connection 2 3/8 reg 3 2/8 if 3 ½ if
reg reg
03- 07-
Dia. Smaller wicker inch 05-Agust 1 3/4 1
Agust Agust
Weight lbs 25 33 40 42 58
305
Gambar 8.11.
Casing Scrapers
(Sumber: http://www.botta-equipment.com/)
306
- Spesifikasi :
Tabel VIII.11.
Spesifikasi Casing Scrapers
Max O.D. Of Min O.D. Of
Casing
Type Blade Strech Blade Strech Out Connection
Size
Out (mm) (mm)
Gambar 8.12.
Overshot
(Sumber: http://tankeroilwell.com/)
308
- Spesifikasi :
Tabel VIII.12.
Spesifikasi Overshot
Max catch barked only 7/8 1 1 1/4 1 3/8
Standart top
5/8 ROD 5/8 ROD 5/8 ROD 5/8 ROD
connection
Gambar 8.13.
Safety Joint
(Sumber: https://www.slb.com/)
310
- Spesifikasi :
Tabel VIII-13.
Spesifikasi Safety Joint
Std. Thd. Spec. (box up & pin
Nom. OD Nom. ID
down)
Size
In. In. In.
mm Mm mm
2.22 1.53 1.900 NU 10RD
1.900
56,39 38,86 48,26
2.88 2.00 2-3/8 EU 8RD
2-3/8
73,15 50,80 60,33
3.69 2.44 2-7/8 EU 8 RD
2-7/8
93,73 61,98 73.03
4.50 2.98 3-1/2 EU 8 RD
3-1/2
114,30 75,69 88,90
311
Gambar 8.14.
Junk Sub
(Sumber: https://www.indiamart.com/)
312
- Spesifikasi :
Tabel VIII-14.
Spesifikasi Junk Sub
Type Bearing Back Pressure Thread (API)
FG178(7”) 25Mpa 7”
FX178(7”) 25Mpa 7”
Gambar 8.15.
Combination Mill
(Sumber: http:// www.geogem.co.uk/)
314
- Spesifikasi :
Tabel VIII.15.
Spesifikasi Combination Mill
1–1 1 5/8 – 2–2 2 3/8 – 2¾-3 3–3
Hole Size
1/4 5 1/2 3/4 3 1/4 5/8 3/4
75 -
Approx. Pull, lb 5-7 8 - 10 11 - 14 15 - 20 25 - 75
125
Gotco Assembly FM - 1 FM - 2 FM - 3 FM - 4 FM - 5 FM - 6
315
8.3. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalah membahas tentang sistem peralatan
penunjang lainnya. Dalam kegiatan operasi pemboran, adanya sistem peralatan
penunjang yang lain berfungsi untuk menunjang atau membantu kegiatan operasi
pemboran agar dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Dalam operasi pemboran terdapat beberapa kunci, yaitu kunci Wilson,
power tongs, kunci-kunci rantai, tali henep, serta casing hanger yang berfungsi
menggantungkan seluruh rangkaian casing yang berada pada lubang bor dan untuk
fondasi dari BOP Stack.
Selain itu, dalam operasi pemboran juga terdapat operasi pemancingan
untuk mengambil benda-benda atau alat-alat pemboran yang terjatuh ke dalam
sumur. Tujuan operasi pemancingan (fishing), yaitu mengambil kembali benda-
benda kecil yang tidak dapat dibor dari dalam lubang bor, mengambilan bagian dari
drill string yang tertinggal di dalam lubang bor akibat “twist off” (patah terpelintir),
dan membebaskan (freeing) drill string yang terjepit didalam lubang bor.
Benda-benda yang dipancing dalam lubang bor biasa disebut “fish”. Benda-
benda tersebut biasanya berupa patahan-patahan mata bor, benda-benda kecil dan
peralatan yang tidak sengaja jatuh ke dalam lubang. Alat yang jatuh harus segera
diambil sebab semakin lama akan semakin sulit karena cutiing dan mud cake, dll.
Kerugian dalam pekerjaan ini adalah rig timernya semkain panjang akan
menambah biaya pemboran.
Kejadian ini tidak jarang terjadi pada operasi pemboran oleh karena itu
harus selalu hati-hati dan selalu mengontrol peralatan misalnya bit yang sudah
tumpul harus segera diganti dan WOB yang tidak terlalu besar yang mengakibatkan
drill string patah. Apabila fish tidak dapat diambil maka harus diadakan pemboran
side tracking drilling dan lubang tidak dapat diteruskan lagi.
Dalam melaksanakan operasi pemancingan juga dibantu oleh alat Fishing
Tools. Fishing Tools terdiri dari beberapa jenis yaitu alat pemancing dari dalam
(Internal catch), Alat pancing dari dalam (External catch), Alat pemukul/pengerak-
gerak, Alat keselamatan rangkaian, Alat pancing benda-benda kecil, Alat untuk
meratakan fish, serta Alat pelengkap pancingan yang lain.
316
8.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Sistem peralatan penunjang sangat penitng pada operasi pemboran,
apabila tidak maka operasi pemboran tidak dapat berjalan sesuai yang
diharapkan.
2. Dalam operasi pemboran juga terdapat operasi pemancingan (Fishing).
3. Tujuan fishing antara lain mengambil benda-benda kecil di dalam lubang
sumur, mengambil bagian drill string yang tertinggal akibat twist off, dan
membebaskan drill string yang terjepit dalam lubang sumur.
4. Fsihing harus diperkirakan dan dihitung secara matang guna
menghindari kegagalan, sebab kegagalan fishing sangat riskan untuk
operasi pemboran.
