OLEH:
ELFA SAKINAH
NIM: PO.71.39.1.18.008
Karya Tulis Ilmiah/Laporan Tugas Akhir/Skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Latar Belakang: Penyakit yang disebabkan virus corona, atau sering disebut
dengan COVID-19, adalah jenis virus baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan
belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya. Sehingga
kemendikbud memberikan intruksi kepada pihak sekolah terutama guru untuk
memastikan ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai sabun dan alat pembersih
sekali pakai diberbagai lokasi satuan pendidikan. Oleh karena itu tulisan ini
bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dengan prilaku guru dan juga
memberikan rekomendasi penerapan protokol kesehatan di SMP Negeri 1 Talang
Kelapa.
Methods: This is an analytic survey research that aims to explore why the event
could occur and a cross sectional time approach. then analyzed using the chi-
square test with exact fisher on the SPSS application using the entire population
as a sample where the number of samples used amounted to 83 teachers at SMP
Negeri 1 Talang Kelapa.
Results: The level of teacher knowledge about health protocols is high with a
percentage of 91.6% and appropriate behavior with a percentage of 84%. Then
look for the relationship between knowledge and behavior and the P-Value value
is 0.301, which means that Ho is accepted, which means that there is no
significant relationship between knowledge and teacher behavior on the
application of health protocols at SMP Negeri 1 Talang Kelapa.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT berkat kasih karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Guru Terhadap Penerapan
Protokol Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
2. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ................. 32
3. Pembagian Masa Remaja ............................................................... 33
4. Tugas Perkembangan Remaja ........................................................ 35
F. Skala Linkert .................................................................................... 37
G. Kerangka Teori ................................................................................ 40
H. Hipotesis .......................................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 42
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 42
1. Populasi ......................................................................................... 42
2. Sampel ........................................................................................... 42
3.Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................................. 43
a. Kriteria Inklusi ............................................................................... 43
b.Kriteria Ekslusi ............................................................................... 43
D. Cara Pengumpulan data .................................................................... 43
1. Data Primer .................................................................................... 43
2. Data sekunder ................................................................................ 44
E.Alat Pengumpulan Data..... ................ ................................................ 44
F.Variabel Penelitian.............................. ................................................ 44
G. Definisi Operasional ......................................................................... 45
H. Kerangka Operasional ...................................................................... 47
I.Cara Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 48
1. Pengolahan data ............................................................................. 48
2. Analisis Data.................................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 51
A. Hasil................................................................................................. 51
B. Pembahasan ...................................................................................... 54
1. Pengetahuan Responden tentang Protokol Kesehatan ........................ 56
2. Prilaku Responden tentang Protokol Kesehatan ................................. 60
3. Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Responden tentang Protokol ..... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 66
A. Kesimpulan ...................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 67
BIODATA ........................................................................................................ 89
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 . Kuisoner yang telah diisi responden .............................................. 72
Lampiran 2 . Surat Izin Melakukan Penelitian .................................................... 75
Lampiran 3. Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian ........................... 76
Lampiran 4 . Hasil jawaban Pengetahuan Ressponden ....................................... 77
Lampiran 5. Hasil jawaban Prilaku Responden .................................................. 79
Lampiran 6. Hasil Pengetahuan dan Prilaku Responden ..................................... 81
Lampiran 7. Daftar Usia dan Jenis Kelamin Responden ..................................... 83
Lampiran 8. Output Uji Chi- Square dengan Uji Expect Fisher .......................... 85
Lampiran 9. DistribusiKomponen Pengetahuan Guru SMP Negeri 1 Talang
Kelapa ............................................................................................................... 86
Lampiran 10 Distribusi Komponen Prilaku Guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa 87
Lampiran 11 . Foto - foto Penelitian ................................................................... 88
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Dunia saat ini Covid-19 adalah kasus pandemik yang terjadi sejak 11
Maret 2020. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus.
hingga penyakit yang kondisinya lebih berat seperti Middle East Respiratory
Penyakit yang disebabkan virus corona, atau sering disebut dengan COVID-19,
adalah jenis virus baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah
dengan gejala yang timbul berupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut antara
lain demam, batuk, sesak napas, letih, dan tidak nafsu makan. Namun berbeda
dengan virus influenza, virus corona dapat berkembang dengan cepat sehingga
mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ serta kematian. Kondisi
darurat ini terutama terjadi pada pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya
(Mona, 2020).
namun diduga tidak jauh berbeda dengan penyakit dari virus pernafasan lainnya
yang sudah diketahui (Li X dalam Susilo, 2020). Pada manusia apabila virus ini
1
2
dan menyebabkan gagal nafas.Akan tetapi banyak orang yang terinfeksi Sars-Cov
2 ini hanya mengalami gejala ringan sampai sedang pada saluran pernafasan yang
dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak perlu penanganan khusus. Bagi
kronis, penyakit kardiovaskuler, kanker dan diabetes , jika terinfeksi covid-19 ini
dapat mengalami masalah yang lebih serius (WHO, 2020). Menurut data dari
(Listiani 2015), kasus pasien corona per 18 April 2020 di Indonesia berjumlah
kesehatan dan menghimbau untuk sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun
pertemuan yang bersifat massal dan menggunakan masker diluar rumah, aktifitas
bekerja, belajar dan beribadah pun jug dilaksanakan dirumah masing - masing
(Ihsanuddin, 2020)
tentang ancaman yang mereka hadapi dan lingkungan tempat tinggal mereka,
mengetahui cara melindungi diri sendiri dan orang lain, dan melakukan upaya
untuk melindungi diri sendiri dan orang lain, serta faktor dukungan dari orang-
tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya
satunya adalah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang
(Listiani 2015). Tingkah laku seseorang merupakan salah satu hal yang dapat
dipelajari dan diamati tentang dirinya. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu
290,5 juta siswa di seluruh dunia. meski bersifat sementara, penutupan sekolah
berdampak pada prestasi. Dampak yang paling dikhawatirkan bagi peserta didik
dijalaninya.
ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan alat pembersih sekali pakai di
berbagai lokasi satuan pendidikan. Dengan kebijakan pemerintah ini, guru dapat
4
Berdasarkan hasil wienshield survey di SMP Islam Darul Qur’an Padang dari
102 orang 6,7% siswa mengatakan tidak tau tentang 6 langkah mencuci tangan,
Oleh karena itu diketahui bahwa tingkat kepahaman dan kepatuhan siswa
SMP terhadap protokol kesehatan tergolong masih rendah dengan persentase 25%
siswa yang belum mematuhi protokol kesehatan dengan benar . dimana tingkat
pengetahuan dan prilaku siswa terhadap covid-19 salah satu pengaruhnya adalah
pengawasan dari guru. Maka dari itu saya tertarik untuk mengetahui seberapa
paham guru tentang protokol kesehatan dan covid-19 dan bagaimana mereka
mengajak siswa mereka untuk patuh terhadap protokol kesehatan jika kegiatan
belajar mengjar akan dilakukan lagi secara luring kembali nantinya. Penelitian ini
B. Rumusan Masalah
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus salah satu jenis
baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang
sekolah berjalan dengan tertib dan sesuai protokol kesehatan . Maka dari itu
pentingnya bekal pengetahuan dan prilaku guru untuk menunjang ketertiban siswa
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal bagi SMP Negeri 1
kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa dan juga memberikan informasi dan
sekolah dan bagi peneliti selanjutnya , hasil penelitian ini diharapkan menjadi
sumber referensi untuk meneliti hal yang berkaitan dengan prenyebaran penyakit
Covid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Covid-19
1. Definisi
Sumber : https://thestarphoenix.com/
Coronavirus adalah virus RNA sense positif yang memiliki kisaran inang
alami yang luas dan berganti-ganti dan memengaruhi banyak sistem (Weiss SR,
Leibowitz JL. 2011). Coronavirus dapat menyebabkan penyakit klinis pada manusia
yang dapat meluas dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang lebih parah seperti
SARS dan MERS (Lu R dkk , 2020). SARS-CoV-2 yang baru-baru ini muncul telah
di seluruh dunia, yang menyebabkan wabah penyakit yang belum terkontrol hingga
saat ini, meskipun upaya ekstensif sedang dilakukan untuk melawan virus ini (WHO.
2020) .
Virus ini telah diusulkan untuk ditunjuk / dinamai sindrom pernafasan akut
of Viruses (ICTV), yang menetapkan virus tersebut termasuk dalam kategori virus
corona terkait sindrom pernafasan akut Parah. dan menemukan virus ini terkait
7
8
2. Gejala Kliniswh
dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk, dan sesak napas merupakan tanda dan gejala umum dari infeksi virus
Covid-19. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh, usia dan penyakit yang telah ada sebelumnya (komorbid), seperti
2019-nCoV dapat ditularkan melalui tetesan saat bersin atau batuk, seperti
halnya infeksi pernapasan lainnya, tetapi saat ini hanya ada sedikit bukti penularan
bernyanyi, berbicara, atau bernafas. Udara yang keluar dari hidung dan mulut
mengeluarkan partikel kecil atau aerosol dari jarak dekat saat melakukan hal tersebut.
permukaan yang mungkin telah terkontaminasi virus dari orang yang batuk atau
bersin. Virus kemudian dipindahkan ke hidung, mulut, atau mata yang disentuh
selama 2-3 hari di permukaan tertentu. Untuk mencegah cara penularan virus ini, bisa
Sebuah studi menunjukkan bahwa partikel virus Covid-19 ditemukan juga pada
fecal-oral orang yang terinfeksi, seperti urine dan feses. Namun WHO mengatakan
hingga saat ini masih belum ada laporan yang dipublikasi terkait cara penularan virus
Covid-19 melalui cara ini dan bukan menjadi upaya transmisi utama virus. Dalam
laman resmi WHO, selain melalui fecal-oral tersebut, penyebaran virus Covid-19 juga
bisa terjadi melalui darah, dari ibu ke anak, hingga dari hewan ke manusia. Selain
10
cara penularan virus Covid-19, WHO juga menyebutkan beberapa lokasi yang rawan
penyebaran virus, seperti tempat ramai, tempat sempit, ruangan terbatas dan tertutup.
Restoran, klub malam, rumah ibadah, tempat kerja atau kantor, latihan paduan suara,
Penyebaran virus Covid-19 ini tentunya bisa dicegah dengan menaati protokol
kesehatan, seperti menggunakan rajin cuci tangan, pakai masker, jaga jarak minimal
ventilasi yang buruk, dan bila diperlukan pakai face shield. (Simposium Kemenes,
2020)
akut.
b. Sering mencuci tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang yang
d. Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut harus menerapkan etika batuk
(Atur jarak, batuk dan bersin dengan tisu atau pakaian sekali pakai, dan cuci
tangan).
B. Pengetahuan
1. Definisi
mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang
hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya.
2014).
formal dan terkait erat. Pendidikan tinggi diharapkan dapat menambah wawasan.
