Anda di halaman 1dari 103

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRILAKU

GURU TERHADAP PENERAPAN PROTOKOL


KESEHATAN DI SMP NEGERI 1
TALANG KELAPA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Kesehatan

OLEH:
ELFA SAKINAH
NIM: PO.71.39.1.18.008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI 202I
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah/Laporan Tugas Akhir/Skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.

Nama : Elfa Sakinah


NIM : PO.71.39.1.18.008
Tanda Tangan :

Tanggal : 24 Agustus 2021


HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim
 Alhamdulillah, puji syukur kuucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan karya sederhana ini. Karya
sederhana ini aku persembahkan untuk :
 Umi dan Abi yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayangnya dalam
segala hal baik doa, semangat dan materi yang tidak akan mampu terbalaskan.
Umi ,Abi. Ini untuk kalian, buah hasil kerja keras ku yang mampu aku berikan
untuk kalian. Terima kasih atas semuanya, semoga kalian bahagia selalu.
 Adikku, terima kasih atas waktu yang diberikan yang selalu menggangu dan
menghibur dikala overthingikng menyerang. Teruslah semangat menggapai
cita-citamu. Semoga lebih sukses kedepanya bro and sist
 Pembimbing terbaikku Bapak M.Taswin, S.Si., Apt., MM., M.Kes sekaligus
direktur poltekkes palembang dan Ibu Mindawarnis.,S.Si.,Apt.,M.Kes
sekaligus Ketua jurusan Farmasi yang telah berperan penting dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih untuk saran dan kritik
yang selalu diberikan dalam pembuatan KTI ini serta waktu yang diberikan
untuk selalu mendengarkan keluh dan kesah ku. Terima kasih..

 Dosen beserta Staff Jurusan Farmasi. Terima kasih telah memberikan


support, semangat dan nasihat yang menjadikan kami pribadi yang lebih baik.
 For ma toxic friend Wira, yang selalu menjadi my 911 call dan yang sudah
menjadi replika dosen pengujiku sebelum sidang hari H . Thanks sudah mau
meminjamkan otaknya dan memberikan ide,kritik dan effortnya dalam
penulisan KTI ini. Btw Suksess selalu eaa .
 Nabila dan Annisa Thanks for your support as my friend since SMA till now.
Thanks sudah mau mendengar keluh kesahku masalah perkuliahan maupun
percintaan.
 For ma fren AKJ thanks buat effortnya dalam pengumpulan data pada KTI
ini , yang sudah mau membantu mengambil sempel kelapangan.Sukses selalu.
 Teman seperjuangan ku Siska , Refi, dan Laila makasihh sudah mau
membantu dalam segala hal dalam perkuliahan.
 Dan Karya Tulis Ilmiah ini juga saya Persembahkan khusus untuk
Pendamping Hidup saya (kelak).

 Almamater tercinta dan teman-teman Poltekkes Kemenkes Palembang


Jurusan Farmasi
ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit yang disebabkan virus corona, atau sering disebut
dengan COVID-19, adalah jenis virus baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan
belum pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya. Sehingga
kemendikbud memberikan intruksi kepada pihak sekolah terutama guru untuk
memastikan ketersediaan sarana untuk cuci tangan pakai sabun dan alat pembersih
sekali pakai diberbagai lokasi satuan pendidikan. Oleh karena itu tulisan ini
bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dengan prilaku guru dan juga
memberikan rekomendasi penerapan protokol kesehatan di SMP Negeri 1 Talang
Kelapa.

Metode: Merupakan penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menggali


mengapa peristiwa itu bisa terjadi dan pendekatan waktu cross sectional.
kemudian dianalisis menggunakan uji chi-squre dengan exact fisher pada aplikasi
SPSS dengan menggunakan seluruh populasi sebagai sampel dimana jumlah
sampel yang digunakan berjumlah 83 orang guru di SMP negeri 1 Talang Kelapa.

Hasil: Tingkat pengetahuan guru tentang protokol kesehatan tinggi dengan


persentase 91,6% dan prilaku tepat dengan persentase 84% . Kemudian dicari
hubungan pengetahuan dengan prilaku dan didapatkan nilai P-Value adalah 0,301
yang artinya bahwa Ho diterima yang atrinya Tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan prilaku guru terhadap penerapan protokol kesehatan di
SMP Negeri 1 Talang kelapa.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan


prilaku seseorang. Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkatan pengetahuan dimana
respondenhanya mengingat materi yang dipelajari sebelumnya (tahu) namun tidak
mengaplikasikan langsung dikehidupan sebenarnya dan banyak faktor lain yang
dapat mempengaruhi prilaku seseorang antara lain norma dan lingkungan sosia

Kata Kunci: Pengetahuan , Prilaku Guru, Protokol Kesehatan


ABSTRACT

Background: The disease caused by the corona virus, or often referred to as


COVID-19, is a new type of virus that was discovered in 2019 and has never been
identified to attack humans before. So the Ministry of Education and Culture
provides instructions to schools, especially teachers, to ensure the availability of
facilities for washing hands with soap and disposable cleaning tools in various
locations of the education unit. Therefore, this paper aims to analyze knowledge
with teacher behavior and also provide recommendations for the application of
health protocols at SMP Negeri 1 Talang Kelapa.

Methods: This is an analytic survey research that aims to explore why the event
could occur and a cross sectional time approach. then analyzed using the chi-
square test with exact fisher on the SPSS application using the entire population
as a sample where the number of samples used amounted to 83 teachers at SMP
Negeri 1 Talang Kelapa.

Results: The level of teacher knowledge about health protocols is high with a
percentage of 91.6% and appropriate behavior with a percentage of 84%. Then
look for the relationship between knowledge and behavior and the P-Value value
is 0.301, which means that Ho is accepted, which means that there is no
significant relationship between knowledge and teacher behavior on the
application of health protocols at SMP Negeri 1 Talang Kelapa.

Conclusion: It can be concluded that there is no relationship between knowledge


and a person's behavior. This can be related to the level of knowledge where the
respondent only remembers previously learned material (knows) but does not
apply it directly to real life and many other factors that can influence a person's
behavior, including norms and social environment.

Keywords: Knowledge, Teacher Behavior, Health Protocol


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT berkat kasih karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Guru Terhadap Penerapan
Protokol Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mengalami


kesulitan terutama karena kurangnya pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
semua pihak Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dan penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak M. Taswin, S.Si., Apt., MM., M.Kes selaku pembimbing


utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Mindawarnis, S.Si., Apt., M.Kes selaku pembimbing
pendamping sekaligus Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes Palembang
Jurusan Farmasi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kedua Orang Tua dan Adikku yang selalu berdoa untuk penulis,
memberikan motivasi, dukungan moril dan material
4. Bapak dan ibu dosen pengajar serta staf Poltekkes Kemenkes
Palembang Jurusan Farmasi.

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan,


pengalaman yang dimiliki sehingga Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengarapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan kedepannya.

Palembang, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................
ABSTRAK.............. ..............................................................................................
ABSTRACT...........................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
BAB 1PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
A. Covid-19 ............................................................................................ 7
1. Definisi ............................................................................................ 7
2. Gejala Klinis .................................................................................... 8
3. Penularan Virus Covid-19 ................................................................ 8
4. Pengurangan Resiko Penularan ...................................................... 10
B. Pengetahuan ..................................................................................... 11
1. Definisi .......................................................................................... 11
2. Tingkat Pengetahuan ...................................................................... 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................ 13
4. Aspek Pengetahuan yang Harus di Ketahui Remaja Tentang Virus
Covid-19 ............................................................................................ 15
C. Prilaku .............................................................................................. 17
1. Definisi .......................................................................................... 17
2. Proses Pembentukkan Prilaku ........................................................ 17
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia .................... 18
4. Macam-Macam Perilaku Manusia .................................................. 20
5. Aspek Prilaku yang Harus di Terapkan Remaja Untuk Mencegah
Penyebaran ....................................................................................... 21
D. Peran Guru ....................................................................................... 22
1. Definisi Peran Guru ....................................................................... 22
2.Tugas Guru ..................................................................................... 26
3. Guru sebagai Inspirator .................................................................. 30
4. Guru Sebagai Inovator ................................................................... 31
E. Anak Remaja .................................................................................... 32
1. Definisi .......................................................................................... 32

ii
2. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ................. 32
3. Pembagian Masa Remaja ............................................................... 33
4. Tugas Perkembangan Remaja ........................................................ 35
F. Skala Linkert .................................................................................... 37
G. Kerangka Teori ................................................................................ 40
H. Hipotesis .......................................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 42
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 42
1. Populasi ......................................................................................... 42
2. Sampel ........................................................................................... 42
3.Kriteria Inklusi dan Eksklusi .............................................................. 43
a. Kriteria Inklusi ............................................................................... 43
b.Kriteria Ekslusi ............................................................................... 43
D. Cara Pengumpulan data .................................................................... 43
1. Data Primer .................................................................................... 43
2. Data sekunder ................................................................................ 44
E.Alat Pengumpulan Data..... ................ ................................................ 44
F.Variabel Penelitian.............................. ................................................ 44
G. Definisi Operasional ......................................................................... 45
H. Kerangka Operasional ...................................................................... 47
I.Cara Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 48
1. Pengolahan data ............................................................................. 48
2. Analisis Data.................................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 51
A. Hasil................................................................................................. 51
B. Pembahasan ...................................................................................... 54
1. Pengetahuan Responden tentang Protokol Kesehatan ........................ 56
2. Prilaku Responden tentang Protokol Kesehatan ................................. 60
3. Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Responden tentang Protokol ..... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 66
A. Kesimpulan ...................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 67
BIODATA ........................................................................................................ 89

iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

Tabel 1 . Tabel 2x2 Pengetahuan terhadap Penerapan protokol kesehatan .......... 49


Tabel 2. Tabel 2x2 Prilaku terhadap Penerapan protokol kesehatan .................... 50
Tabel 3 Disribusi Responden Berdasarkan Usia ................................................. 51
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 51
Tabel 5 .Riwayat Responden .............................................................................. 51
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan guru di SMP Negeri 1 Talang Kelapa52
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Prilaku guru di SMP Negeri 1 Talang Kelapa ....... 52
Tabel 8 Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Guru tentang Protokol Kesehatan di
SMP Negeri 1 Talang ......................................................................................... 53

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Corona Virus ............................................................................. 7

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 . Kuisoner yang telah diisi responden .............................................. 72
Lampiran 2 . Surat Izin Melakukan Penelitian .................................................... 75
Lampiran 3. Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian ........................... 76
Lampiran 4 . Hasil jawaban Pengetahuan Ressponden ....................................... 77
Lampiran 5. Hasil jawaban Prilaku Responden .................................................. 79
Lampiran 6. Hasil Pengetahuan dan Prilaku Responden ..................................... 81
Lampiran 7. Daftar Usia dan Jenis Kelamin Responden ..................................... 83
Lampiran 8. Output Uji Chi- Square dengan Uji Expect Fisher .......................... 85
Lampiran 9. DistribusiKomponen Pengetahuan Guru SMP Negeri 1 Talang
Kelapa ............................................................................................................... 86
Lampiran 10 Distribusi Komponen Prilaku Guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa 87
Lampiran 11 . Foto - foto Penelitian ................................................................... 88

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Dunia saat ini Covid-19 adalah kasus pandemik yang terjadi sejak 11

Maret 2020. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus.

Coronaviruses merupakan bagian dari keluarga virus penyebabkan penyakit flu

hingga penyakit yang kondisinya lebih berat seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

Penyakit yang disebabkan virus corona, atau sering disebut dengan COVID-19,

adalah jenis virus baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah

diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (Widiyani, 2020).