5. Permasalahan dalam fishing, terdiri dari benda-benda kecil yang tidak
dapat dibor, twist off (patah terpelintir), stuck pipe (pipa terjepit), dsb.
6. Terdapat dua cara mengatasi pipe stuck, yaitu dengan cara pemisahan dan
cara pencabutan.
7. Letak fish selalu berada di dasar sumur, kecuali seperti pipe stuck.
Apabila ingin mengetahui letak titik jepit dalam mengambil fish
digunakan alat bernama free point indicator.
8. Diusahakan tidak ada kegiatan fishing, karena fishing memakan banyak
waktu yng dapat menyebabkan biaya operasional membesar. Fishing
sendiri termasuk ke dalam kegiatan non-productive time.
9. Pipe Stuck dapat terjadi karena problem, seperti caving, differential
pressure sticking, dan mechanical sticking.
BAB IX
SISTEM PERALATAN PEMBORAN LEPAS PANTAI
319
320
Hingga tahun 1974 kedalaman laut maksimum dapat dicapai adalah 350
ft. Jack-up cukup stabil, tidak terpengaruh oleh cuaca, arus dan ombak. Semua
peralatan dan material berada di atas kapal atau platform. Operasi pemboran seperti
di atas darat. Pada pemboran pengembangan biasanya sebelum pemboran dimulai,
terlebuh dahulu dipasang jacket, kemudian dipasang konduktor dan ditumbuk
hingga beberapa meter masuk ke dasar laut. Pada pemboran eksplorasi, biasanya
digunakan mudline suspension, dan dari mudline suspension casing disambungkan
ke atas sampai ke platform. Casing head dan BOP dipasang pada platform.
Penyelesaian sumur dapat dengan chrismast tree di dasar laut atau di atas platform.
9.1.2.2. Floating Platform
Tidak mempunyai “kaki”, sehingga perlu alat khusus untuk menjaga
posisinya agar tetap stabil dan mengapung.
9.1.2.2.1. Semi-Submersible
Semi-submersible berbentuk seperti kapal dan pada umumnya tidak
mempunyai propeller sendiri sehingga untuk menuju lokasi harus ditarik kapal
tunda. Karena sifatnya mengapung (floating), sehingga sangat dipengaruhi oleh alur
ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut harus dijangkar.
Sistem penjangkaran ada dua macam, yaitu:
1. Convention Mooring System
2. Dynamic Positioning
BOP dipasang di dasar laut (subsea BOP stack)
Untuk penyelesaian sumur dapat dilakukan :
1. Dengan christmast tree pada platform, tetapi terlebih dahulu harus dipasang
jacket. Casing disambung sampai permukaan, kemudian dipasang convention
well head.
2. Dengan christmast tree di dasar laut (subsea BOP stack).
9.1.2.2.2. Drill ship
Drill ship merupakan bentuk kapal sepenuhnya dan dilengkapi dengan
propeller sendiri. Karena sifatnya mengapung, sehingga sangat dipengaruhi oleh
arus, ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut harus dijangkar
322
seperti pada semi-submersible. BOP dipasang di dasar laut dan untuk penyelesaian
sumur dapat dilakukan:
1. Christmast tree didasar laut
2. Christmast tree pada platform
9.1.3. PERALATAN–PERALATAN KHUSUS
Peralatan-peralatan khusus yang ada pada platform dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Peralatan khusus pada jack-up
Mudline suspension system
2. Peralatan khusus pada floating rig
Subsea BOP stack
Control System dan Accumulator
Riser System
Well head
Motion compensator
9.1.3.1. Subsea BOP Stack
Biasanya dipakai dengan jumlah yang lebih banyak dari pada di darat,
dengan maksud untuk safety serta agar tidak memerlukan penggantian ram pada
saat menurunkan casing. Ukuran serta pressure rating dinaikkan dan perlu
diperhitungkan kedalaman laut (tekanan hidrostatik air).
BOP lebih banyak, berarti lebih banyak fluida untuk buka atau tutup serta
lebih besar pressure drop pada flowline dan hal ini perlu diperhitungkan pada
proses well control. Untuk menghindari pressure drop pada flowline, biasanya
cairan/minyak untuk pengoperasian BOP tidak kembali ke tanki, tetapi langsung di
buang kelaut.
Susunan kill line dan choke manifold tidak sama dengan di darat. Kill line
dan choke manifold yang panjang, serta laut yang dalam berpengaruh pada operasi
dan prosedur well control.
323
Pada riser juga sering dipasang tabung pengapung (buoyancy can) untuk
mengurangi berat riser didalam air.
2. Slip joint
Slip joint dipasang pada bagian teratas dari riser pipe, terdiri dari inner
barrel, dimana di atasnya sering dipasang deverter dan digantung pada kapal
dengan bantuan riser tensiduer. Diatas riser di bawah slip joint juga sering
dipasang ball joint.
3. Ball Joint
Ball joint dipasang dibawah riser, di atas BOP stack, berfungsi untuk
menghilangkan stress pada pipe riser. Ball joint kedua juga sering dipasang
dibawah slip joint.
4. Hydraulic Connector
Hydraulic connector berfungsi untuk menyambungkan casing head
atau well head dengan BOP stack dan BOP stack dengan riser system.
Hydraulic connector dioperasikan dari permukaan secara hidraulis.
9.1.3.4. Well head
Sebagai pengganti well head dipakai serangkaian casing untuk masing-
masing casing. Masing-masing casing head mempunyai “HUG” yaitu tempat
untuk memasang hydraulic connector dan mempunyai ulir kiri untuk menyambung
dengan running tool pada saat menurunkan casing dan juga penyemenan.
9.1.3.5. Motion compensator
Kapal bergerak vertikal secara terus menerus, karena ombak maupun pasang
surut. Pada bagian bawah atau pahat, gerakan ini harus dinetralisir agar berat badan
pada pahat (WOB) konstan.