Sebaliknya, orang dengan tingkat pendidikan yang rendah belum tentu memiliki
tingkat pengetahuan yang rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak harus datang
dari pendidikan formal; bisa juga dari pendidikan nonformal. Pengetahuan suatu
objek memiliki dua aspek: aspek positif dan aspek negatif. 15 Kedua faktor ini akan
mempengaruhi sikap seseorang. Semakin banyak aspek dan objek positif yang
2. Tingkat Pengetahuan
yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat atau mengingat kembali ingatan yang sudah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik, serta semua materi
yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.. Tahu disisni merupakan tingkatan
yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu
b. Memahami (Comprehention)
Orang yang memahami objek dan materi harus mampu menjelaskan, memberi
c. Aplikasi (Application)
Istilah "aplikasi" mengacu pada kemampuan orang yang memahami objek yang
diketahui pada situasi atau kondisi lain. Hukum, rumus, metode, prinsip, dan
rencana program juga dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
13
d. Analisis (Analysis)
komponen dari suatu objek atau masalah yang diketahui dan kemudian mencari
e. Sintesis (Synthesis)
kata lain, kemampuan untuk membuat formulasi baru dari yang sudah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
sebagai evaluasi. Evaluasi didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma masyarakat.
mempengaruhi pengetahuan:
a. Pendidikan
perkembangan orang lain menuju cita-cita atau cita-cita tertentu yang mendorong
b. Pekerjaan
untuk mencari nafkah. Pekerjaan, di sisi lain, adalah kegiatan yang memakan
waktu.
c. Umur
usia diartikan sebagai usia seseorang sejak lahir sampai dengan ulang tahunnya.
semakin besar tingkat kedewasaan dan kekuatannya dalam berpikir dan bekerja.
Seseorang yang lebih dewasa dipercaya lebih dari seseorang yang belum dewasa.
15
d. Faktor Lingkungan
e. Sosial Budaya
menerima informasi.
pernapasan atas pada manusia, mulai dari flu biasa hingga penyakit serius
ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada
Gejala ini diperberat jika penderita adalah usia lanjut dan mempunyai
3) Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena
Siapa pun dapat terinfeksi virus Covid-19. Akan tetapi, bayi dan anak kecil,
serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan
virus ini. Selain itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Selanjutnya, siapa
pun yang tinggal atau mengunjungi suatu wilayah atau negara yang mewabah virus
khususnya kota Wuhan, yang pernah menjadi wabah COVID-19 yang bermulai
C. Prilaku
1. Definisi
Rosenweig, 1995). Menurut Rakhmat (2001), ada tiga komponen yang mempengaruhi
komponen afektif. Aspek kehendak yang berkaitan dengan kebiasaan dan kemauan
perilaku meliputi perilaku yang tidak terlihat seperti pengetahuan (kognitif) dan sikap
(afektif), dan perilaku yang tampak berupa keterampilan (psikomotor) serta tindakan
nyata (action). Pola perilaku setiap orang adalah unik, tetapi proses terjadinya bersifat
universal bagi semua individu karena disebabkan, didorong, dan ditampilkan kepada
mengacu pada semua aktivitas atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
pembentukan perilaku. Perilaku ini pada akhirnya akan terbentuk sebagai akibat dari
terbiasa berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Metode ini didasarkan pada teori
18
pembelajaran pengkondisian, yang diusulkan oleh Pavlov dan Thorndike dan Skinner;
ada pendapat yang berbeda, tetapi para ahli ini berbagi sudut pandang yang mendasar.
Metode ini didasarkan pada teori belajar kognitif, yang menyatakan bahwa belajar
Selain metode yang dijelaskan di atas, pembentukan perilaku juga dapat dicapai
melalui penggunaan model atau contoh. Pemimpin berfungsi sebagai model atau
panutan bagi mereka yang dipimpinnya. Metode ini didasarkan pada teori belajar
sosial (social learning theory) atau teori belajar observasional (observational learning
a. . Faktor Personal
1) Faktor biologis: Ini hadir dalam semua aktivitas manusia dan dapat
dipandu oleh aturan yang diprogram secara genetik dalam jiwa manusia.
19
b) Komponen kognitif, yaitu aspek intelektual dari apa yang diketahui manusia.
bertindak
b. Faktor Situsional
Faktor situasional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
1. Aspek ekologis
Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh kondisi alam (geografi) dan iklim (suhu).
perilaku manusia.
3. Faktor Temporal
4. Peran teknologi
6. Elemen masyarakat
Faktor ini membahas tiga topik: sistem peran, struktur sosial, dan karakteristik
individu.
Pada dasarnya, ada berbagai situasi di mana seseorang memiliki kebebasan untuk
bertindak dan yang lainnya tidak. Kita akan terdorong untuk melakukan perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
atau tertutup (convert) disebut sebagai perilaku tertutup. Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih sebatas perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tetapi tidak mudah diamati oleh
orang lain.
21
atau terdengar. Respon terhadap stimulus tersebut terlihat dalam bentuk tindakan atau
praktik, yang dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain.
Covid-19
menghadapi penyebaran virus Covid-19. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
1. Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh agar stamina tubuh tetap tinggi dan daya
2. Secara teratur mencuci tangan dengan sabun dan air atau handrub berbasis alkohol.
Mencuci tangan dengan saksama tidak hanya membunuh virus yang mungkin ada
di tangan Anda, tetapi juga salah satu tindakan paling sederhana dan paling murah.
3. Hindari melakukan kontak mata dengan orang lain atau pergi ke tempat umum.
4. Tutup hidung dan mulut dengan tisu atau bagian dalam lengan atas saat batuk atau
5. Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut (wajah segitiga). Tangan bersentuhan
dengan berbagai barang yang mungkin terkontaminasi virus. Virus dapat dengan
mudah masuk ke tubuh Anda jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut
6. Hindari keluar rumah jika Anda sakit, terutama jika Anda demam, batuk, atau sulit
D. Peran Guru
Pemain memainkan peran. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang
pemain, atau tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa (Agustin: 485).
Peran adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebagai akibat dari suatu kebutuhan atau
tuntutan dalam suatu profesi, atau sebagai akibat dari keadaan dan kenyataan. Jadi
peran adalah perilaku yang diharapkan orang lain dari seseorang berdasarkan
posisinya dalam suatu sistem. Akibatnya peran tersebut dipengaruhi oleh kondisi
sosial internal maupun eksternal dan bersifat stabil (Fadil dkk, 2013: 3)
peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Peran
adalah fungsi yang dilakukan seseorang saat berada dalam posisi tertentu; seseorang
pendidikan formal, tetapi juga masjid, rumah, dan sebagainya (Djamrah, 2005: 31).