Kasus coronaviruses muncul dan menginfeksi manusia pertama kali di

provinsi Wuhan, China. Diduga awal munculnya merupakan penyakit pneumonia,

dengan gejala yang timbul berupa sakit flu pada umumnya. Gejala tersebut antara

lain demam, batuk, sesak napas, letih, dan tidak nafsu makan. Namun berbeda

dengan virus influenza, virus corona dapat berkembang dengan cepat sehingga

mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ serta kematian. Kondisi

darurat ini terutama terjadi pada pasien dengan masalah kesehatan sebelumnya

(Mona, 2020).

Proses penyebaran penyakit ini masih belum banyak diketahui masyarakat,

namun diduga tidak jauh berbeda dengan penyakit dari virus pernafasan lainnya

yang sudah diketahui (Li X dalam Susilo, 2020). Pada manusia apabila virus ini

masuk ke dalam saluran pernafasan dapat menimbulkan kerusakan alveoli paru

1
2

dan menyebabkan gagal nafas.Akan tetapi banyak orang yang terinfeksi Sars-Cov

2 ini hanya mengalami gejala ringan sampai sedang pada saluran pernafasan yang

dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak perlu penanganan khusus. Bagi

kelompok yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti penyakit pernafasan

kronis, penyakit kardiovaskuler, kanker dan diabetes , jika terinfeksi covid-19 ini

dapat mengalami masalah yang lebih serius (WHO, 2020). Menurut data dari

(Listiani 2015), kasus pasien corona per 18 April 2020 di Indonesia berjumlah

5.923 ribu jiwa dengan angka kematian sebanyak 520 jiwa.

Pemerintah Indonesia saat ini sudah menetapkan status darurat bencana

nasional terkait dengan kejadian pandemi virus Covid-19. untuk mengatasi

penyebaran virus ini , pemerintah membuat kebijakan patuh terhadap protokol

kesehatan dan menghimbau untuk sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun

6 langkah, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, hindari

pertemuan yang bersifat massal dan menggunakan masker diluar rumah, aktifitas

bekerja, belajar dan beribadah pun jug dilaksanakan dirumah masing - masing

(Ihsanuddin, 2020)

Protokol kesehatan merupakan salah satu bentuk upaya penanganan wabah

virus Covid-19 yang dilakukan secara efektif (Mardiatno, 2018). Pengetahuan

tentang ancaman yang mereka hadapi dan lingkungan tempat tinggal mereka,

mengetahui cara melindungi diri sendiri dan orang lain, dan melakukan upaya

untuk melindungi diri sendiri dan orang lain, serta faktor dukungan dari orang-

orang terdekat mereka sangat penting dalam pelaksanaan kepatuhan protokol

kesehatan (BNPB, 2018).


3

Pengetahuan tentang penyakit Covid-19 merupakan hal yang sangat penting

diketahui agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus penyakit Covid-19.

Pengetahuan pasien Covid-19 dapat diartikan sebagai mengetahui bahwa pasien

memahami penyakitnya, cara pencegahan, pengobatan, dan komplikasinya (Mona,

2020). Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain

tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya

(Notoatmodjo, 2010). Ada banyak metode untuk memperoleh pengetahuan, salah

satunya adalah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang

mencerdaskan. Melalui proses belajar dapat membuat seseorang memperoleh

pengetahuan baru dan membuka wawasan berfikirnya (Listiani 2015).

Dampaknya bagi mereka yang perseptif adalah perubahan perilaku, artinya

semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya akan semakin baik

(Listiani 2015). Tingkah laku seseorang merupakan salah satu hal yang dapat

dipelajari dan diamati tentang dirinya. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi perilaku manusia atau masyarakat (Donsu, 2017).

COVID-19, menurut UNESCO, telah berdampak pada pendidikan sekitar

290,5 juta siswa di seluruh dunia. meski bersifat sementara, penutupan sekolah

berdampak pada prestasi. Dampak yang paling dikhawatirkan bagi peserta didik

otomatis akan merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang

dijalaninya.

Mendikbud mengarahkan sekolah, khususnya guru, untuk memastikan

ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan alat pembersih sekali pakai di

berbagai lokasi satuan pendidikan. Dengan kebijakan pemerintah ini, guru dapat
4

menginstruksikan siswa untuk menggunakan masker saat memasuki lingkungan

sekolah dan mencuci tangan sebelum melakukan kegiatan pembelajaran secara

langsung menggunakan sabun dan air terlebih dulu, sehingga dengan

dilakukannya hal tersebut dapat mencegah penyebaran COVID-19.

Berdasarkan hasil wienshield survey di SMP Islam Darul Qur’an Padang dari

102 orang 6,7% siswa mengatakan tidak tau tentang 6 langkah mencuci tangan,

25% siswa mengatakan belum mematuhi protokol kesehatan secara benar,

25%siswa belum melakukan physical distancing, 8,3% siswa mengatakan tidak

menggunakan masker saat keluar rumah,33,3% siswa mengatakan tidak harus

selalu waspada terhadap penyebaran virus Covid-19. (Dara, 2020)

Oleh karena itu diketahui bahwa tingkat kepahaman dan kepatuhan siswa

SMP terhadap protokol kesehatan tergolong masih rendah dengan persentase 25%

siswa yang belum mematuhi protokol kesehatan dengan benar . dimana tingkat

pengetahuan dan prilaku siswa terhadap covid-19 salah satu pengaruhnya adalah

pengawasan dari guru. Maka dari itu saya tertarik untuk mengetahui seberapa

paham guru tentang protokol kesehatan dan covid-19 dan bagaimana mereka

mengajak siswa mereka untuk patuh terhadap protokol kesehatan jika kegiatan

belajar mengjar akan dilakukan lagi secara luring kembali nantinya. Penelitian ini

nantinya akan dilaksanakan secara offline dengan cara menyebar qusioner

langsung ke SMP Negeri 1 Talang kelapa dan Mengobservasi sarana perasarana

penunjang protokol kesehatan disana.


5

B. Rumusan Masalah

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh corona virus salah satu jenis

baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum pernah diidentifikasi menyerang

manusia sebelumnya. Akibat kejadian tersebut mendikbud memberikan intruksi

kepada pihak sekolah terutama guru untuk memastikan penerapan 3M

(Menggunakan masker , Mecuci tangan , dan Menjaga jarak) di lingkungan

sekolah berjalan dengan tertib dan sesuai protokol kesehatan . Maka dari itu

pentingnya bekal pengetahuan dan prilaku guru untuk menunjang ketertiban siswa

dalam menerapkan protokol kesehatan dengan benar, jika nantinya akan

dilaksanakan kembali kegiatan belajar mengajar secara offline. Sehingga dapat

dirumuskan masalah adakah hubungan pengetahuan dengan prilaku guru terhadap

penerapan protokol kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Menganalisis hubungan pengetahuan dengan prilaku guru terhadap

protokol kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengukur pengetahuan Guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa tetang

Covid-19 & Penerapan Protokol Kesehatan.

b) Untuk mengukur prilaku Guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa tetang

Covid-19 & Penerapan Protokol Kesehatan.


6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal bagi SMP Negeri 1

Talang Kelapa untuk menerapkan prilaku patuh dalam pelaksanaan Protokol

kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa dan juga memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai pentingnya penerapan protokol kesehatan di lingkungan

sekolah dan bagi peneliti selanjutnya , hasil penelitian ini diharapkan menjadi

sumber referensi untuk meneliti hal yang berkaitan dengan prenyebaran penyakit

Covid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Covid-19

1. Definisi

Gamabar 1 Virus corona

Sumber : https://thestarphoenix.com/

Coronavirus adalah virus RNA sense positif yang memiliki kisaran inang

alami yang luas dan berganti-ganti dan memengaruhi banyak sistem (Weiss SR,

Leibowitz JL. 2011). Coronavirus dapat menyebabkan penyakit klinis pada manusia

yang dapat meluas dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang lebih parah seperti

SARS dan MERS (Lu R dkk , 2020). SARS-CoV-2 yang baru-baru ini muncul telah

menimbulkan malapetaka di China dan menyebabkan situasi pandemi pada populasi

di seluruh dunia, yang menyebabkan wabah penyakit yang belum terkontrol hingga

saat ini, meskipun upaya ekstensif sedang dilakukan untuk melawan virus ini (WHO.

2020) .

Virus ini telah diusulkan untuk ditunjuk / dinamai sindrom pernafasan akut

parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) oleh Internatiyyional Committee on Taxonomy

of Viruses (ICTV), yang menetapkan virus tersebut termasuk dalam kategori virus

corona terkait sindrom pernafasan akut Parah. dan menemukan virus ini terkait

7
8

dengan SARS-CoVs (Neuman BW dkk , Penzar D. 2020.). SARS-CoV-2 adalah

anggota dari ordo Nidovirales, famili Coronaviridae, subfamili Orthocoronavirinae,

yang terbagi menjadi empat genera yaitu Alphacoronavirus, Betacoronavirus,

Gammacoronavirus, dan Deltacoronavirus (China Novel Coronavirus Investigating

and Research Team . 2020). Genera Alphacoronavirus dan Betacoronavirus berasal

dari kelelawar, sedangkan Gammacoronavirus dan Deltacoronavirus telah berevolusi

dari kolam gen burung dan babi ( Wu J. 2020).

2. Gejala Kliniswh

Manifestasi klinis yang biasanya muncul jika terpapar virus Covid-19

dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Gejala gangguan pernapasan akut seperti

demam, batuk, dan sesak napas merupakan tanda dan gejala umum dari infeksi virus

Covid-19. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan

akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh, usia dan penyakit yang telah ada sebelumnya (komorbid), seperti

hipertensi, DM, asma, dll

3. Penularan Virus Covid-19

2019-nCoV dapat ditularkan melalui tetesan saat bersin atau batuk, seperti

halnya infeksi pernapasan lainnya, tetapi saat ini hanya ada sedikit bukti penularan

dari manusia ke manusia.


9

a. Penyebaran virus Covid-19 melalui droplet

Tetesan virus Covid-19 dapat ditularkan ketika seseorang batuk, bersin,

bernyanyi, berbicara, atau bernafas. Udara yang keluar dari hidung dan mulut

mengeluarkan partikel kecil atau aerosol dari jarak dekat saat melakukan hal tersebut.

b. Penyebaran virus Covid-19 melalui udara

WHO mengatakan bahwa virus Covid-19 bisa menyebar melalui partikel-

partikel kecil yang melayang di udara.

c. Penyebaran virus Covid-19 melalui permukaan yang terkontaminasi

Cara penularan virus Covid-19 terjadi saat seseorang menyentuh

permukaan yang mungkin telah terkontaminasi virus dari orang yang batuk atau

bersin. Virus kemudian dipindahkan ke hidung, mulut, atau mata yang disentuh

setelah bersentuhan dengan permukaan yang terkontaminasi. Covid-19 bisa bertahan

selama 2-3 hari di permukaan tertentu. Untuk mencegah cara penularan virus ini, bisa

dengan membersihkan berbagai permukaan tersebut dan hindari menyentuh mata,

hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan

d. Penyebaran virus Covid-19 melalui fecal-oral atau limbah manusia

Sebuah studi menunjukkan bahwa partikel virus Covid-19 ditemukan juga pada

fecal-oral orang yang terinfeksi, seperti urine dan feses. Namun WHO mengatakan

hingga saat ini masih belum ada laporan yang dipublikasi terkait cara penularan virus

Covid-19 melalui cara ini dan bukan menjadi upaya transmisi utama virus. Dalam

laman resmi WHO, selain melalui fecal-oral tersebut, penyebaran virus Covid-19 juga

bisa terjadi melalui darah, dari ibu ke anak, hingga dari hewan ke manusia. Selain
10

cara penularan virus Covid-19, WHO juga menyebutkan beberapa lokasi yang rawan

penyebaran virus, seperti tempat ramai, tempat sempit, ruangan terbatas dan tertutup.