Untuk maksud tersebut maka dipakai motion compensator atau heave
compensator. Jadi travelling block dengan seluruh beban tetap tinggal ditempat,
meskipun kapal bergerak naik turun.
325
Gambar 9.1.
Platform Tiang Pancang
(Sumber: http:// captainsvoyage-forum.com/828383/upload.jpg)
327
- Spesifikasi :
Tabel IX-1.
Spesifikasi Platform Tiang Pancang
Clear Height Base Static Hook Capacity
Feet Meters Ft M Lbs M.T
147 44,8 30 =30 9,14 x 9,14 600000 272
147 44,8 30 =30 9,14 x 9,14 714000 324
147 44,8 30 =30 9,14 x 9,14 825000 374
147 44,8 30 =30 9,14 x 9,14 1044000 474
147 44,8 30 =30 9,14 x 9,14
147 44,8 30 =30 9,14 x 9,14
328
Gambar 9.2.
Gravity Platform
(Sumber: https://oilandgasmanagement.net/offshore-platform/)
329
- Spesifikasi :
Tabel IX.2.
Spesifikasi Gravity Platform
Max hook load 1,450,000 ft
Max. wind
Survival Drilling
Gambar 9.3.
Guyed Wire Platform
(Sumber: clearvacinternational.com/upload/8228282/platform.gif)
331
- Spesifikasi :
Tabel IX.3.
Spesifikasi Guyed Wire Platform
Max hook load 1,550,000 ft
Max. wind
Survival Drilling
Gambar 9.4.
Tension Leg Platform
(Sumber: www.technipfmc.com)
333
- Spesifikasi :
Tabel IX.4.
Spesifikasi Tension Leg Platform
Payload 16,830 kips
Hull weight 12,280 kips
Hull Primary Structure 10,420 kips
Displacement 52,800 kips
Column Diameter 84 ft
Draft 104 ft
Pontoon Radius 179 ft
Pontoon Height at column 42 ft
Pontoon Height at Tip 27 ft
Column Height 125 ft
Deck Freebord 69 ft
Design Life 20 years
Operating Weight (deck/facilities) 13,350 kips
Deck Dimensions (three decks) 140 x 140 ft
Quarters 22 men
Throughput-Oil 35,000 BOPD
Throughput-Gas 50 MMSCFD
Throughput-Water Injection 15,000 BWPD
Number of Production Wells (Surface) 7 + 2 spare
Number of Production Wells (Subsea) 5 spare
334
www.wired.com/wiredscience/2009/07/nankai/
Gambar 9.5.
Riser Pipe
(Sumber: https://www.multimarine.com.cy/en/oil-gas)
-
335
- Spesifikasi :
Tabel IX.5.
Spesifikasi Riser Pipe
Gambar 9.6.
Ball Joint
(Sumber: https://www.fogt.com/high-integrity-ball-joints)
337
- Spesifikasi :
Tabel IX.6.
Spesifikasi Ball Joint
Boot Hypalon, Black 80 Durometer
Gambar 9.7.
Slip Joint
(Sumber: https://www.drillingcontractor.org/wp-content/uploads/2011/07/Image-2.jpg)
339
- Spesifikasi :
Tabel IX.7.
Spesifikasi Slip Joint
Swl – tonnes 170 – 200 – 230 – 250
Lift – tonnes 5 – 10
Railspan – metres 5–8
Lift speed 1 m/min
Travel speed 5 m/min
340
Gambar 9.8.
Drilling Barge
(Sumber: https://www.marinetraffic.com)
`
341
- Spesifikasi :
Tabel IX.8.
Spesifikasi Drilling Barge
Klasifikasi Jumlah Stand Wire per stand
6x7 6 7
6 x 19 6 6 – 26
6 x 37 6 27 – 49
8 x 19 8 16 – 26
Gambar 9.9.
Jack Up
(Sumber: https://www.rigzone.com/training/insight.asp?insight_id=339&c_i)
343
- Spesifikasi :
Tabel IX.9.
Spesifikasi Jack Up
517 feet leg extanding the water depth
capacity to 375 ft. Hull size and strength to
carry up to 545 ft of leg.
11,130 total egine Hosepower
Dual pipe handling capability.
Hook Load up to 1,5000,000 pounds.
Design Specification Zero discharge capacity.
3,500 barrel Liquid Mud Capacity.
1,200 barrel completion fluid storage and
handling.
1,377 barrel base Oil Storage.
Fast BOP ang Diverter Handling.
Drive Pipe Tensioning Capability.
Top Drive Drilling System.
344
Gambar 9.10.
Drill Ship
(Sumber: http://maritime-connector.com/ship/maersk-viking-9624146)
345
- Spesifikasi :
Tabel IX.10.
Spesifikasi Drill Ship
Max hook load 1,300,000 ft
Max. wind
Survival Drilling
Gambar 9.11.
Hydraulic Connector
(Sumber: http:// www.chinaosha .gov/offshore/hidraulic_connector.jpg)
347
- Spesifikasi :
Tabel IX.11.
Spesifikasi Hydraulic Conecctor
Gambar 9.12.
Subsea BOP Stack
(Sumber: https://www.pinterest.com)
349
- Spesifikasi :
Tabel IX.12.
Spesifikasi Subsea BOP Stack
Thrust 0 to 6 tonnes
350
Gambar 9.13.
Mooring Line
(https://ocean-energyresources.com/2019/11/08/modec-awarded-contract-for-fpso-barossa-field)
351
- Spesifikasi :
Tabel IX.13.