Menurut Al-Ghozali, guru adalah orang yang mengantarkan anak didik dan
Anda tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan materi pelajaran, tetapi
Anda juga bertanggung jawab untuk memberikan wawasan kepada siswa agar mereka
menyenangkan (Rusin Ibnu, 2000: 64). Menjelaskan tugas kemanusiaan dan tugas
23
ketuhanan di sini berarti bahwa akhlak yang ingin dibentuk oleh pendidikan, yaitu
peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bertakwa sosial dan taat kepada Allah
SWT, merupakan akhlak yang berusaha dibentuk oleh pendidikan. Guru berperan
sebagai panutan bagi siswanya, sehingga semua guru harus menunjukkan akhlak
mulianya di depan siswanya. Tentu saja tidak pantas seorang guru melakukan
tindakan yang bertentangan dengan moral dan norma sosial dari agama yang
dianutnya.
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Sulhan, 2011:
2). Menjadi seorang guru bukanlah proses dalam semalam; itu dimulai dengan
guru adalah sebagai sosok yang terhormat di masyarakat karena ia tampak sebagai
orang yang berwibawa, sebagai penilai, sebagai nara sumber karena ia memberikan
ilmu, sebagai penolong, sebagai wasiat, sebagai tujuan, sebagai objek identifikasi.,
sebagai penyangga rasa takut, sebagai pemimpin kelompok, sebagai orang tua atau
penjamin.
Al Ghazali menjelaskan peran guru dalam Nata (2001: 94), yaitu guru yang
menuntunnya kepada Tuhan, dan guru adalah orang yang menerima amanat orang tua
untuk mendiGuru sebagai pengajar yaitu gurudik anak di sekolah. menyatakan bahwa
kelas dan menyampaikan pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memahami peran
guru secara positif. Selain itu, guru berupaya mengubah perilaku, sikap, dan
mengenal seluk beluk siswa. Hal ini tidak akan terjadi kecuali guru mengamati dan
mendekati siswa. Sudut pandang ini didukung oleh sudut pandang Nana Syaoidah
yang menyatakan bahwa guru harus memiliki pemahaman yang menyeluruh terhadap
siswanya, termasuk semua potensi dan kelemahannya, masalah, dan latar belakangnya.
Untuk mencapai kondisi ini, guru harus sering mendekati siswa, membina hubungan
yang lebih dekat dan lebih dekat.memperhatikan hal-hal dan terlibat dalam
Guru sebagai pribadi adalah guru yang memiliki karakteristik yang dihargai
oleh siswa, orang tua, dan masyarakatnya. Guru menurut Akiyah Daradjat (2001:263)
3) Menanamkan dalam diri guru dan siswa rasa saling menghormati, tanggung jawab,
dan kepercayaan.
siswa sampai pada titik dimana pembelajaran di kelas tidak lagi memadai. Menurut
para ahli, perilaku manusia dimotivasi oleh motif-motif tertentu, dan tindakan
belajar akan berhasil jika didasari oleh motivasi yang dimiliki siswa (Hamalik,
karakter, dan menanamkan kebajikan dalam diri mereka, serta berperan sebagai
2.Tugas Guru
a. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran
pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa. 14 Terbina saling pengertian, baik
menekankan pada kegiatan siswa, istilah fasilitator akhir-akhir ini mulai digunakan
peran guru ketika melaksanakan tugas. interaksi belajar mengajar. Wina Senjaya
untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Peran guru sebagai
yang semula lebih bersifat “topdown” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang
bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat. Sementara, siswa lebih
diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala
sesuatu yang dikehendaki oleh guru. Berbeda dengan pola hubungan “top-down”,
hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping
belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan.
Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya
berbagai media dan sumber belajar. Ungkapan ini mengandung makna bahwa, untuk
mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru harus menyediakan sumber dan media
belajar yang tepat dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran, daripada
Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang sukses
yakni: mendengarkan dan tidak mendominasi, bersikap sabar, menghargai dan rendah
hati, mau belajar, bersikap sederajat. bersikap akrab dan melebur, tidak berusaha
bersikap positif.
siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami
28
pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator (Akhmad
Sudrajat, 2012).
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Dalam
perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang
memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara
merujuk pada pemikiran (Wina Senjaya, 2008), di bawah ini dikemukakan beberapa
petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai Tujuan yang jelas dapat membuat siswa
paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran
dapat 15 menumbukan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat
2) Membangkitkan minat siswa Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka
memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara
a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat
siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna
untuk kehidupannya.
29
Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh
dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu
sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal
mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk
belajar.
3) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar Siswa hanya mungkin dapat
belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman,
bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar,
terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang
lucu.
4) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa Motivasi akan
tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak
selamanya harus dengan kata-kata, akan tetapi dapat dilakukan dengan isyarat,
misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata
yang meyakinkan.
5) Berikan penilaian. Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.
Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi
30
motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan secara
dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya.
7) Ciptakan persaingan dan kerja sama Persaingan yang sehat dapat memberikan
memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar-
individu.
yang serba bisa dihadapan peserta didiknya, sehingga akan merasa malu atau gengsi
jika seorang guru kalah ilmu dihadapan siswanya. Sebenarnya guru sebagaimana
dilukiskan Earl V Pullias dan James young bukan hanya menjadi sumber transfer ilmu
moderator, modernisator, peneliti, atau paling tidak sebagai pemberi inspirasi bagi
siswanya. Dengan demikian, guru yang mengambil peran sebagai inspirator, secara
langsung dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, luwes dalam
berkomunikasi, rendah hati, selalu ingin belajar dan bekerja keras, fleksibilitas dalam
bergaul, berani bersikap, memiliki prinsip dalam kebenaran, dan yang paling utama
belajar siswa. Kesulitan belajar merupakan masalah yang paling sering dialami oleh
siswa, dan guru harus dapat memberikan bimbingan tentang cara belajar yang efektif.