Restoran, klub malam, rumah ibadah, tempat kerja atau kantor, latihan paduan suara,

dan kelas kebugaran adalah contoh tempatnya.

Penyebaran virus Covid-19 ini tentunya bisa dicegah dengan menaati protokol

kesehatan, seperti menggunakan rajin cuci tangan, pakai masker, jaga jarak minimal

satu meter, hindari tempat-tempat ramai, menghindari ruangan tertutup dengan

ventilasi yang buruk, dan bila diperlukan pakai face shield. (Simposium Kemenes,

2020)

4. Pengurangan Resiko Penularan

a. Menghindari kontak dekat dengan orang yang menderita infeksi pernapasan

akut.

b. Sering mencuci tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang yang

sakit atau lingkungannya.

c. Menghindari kontak tanpa perlindungan dengan peternakan atau hewan liar.

d. Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut harus menerapkan etika batuk

(Atur jarak, batuk dan bersin dengan tisu atau pakaian sekali pakai, dan cuci

tangan).

e. Dalam fasilitas layanan kesehatan, tingkatkan praktik pencegahan dan

pengendalian infeksi standar di rumah sakit, terutama di unit gawat darurat.

(Simposium Kemenes, 2020)


11

B. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada

mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

penting dalam terbentuknya perilaku terbuka (Donsu, 2017 ) .Pengetahuan adalah

hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya.

Pancaindra guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan perabaan. Hasil pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang sebagian

besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan (Notoatmodjo,

2014).

Pengetahuan seseorang terutama diperoleh melalui indera pendengaran dan

penglihatan (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal dan terkait erat. Pendidikan tinggi diharapkan dapat menambah wawasan.

Sebaliknya, orang dengan tingkat pendidikan yang rendah belum tentu memiliki

tingkat pengetahuan yang rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak harus datang

dari pendidikan formal; bisa juga dari pendidikan nonformal. Pengetahuan suatu

objek memiliki dua aspek: aspek positif dan aspek negatif. 15 Kedua faktor ini akan

mempengaruhi sikap seseorang. Semakin banyak aspek dan objek positif yang

diketahui, semakin baik sikap terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).


12

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) menyatakan bahwa

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek bervariasi dalam intensitas atau

tingkatannya. Secara garis besar dibagi menjadi enam tingkatan pengetahuan,

yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat atau mengingat kembali ingatan yang sudah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik, serta semua materi

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.. Tahu disisni merupakan tingkatan

yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu

tentang apa yang dipelajari yaitu dapat menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek tidak hanya berarti mengetahui tentangnya dan

menyebutkannya, tetapi juga menafsirkan dengan benar objek yang dikenalnya.

Orang yang memahami objek dan materi harus mampu menjelaskan, memberi

contoh, menarik kesimpulan, dan meramalkan objek yang diteliti.

c. Aplikasi (Application)

Istilah "aplikasi" mengacu pada kemampuan orang yang memahami objek yang

bersangkutan untuk menggunakan atau menerapkan prinsip-prinsip yang

diketahui pada situasi atau kondisi lain. Hukum, rumus, metode, prinsip, dan

rencana program juga dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
13

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan atau memisahkan

komponen dari suatu objek atau masalah yang diketahui dan kemudian mencari

hubungan di antara mereka. Pengetahuan seseorang telah mencapai tingkat ini

jika mereka dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan membuat

bagan (diagram) dari objek pengetahuan tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk meringkas atau menyusun

komponen-komponen pengetahuannya yang ada dalam urutan yang logis. Dengan

kata lain, kemampuan untuk membuat formulasi baru dari yang sudah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk membenarkan atau mengevaluasi suatu objek tertentu disebut

sebagai evaluasi. Evaluasi didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau

norma masyarakat.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010), faktor-faktor berikut

mempengaruhi pengetahuan:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah pengarahan yang diberikan seseorang kepada

perkembangan orang lain menuju cita-cita atau cita-cita tertentu yang mendorong

manusia untuk bertindak dan mengisi kehidupannya guna mencapainya.

Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi berupa hal-hal yang


14

berhubungan dengan kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Menurut YB Mantra, sebagaimana dikutip Notoatmodjo, pendidikan dapat

mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilaku gaya hidup, terutama dalam

memotivasi sikap dan dalam perkembangan secara umum; semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi (Wawan dan

Dewi, 2010; 16-17).

b. Pekerjaan

Menurut Thomas sebagaimana dikutip Nursalam, bekerja adalah suatu hal

buruk yang harus dilakukan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.

Bekerja tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, melainkan sebagai

pekerjaan yang membosankan, berulang-ulang, dan melelahkan. cara yang sulit

untuk mencari nafkah. Pekerjaan, di sisi lain, adalah kegiatan yang memakan

waktu.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH, sebagaimana dikutip dalam Nursalam (2003),

usia diartikan sebagai usia seseorang sejak lahir sampai dengan ulang tahunnya.

Sementara itu, Huclok (1998) menegaskan bahwa semakin tua seseorang,

semakin besar tingkat kedewasaan dan kekuatannya dalam berpikir dan bekerja.

Seseorang yang lebih dewasa dipercaya lebih dari seseorang yang belum dewasa.
15

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan meliputi segala keadaan yang ada di sekitar manusia dan

berpotensi mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok

e. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya dalam masyarakat dapat berdampak pada sikap

menerima informasi.

4. Aspek Pengetahuan yang Harus di Ketahui Remaja Tentang Virus Covid-19

a. Pengertian virus Covid-19

Covid-19 adalah keluarga virus besar yang menyebabkan penyakit baik

pada manusia maupun hewan. Ini biasanya menyebabkan infeksi saluran

pernapasan atas pada manusia, mulai dari flu biasa hingga penyakit serius

seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernafasan

Akut Parah. Respiratory Syndrome (SARS). Covid-19virus jenis baru yang

ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada

Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome

Covid-19virus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Covid-19virus

Disease-2019 (COVID-19).(Kemenkes, 2020)

b. Gejala Terpapar Virus

1) Mengalami demam atau Hipertermi hingga >38℃

2) Mengalami batuk kering

3) Sesak napas yang membutuhkan perawatan di RS.


16

Gejala ini diperberat jika penderita adalah usia lanjut dan mempunyai

penyakit penyerta Lainnya, seperti penyakit paru obstruktif menahun atau

penyakit jantung (Kemenkes, 2020)

c. Penyebaran Virus Covid-19

1) Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).

2) Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.

3) Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena

percikan air liur pengidap virus Covid-19.

4) Tinja atau feses (jarang terjadi) (WHO,2020)

d. Faktor Risiko Infeksi Covid-19virus

Siapa pun dapat terinfeksi virus Covid-19. Akan tetapi, bayi dan anak kecil,

serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan

virus ini. Selain itu, kondisi musim juga mungkin berpengaruh. Selanjutnya, siapa

pun yang tinggal atau mengunjungi suatu wilayah atau negara yang mewabah virus

Covid-19 berisiko tertular penyakit ini. Misalnya, berkunjung ke Tiongkok,

khususnya kota Wuhan, yang pernah menjadi wabah COVID-19 yang bermulai

pada Desember 201


17

C. Prilaku

1. Definisi

Perilaku adalah gaya bertindak yang menunjukkan perilaku seseorang dan

merupakan hasil perkembangan anatomis, fisiologis, dan psikologis (Kast dan

Rosenweig, 1995). Menurut Rakhmat (2001), ada tiga komponen yang mempengaruhi

perilaku manusia: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif

merupakan aspek intelektual dari pengetahuan manusia. Aspek emosional adalah

komponen afektif. Aspek kehendak yang berkaitan dengan kebiasaan dan kemauan

untuk bertindak adalah komponen konatif. Menurut Samsudin (1987), unsur-unsur

perilaku meliputi perilaku yang tidak terlihat seperti pengetahuan (kognitif) dan sikap

(afektif), dan perilaku yang tampak berupa keterampilan (psikomotor) serta tindakan

nyata (action). Pola perilaku setiap orang adalah unik, tetapi proses terjadinya bersifat

universal bagi semua individu karena disebabkan, didorong, dan ditampilkan kepada

sasaran (Kast dan Rosenweig, 1995).

Berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, belajar, menulis, membaca, dan

kegiatan lainnya adalah contoh perilaku.Dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia

mengacu pada semua aktivitas atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara

langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

2. Proses Pembentukkan Prilaku

Menurut Walgito (2003), pembentukan perilaku dapat dibagi menjadi tiga

kategori berdasarkan keadaan yang diharapkan, sebagai berikut.

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Pengkondisian atau pembentukan kebiasaan merupakan salah satu metode

pembentukan perilaku. Perilaku ini pada akhirnya akan terbentuk sebagai akibat dari

terbiasa berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Metode ini didasarkan pada teori
18

pembelajaran pengkondisian, yang diusulkan oleh Pavlov dan Thorndike dan Skinner;

ada pendapat yang berbeda, tetapi para ahli ini berbagi sudut pandang yang mendasar.

Mereka tidak terlalu berbeda.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Perilaku dapat dibentuk melalui pemahaman serta pengkondisian atau kebiasaan.

Metode ini didasarkan pada teori belajar kognitif, yang menyatakan bahwa belajar

harus disertai dengan pemahaman. Jika latihan penting dalam eksperimen

pembelajaran Thorndike, pemahaman penting dalam eksperimen pembelajaran Kohler.

Kohler adalah seorang psikolog Gestalt dan anggota sekolah kognitif.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Selain metode yang dijelaskan di atas, pembentukan perilaku juga dapat dicapai

melalui penggunaan model atau contoh. Pemimpin berfungsi sebagai model atau

panutan bagi mereka yang dipimpinnya. Metode ini didasarkan pada teori belajar

sosial (social learning theory) atau teori belajar observasional (observational learning

theory) yang dikemukakan oleh (Albert Bandura, 1977)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

a. . Faktor Personal

1) Faktor biologis: Ini hadir dalam semua aktivitas manusia dan dapat

dikombinasikan dengan faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial

dipandu oleh aturan yang diprogram secara genetik dalam jiwa manusia.
19

2) Faktor Sosiopsikologis: Ini dapat dibagi menjadi tiga kategori:

a) Komponen afektif, yaitu aspek emosional dari faktor sosiopsikologis,

didahulukan karena berkaitan erat dengan percakapan sebelumnya.

b) Komponen kognitif, yaitu aspek intelektual dari apa yang diketahui manusia.

c) Komponen konatif, aspek kehendak dari kebiasaan dan kemauan untuk

bertindak

b. Faktor Situsional

Faktor situasional merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Menurut behavioris, lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap bentuk

perilaku seseorang. Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi, menurut

sudut pandang ini. Aspek situasi meliputi.

1. Aspek ekologis

Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh kondisi alam (geografi) dan iklim (suhu).

2. Pertimbangan desain dan arsitektur

Penataan rumah merupakan contoh pengaruh desain dan arsitektur terhadap

perilaku manusia.

3. Faktor Temporal

Faktor waktu mempengaruhi suasana emosional serta bentuk perilaku (temporal).

Suasana emosional di pagi hari, misalnya, jelas berbeda dengan suasana

emosional di siang dan malam hari.