Spesifikasi Mooring Line
Model Number Line Size
T-MLT-10 1 5/8” to 2”
T-MLT-05 1” to 1 ½”
T-MLT-20 2” to 2 ½”
T-MLT-30 2 5/8” to 3”
T-MLT-40 3” to 3 ½”
352
Gambar 9.14.
Dynamic Positioning System
(Sumber: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2092678216304708)
353
- Spesifikasi :
Tabel IX.14.
Spesifikasi Dynamic Positioning System
Clear height Width dt base Static hook capacity
Gambar 9.15.
Kill Line dan Choke Manifold
(Sumber: http://www.jvs-indonesia.com/choke-kill-manifold)
355
- Spesifikasi :
Tabel IX.15.
Spesifikasi Kill Line dan Choke Manifold
Working
Model Inlet Outlet Valve Control
Pressure
JG- 3-1/8" – Manual and
3000 3-1/8" – 3000psi
SY-21 3000psi Hydraulic
JG- 3-1/8" – Manual and
5000 3-1/8" – 5000psi
SY-35 3000psi Hydraulic
JG- 3-1/16" – 3-1/8" – Manual and
10000
SY-70 10000psi 5000psi Hydraulic
JG-
3-1/16" – 3-1/16" – Manual and
SY- 15000
15000psi 10000psi Hydraulic
105
Working Temperature: -20 - 250°F Specification Level: PSL1 - PSL4
Gambar 9.16.
Semi-Submersible Platform
(Sumber: https://splash247.com/maersk-drilling-semi-sub-awarded-trinidad-contract-by-b)
357
- Spesifikasi :
Tabel IX.16.
Spesifikasi Semi-Submersible Platform
GENERAL
Rig type Moored Semisubmersible
OPERATING PARAMETERS
Water depth 1,500 ft
Maximum drill depth 25,000 ft
Transit speed 7 knots
Survival conditions Wind: 110 knots; Waves: 100 ft at 16
sec; Current: 3 knots
Drilling conditions Wind: 44 knots; Waves: 24 ft at 12.5
sec; Current: 2.4 knots
358
9.3. PEMBAHASAN
Sistem peralatan pemboran lepas pantai pada prinsipnya adalah merupakan
perkembangan dari sistem peralatan pemboran di darat, maka metoda operasi
offshore membutuhkan teknologi yang baru dan biaya operasi yang mahal, karena
kondisi lingkungan laut berbeda dengan kondisi lingkungan darat.
Perkembangan teknologi eksplorasi dan aktifitas bawah tanah, termasuk 2/3
bagian dari dunia ini yang terletak di dasar laut juga dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan akan minyak yang meningkat selama ini. Oleh karena itu, perkembangan
teknologi lepas pantai dari tahun ke tahun semakin berkembang serta bertambah.
Jenis platform dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Fixed platform dan Mobile
platform. Fixed Platform merupakan platform yang ditanamkan di dasar laut, tidak
dapat dipindah-pindah, serta cukup stabil dan tidak dipengaruhi oleh cuaca. Fixed
Platform memiliki beberapa tipe yaitu Platform, Gravity Platform, Guyed Wire
Platform, dan Tension Leg Platform. Sedangkan Mobile Platform merupakan
platform yang tidak ditanamkan secara permanen di dasar laut dan dapat
dipindahkan. Mobile Platform terbagi atas 2 jenis, yaitu Bottom Supported Platform
dan Floating Platform. Bottom Supported Platform memiliki beberapa tipe yaitu
drilling barge, submersible dan jack-up. Lalu, untuk Floating Platform memiliki
beberapa tipe yaitu semi-submersible dan drill ship.
Berbagai hambatan alam harus diatasi bagi pengoperasian unit offshore.
Hambatan tersebut antara lain angin, ombak, arus, badai, serta cuaca yang tak
menentu.
Peralatan mutlak yang keberadaannya harus ada dalam operasi pemboran
lepas pantai adalah sebuah struktur anjungan (platform) sebagai tempat untuk
meletakkan peralatan pemboran. Dan ini pun juga terus dikembangkan sesuai
dengan kondisi lingkungan pemboran. Syarat dari peralatan platform dalam operasi
pemboran lepas pantai yaitu stabil dan tetap, dapat dipindah-pindahkan, ekonomis
baik dalam biaya operasi maupun logistik, efektif dan tepat sasaran.
Selain itu perancanaan kegiatan, peralatan khusus yang digunakan, jumlah
pekerja, akomodasi dan faktor safety cukup diperlukan mengingat lingkungan lepas
pantai termasuk lingkungan yang berbahaya.
359
Pada offshore rig dikembangkan sistem yang dapat membuat rig tetap stabil,
peralatan tersebut dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Mooring System dan Dynamic
Positioning System (DPS). Mooring System adalah sistem untuk unit terapung
dengan cara menambatkan tali pada platform kemudian dijangkar pada dasar laut.
Sedangkan Dynamic Positioning System (DPS) merupakan sistem yang
menggunakan baling-baling (propreller) pada platform yang dipasang secara
berlawanan arah ombak dengan tujuan mendorong platform agar tetap stabil.
Pada floating rig terdapat beberapa peralatan khusus serta mekanismenya
untuk menunjang selama operasi pemboran offshore. Yang pertama ada Subsea
BOP Stack dengn mekanisme biasanya dipakai dengan jumlah yang lebih banyak
dari pada onshore dengan maksud untuk safety serta agar tidak memerlukan
penggantian ram pada saat penurunan casing. Ukuran serta pressure rating
dinaikkan dan perlu diperhitungkan kedalaman laut (tekanan hidrostatik air). Riser
Pipe dengan mekanisme pipe riser elastis tapi lemah maka perlu dipasang
penyangga agar tahan terhadap arus laut. Slip Joint dengan mekanisme dipasang
pada bagian teratas dari riser pipe, terdiri dari inner Barrel, dimana diatasnya sering
dipasang deverter dan digantung pada kapal dengan bantuan riser tensiduer. Di
atas riser di bawah slip joint juga sering dipasang ball joint. Ball Joint dengan
mekanisme dipasang di bawah riser, diatas BOP stack.