Mungkin pernyataan yang terlambat untuk mengatakan bahwa profesi guru adalah
inspirasi, karena guru dilahirkan hanya untuk menempati ranah inspirasi. Jika posisi
ini dapat diisi, cita-cita Andreas Harefa untuk mengembangkan pribadi yang belajar
akan segera terwujud. Ing Ngarsa Sun Tuladha-Ing Madya Mangun Karsa-Tut Wuri
strategi, metode, cara, atau konsep baru dalam mengajar. Sebagai seorang inovator,
proses yang dinamis. Dinamisasi pola kehidupan seringkali jauh melebihi kemampuan
adaptasi yang dimiliki oleh seseorang sehingga seringkali terjadi satu atau beberapa
perbedaan sehingga muncul fiksi/ gesekan yang pada akhirnya menjadikan perbedaan
konsep. Dan, anak didik adalah sosok yang belum stabil dalam segala aspek sehingga
setiap kali menghadapi persoalan dalam hidup atau proses hidup, maka sebuah teladan
bagus agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itulah, maka
menuntut setiap orang untuk memberikan sesuatu yang baru sehingga selalu sejalan
E. Anak Remaja
1. Definisi
2014, remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10 sampai dengan 18
tahun, sedangkan menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah yang
berusia antara 10 tahun. dan 19 tahun. Masa remaja dibagi menjadi beberapa
tingkatan, yang pertama adalah masa remaja awal (Hurlock, 2011).Remaja disebut
sebagai adolescere dalam bahasa latin yang berarti dewasa dan berkembang menjadi
manusia dewasa. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi anak dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi
beberapa perubahan, antara lain perubahan kognitif, biologis, emosional, dan sosial.
Desmita (2010)
Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia
Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14
tahun). Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa usia Sekolah
bergaul, serta keinginan utuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan
e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.
g. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang
Masa remaja bertepatan dengan usia sekolah menengah, menurut Syamsu Yusuf
(2004: 26-27). Masa remaja adalah masa yang mendapat banyak perhatian karena
karakteristik yang berbeda dan peran penting dalam kehidupan individu dalam
masyarakat dewasa. Jangka waktu ini dapat dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu
sebagai berikut:
Masa praremaja biasanya hanya periode waktu yang singkat. Masa ini ditandai
dengan sifat-sifat negatif pada diri remaja, sehingga sering disebut masa negatif,
dengan gejala-gejala seperti gelisah, kurang bekerja, hasutan, dan sebagainya. Sifat-
sifat negatif ini secara garis besar dapat diringkas sebagai (a) negatif dalam
pencapaian, baik pencapaian fisik maupun mental; dan (b) sikap sosial yang negatif,
34
baik menarik diri dari masyarakat (negatif pasif) atau agresif terhadap masyarakat
(negatif aktif).
Remaja mulai mengembangkan keinginan untuk hidup pada usia ini, serta
kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan membantu mereka, serta teman
yang dengannya mereka dapat berbagi suka dan duka. Masa ini, sebagai masa mencari
sesuatu yang berharga, patut dijunjung tinggi dan disembah, sehingga dikenal dengan
masa kerinduan akan puja (pendewaan), yaitu sebagai gejala masa remaja.Proses
pembentukan atau pandangan hidup seseorang atau tujuan hidup seseorang dapat
kehidupan dimulai ketika, tanpa adanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang
dianggap berharga, layak disembah, bahkan jika hal yang disembahnya belum
memiliki bentuk tertentu; bahkan remaja seringkali hanya tahu bahwa mereka
menginginkan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang mereka inginkan. Kedua, objek
pemujaan menjadi lebih jelas yaitu individu yang dianggap mendukung nilai-nilai
tertentu menjadi personifikasi nilai). Anak laki-laki sering kali aktif meniru,
sedangkan anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memuja dalam fa.
sikap hidupnya dan memasuki masa dewasa. Siswa SMP berada pada masa transisi
dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Perilaku masa transisi ini menciptakan
berbagai situasi di mana kontrol emosi siswa tidak stabil. Rasa ingin tahu tentang hal-
35
hal baru yang belum pernah terlihat sebelumnya menghasilkan perilaku yang mulai
a. Perkembangan Kognitif
b. Perkembangan Emosi
perkembangan fisik, sosial, psikologis, mental, energi, dan emosional yang cepat,
Pada tahap remaja, hubungan sosial akan muncul dan menjadi semakin jelas;
remaja merasa kesepian dan, sebagai akibatnya, mencari pergaulan. Dalam proses
Masa remaja merupakan masa bagi remaja untuk melepaskan diri dari
lingkungan dan orang tua untuk menemukan jati dirinya, sehingga pembentukan
nilai menjadi sangat penting. Pembentukan nilai dapat dilakukan melalui peniruan
atau peniruan, serta mengidentifikasi panutan atau panutan yang akan dijadikan
institusi dan kekuasaan karena diyakini sebagai sesuatu yang penting, meskipun
kehidupan yang ditanamkan oleh orang tuanya, itu adalah salah satu karakter
F. Skala Linkert
Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert ini terdiri dari 5 pilihan skala
yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju (STS).
Setuju (S)
Ragu-ragu (RG)
Selain gradasi Persetujuan, dapat juga digunakan pada beberapa jenis gradasi tentang
Sangat Suka
Suka
Netral
Tidak Suka
dalam bentuk angket atau kuesioner dengan pilihan ganda atau checklist (daftar
periksa).