4. Peran teknologi

Jenis teknologi yang digunakan oleh masyarakat dapat mempengaruhi pola

komunikasinya, serta pola pikir dan pola tindakannya.

5. Faktor lingkungan perilaku


20

Banyak diskusi dalam public speaking tentang bagaimana suatu bentuk

penyampaian pesan harus disesuaikan dengan suasana perilaku peserta.

6. Elemen masyarakat

Faktor ini membahas tiga topik: sistem peran, struktur sosial, dan karakteristik

individu.

7. Insentif dan penguat perilaku

Pada dasarnya, ada berbagai situasi di mana seseorang memiliki kebebasan untuk

bertindak dan yang lainnya tidak. Kita akan terdorong untuk melakukan perilaku

tertentu jika kita menganggap bahwa kita diperbolehkan/dianggap wajar untuk

melakukannya dalam situasi tertentu.

8. Lingkungan Psikososial Lingkungan psikososial didefinisikan sebagai persepsi

seseorang terhadap lingkungannya.

4. Macam-Macam Perilaku Manusia

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua menurut (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut.

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respons seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk yang tersembunyi

atau tertutup (convert) disebut sebagai perilaku tertutup. Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih sebatas perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tetapi tidak mudah diamati oleh

orang lain.
21

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Reaksi seseorang terhadap suatu stimulus berupa tindakan yang terlihat

atau terdengar. Respon terhadap stimulus tersebut terlihat dalam bentuk tindakan atau

praktik, yang dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain.

5. Aspek Prilaku yang Harus di Terapkan Remaja Untuk Mencegah Penyebaran

Covid-19

Protokol Kesehatan merupakan sikap yang dapat dilakukan remaja dalam

menghadapi penyebaran virus Covid-19. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah penyebaran virus Covid-19 antara lain:

1. Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh agar stamina tubuh tetap tinggi dan daya

tahan tubuh atau daya tahan tubuh meningkat.

2. Secara teratur mencuci tangan dengan sabun dan air atau handrub berbasis alkohol.

Mencuci tangan dengan saksama tidak hanya membunuh virus yang mungkin ada

di tangan Anda, tetapi juga salah satu tindakan paling sederhana dan paling murah.

Tangan bertanggung jawab atas sekitar 98 persen penularan penyakit. Akibatnya,

menjaga kebersihan tangan yang baik sangat penting.Menggunakan masker dengan

benar hingga menutupi mulut dan hidung

3. Hindari melakukan kontak mata dengan orang lain atau pergi ke tempat umum.

4. Tutup hidung dan mulut dengan tisu atau bagian dalam lengan atas saat batuk atau

bersin (bukan telapak tangan).

5. Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut (wajah segitiga). Tangan bersentuhan

dengan berbagai barang yang mungkin terkontaminasi virus. Virus dapat dengan

mudah masuk ke tubuh Anda jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut

dengan tangan yang terkontaminasi.


22

6. Hindari keluar rumah jika Anda sakit, terutama jika Anda demam, batuk, atau sulit

bernapas. Segera hubungi petugas kesehatan terdekat. (Kemenkes, 2020)

D. Peran Guru

1. Definisi Peran Guru

Pemain memainkan peran. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang

pemain, atau tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa (Agustin: 485).

Peran adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebagai akibat dari suatu kebutuhan atau

tuntutan dalam suatu profesi, atau sebagai akibat dari keadaan dan kenyataan. Jadi

peran adalah perilaku yang diharapkan orang lain dari seseorang berdasarkan

posisinya dalam suatu sistem. Akibatnya peran tersebut dipengaruhi oleh kondisi

sosial internal maupun eksternal dan bersifat stabil (Fadil dkk, 2013: 3)

Berdasarkan definisi-definisi yang diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Peran

adalah fungsi yang dilakukan seseorang saat berada dalam posisi tertentu; seseorang

dapat menjalankan fungsinya karena kedudukannya. Guru adalah seseorang yang

mewariskan ilmu kepada murid-muridnya. Guru menurut masyarakat adalah orang

yang memberikan pendidikan dalam berbagai setting, tidak hanya lembaga

pendidikan formal, tetapi juga masjid, rumah, dan sebagainya (Djamrah, 2005: 31).

Menurut Al-Ghozali, guru adalah orang yang mengantarkan anak didik dan

mendidiknya agar dapat mengemban tanggung jawab kemanusiaan dan ketuhanannya.

Anda tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan materi pelajaran, tetapi

Anda juga bertanggung jawab untuk memberikan wawasan kepada siswa agar mereka

belajar, menggali pengetahuan, dan menciptakan lingkungan yang menarik dan

menyenangkan (Rusin Ibnu, 2000: 64). Menjelaskan tugas kemanusiaan dan tugas
23

ketuhanan di sini berarti bahwa akhlak yang ingin dibentuk oleh pendidikan, yaitu

peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bertakwa sosial dan taat kepada Allah

SWT, merupakan akhlak yang berusaha dibentuk oleh pendidikan. Guru berperan

sebagai panutan bagi siswanya, sehingga semua guru harus menunjukkan akhlak

mulianya di depan siswanya. Tentu saja tidak pantas seorang guru melakukan

tindakan yang bertentangan dengan moral dan norma sosial dari agama yang

dianutnya.

Guru adalah pendidik yang tanggung jawab utamanya mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Sulhan, 2011:

2). Menjadi seorang guru bukanlah proses dalam semalam; itu dimulai dengan

menghadiri kuliah di fakultas guru. Berpakaian untuk membiasakan berperilaku,

berpikir, dan berbicara layaknya seorang guru memerlukan pembiasaan dengan

menempatkan kondisi sesuai dengan predikat guru (Kartono, 2011: 24).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang

mendidik, memberikan ilmu, dan mengantarkan peserta didik serta mengubahnya

menjadi manusia terpelajar yang mampu melaksanakan tugas kemanusiaan dan

ketuhanannya. Menurut Watten B., sebagaimana dikutip Piaet A. Sahertian, peran

guru adalah sebagai sosok yang terhormat di masyarakat karena ia tampak sebagai

orang yang berwibawa, sebagai penilai, sebagai nara sumber karena ia memberikan

ilmu, sebagai penolong, sebagai wasiat, sebagai tujuan, sebagai objek identifikasi.,

sebagai penyangga rasa takut, sebagai pemimpin kelompok, sebagai orang tua atau

penjamin.

Al Ghazali menjelaskan peran guru dalam Nata (2001: 94), yaitu guru yang

dapat mencontohkan metode keteladanan bagi murid-muridnya, membina akhlak dan


24

menanamkan kebajikan dalam diri. Guru bertugas mendekorasi, mensucikan, dan

menuntunnya kepada Tuhan, dan guru adalah orang yang menerima amanat orang tua

untuk mendiGuru sebagai pengajar yaitu gurudik anak di sekolah. menyatakan bahwa

peran guru sangat luas, yaitu:

a. Guru sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar adalah guru yang memberikan pengajaran di dalam

kelas dan menyampaikan pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memahami peran

guru secara positif. Selain itu, guru berupaya mengubah perilaku, sikap, dan

kebiasaan siswa melalui pengajaran yang diterimanya.

b. Guru sebagai pembimbing

Guru sebagai pembimbing adalah guru yang membantu siswa memecahkan

masalah dan beradaptasi dengan lingkungannya. Karena bermanfaat, guru harus

mengenal seluk beluk siswa. Hal ini tidak akan terjadi kecuali guru mengamati dan

mendekati siswa. Sudut pandang ini didukung oleh sudut pandang Nana Syaoidah

yang menyatakan bahwa guru harus memiliki pemahaman yang menyeluruh terhadap

siswanya, termasuk semua potensi dan kelemahannya, masalah, dan latar belakangnya.

Untuk mencapai kondisi ini, guru harus sering mendekati siswa, membina hubungan

yang lebih dekat dan lebih dekat.memperhatikan hal-hal dan terlibat dalam

percakapan langsung (Sukmawadinata, 2005: 254).

c. Guru sebagai ilmuwan

Guru ini dianggap berpengetahuan. Akibatnya, tidak hanya dituntut untuk

mentransmisikan pengetahuan tetapi juga untuk mengembangkannya.


25

d. Guru sebagai pribadi

Guru sebagai pribadi adalah guru yang memiliki karakteristik yang dihargai

oleh siswa, orang tua, dan masyarakatnya. Guru menurut Akiyah Daradjat (2001:263)

memiliki ciri-ciri kepribadian sebagai berikut:

1) Mengenali dan mengakui nilai dan potensi siswa.

2) Menciptakan lingkungan sosial yang mencakup interaksi belajar mengajar,

sehingga mendukung secara moral (dalam batin) dan menumbuhkan pemahaman

dan kesamaan pemikiran antara guru dan siswa.

3) Menanamkan dalam diri guru dan siswa rasa saling menghormati, tanggung jawab,

dan kepercayaan.

e. Guru sebagai penghubung

Guru sebagai penghubung artinya berperan sebagai pelaksana yang

menghubungkan antara sekolah dan masyarakat (Hamalik, 2007: 126).

e. Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator artinya guru meningkatkan semangat dan kesadaran

siswa sampai pada titik dimana pembelajaran di kelas tidak lagi memadai. Menurut

para ahli, perilaku manusia dimotivasi oleh motif-motif tertentu, dan tindakan

belajar akan berhasil jika didasari oleh motivasi yang dimiliki siswa (Hamalik,

2007:157). Kaitannya dalam mengembangkan ibadah shalat mengandung makna

bahwa guru membangkitkan semangat siswa untuk rajin melaksanakan ibadah.

Peran guru adalah mampu menjadi teladan bagi anak-anak, mengembangkan

karakter, dan menanamkan kebajikan dalam diri mereka, serta berperan sebagai

guru, pembimbing, ilmuwan, pribadi, penghubung, dan motivator.


26

2.Tugas Guru

a. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran

b. Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis.

c. Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan

keterampilannya dalam waktu yang cukup.

d. Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-

pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa. 14 Terbina saling pengertian, baik

antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa

Berdasarkan artikel Angayank yang berjudul Guru Sebagai Agen

Pembelajaran, 2010 menguraikan bahwa agar guru dapat menjalankan tugasnya

dengan profesional dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki beberapa

peranan dalam proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

1. Guru sebagai Fasilitator

Istilah fasilitator pada awalnya digunakan untuk kepentingan pendidikan orang

dewasa (andragogi), khususnya di lingkungan pendidikan nonformal, dalam konteks

pendidikan. Namun, sejalan dengan pergeseran definisi mengajar yang lebih

menekankan pada kegiatan siswa, istilah fasilitator akhir-akhir ini mulai digunakan

dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, khususnya dalam kaitannya dengan

peran guru ketika melaksanakan tugas. interaksi belajar mengajar. Wina Senjaya

(2008) .menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan

untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Peran guru sebagai

fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa,

yang semula lebih bersifat “topdown” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang

bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung


27

bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat. Sementara, siswa lebih

diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala

sesuatu yang dikehendaki oleh guru. Berbeda dengan pola hubungan “top-down”,

hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping

belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan.

Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya

guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan

kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:

(Wina Senjaya, 2008), di sisi lain, menyarankan agar guru memaksimalkan

perannya sebagai fasilitator, mereka harus memahami isu-isu tentang penggunaan

berbagai media dan sumber belajar. Ungkapan ini mengandung makna bahwa, untuk

mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru harus menyediakan sumber dan media

belajar yang tepat dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran, daripada

menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswanya.

Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang sukses

yakni: mendengarkan dan tidak mendominasi, bersikap sabar, menghargai dan rendah

hati, mau belajar, bersikap sederajat. bersikap akrab dan melebur, tidak berusaha

menceramahi, berwibawa, tidak memihak dan mengkritik, bersikap terbuka, serta

bersikap positif.

2. Guru Sebagai Motivator

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang

berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada

siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami
28

pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator (Akhmad

Sudrajat, 2012).

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi

dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan

motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Dalam

perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang

motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat

membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam

memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara

unggul. Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut, dengan

merujuk pada pemikiran (Wina Senjaya, 2008), di bawah ini dikemukakan beberapa

petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa.

1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai Tujuan yang jelas dapat membuat siswa

paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran

dapat 15 menumbukan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat

meningkatkan motivasi belajar mereka.

2) Membangkitkan minat siswa Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka

memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa

merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara

dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya:

a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat

siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna

untuk kehidupannya.
29

b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.

Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh

dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu

sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan gagal

mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk

belajar.

c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya

diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lainlain

3) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar Siswa hanya mungkin dapat

belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman,

bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar,

terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang

lucu.

4) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa Motivasi akan

tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan

salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak

selamanya harus dengan kata-kata, akan tetapi dapat dilakukan dengan isyarat,

misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata

yang meyakinkan.

5) Berikan penilaian. Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.

Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi
30

motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan secara

objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. 16

6) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa Siswa butuh penghargaan.

Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar positif. Setelah siswa

selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya

dengan memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya.

7) Ciptakan persaingan dan kerja sama Persaingan yang sehat dapat memberikan

pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui

persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk

memperoleh hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran

yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antar-

individu.

3. Guru sebagai Inspirator

Guru sebagaimana kita ketahui, banyak yang menafsirkan sebagai seorang

yang serba bisa dihadapan peserta didiknya, sehingga akan merasa malu atau gengsi

jika seorang guru kalah ilmu dihadapan siswanya. Sebenarnya guru sebagaimana

dilukiskan Earl V Pullias dan James young bukan hanya menjadi sumber transfer ilmu

pengetahuan akan tetapi juga berperan sebagai pembimbing, pemberi teladan,

moderator, modernisator, peneliti, atau paling tidak sebagai pemberi inspirasi bagi

siswanya. Dengan demikian, guru yang mengambil peran sebagai inspirator, secara

langsung dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, luwes dalam

berkomunikasi, rendah hati, selalu ingin belajar dan bekerja keras, fleksibilitas dalam

bergaul, berani bersikap, memiliki prinsip dalam kebenaran, dan yang paling utama

tidak merasa bosan menjadi seorang pendidik (Fatah, 2011).


31

Guru Sebagai sumber inspirasi, harus memberikan motivasi bagi kemajuan

belajar siswa. Kesulitan belajar merupakan masalah yang paling sering dialami oleh

siswa, dan guru harus dapat memberikan bimbingan tentang cara belajar yang efektif.

Mungkin pernyataan yang terlambat untuk mengatakan bahwa profesi guru adalah

inspirasi, karena guru dilahirkan hanya untuk menempati ranah inspirasi. Jika posisi

ini dapat diisi, cita-cita Andreas Harefa untuk mengembangkan pribadi yang belajar

akan segera terwujud. Ing Ngarsa Sun Tuladha-Ing Madya Mangun Karsa-Tut Wuri

Handayani adalah inspirasinya (Moh. Uzer Usman, 2006).

4. Guru Sebagai Inovator

Guru berfungsi sebagai inovator, melakukan kegiatan kreatif, menemukan

strategi, metode, cara, atau konsep baru dalam mengajar. Sebagai seorang inovator,

Anda harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai reformasi

sekolah. Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran, misalnya, merupakan

konsep baru. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan memerlukan

pemanfaatan internet atau intranet sebagai media pembelajaran.

Kehidupan selalu mengalami perubahan sebab kehidupan memang sebuah

proses yang dinamis. Dinamisasi pola kehidupan seringkali jauh melebihi kemampuan

adaptasi yang dimiliki oleh seseorang sehingga seringkali terjadi satu atau beberapa

perbedaan sehingga muncul fiksi/ gesekan yang pada akhirnya menjadikan perbedaan

konsep. Dan, anak didik adalah sosok yang belum stabil dalam segala aspek sehingga

setiap kali menghadapi persoalan dalam hidup atau proses hidup, maka sebuah teladan

bagus agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itulah, maka

eksistensi guru sebagai innovator kegiatan, khususnya dalam pola pembelajaran

sangat diperlukan. Kehidupan yang dinamis memberikan konsekuensi logis yang


32

menuntut setiap orang untuk memberikan sesuatu yang baru sehingga selalu sejalan

dengan perkembangan pola kehidupan (Angayank, 2010)

E. Anak Remaja

1. Definisi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2014, remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10 sampai dengan 18

tahun, sedangkan menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah yang

berusia antara 10 tahun. dan 19 tahun. Masa remaja dibagi menjadi beberapa

tingkatan, yang pertama adalah masa remaja awal (Hurlock, 2011).Remaja disebut

sebagai adolescere dalam bahasa latin yang berarti dewasa dan berkembang menjadi

manusia dewasa. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi anak dari

masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi

beberapa perubahan, antara lain perubahan kognitif, biologis, emosional, dan sosial.

Desmita (2010)

2. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia

Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14

tahun). Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa usia Sekolah

Menengah Pertama (SMP) antara lain:

a. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan,

b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.


33

c. Kecenderungan ambivalensi, serta keinginan menyendiri dengan keinginan

bergaul, serta keinginan utuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan

dan bantuan dari orang tua.

d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan

kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan

keadilan Tuhan.

f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

g. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang

sesuai dengan dunia sosial.

h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.

3. Pembagian Masa Remaja

Masa remaja bertepatan dengan usia sekolah menengah, menurut Syamsu Yusuf

(2004: 26-27). Masa remaja adalah masa yang mendapat banyak perhatian karena

karakteristik yang berbeda dan peran penting dalam kehidupan individu dalam

masyarakat dewasa. Jangka waktu ini dapat dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu

sebagai berikut:

a. Masa praremaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya hanya periode waktu yang singkat. Masa ini ditandai

dengan sifat-sifat negatif pada diri remaja, sehingga sering disebut masa negatif,

dengan gejala-gejala seperti gelisah, kurang bekerja, hasutan, dan sebagainya. Sifat-

sifat negatif ini secara garis besar dapat diringkas sebagai (a) negatif dalam

pencapaian, baik pencapaian fisik maupun mental; dan (b) sikap sosial yang negatif,
34

baik menarik diri dari masyarakat (negatif pasif) atau agresif terhadap masyarakat

(negatif aktif).

b. Masa Remaja (Remaja Madya)

Remaja mulai mengembangkan keinginan untuk hidup pada usia ini, serta

kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan membantu mereka, serta teman

yang dengannya mereka dapat berbagi suka dan duka. Masa ini, sebagai masa mencari

sesuatu yang berharga, patut dijunjung tinggi dan disembah, sehingga dikenal dengan

masa kerinduan akan puja (pendewaan), yaitu sebagai gejala masa remaja.Proses

pembentukan atau pandangan hidup seseorang atau tujuan hidup seseorang dapat

dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup seseorang. Proses penemuan nilai-nilai

kehidupan dimulai ketika, tanpa adanya pedoman, remaja merindukan sesuatu yang

dianggap berharga, layak disembah, bahkan jika hal yang disembahnya belum

memiliki bentuk tertentu; bahkan remaja seringkali hanya tahu bahwa mereka

menginginkan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang mereka inginkan. Kedua, objek

pemujaan menjadi lebih jelas yaitu individu yang dianggap mendukung nilai-nilai

tertentu menjadi personifikasi nilai). Anak laki-laki sering kali aktif meniru,

sedangkan anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memuja dalam fa.

c. Masa remaja akhir

Setelah menentukan sikap hidupnya, individu telah mencapai masa remaja

akhir dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu menentukan

sikap hidupnya dan memasuki masa dewasa. Siswa SMP berada pada masa transisi

dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Perilaku masa transisi ini menciptakan

berbagai situasi di mana kontrol emosi siswa tidak stabil. Rasa ingin tahu tentang hal-
35

hal baru yang belum pernah terlihat sebelumnya menghasilkan perilaku yang mulai

muncul sebagai karakter.

4. Tugas Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Kognitif

Ini adalah tahap perkembangan mental manusia yang memerlukan perolehan,

penerapan, dan akumulasi pengetahuan. Mengamati, menimbang, berpikir,

mengamati, mengingat, menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah

melalui interaksi dengan lingkungan merupakan contoh aktivitas mental.

b. Perkembangan Emosi

Adanya perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat merupakan salah

satu jenis respon emosional. Perubahan perilaku dapat menunjukkan

perkembangan emosi tersebut. Remaja dapat mengalami pertumbuhan dan

perkembangan fisik, sosial, psikologis, mental, energi, dan emosional yang cepat,

sedangkan karakteristik yang belum matang meliputi pengendalian diri,

kecemasan, kesepian, kekhawatiran, dan kegelisahan.

c. Perkembangan Hubungan Sosial

Pada tahap remaja, hubungan sosial akan muncul dan menjadi semakin jelas;

remaja merasa kesepian dan, sebagai akibatnya, mencari pergaulan. Dalam proses

perkembangan sosial, pembelajaran proses penyesuaian diri dengan lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat akan terjadi secara

otomatis. Hubungan sosial merupakan salah satu cara individu berinteraksi

dengan orang-orang di sekitarnya, dan juga berkaitan dengan penyesuaian diri


36

dengan lingkungan sosialnya, yang dimulai dari rumah dan berlanjut ke

lingkungan sekolah kemudian ke teman sebaya.

d. Perkembangan moral, nilai dan sikap

Masa remaja merupakan masa bagi remaja untuk melepaskan diri dari

lingkungan dan orang tua untuk menemukan jati dirinya, sehingga pembentukan

nilai menjadi sangat penting. Pembentukan nilai dapat dilakukan melalui peniruan

atau peniruan, serta mengidentifikasi panutan atau panutan yang akan dijadikan

contoh. Perkembangan moral remaja terlihat pada keinginan untuk memperkuat

institusi dan kekuasaan karena diyakini sebagai sesuatu yang penting, meskipun

tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berlawanan dengan nilai-nilai dasar

kehidupan yang ditanamkan oleh orang tuanya, itu adalah salah satu karakter

remaja yang paling mencolok (Ali & Ansori, 2012).


37

F. Skala Linkert

Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert ini terdiri dari 5 pilihan skala

yang mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju (STS).

5 pilihan tersebut diantaranya adalah :

 Sangat Setuju (SS)

 Setuju (S)

 Ragu-ragu (RG)

 Tidak Setuju (TS)

 Sangat Tidak Setu (STS)

Selain gradasi Persetujuan, dapat juga digunakan pada beberapa jenis gradasi tentang

sikap dan pendapat. Seperti :

 Sangat Suka

 Suka

 Netral

 Tidak Suka

 Sangat Tidak Suka

Pada umumnya, instrument penelitian yang menggunakan skala Likert dibuat

dalam bentuk angket atau kuesioner dengan pilihan ganda atau checklist (daftar

periksa).