Mooring System terbagi menjadi 2 cara penambatannya, yaitu dengan cara
konvensional dan turret. Mooring system secara konvensional diikatkan pada tiap
ujung platform agar simetris. Bentuk dari platform juga mempengaruhi dalam pola
mooring. Sedangkan untuk turret diikatkan pada bagian labung kapal agar stabil.
Mooring System lebih sering digunakan pada laut dangkal. Fixed Platform
juga umumnya menggunakan mooring system. Namun, pada beberapa mobile
platform, seperti semi-submersible dan drill ship menggunakan mooring system
apabila dasar laut tidak terlalu dalam.
Dynamic Positioning System (DPS) lebih sering digunakan pada laut dalam.
DPS sendiri mengonsumsi daya sebesar 10.000 hingga 40.000 Hp. DPS ini selalu
menyala guna menstabilkan rig apabila ada ombak yang mendorong platform. DPS
berbentuk seperti baling-baling (propeller) pada kapal dan diletakkan secara
360
berlawanan dengan arah ombak dengan tujuan agar rig tetap berada pada tempatnya
dan cara kerjanya ialah saling mendorong.
Terdapat 6 gaya yang bekerja pada offshore rig, yaitu Heave
(Pengangkatan), Surge (Menyentak), Sway (Menggeser), Pitch (Melempar), Roll
(Menggulingkan),dan Yaw (Mengguncang).
Kaki (kolom) pada semi-submersible rig lebih disarankan berbentuk silinder
karena lebih aerodinamis dibandingkan dengan bentuk menyudut sperti kotak.
FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading) unit merupakan
kapal yang ditambat dan dilengkapi oleh fasilitas produksi minyak sehingga dapat
memproduksi, menyimpan dan bongkar muatan. Lalu, untuk FPS (Floating
Production System) yang memiliki fungsi untuk memisahkan crude oil dengan
water content serta dapat menyalurkan minyak. Sedangkan unutk FPU (Fix
Processing Unit) yang fungsinya untuk memisahkan minyak, air, dan gas setelah
minyak diproduksikan.
Dasar pertimbangan untuk offshore rig meliputi faktor operasional, faktor
keamanan, dan faktor lingkungan alam. Faktor operasional sendiri terdiri dari
kedalaman laut, jenis anjungan,lokasi dan orientasi, serta susuna peralatan.
Kemudian dari faktor keamanan yaitu fabrikasi dari platform itu sendiri. Dan untuk
faktor lingkungan alam meliputi meterologi, oseanografi, gempa bumi, serta
tektonik dan vulkanik.
361
9.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Sistem peralatan offshore pada prinsipnya adalah perkembangan dari
sistem peralatan pemboran onshore dengan teknologi yang baru dan
biaya operasional yang lebih mahal karena kondisi lingkungan.
2. Jenis platform terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Fixed Platform dan Mobile
Platform.
3. Dalam pengoperasian offshore rig terdapat beberap hambatan antara lain
angin, ombak, arus, badai, serta cuaca yang tak menentu.
4. Syarat dari peralatan platform dalam operasi pemboran lepas pantai yaitu
stabil dan tetap, dapat dipindah-pindahkan, ekonomis baik dalam biaya
operasi maupun logistik, efektif dan tepat sasaran.
5. Pada offshore rig dikembangkan sistem yang dapat membuat rig tetap
stabil, peralatan tersebut dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Mooring System
dan Dynamic Positioning System (DPS).
6. Mooring System terbagi menjadi 2 cara penambatannya, yaitu dengan
cara konvensional dan turret.
7. Mooring System lebih sering digunakan untuk laut dangkal. Sedangkan
untuk DPS lebih dominan untuk laut dalam karena tidak ada tempat
untuk menambat jika menggunakan mooring system.
8. Terdapat 6 gaya yang bekerja pada offshore rig, yaitu Heave
(Pengangkatan), Surge (Menyentak), Sway (Menggeser), Pitch
(Melempar), Roll (Menggulingkan),dan Yaw (Mengguncang).
9. Terdapat 3 faktor dasar pertimbangan offshore rig, yaitu faktor
operasional, faktor keamanan, dan faktor lingkungan alam.
BAB X
PERALATAN PEMBUAT SUDUT (DEFLECTION TOOL) PADA
PEMBORAN BERARAH
362
363
b. Alasan geologis:
Adanya patahan dimana bila dilakukan pemboran yang melewati zona
patahan tersebut akan terjadi mud loss dan kerugian dikemudian hari
apabila patahan ini aktif.
Adanya kubah garam dimana bila dilakukan pemboran lurus yang
melewati kubah garam ini, maka akan timbul problema lumpur yang
mana lumpur akan melarutkan garam dan dapat menyebabkan caving
yang dapat mengakibatkan runtuhnya formasi.
Sebelum melakukan pemboran berarah, terlebih dahulu ditentukan kedalaman titik
beloknya (kick off point) dimana dari titik tersebut lubang bor mulai diarahkan
dengan sudut kemiringan tertentu menuju target yang telah ditentukan. Dalam
pembelokan lubang ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sebagai
berikut :
a. Badger bit
b. Spud bit
c. Knuckle joint
d. Whipstock
e. Turbo drill
f. Dyna drill
10.1.1. Budger Bit
Prinsip kerja dari alat ini adalah adanya salah satu nozzle pada bit yang ukurannya
lebih besar dari yang lainnya. Hal ini akan mengakibatkan semburan lumpur yang
lebih besar sehingga lubang akan membelok kearah dimana ukuran nozzle yang
lebih besar.