Misalnya, dalam perhitungan rumus Slovin ini mendapatkan hasil 100 orang
responden. Jawaban dari 100 responden tersebut akan kita analisis dengan melakukan
Berdasarkan data tersebut, terdapat 60 responden atau 60% yang menjawab setuju (30
responden) dan sangat setuju (30 responden). Dengan hasil tersebut, dapat diambil
peraturan perusahaan.
Cara kedua adalah dengan analisis interval. Agar dapat dihitung dalam bentuk
kuantitatif, jawaban-jawaban dari Responden tersebut dapat diberi bobot nilai atau
Interval Penilaian
Karena nilai Indeks yang kita dapatkan dari perhitungan adalah 72%, maka dapat
G. Kerangka Teori
Pengetahuan Prilaku
7. Psikososial
Hubungan Pengetahuan
dengan Prilaku siswa
tentang protokol kesehatan
41
H. Hipotesis
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey analitik yaitu survey
yang bertujuan untuk menggali mengapa pristiwa itu bisa terjadi kemudian dilakukan
analisis korelasi antar variabel. (Notoatmodjo, 2005) dan pendekatan waktu yang
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret -Mei 2021 di SMP Negeri 1 Talang
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah Guru di SMP Negeri 1 Talang Kelapa yang
berjumlah 83 Orang
2. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012) merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil dari populasi tersebut
populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara
keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan jenis Non Probability
42
43
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi tiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Non Probability Sampling yang dipilih
dikemukakan oleh Sugiyono (2012) yang mengatakan bahwa: “Sampling jenuh adalah
teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”
(Sugiyono, 2012).
Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100
orang, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yaitu sebanyak 83 orang.
a. Kriteria Inklusi
Selatan
b.Kriteria Ekslusi
1. Data Primer
Data primer diproleh dari responden yang bersedia mengisi kuisoner yang
a. Datang ke SMP Negeri 1 Talang Kelapa banyuasin untuk meminta data dan
b. Penulis datang kesekolah untuk mendata jumlah guru yang dijadikan sampel.
44
2. Data sekunder
Sumatra Selatan bagian adminstrasi untuk data-data calon responden yang merupakan
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
F. Variabel Penelitian
G. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
2.Prilaku
Definisi :
perbatasan, komunikasi, area pendidikan, dan area publik dan transportasi, termasuk
Besar (PSBB) dibeberapa wilayah yang ada di Indonesia. Salah satu tindakan dalam
menggunakan masker.
47
H. Kerangka Operasional
Data dianalisis
dan diolah
Ada Tidak
Hubungan Ada Hubungan
Hasil
48
1. Pengolahan data
a. Editing
Memeriksa dengan cara melihat kembali hasil pengumpulan data, baik isi
b. Coding
menurut jenisnya, yaitu memberikan kode pada variabel pengetahuan dan prilaku
skor/nilai.
c. Entry Data
d. Tabulating
2. Analisis Data
a. Uji Univariat
b. Analisis Bivariat
hipotesis antar variabel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi.
Syarat statistik yang digunakan yaitu dengan Chi Square (x2) dengan bantuan
SPSS 16.0 for window. Namun apabila tabel kontingensi 2 X 2, tetapi tidak
memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus yang digunakan adalah Fisher
probabilitas <0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan
tetapi jika probabilitas >0,05 maka H0 diterima, berarti kedua variabel tidak ada
hubungan.
Tinggi a b a+b
Rendah c d c+d
Tepat a b a+b
A. Hasil
21 - 30 tahun 10 12,04%
31 - 40 tahun 14 16,86%
41 - 50 tahun 24 28,91%
51 - 60 tahun 35 42,16%
Laki-Laki 17 20,50%
Perempuan 66 79,50%
51
52
Frekuens
Pengetahuan tentang protokol kesehatan Persentase
i
Tinggi 76 91,60%
Rendah 7 8,40%
Total 83 100%
Tepat 70 84%
Total 83 100%
53
Tinggi 65 11 76
Rendah 5 2 7 0,301
Total 70 13 83
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2021 diawali
dengan mencari data dan informasi mengenai guru di SMP Negeri 1 Talang
Kelapa dan didapatkan jumlah responden yang akan dijadikan sampel berjumlah
kurang dari 100 maka sampel diambil keseluruhan ,sehingga sampel yang saya
gunakan disini adalah jumlah seluruh Populasi guru yaitu 83 orang, dilanjutkann
dengan meminta izin kepada kepala sekolah dan mengatur jadwal pelaksanaan
penelitian disana.
langsung kepada responden. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan hasil yang
diolah menggunkan uji statistik yaitu uji chi- square, namun dikarenakan tabel
kontingensi 2 X 2 tidak memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus yang
digunakan adalah Fisher Exact Test. (Supranto, 2000) sehingga diperoleh hasil
pada penelitian kali ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Guru
nilai P <0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan
tetapi jika P >0,05 maka H0 diterima, berarti kedua variabel tidak ada hubungan.
tahun berjumlah 35 Orang dengan persentase (42,16%), dan jumlah yang paling
55
kecik adalah responen denga usia 21-30 tahun berjumlah 10 orang dengan
persentase (12,04%).