Misalnya, dalam perhitungan rumus Slovin ini mendapatkan hasil 100 orang

responden. Jawaban dari 100 responden tersebut akan kita analisis dengan melakukan

perhitungan seperti contoh di bawah ini :


38

30 responden menjawab SS (Sangat Setuju)

30 responden menjawab S (Setuju)

5 responden menjawab RG (Ragu-ragu)

20 responden menjawab TS (Tidak Setuju)

15 responden menjawab STS (Sangat Tidak Setuju)

Berdasarkan data tersebut, terdapat 60 responden atau 60% yang menjawab setuju (30

responden) dan sangat setuju (30 responden). Dengan hasil tersebut, dapat diambil

keseimpulan bahwa mayoritas karyawan di perusahaan tersebut setuju dengan

peraturan perusahaan.

Cara kedua adalah dengan analisis interval. Agar dapat dihitung dalam bentuk

kuantitatif, jawaban-jawaban dari Responden tersebut dapat diberi bobot nilai atau

skor likert seperti dibawah ini :

SS = Sangat Setuju, diberi nilai 5

S = Setuju, diberi nilai 4

RG = Ragu-ragu, diberi nilai 3

TS = Tidak Setuju, diberi nilai 2

STS = Sangat Tidak Setuju, diberi nilai 1

Total Skor Likert dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini :

Jawaban Sangat Setuju (SS) = 30 responden x 5 = 150

Jawaban Setuju (S) = 30 responden x 4 = 120

Ragu-ragu (RG) = 5 responden x 3 = 15

Tidak Setuju (TS) = 20 responden x 2 = 60


39

Sangat Tidak Setuju = 15 responden x 1 = 15

Total Skor = 360

Skor Maksimum = 100 x 5 = 500 (jumlah responden x skor tertinggi likert)

Skor Minimum = 100 x 1 = 500 (jumlah responden x skor terendah likert)

Indeks (%) = (Total Skor / Skor Maksimum) x 100

Indeks (%) = (360 / 500) x 100

Indeks (%) = 72%

Interval Penilaian

Indeks 0% – 19,99% : Sangat Tidak Setuju

Indeks 20% – 39,99% : Tidak Setuju

Indeks 40% – 59,99% : Ragu-ragu

Indeks 60% – 79,99% : Setuju

Indeks 80% – 100% : Sangat Setuju

Karena nilai Indeks yang kita dapatkan dari perhitungan adalah 72%, maka dapat

disimpulkan bahwa responden “SETUJU”


40

G. Kerangka Teori

Faktot – faktor yang


mempengaruhi responden

Pengetahuan Prilaku

Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor Personal Faktor Situasional


1. Pendidikan 1.Lingkungan
1. Biologis 1. Ekologis
2. Pekerjaan 2. Sosial Budaya
2. Sosiopsikologi 2. Rancangan &
3. Usia Arsitektural
s
3. Temporal
4. Teknologi
5. Suasana Prilaku
6. Sosial

7. Psikososial

Hubungan Pengetahuan
dengan Prilaku siswa
tentang protokol kesehatan
41

H. Hipotesis

Ho : Tidak ada Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Guru terhadap penerapan

protokol kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa

Hi :Ada Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Guru terhadap penerapan

protokol kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey analitik yaitu survey

yang bertujuan untuk menggali mengapa pristiwa itu bisa terjadi kemudian dilakukan

analisis korelasi antar variabel. (Notoatmodjo, 2005) dan pendekatan waktu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret -Mei 2021 di SMP Negeri 1 Talang

Kelapa Banyuasin Sumatra Selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Guru di SMP Negeri 1 Talang Kelapa yang

berjumlah 83 Orang

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012) merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul-betul representative (mewakili).Menurut Arikunto (2006) apabila jumlah

populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara

keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-

15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.

Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan jenis Non Probability

Sampling. Non Probability Sampling menurut Sugiyono (2012) merupakan teknik

42
43

yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi tiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Non Probability Sampling yang dipilih

adalah dengan Sampling Jenuh (sensus) berdasarkan pada ketentuan yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2012) yang mengatakan bahwa: “Sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”

(Sugiyono, 2012).

Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100

orang, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yaitu sebanyak 83 orang.

3.Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1) Responden merupakan guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa Banyuasin Sumatra

Selatan

2) Bersedia menjadi responden

b.Kriteria Ekslusi

1. Responden yang tidak bersedia mengisi kuisioner

2. Responden yang tidak menjawab pertanyaan secara relevan

D. Cara Pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer diproleh dari responden yang bersedia mengisi kuisoner yang

ditetapkan oleh peneliti . dengan langkah-langkah sebagi berikut :

a. Datang ke SMP Negeri 1 Talang Kelapa banyuasin untuk meminta data dan

meminta izin melakukan penelitian di sekolah tersebut.

b. Penulis datang kesekolah untuk mendata jumlah guru yang dijadikan sampel.
44

c. Penulis meminta ketersediaan guru untuk menjadi responden penelitian dengan

memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian.

d. Penulis memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner.

e. Penulis akan menunggu responden selesai mengisi quisoner dan apabila

responden mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan maka akan

dijelaskan kembali oleh penulis

f. Setelah selesai penulis memeriksa kelengkap berkas yang dikumpulkan .

2. Data sekunder

Data Sekunder diperoleh dari SMP Negeri 1 Talang Kelapa Banyuasin

Sumatra Selatan bagian adminstrasi untuk data-data calon responden yang merupakan

guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa .

E. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

lembar kuesioner dan alat perekam.

F. Variabel Penelitian

Variabel Independent : Pengetahuan

Variabel Dependent : Prilaku Guru terhadap Penerapan protokol kesehatan


45

G. Definisi Operasional

1. Pengetahuan

a. Definisi : Suatu pemahaman guru terhadap penerapan protokol

kesehatan tentang menjaga jarak , menggunakan masker

mencuci tangan setiap saat , Menjauhi Kerumunan dan

mengurangi mobilitas . (Kemenkes RI , 2021)

b. Alat Ukur : Kuisioner

c. Cara Ukur : Menghitung

d. Hasil Ukur : skoring dengan kriteria

Tinggi : Tingkat pengetahuan bisa dikategorikan Tinggi jika P>70

Rendah : Tingkat pengetahuan dengan kategori rendah jika P<70

(Modifikasi Budiman dan Riyanto 2013)

2.Prilaku

a. Definisi : Tindakan guru dalam disiplin mencuci tangan , menjaga

jarak, menggunakan masker Menjauhi Kerumunan dan

mengurangi mobilitas . (Kemenkes RI , 2021)

b. Alat Ukur : Kuisioner

c. Cara Ukur : Menghitung

d. Hasil Ukur : skoring dengan kriteria

1) Tepat : apabila jawaban benar ≥ 60%

2) Tidak Tepat : apabila jawaban benar < 60% (Arikunto, 2003)


46

3. Penerapan Perotokol Kesehatan

Definisi :

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020), pemerintah telah menerbitkan

protokol kesehatan penanganan Covid-19 yaitu diantaranya protokol kesehatan,

perbatasan, komunikasi, area pendidikan, dan area publik dan transportasi, termasuk

juga didalamnya yaitu kebijakan berupa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB) dibeberapa wilayah yang ada di Indonesia. Salah satu tindakan dalam

mematuhi protokol kesehatan dengan mencuci tangan , menjaga jarak, dan

menggunakan masker.
47

H. Kerangka Operasional

Guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa ,


Banyuasin Sumatera Selatan

Data dianalisis
dan diolah

Ada Tidak
Hubungan Ada Hubungan

Hasil
48

I. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Memeriksa dengan cara melihat kembali hasil pengumpulan data, baik isi

maupun wujud alat pengumpulan data, yakni :

1) Mengecek jumlah pertanyaan

2) Mengecek nama dan keterangan identitas responden

3) Mengecek macam isian data

b. Coding

Merupakan upaya mengklasifikasi data dengan pemberian kode pada data

menurut jenisnya, yaitu memberikan kode pada variabel pengetahuan dan prilaku

tentang protokol kesehatan . Kemudian tiap variabel dikategorikan sesuai jumlah

skor/nilai.

c. Entry Data

Proses pemasukan data dalam suatu program computer.

d. Tabulating

Menyusun data dengan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah

untuk dijumlah, disusun, disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

2. Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, dilakukan uji statistic

dengan menggunakan program SPSS.


49

a. Uji Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik responden

seperti usia, kelas dan jenis kelamin

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis antar variabel. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi.

Syarat statistik yang digunakan yaitu dengan Chi Square (x2) dengan bantuan

SPSS 16.0 for window. Namun apabila tabel kontingensi 2 X 2, tetapi tidak

memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus yang digunakan adalah Fisher

Exact Test. (Supranto, 2000).

Dasar pengambilan keputusan yang dipakai berdasarkan probabilitas. Jika

probabilitas <0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan

tetapi jika probabilitas >0,05 maka H0 diterima, berarti kedua variabel tidak ada

hubungan.

Tabel 1 . Tabel 2x2 Pengetahuan terhadap Penerapan protokol


kesehatan
Prilaku Penerapan Protokol

Pengetahuan Guru Kesehatan Total

Tepat Tidak Tepat

Tinggi a b a+b

Rendah c d c+d

Total a+c b+d N


50

a = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatan dan Pengetahuan Tinggi

b = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatan dan Pengetahuan Rendah

c = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatandan Pengetahuan Tinggi

d = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatan dan Pengetahuan Rendah

Tabel 2. Tabel 2x2 Prilaku terhadap Penerapan protokol kesehatan


Penerapan Protokol Prilaku Siswa
Total
Kesehatan Tepat Tidak Tepat

Tepat a b a+b

Tidak Tepat c d c+d

Total a+c b+d N

a = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatan dan Prilaku Tepat

b = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatan dan Prilaku Tidak Tepat

c = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatandan Prilaku Tepat

d = Nilai Observasi Penerapan Protokol Kesehatan dan Prilaku Tidak Tepat


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3 Disribusi Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik Usia Frekuensi Persentase

21 - 30 tahun 10 12,04%

31 - 40 tahun 14 16,86%

41 - 50 tahun 24 28,91%

51 - 60 tahun 35 42,16%

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 17 20,50%

Perempuan 66 79,50%

Tabel 5 .Riwayat Responden


Ya (0) Tidak (1)
Riwayat Responden
F % F %
1. Kontak langsung dengan orang positif COVID-
0 0 83 100
19 dalam 2 minggu terakhir
2. Berada dalam 1 Ruang / lingkungan yang sama
dengan orang positif COVID-19 dengan jarak 1- 2 2,5 81 97,5
2m dan waktu >15 Menit
3. Pernah dinyatakan dokter memiliki salah satu
penyakit berikut : Diabetes, hipertensi , jantung,
10 12 73 88
stroke, TBC, kanker atau penyakit menahun
lainnya

51
52

4. Sedang demam dengan suhu (38C) saat


penelitian dilaksanakan atau pernah demam 2 0 0 83 100
minggu terakhir
5. Pernah mengalami salah satu gejala pernapasan
seperti batuk/pilek/sakit menelan/sulit bernafas 15 18 68 82
dalam seminggu terakhir

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan guru di SMP Negeri 1


Talang Kelapa

Frekuens
Pengetahuan tentang protokol kesehatan Persentase
i

Tinggi 76 91,60%

Rendah 7 8,40%

Total 83 100%

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Prilaku guru di SMP Negeri 1 Talang


Kelapa
Prilaku tentang protokol kesehatan Frekuensi Persentase

Tepat 70 84%

Tidak tepat 13 16%

Total 83 100%
53

Tabel 8 Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Guru tentang


Protokol Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang

Prilaku Penerapan Protokol


Pengetahuan
Kesehatan Total P
Guru
Tepat Tidak Tepat

Tinggi 65 11 76

Rendah 5 2 7 0,301

Total 70 13 83

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 76 responden dengan

pengetahuan “tinggi” terdapat 65 responden dengan prilaku “tepat” dan 11

responden dengan prilaku “tidak tepat” sedangkan dari pengetahuan

“rendah”didapatkan 5 responden degan prilaku “tepat” dan 2 responden dengan

prilaku “tidak tepat”.