10.1.2. Spud Bit
Alat ini berupa bit tanpa roller, bentuknya seperti baji dan mempunyai nozzle.
Secara umum cara kerja alat ini sama dengan badger bit tapi pada spud bit juga
ditambahkan tumbukan.
10.1.3. Knuckle Joint
Merupakan suatu drill string yang diperpanjang dengan sendi peluru, sehingga
memungkinkan putaran bersudut antara drill string dan bitnya.
364
10.1.4. Whipstock
Adalah alat yang terbuat dari besi tuang yang berbentuk baji dengan saluran yang
melengkung tempat bergeraknya bit.
10.1.5. Turbo Drill
Merupakan down hole mud turbin yang dapat memutar bit tanpa memutar drill
string.Kecepatan putarnya sangat tergantung pada volume lumpur dan tekanan
sirkulasi di permukaan.
10.1.6. Dyna Drill
Merupakan down hole mud motor, prinsipnya sama dengan turbo drill.
365
Gambar :
Gambar 10.1.
Spud Bit
(Sumber: http://patentimages.storage.googleapis.com)
366
- Spesifikasi :
Tabel X-1.
Spesifikasi Spud Bit.
Working
Model Inlet Outlet Valve Control
Pressure
JG- 3-1/8" – Manual and
3000 3-1/8" – 3000psi
SY-21 3000psi Hydraulic
JG- 3-1/8" – Manual and
5000 3-1/8" – 5000psi
SY-35 3000psi Hydraulic
JG- 3-1/16" – 3-1/8" – Manual and
10000
SY-70 10000psi 5000psi Hydraulic
JG-
3-1/16" – 3-1/16" – Manual and
SY- 15000
15000psi 10000psi Hydraulic
105
Working Temperature: -20 - 250°F Specification Level: PSL1 - PSL4
Gambar 10.2.
Badger Bit
(Sumber: www.conmed.com)
368
- Spesifikasi :
Tabel X-2.
Spesifikasi Badger Bit.
Available Weight (lbs/in.bit Rotary Speed
Bit Type Bearing diameter) (RPM)
TCL
Soft/low- Steeabl
1000 –
1000 – 90 - compressi e
5000
5000 200 ve motor
strength
2000 - 80 - Steeabl
435 2000 -
5000 250 Soft/low- e
M15 X 5000
compressi motor
TCL ve
435 4F15 447
M15 strength
X X
F2HD
4F15 Soft to
447 517 Steeabl
2000 – 60 - medium/l 2000 –
X X e
F2HD 5000 250 ow- 5000
motor
517 compressi 537
F3H ve
X X
strength
Mille
d 537
X Soft/low- F3H Steeabl
Tooth 2500 - 70 - 2500 -
compressi e
2700 250 Mille 2700
117 ve motor
MSD d
SH strength Tooth HZ
IAD
Bit C
Cod Steeabl
Type 1000 - 100 - 1000 -
e e
5000 250 Soft/low- 5000
117 motor
compressi MSD
Rota ve SH IAD
Weight strength Weight
ry C Availa
(lbs/in. Bit (lbs/in.
Spee Cod ble
bit Formation Type bit
d e Bearin
diamet s diamet
(RP g
er) er)
M)
369
Gambar 10.3.
Knuckle Joint
(Sumber: titanoiltools.com)
\
370
- Spesifikasi :
Tabel X-3.
Spesifikasi Knuckle Joint.
O.D Connection I.D OAL
Type (mm/inch) API (mm/inch) (mm/inch)
AJ-
C89 φ89(3-1/2) NC26 44( 1-47/64) 660(26)
AJ-
C121 φ121(4-3/4) NC38 62(2-29/64) 710(27-61/64)
AJ-
C168 φ168(6-5/8) NC50 85(3-15/64) 750(29-17/32)
AJ-
C203 φ203(8) 6-5/8REG 85(3-15/64) 840(33-5/64)
371
Gambar 10.4.
Whipstock
(Sumber: http://kpkoilservices.com)
372
- Spesifikasi :
Tabel X-4.
Spesifikasi Whpistock.
Chamfer I.D. of
Description Model O.D. Length Thread API Applicable
(mm) (mm) Casing (mm)
Cementing SMD114 114 300 NC31 124.3~127.3
Gambar 10.5.
Bent Sub
(Sumber: tianheshiyou.en.made-in-china.com)
374
- Spesifikasi :
Tabel X-5.
Spesifikasi Bent Sub.
O.D. Bent Angle a D. of oriented sleeve
Type Connection
mm(in) (degree) (mm)
Box Pin
Gambar 10.6.
Dyna Drill
(Sumber: www.bettoper.com)
376
- Spesifikasi :
Tabel X-6.
Spesifikasi Dyna Drill.
Impac Rate Impact Energy Optimum Concrete Removal Rate
(bpm) (joule) Drilling (mm) (kg/h)
3100-300 2.0-8.5/2-10 20-30 145
1200-2800 4-9/011 35-35 210
0-3900 0-3.5 12-020 130
0-4000 3.3 10-018 -
0-4850 2.2 10-015 -
1600-2900 5.5 - 180
900-1890 23 - 460
377
Gambar 10.7.
Turbo Drill
(Sumber: gstatic.com)
378
- Spesifikasi :
Tabel X-7.
Spesifikasi Turbo Drill.