berjumlah 66 orang dengan persentase (79,48%) dan sisanya adalah laki- laki
3. Riwayat Responden
2 minggu terakhir terhadap pasien atau penderita COVID-19 dan didapatkan hasil
dari 75% tenaga pendidik mengetahui bahwa COVID-19 merupakan infeksi yang
disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kematian (fatal) dengan periode
inkubasi virus selama 2-14 hari sehingga gejala infeksi COVID-19 akan muncul
88% responden tidak memiliki penyakit menahun sama halnya seperti penelitian
pada lansia dan individu yang memiliki penyakit kronis mendasar seperti
tidak mengalami demam pada 2 minggu terakhir dan 82% responden menjawab
bernafas dalam seminggu terakhir. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Erfani dkk. (2020) terhadap masyarakat Iran dimana
sekitar 90% masyarakat mengetahui bahwa demam dan batuk merupakan salah
didapatkan bahwa penilaian angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban
salah. Seluruh jawaban kuesioner ini dikumpulkan dan dihitung Jika nilainya ≥70
dan di akumulasi , dinilai berdasarkan skoring tang telah ditetapkan. Dan hasilnya
informasi yang baik mengenai Covid-19 dan Protokol Kesehatan tersebut. Sama
dalam kategori cukup sebanyak 31 responden (6,8%) dan dalam kategori kurang
7,23% responden menjawab salah. Pengetahuan yang baik dapat didukung oleh
2020). Situasi pandemi dan berita yang banyak beredar mengenai COVID-19
dari berbagai media informasi dan situs resmi pemerintah (Zhong dkk., 2020)
menenai lama virus tersebut bisa bertahan diudara dan 89,15% responden
menjawab benar dan 10,85% responden masih menjawab salah artinya masih ada
bahwa pngetahuan responden pada komponen pertanyaan ke 2 ini msaih ada yang
yang menyebar melalui udara dan bergerak hingga jarak yang jauh.
SARS CoV-2 hidup yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi tidak diketahui
(WHO, 2020)
58
dalam komponen ini didapatkan hasil bahwa 75,90% responden menjawab benar
dan 24,10% responden masih menjawab salah. Tindakan awal dalam mencegah
dan menjaga jarak (minimal 1 meter) terutama dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan (Kemenkes RI, 2020). Dalam faktanya, orang tanpa gejala
dengan orang yang menunjukkan berbagai gejala (Yanti dkk., 2020). Berdasarkan
hasil penelitian (Selvi,2021), lebih dari 65% tenaga pendidik mengetahui cara
umum covid-19 didapatkah hasil bahwa 80,72% responden menjawab benar dan
sisanya 19,28% menjawab salah . dilihat dari hasil tersebut bahwa tingkat
dikatakan tinggi. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan (Selvi,2021)
menunjukkan bahwa lebih dari 80% tenaga pendidik mengetahui bahwa demam,
diluar rumah dan didapatkan hasil bahwa 95,18% menjawab benar dan 4,82%
59
dan didapatkan hasil penelitian berupa 87,95% responden menjawab benar dan
kematian bagi penderita penyakit kronis dan mengenai golongan yang beresiko
dan 15,67% responden menjawab salah untuk komponen pertanyaan ketujuh dan
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan (Selvi, 2021) Sebesar 73,6%
COVID-19 yang berat yaitu bagi penderita yang berusia lanjut dan memiliki
penyakit penyerta.
normal dengan hasil yang diperoleh 66,26% responden menjawab benar dan
dan menjaga jarak (minimal 1 meter) terutama dari orang yang mengalami gejala
mandiri dirumah dan didapatkan hasil 73,49% responden menjawab benar dan
meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan
jawaban tidak pernah untuk penilaian ini berlaku pada soal nomor 1 sampai 5
4 untuk jawaban jarang ,dan 5 untuk jawaban tidak pernah. Jawaban kuesioner ini
dikumpulkan dan dihitung bila nilainya ≥ 60% maka perilakunya Tepat dan bila
terdiri dari beberapa komponen yang dinilai berdasarkan skoring ynag telah
ditetapkan, hal ini menunjukkan bahwa 84% responden memiliki prilaku yang
tepat dalam menerapkan protokol kesehatan dan 16% responden memiliki prilaku
61
responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebanyak 413 responden
(90%). Sedangkan responden yang memiliki sikap dalam kategori cukup sebanyak
19 responden (4,1%) dan responden yang memiliki sikap dalam kategori kurang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dan Anisa (2020) mengenai
sering mencuci tangan dengan sabun , dan 3,61% responden memilih opsi
lebih dari 80% tenaga pendidik (guru) setuju bahwa menggunakan masker dan
ditempat umum dan didapatkan hasil bahwa 68,67% responden menjawab selalu
1 meter dan didapatkan hasil 44,57% responden selalu menjaga jarak minimal 1
16,86% jarang menjaga jarak minimal 1 meter , 3,61% jarang menjaga jarak
minimal 1 meter dan sisanya 1,20% tidak pernah menjaga jarak minimal 1 meter.
minimal 1 meter, dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun (Sukesih dkk.,
2020).
63
Komponen kelima meneliti tentang menjaga jarak dengan usia lanjut dan
didapatkan hasil 22,89% responden selalu menjaga jarak dengan usia lanjut.
24,09% responden sering menjaga jarak dengan usia lanjut. 2,77% responden
menjaga jarak dengan usia lanjut dan 15,66% tidak pernah menjaga jarak dengan
dan didapatkan hasil bahwa 3,61% responden selsu berkerumun ditempat ramai.
ditempat ramai dan 9,63% responden tidak pernah berkerumun di tempat ramai.
kendaraan umum.
Kesehatan
kontingensi 2 X 2, tetapi tidak memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus
yang digunakan adalah Fisher Exact Test. (Supranto, 2000). karena ada satu cell
yang tidak memenuhi syarat uji chi-square yang disebabkan oleh nilai yang
kurang dari 5 makan dilakukan kembali uji fisher dan didapatkan hasil p value =
0,301 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang artinya Tidak
Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa secara signifikan. Dari hasil tersebut
19. Menurut Rachmani dkk. (2020), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan dengan prilaku guru di SMP Negeri 1 Talang Kelapa sudah tinggi
dan tepat.
2. Hasil uji statistik Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
Talang Kelapa.
3. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
B. Saran
1. Bagi SMP Negeri 1 Talang kelapa agar tetap mematuhi protokol kesehatan saat
tangan dan menjaga jarak dan juga memperbanyak fasiltas tempat cuci tangan di
lingkungan sekolah.