Т12МЗЕ- 3ТSSh1-
Parameter Т105К 172 172 ТPS-172
Diameter, mm 105 172 172 172
Length, mm 12700 7940 25400 26250
Weight, kg 590 1057 3530 3325
Number of stages in
turbodrill 303 106 336 426
Operating fluid
consumption, L/sec 8–12 25–28 20–25 25
Shaft rotation speed, sec-
1, revolutions per minute 10.6-16 10.5-11.7 8.3-10.5 7.3
(636- (498-
960) (630-702) 630) -438
Pressure difference, MPa 4.5-10.2 2.85-3.5 5.7-8.8 6.5
1128-
Shaft torque, Nm 170-381 559-687 1765 1746
120.6- 190.5- 190.5-
Chisel diameter, mm 151 215.9 215.9 190.5-215.9
Connection threads:
- to drill pipe 3-088 3-147 3-121 3-121
- to chisel 3-076 3-117 3-117 3-117
379
10.3. PEMABAHASAN
Pada praktikum kali ini akan membahas tentang peralatan pembuat sudut
(deflection tool) pada pemboran berarah. Pemboran berarah adalah seni
membelokkan lubang sumur untuk kemudian diarahkan ke suatu sasaran tertentu di
dalam formasi yang tidak terletak vertikal di bawah mulut sumur. Di dalam membor
suatu formasi, sebenarnya selalu diinginkan lubang yang vertikal, karena
operasinya lebih mudah dan biayanya lebih murah. Jadi pemboran berarah hanya
dilakukan karena alasan-alasan dan keadaan yang khusus saja.
Faktor-faktor atayu alasan dilakukannya pemboran directional drilling ada
2, yaitu kondisi permukaan dan alasan geologis. Untuk kondisi permukaan meliputi
reservoir berada dibawah kota besar; reservoir berdada dibawah danau, sungai, dan
rawa; serta reservoir berada di bawah tebing terjal. Lalu untuk alasan geografis
meliputi adanya patahan yang dapat menyebabkan mud loss dan adanya salt dome
yng dapat menyebabkan caving.
Adapun tujuan pemboran ini dilakukan yaitu meningkatkan laju produksi
sumur dan meningkatkan recovery sumur, membuat reservoir yang sudah tidak
ekonomis menjadi ekonomis kembali bila dikembangkan dengan pemboran
horizontal dan memperkecil terjadinya “water and gas coning”.
Pemboran berarah pada umumnya dikenal 3 macam pemboran, yaitu: Shallow
deviation type, Deep deviation type dan Return to vertical type. Pemilihan tipe ini
didasarkan pada lokasi koordinat permukaan dan jarak dengan sasaran.
Berdasarkan pertambahan sudut pada lubang maka pemboran horizontal dibagi
menjadi 4 tipe, yaitu: Long radius system, Medium radius system, Short radius
system dan Ultra short radius system.
Sebelum melakukan pemboran berarah, terlebih dahulu ditentukan
kedalaman titik beloknya (kick off point) dimana dari titik tersebut lubang bor mulai
diarahkan dengan sudut kemiringan tertentu menuju target yang telah ditentukan.
Pada pemboran berarah, pada kedalaman titik tertentu, lubang bor diarahkan
ke sasaran yang dikehendaki dengan sudut kemiringan tertentu menggunakan
deflection tools. Sewaktu membelokkan lubang bor dengan alat pembelok, lubang
bor harus selalu ke arah dimana sudut tersebut dapat mencapai sasaran. Pengarahan
380
ini dapat dilakukan pada titik belok atau setelahnya apabila ternyata lubang yang
dibuat telah menyimpang dari sasaran yang dikehendaki. Setelah mencapai sudut
tertentu maka digunakan bottom hole assembly (BHA) baik untuk menambah sudut
atau memantapkan sudutnya.
Dalam pembelokkan lubang ini dapat dilakukan dengan bantuan peralatan
khusus, berikut alat-alat dan mekanismenya. Badger bit dengan mekanisme
membelokkan lubang ke arah ukuran nozzle yang lebih besar dengan tekanan jet
yang lebih keras. Setelah lubang dibelokkan, barulah diganti dengan bit semula.
Spud bit dengan mekanisme memberikan tekanan yang tinggi pada lumpur
sehingga menimbulkan tenaga jet ditambah dengan tenaga tumbukan. Knuckle joint
dengan mekanisme memungkinkan melakukan putaran bersudut antara drill string
dan bit nya. Whipstock dengan mekanisme ditempatkan pada dasar yang keras agar
tidak ikut berputar atau melesak kedalam formasi pada saat drill string diputar. Bent
sub dengan mekanisme bila dipasang diatas Downhole Hydarulic Turbin Motor
akan membelokkan lubang sumur. Turbo drill dengan mekanisme memutar bit
tanpa harus memutar drill string. Dyna drill dengan mekanisme yang tidak jauh
berbeda dengan turbo drill.
381
10.4. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan:
1. Di dalam membor suatu formasi, sebenarnya selalu diinginkan lubang
yang vertikal, karena lebih mudah dan biaya operasinya lebih murah
dibanding Directional Drilling.
2. Faktor atau alasan dilakukannya directional drilling ada 2, yaitu kondisi
permukaan dan alasan geografis.
3. Tujuan dilakukannya pemboran berarah, yaitu meningkatkan laju
produksi dan recovery sumur, membuat reservoir yang sudah tidak
ekonomis menjadi lebih ekonomis bila dikembangkan dengan
directional drilling, dan memperkecil terjadinya “water and gas coning”.
4. Pemboran berarah pada umumnya dikenal dengan tiga tipe, yaitu shallow
deviation type, deep deviation type dan return to vertical type. Selain itu,
tipe pemboran berarah dapat dibagi berdasarkan penambahan sudut
menjadi empat tipe, yaitu long radius system, medium radius system,
short radius system, dan ultra-short radius system.