Protokol kesehatan dan Covid-19 agar dapat menggunakan variabel lain tidak
hanya mengacu kepada guru melainkan seluruh warga sekolah terutama bila
66
DAFTAR PUSTAKA
Arini Hardyanti, Selvi . 2021. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Tenaga
Pendidik Terhadap Penanganan dan Pencegahan COVID-19 di
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi, Jurusan farmasi Universitas
Sumatra Utara.
Bandura , Albert (1997). Self Efficacy : The Exercise of Control. New York :
W.H> Freeman and Company
Burhan, R., Isbaniah, F., Susanto, A. D., Aditama, T. Y., Soedarsono, Sartono,
T.R., Suguri, Y.Tantular, R., Sinaga, B. Y. M., Handayani, R. R. D., &
Agustin, H. (2020). PNEUMONIA COVID-19 DIAGNOSIS &
PENATALAKSANAAN DI INDONESIA. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia
Dai, S. P., Zhao, X., & Wu, J. hui. (2020). Effects of Comorbidities on the Elderly
Patients with COVID-19: Clinical Characteristics of Elderly Patients
Infected with COVID-19 from Sichuan, China. Journal of Nutrition,
Health and Aging
Devi Pramita Sari and Nabila Sholihah ‘Atiqoh (2020) ‘Hubungan Antara
Pengetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai
Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19 Di Ngronggah’, Infokes: Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 10(1), pp. 52–55. doi:
10.47701/infokes.v10i1.850.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Guru dan anak didik dalam Interaksi Edukatif.
Rineka Cipta.Jakarta, Indonesia
67
68
Erfani, A., Reza, S., Kevin, R., Alireza, M., Mohsen, M. 2020.
Knowledge,Attitude and Practice Toward The Novel Coronavirus
(COVID-19) Outbreak: A Population-Based Survey in Iran. [online]
https://www.researchgate.net/publication/340457803_Knowledge_Attitu_
and_Practice_toward_the_Novel_Coronavirus_COVID19_Outbreak_A_
opulatio n-Based_Survey_in_Iran. [diakses: 07 April 2021].
Ihsanuddin. (2020). Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di
Rumah Perlu Digencarkan Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul “Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di Rumah
Perlu Digencarkan”, https://nasional.kompas.com/read/2020/03. Kompas.
Julian. (2020). Kepala Dinkes Sumsel Sebut Penyebab Peningkatan Kasus Positif
Covid-19. Retrieved https://zonabanten.pikiranrakyat.com/nasional/pr
23583130/kepala-dinkes-sumsel-sebut-penyebab-peningkatan-kasus
positifcovid-19?page=2
Mantra, Ida Bagus. 1989. Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa Ke Kota Di
Indonesia.Yogyakarta :Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah
Mada
Mohamad Ali & Ansori. (2012). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta Bumi Aksara. Jakarta, Indonesia
Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal
Sosial Humaniora Terapan. Vol. 2 No.2. Universitas Indonesia : Program
Studi Periklanan Kreatif Program Pendidikan Vokasi
Nurul Aula, S. K. (2020) ‘Peran Tokoh Agama Dalam Memutus Rantai Pandemi
Covid-19 Di Media Online Indonesia’, Living Islam: Journal of Islamic
Discourses, 3(1), p. 125. doi: 10.14421/lijid.v3i1.2224..
Peng, Y. et al., 2020. Knowledge, Attitude and Practice Associated with COVID-
19 among. Research square. as Compared with SARSCoV-1. Nejm, 382(1),
1564– 1567. Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika
Sari, A.R., Fauzi, R., Anggun, W., Nita, P., Nur, L., Vina, Y.A., dkk. 2020.
Perilaku Pencegahan Covid-19 Ditinjau Dari Karakteristik Individu dan
Sikap Masyarakat. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 1(1): 35.
Sri Puji Astuti, (2014) Hubungan Dukungan Sosial Peer Group Dan Kontrol Diri
Dengan Kepatuhan Terhadap Norma Sosial. Skripsi.Universitas Islam
Negeri Sultan Sarif Kasim Riau.
71
Sukesih., Usman., Setia, B., Dian, N.A.S. 2020. Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa tentang Pencegahan COVID-19 di Indonesia. Jurnal Ilmu
Sukur, M.H., Bayu, K., Ray, F. 2020. Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa
Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Journal Inicio
Legis. 1(1):3.
Supranto, J., 2016. Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta, Indonesia
Usman, S., Budi, S. and Nur Adkhana Sari, D. (2020) ‘Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia’, /
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), pp. 410–414. Available
at: Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Kesehatan Tentang
Pencegahan Covid-19 Di Indonesia.
Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Yogyakarta : Nuha Medika
Yanti, N.P.E.D., Made, A.D.P.N., Gede, A.W., Ni, P.DA., Ni., P.A.D. 2020.
Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang COVID-19 dan Perilaku
Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa.
8(3): 498-499.
Zhong, B.L., Wei, L., Hai, M.L., Qian-Qian, Z., Xiao-Ge, L., Wen-Tian, L. 2020.
Knowledge, attitudes, and practices towards COVID-19 among Chinese
residents during the rapid rise period of the COVID-19 outbreak: a quick
online cross-sectional survey. International Journal of Biological
Sciences.16(10): 1745, 1750.
LAMPIRAN
72
73
74
75
Selalu (5) Sering (4) Kadang-Kadang (3) Jarang (2) Tidak Pernah (1)
Komponen Prilaku
F % F % F % F % F %
1. Saya mencuci tangan dengan sabun
atau mengunakan hand sanitizer
setelah memegang benda-benda di 50 60,2 30 36,1 3 3,6 0 0 0 0
tempat umum
2. Saya mandi dan mengganti pakaian
setelah pulang dari bepergian 51 61,4 16 18,2 15 18 1 1,2 0 0
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Elfa Sakinah
BIODATA
90