5. Maksud dari Cluster system pada faktor dilakukannya directional
drilling ialah sistem pemboran dengan pola guguran dimana sumur yang
digunakan bercabang untuk menghemat lokasi dan biaya pemboran.
6. Cara menentukan titik belok pada directional drilling, yaitu dengan tiga
konsep pengantar pembelokan, mengetahui litologi sumur sekitar dengan
observasi, dan pengukuran penampang section.
7. Directional drilling pada lapangan geothermal bisa dilakukan dengan
alasan topografi.
8. Pada directional drilling juga terdapat kegiatan fishing.
BAB XI
PEMBAHASAN UMUM
Tujuan utama dari operasi pemboran untuk membuat lubang secara cepat,
ekonomis, dan aman hingga menemukan lapisan produktif hidrokarbon yang
terdapat di reservoir. Pada saat pemboran sumur berlangsung, sistem-sistem yang
sangat diperlukan agar proses pemboran dapat berjalan dengan lancar yaitu sistem
tenaga, sistem pengangkatan, sistem pemutar, sistem sirkulasi, sistem pencegah
semburan liar, sistem penyemenan, dan sistem penunjang lainnya. Jika dalam
pemboran offshore maka dibutuhkan sistem pemboran lepas pantai.
Mengoperasikan alat-alat operasi pemboran diperlukan tenaga yang besar
untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. Sistem ini terdiri dari dua sub
komponen utama, yaitu power supply dan distribution. Tenaga ini berasal dari
prime mover atau power supply yang menggunakan mesin diesel atau gas.
Sedangkan untuk mendistribusikan suatu sistem dengan meneruskan tenaga
menggunakan sistem transmisi yang memiliki dua jenis distribution yaitu electric
dan mechanic. Sekarang ini lebih sering digunakan sistem electric transmission
karena lebih mudah diperbaiki ketika rusak daripada sistem mechanic transmission.
Sistem pengangkatan (hoisting system) berfungsi untuk menyediakan ruang
(space) kerja yang cukup untuk pengangkatan dan penurunan drill string, casing,
dan peralatan lainnya ke dalam lubang bor selama operasi pemboran berlangsung.
Sistem pengangkatan terdiri dari 2 sub-komponen utama, yaitu struktur penyangga
(supporting system) dan peralatan pengangkatan (hoisiting equipment). Struktur
penyangga terdiri dari drilling tower, substructure, dan rig floor. Peralatan
pengangkatan terdiri dari drawworks, overhead tools, dan drilling line. Substruktur
adalah konsruksi baja yang berfungsi sebagai platform yang dipasang langsung di
atas titik bor. Fungsi platform ini adalah untuk menahan beban yang ditimbulkan
oleh derrick diatasnya dan juga peralatan dari sistem angkat, meja putar, dan
rangkaian pipa bor. Karena begitu beratnya beban yang harus ditahan, maka daya
angkatnya harus diperhitungkan dengan baik.
382
383
berarah hanya dilakukan karena alasan-alasan dan keadaan yang khusus saja.
Adapun tujuan pemboran ini dilakukan yaitu meningkatkan laju produksi sumur
dan meningkatkan recovery sumur, membuat reservoir yang sudah tidak ekonomis
bila dikembangkan dengan pemboran tegak, menjadi ekonomis kembali bila
dikembangkan dengan pemboran horizontal dan memperkecil terjadinya “water
and gas coning”.
BAB XII
KESIMPULAN UMUM
1. Sistem-sistem yang sangat diperlukan dalam proses pemboran, dalam hal ini
proses pemboran dapat berlangsung karena didukung oleh sistem-sistem yaitu
sistem tenaga, sistem pengangkatan, sistem pemutar, sistem sirkulasi, sistem
pencegah semburan liar, sistem penyemenan, dan sistem penunjang lainnya.
Jika dalam pemboran offshore maka dibutuhkan system pemboran lepas pantai.
2. Dalam suatu unit pemboran, tenaga yang dipasang harus mampu untuk
memenuhi keperluan sistem pemutar, sistem sirkulasi, sistem pengangkat,
fungsi penerangan, instrumen rig, air conditioner, dan lain-lain. Penyediaan
tenaga pada suatu unit pemboran berasal dari Prime Mover. Penyediaan tenaga
harus lebih besar dari tenaga yang diperlukan berdasarkan perhitungan,
sehingga apabila terjadi sesuatu hal yang di luar perhitungan maka tidak akan
mengganggu jalannya operasi pemboran.
3. Sistem pengangkatan salah satu dari komponen-komponen rig yang paling
penting karena tugasnya yang terutama yaitu membantu sistem alat-alat
pemutar dalam membor sumur, dan memberi ruang kerja yang cukup untuk
pengangkatan dan penurunan rangkaian pipa bor serta peralatan lainnya.
4. Sistem pemutar untuk memutar rangkaian pipa bor (drill string) dengan
mentransmisikan tenaga dari prime mover yang disalurkan ke rotary table ke
kelly dan kemudian ke drill string serta untuk memberi beratan di atas pahat
(Weight On Bit) untuk membor lubang.
5. Fluida pemboran (lumpur) merupakan salah satu sistem yang fungsinya untuk
mengangkat cutting dari lubang bor, mengimbangi tekanan formasi, mencegah
runtuhnya dinding lubang bor, mencegah masuknya air formasi, dan melumasi
serta mendinginkan bit.
6. Blow Out Preventer berfungsi untuk menutup lubang sumur saat terjadinya kick
dan bila tidak bias diatasi bias menyebabkan blow out.
386
387
388
LAMPIRAN
389