54

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2021 diawali

dengan mencari data dan informasi mengenai guru di SMP Negeri 1 Talang

Kelapa dan didapatkan jumlah responden yang akan dijadikan sampel berjumlah

83 orang. Dengan metode pengambilan sampel menurut arikunto jika populasi

kurang dari 100 maka sampel diambil keseluruhan ,sehingga sampel yang saya

gunakan disini adalah jumlah seluruh Populasi guru yaitu 83 orang, dilanjutkann

dengan meminta izin kepada kepala sekolah dan mengatur jadwal pelaksanaan

penelitian disana.

Penelitian dilakukan dengan cara pemberian kuisoner yang dibagikan

langsung kepada responden. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan hasil yang

diolah menggunkan uji statistik yaitu uji chi- square, namun dikarenakan tabel

kontingensi 2 X 2 tidak memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus yang

digunakan adalah Fisher Exact Test. (Supranto, 2000) sehingga diperoleh hasil

pada penelitian kali ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Guru

terhadap Penerapan Protokol Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa”. Jika

nilai P <0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan

tetapi jika P >0,05 maka H0 diterima, berarti kedua variabel tidak ada hubungan.

1. Distribusi Responden berdasarkan Usia

Berdasarkn Tabel.3 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia dengan jumlah terbesar adalah responden yang berusia 51 - 60

tahun berjumlah 35 Orang dengan persentase (42,16%), dan jumlah yang paling
55

kecik adalah responen denga usia 21-30 tahun berjumlah 10 orang dengan

persentase (12,04%).

2. . Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui karakteristik responden

berdsarkan jenis kelamin dengan jumlah terbanyak responden perempuan

berjumlah 66 orang dengan persentase (79,48%) dan sisanya adalah laki- laki

dengan jumlah 17 orang dengan persentase (20,52%).

3. Riwayat Responden

Pada Tabel 5 Berisi mengenai riwayat kontak langsung responden selama

2 minggu terakhir terhadap pasien atau penderita COVID-19 dan didapatkan hasil

untuk kontak langsung dengan penderita 100% responden menjawab tidak

menurut penelitian yang dilakukan (sukur dkk.,2020) menunjukkan bahwa lebih

dari 75% tenaga pendidik mengetahui bahwa COVID-19 merupakan infeksi yang

disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kematian (fatal) dengan periode

inkubasi virus selama 2-14 hari sehingga gejala infeksi COVID-19 akan muncul

2-14 hari setelah virus pertama masuk ke dalam tubuh.

Kemudian point kedua pada tabel 5 mengatakan 97,5% responden

menjawab tidak berada dalam 1 ruangan dengan pederita COVID-19. Kemudian

88% responden tidak memiliki penyakit menahun sama halnya seperti penelitian

yang dilakukan (Sari,2020) tingkat keparahan infeksi COVID-19 akan meningkat


56

pada lansia dan individu yang memiliki penyakit kronis mendasar seperti

hipertensi, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini 100% responden menjawab

tidak mengalami demam pada 2 minggu terakhir dan 82% responden menjawab

tidak mengalami gejala pernafasan seperti batuk/pilek/sakit menelan/sulit

bernafas dalam seminggu terakhir. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Erfani dkk. (2020) terhadap masyarakat Iran dimana

sekitar 90% masyarakat mengetahui bahwa demam dan batuk merupakan salah

satu simptom COVID-19 (Erfani dkk., 2020)

4. Pengetahuan Responden tentang Protokol Kesehatan

Berdasarkan pengumpulan kuesioner yang dilakukan pada 83 responden,

didapatkan bahwa penilaian angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban

salah. Seluruh jawaban kuesioner ini dikumpulkan dan dihitung Jika nilainya ≥70

maka pengetahuannya dikatakan tinggi, dan bila nilainya <70 maka

pengetahuannya dikatakan rendah. Kemudian ditampilkan dalam bentuk Tabel 6

data pengetahuan responden yang terdiri dari berbagai komponen pengetahuan

dan di akumulasi , dinilai berdasarkan skoring tang telah ditetapkan. Dan hasilnya

menunjukkan dari keseluruhan 83 responden , 91,60% responden meiliki

pengetahuan dengan kategori tinggi dan 8,40% termasuk ke kategori pengetahuan

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa responden mempunyai wawasan dan

informasi yang baik mengenai Covid-19 dan Protokol Kesehatan tersebut. Sama

halnya seperti penelitian yang dilakukan (Selvi,2021) pengetahuan dalam kategori


57

baik sebanyak 426 responden (92,8%). Responden yang memiliki pengetahuan

dalam kategori cukup sebanyak 31 responden (6,8%) dan dalam kategori kurang

sebanyak 2 responden (0,4%) dapat disimpulkan bahwa mayoritas tenaga

pendidik di Kabupaten Kampar Provinsi Riau memiliki pengetahuan yang baik

tentang penanganan dan pencegahan COVID-19.

Berdasarkan Hasil penelitian pada tabel 6 komponen pertama yang diteliti

mengenai Pengertian Covid-19 bahwa 92,77% responden menjawab benar dan

7,23% responden menjawab salah. Pengetahuan yang baik dapat didukung oleh

penerimaan informasi yang beredar tentang COVID-19 (Purnamasari dan Anisa,

2020). Situasi pandemi dan berita yang banyak beredar mengenai COVID-19

membuat masyarakat secara aktif mempelajari mengenai penyakit ini (COVID-19)

dari berbagai media informasi dan situs resmi pemerintah (Zhong dkk., 2020)

Komponen kedua yang diteliti adalah mengenai penetahuan responden

menenai lama virus tersebut bisa bertahan diudara dan 89,15% responden

menjawab benar dan 10,85% responden masih menjawab salah artinya masih ada

beberapa responden yang belum memahami pertanyaan . sehingga menunjukkan

bahwa pngetahuan responden pada komponen pertanyaan ke 2 ini msaih ada yang

rendah. Transmisi aerosol (droplet nucleic) merupakan penyebaran agen infeksius

yang menyebar melalui udara dan bergerak hingga jarak yang jauh.

Namun,proporsi droplet saluran napas yang menghasilkan aerosol, serta dosis

SARS CoV-2 hidup yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi tidak diketahui

(WHO, 2020)
58

Komponen ketiga yang diteliti adalah mengenai penularan covid-19.

dalam komponen ini didapatkan hasil bahwa 75,90% responden menjawab benar

dan 24,10% responden masih menjawab salah. Tindakan awal dalam mencegah

transmisi COVID-19 yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan yang memuat

perlindungan diri seperti menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan

menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer, menggunakan masker,

dan menjaga jarak (minimal 1 meter) terutama dari orang yang mengalami gejala

gangguan pernapasan (Kemenkes RI, 2020). Dalam faktanya, orang tanpa gejala

(OTG) memiliki kecenderungan dapat menularkan virus SARS-CoV-2 sebanding

dengan orang yang menunjukkan berbagai gejala (Yanti dkk., 2020). Berdasarkan

hasil penelitian (Selvi,2021), lebih dari 65% tenaga pendidik mengetahui cara

penularan COVID-19 Namun, sekitar 34,7% belum memahami tentang penularan

COVID-19 dari orang tanpa gejala (OTG).

Komponen keempat yang diteliti adalah mengenai Penularan dan Gejala

umum covid-19 didapatkah hasil bahwa 80,72% responden menjawab benar dan

sisanya 19,28% menjawab salah . dilihat dari hasil tersebut bahwa tingkat

pengetahuanresponden menenai penularan dan gejala covid-19 sudah bisa

dikatakan tinggi. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan (Selvi,2021)

menunjukkan bahwa lebih dari 80% tenaga pendidik mengetahui bahwa demam,

batuk, dan sakit tenggorokan merupakan simptom/gejala infeksi COVID-19.

Komponen kelima yang diteliti adalah mengenai penggunaan masker

diluar rumah dan didapatkan hasil bahwa 95,18% menjawab benar dan 4,82%
59

responden menjawab salah itu artinya tingkat kesadaran responden tentang

perotokol kesehatan pada aspek penggunaan masker sudah tinggi.

Komponen keenam yang diteliti adalah mengenai gejala-gejala covid-19

dan didapatkan hasil penelitian berupa 87,95% responden menjawab benar dan

sisanya 12,05% responden menjawab salah.

Komponen ketujuh dan delapan yang diteliti adalah mengenai Resiko

kematian bagi penderita penyakit kronis dan mengenai golongan yang beresiko

terpapar covid-19 didapatkan hasil bahwa 84,33% responden menjawab benar

dan 15,67% responden menjawab salah untuk komponen pertanyaan ketujuh dan

didapatkan hasil penelitian berupa 77,10% responden menjawab benar. Dan

sisanya 22,90% responden menjawab salah untuk komponen pertanyaan

kedelapan.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tinggi.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan (Selvi, 2021) Sebesar 73,6%

tenaga pendidik mengetahui tentang penderita yang berisiko mengalami kasus

COVID-19 yang berat yaitu bagi penderita yang berusia lanjut dan memiliki

penyakit penyerta.

Komponen kesembilan yang diteliti adalah mengenai pengertian new

normal dengan hasil yang diperoleh 66,26% responden menjawab benar dan

33,74% resnponden menjawab salah. Tindakan awal dalam mencegah transmisi

COVID-19 yaitu dengan menerapkan protokol kesehatan yang memuat

perlindungan diri seperti menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan

menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer, menggunakan masker,


60

dan menjaga jarak (minimal 1 meter) terutama dari orang yang mengalami gejala

gangguan pernapasan (Kemenkes RI, 2020).

Komponen terakhir atau kesepeluh yang diteliti adalah mengenai isolasi

mandiri dirumah dan didapatkan hasil 73,49% responden menjawab benar dan

sisanya 26,51% responden menjawab salah .Kunci pencegahan COVID-19

meliputi pemutusan rantai penularan dengan isolasi, deteksi dini, dan melakukan

proteksi dasar (Susilo dkk., 2020)

1. Prilaku Responden tentang Protokol Kesehatan

Berdasarkan pengumpulan kuesioner yang dilakukan pada 83 responden,

didapatkan penilaian berupa angka 5 untuk jawaban selalu , 4 untuk jawaban

sering , 3 untuk jawaban kadang-kadang , 2 untuk jawaban jarang ,dan 1 untuk

jawaban tidak pernah untuk penilaian ini berlaku pada soal nomor 1 sampai 5

sedangkan untuk pertanyaan pada soal no 6 dan 7 adalah kebalikannya yaitu 1

untuk jawaban selalu , 2 untuk jawaban sering , 3 untuk jawaban kadang-kadang ,

4 untuk jawaban jarang ,dan 5 untuk jawaban tidak pernah. Jawaban kuesioner ini

dikumpulkan dan dihitung bila nilainya ≥ 60% maka perilakunya Tepat dan bila

nilainya < 60% maka perilakunya dikatakan tidak tepat .

Kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel 7 data prilaku responden yang

terdiri dari beberapa komponen yang dinilai berdasarkan skoring ynag telah

ditetapkan, hal ini menunjukkan bahwa 84% responden memiliki prilaku yang

tepat dalam menerapkan protokol kesehatan dan 16% responden memiliki prilaku
61

kurang tepat terhadap penerapan protokol kesehatan. Dan berdasarkan penelitian

yang dilakukan (Selvi,2021) di Kabupaten Kampar Provinsi Riau bahwa

responden yang memiliki sikap dalam kategori baik sebanyak 413 responden

(90%). Sedangkan responden yang memiliki sikap dalam kategori cukup sebanyak

19 responden (4,1%) dan responden yang memiliki sikap dalam kategori kurang

sebanyak 27 responden (5,9%). dapat disimpulkan bahwa mayoritas tenaga

pendidik (Guru) di Kabupaten Kampar Provinsi menunjukkan sikap yang baik

terhadap penanganan dan pencegahan COVID-19. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari dan Anisa (2020) mengenai

tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang

COVID-19, dimana 59% responden menunjukkan sikap yang positif (Purnamasari

dan Anisa, 2020).

Komponen prilaku pertama yang diteliti adalah mengenai kepatuham

mencuci tangan menggunakan sabun dan diperoleh hasil bahwa 60,24%

responden selalu mencuci tangan dengan sabun kemudian 36,14% responden

sering mencuci tangan dengan sabun , dan 3,61% responden memilih opsi

kadang-kadang mencuci tangan menggunkakan sabun . Hasil ini sama halnya

dengan hasil penelitian di kabupaten Kapar Provinsi Riau menunjukkan bahwa

lebih dari 80% tenaga pendidik (guru) setuju bahwa menggunakan masker dan

mencuci tangan dapat mencegah infeksi COVID-19 yaitu dengan menjawab

setuju dan sangat setuju (Selvi,2021).

Komponen kedua yang diteliti adalah mengenai Mengganti pakaian

setelah berpergian dan didapatkan hasil bahwa 61,44% responden selalu


62

mengganti pakaian saat berpergian , 18,27% responden sering mengganti pakaian

setelah berpergian , 18,07% responden kadang- kadang mengganti pakaian setelah

berpergian dan 1,20% responden jarang mengganti pakaian setelah berpergian.

Komponen ketiga yang diteliti adalah mengenai Menggunakan masker

ditempat umum dan didapatkan hasil bahwa 68,67% responden menjawab selalu

menggunakan masker di tempat umum , 16,86% responden sering menggunakan

masker di tempat umum, 10,84% responden menjawab kadang - kadang

menggunakan masker di tempat umum dan 3,61% responden jarang menggunakan

masker di tempat umum. Menurut Yanti dkk. (2020), penggunaan masker

sangatlah penting dalam rangka melawan pandemi COVID-19. Masker memiliki

kemampuan untuk melindungi pemakainya dari adanya partikel infeksius, ataupun

berguna sebagai source control yaitu membatasi penyebaran droplet yang

dikeluarkan oleh pemakainya ke udara.

Komponen keempat yang diteliti adalah mengenai menjaga jarak minimal

1 meter dan didapatkan hasil 44,57% responden selalu menjaga jarak minimal 1

meter , 33,73% responden menjawab sering menjaga jarak minimal 1 meter ,

16,86% jarang menjaga jarak minimal 1 meter , 3,61% jarang menjaga jarak

minimal 1 meter dan sisanya 1,20% tidak pernah menjaga jarak minimal 1 meter.

Pemerintah memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat

terkait dengan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak

minimal 1 meter, dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun (Sukesih dkk.,

2020).
63

Komponen kelima meneliti tentang menjaga jarak dengan usia lanjut dan

didapatkan hasil 22,89% responden selalu menjaga jarak dengan usia lanjut.

24,09% responden sering menjaga jarak dengan usia lanjut. 2,77% responden

kadang-kadang menjaga jarak dengan usia lanjut. 9,63% responden jarang

menjaga jarak dengan usia lanjut dan 15,66% tidak pernah menjaga jarak dengan

usialanjut. Menurut Sari (2020), tingkat keparahan infeksi COVID-19 akan

meningkat pada lansia dengan penyakit kronis.

Komponen keenam adalah meneliti mengenai berkerumun ditempat ramai

dan didapatkan hasil bahwa 3,61% responden selsu berkerumun ditempat ramai.

10,84% sering berkerumun di tempat ramai . 43,37% responden kadang-kadang

berkerumun di tempat ramai. Kemudian 32,53% responden jarang berkerumun

ditempat ramai dan 9,63% responden tidak pernah berkerumun di tempat ramai.

Komponen ketujuh menelti mengenai menggunakan fasilitas umum dan

didapatkan hasil bahwa 10,84% responden selalu menggunakan fasilitas umum.

8,43% responden sering menggunakan fasilitas umum. 20,48% responden

kadang-kadang menggunakan fasilitas umum. 34,93% responden jarang

menggunakan fasilitas umum dan 25,30% responden tidak pernah menggunakan

kendaraan umum.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar resonden mempunyai

prilaku yang tepat dalam penerapan protokol kesehatan.


64

2. Hubungan Pengetahuan dan Prilaku Responden tentang Protokol

Kesehatan

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 76 responden

dengan pengetahuan “tinggi” terdapat 65 responden dengan prilaku “tepat” dan 11

responden dengan prilaku “tidak tepat” sedangkan dari pengetahuan

“rendah”didapatkan 5 responden degan prilaku “tepat” dan 2 responden dengan

prilaku “tidak tepat”.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square Apabila tabel

kontingensi 2 X 2, tetapi tidak memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus

yang digunakan adalah Fisher Exact Test. (Supranto, 2000). karena ada satu cell

yang tidak memenuhi syarat uji chi-square yang disebabkan oleh nilai yang

kurang dari 5 makan dilakukan kembali uji fisher dan didapatkan hasil p value =

0,301 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang artinya Tidak

ada Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Guru terhadap Penerapan Protokol

Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa secara signifikan. Dari hasil tersebut

menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang tidak dipengaruhi oleh prilaku

mereka dalam menerapan dan mematuhi protokol kesehatan di lingkungan sekitar.

Pada dasarnya perilaku tersebut haruslah didasarkan atas kesadaran individu,

dikarenakan banyak individu yang sebenarnya telah mengetahui berbagai

pengetahuan terkait protokol kesehatan ataupun pandemi COVID-19 namun tidak

melaksanakannya dengan baik di dalam kehidupan sehari-hari (Yanti dkk., 2020).

Menurut Penelitian (Selvi 2021), selain pengetahuan terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga seseorang yang memiliki


65

pengetahuan yang baik tentang COVID-19 belum tentu menunjukkan

tindakan/perilaku yang baik pula terhadap penanganan dan pencegahan COVID

19. Menurut Rachmani dkk. (2020), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya suatu tindakan/perilaku antara lain berupa fasilitas, dukungan keluarga,

dan dukungan teman.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengetahuan dengan prilaku guru di SMP Negeri 1 Talang Kelapa sudah tinggi

dan tepat.

2. Hasil uji statistik Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan prilaku guru terhadap penerapan protokol kesehatan di SMP Negeri 1

Talang Kelapa.

3. Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

prilaku seseorang antara lain norma dan lingkungan sosial.

B. Saran

1. Bagi SMP Negeri 1 Talang kelapa agar tetap mematuhi protokol kesehatan saat

berada di lingkungan sekolah dengan cara menggunakan masker, mencuci

tangan dan menjaga jarak dan juga memperbanyak fasiltas tempat cuci tangan di

lingkungan sekolah.

2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan

Protokol kesehatan dan Covid-19 agar dapat menggunakan variabel lain tidak

hanya mengacu kepada guru melainkan seluruh warga sekolah terutama bila

sekolah tatap muka langsung sudah dijalankan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Arini Hardyanti, Selvi . 2021. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Tenaga
Pendidik Terhadap Penanganan dan Pencegahan COVID-19 di
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi, Jurusan farmasi Universitas
Sumatra Utara.

Aviolin, Dara. (2020) 'Asuhan Keperawatan Komunitas Pemberian Pendidikan


Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual Melalui Aplikasi WhatsApp
Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Patuh Protokol Kesehatan
Pada Remaja di SMP Islam Darul Quran Padang Tahun 2020' , Program
Study Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang

Bandura , Albert (1997). Self Efficacy : The Exercise of Control. New York :
W.H> Freeman and Company

Bimo, Walgito. 2003. Pengantar Psikologi Umum, ANDI. Yogyakarta , Indonesia

Burhan, R., Isbaniah, F., Susanto, A. D., Aditama, T. Y., Soedarsono, Sartono,
T.R., Suguri, Y.Tantular, R., Sinaga, B. Y. M., Handayani, R. R. D., &
Agustin, H. (2020). PNEUMONIA COVID-19 DIAGNOSIS &
PENATALAKSANAAN DI INDONESIA. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia

Dai, S. P., Zhao, X., & Wu, J. hui. (2020). Effects of Comorbidities on the Elderly
Patients with COVID-19: Clinical Characteristics of Elderly Patients
Infected with COVID-19 from Sichuan, China. Journal of Nutrition,
Health and Aging

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,


Indonesia

Devi Pramita Sari and Nabila Sholihah ‘Atiqoh (2020) ‘Hubungan Antara
Pengetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai
Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19 Di Ngronggah’, Infokes: Jurnal
Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 10(1), pp. 52–55. doi:
10.47701/infokes.v10i1.850.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Guru dan anak didik dalam Interaksi Edukatif.
Rineka Cipta.Jakarta, Indonesia

Donsu, Jenita DT. (2017). Psikologi Keperawatan. Pustaka Baru Press,


Yogyakarta , Indonesia

Elizabeth, Hurlock. (1998). Perkembangan Anak Jilid I. Erlangga. Jakarta,


Indonesia

67
68

Emy, N. P. E. D. et al. (2020) ‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang


Covid-19 dan Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal
Keperawatan Jiwa, Vol. 8 No.(3), pp. 485–490.

Erfani, A., Reza, S., Kevin, R., Alireza, M., Mohsen, M. 2020.
Knowledge,Attitude and Practice Toward The Novel Coronavirus
(COVID-19) Outbreak: A Population-Based Survey in Iran. [online]
https://www.researchgate.net/publication/340457803_Knowledge_Attitu_
and_Practice_toward_the_Novel_Coronavirus_COVID19_Outbreak_A_
opulatio n-Based_Survey_in_Iran. [diakses: 07 April 2021].

Fatah Syukur, (2011) . Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah, Pustaka


Rizki Putra, Semarang , Indonesia

Fremon E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi Dan Manajemen, Bumi


Aksara, 1995 Jakarta , Indonesia

Ihsanuddin. (2020). Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di
Rumah Perlu Digencarkan Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul “Jokowi: Kerja dari Rumah, Belajar dari Rumah, Ibadah di Rumah
Perlu Digencarkan”, https://nasional.kompas.com/read/2020/03. Kompas.

Julian. (2020). Kepala Dinkes Sumsel Sebut Penyebab Peningkatan Kasus Positif
Covid-19. Retrieved https://zonabanten.pikiranrakyat.com/nasional/pr
23583130/kepala-dinkes-sumsel-sebut-penyebab-peningkatan-kasus
positifcovid-19?page=2

Kartini Kartono. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan,PT. Rajawaligrafindo


Persada, Jakarta , Indonesia.

Kemenkes. 2020. Pedoman Pecegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease


(COVID-29). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman 52

Kementerian Kesehatan RI (2020). Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus


Disease (COVID-19) 18 April 2020 Kementerian Kesehatan RI (2020).
Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
18 April 2020

Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 2021. 5 M Di Masa Pandemi COVID-


19 di Indonesia.Keperawatan Dan Kebidanan. 11(2): 262.

Listiani, Fitri. 2015. Pengaruh Entrenchment, Alignment, Kepemilikan Manajerial,


dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Skripsi.
Bandung: Universitas Pasundan.
69

Mantra, Ida Bagus. 1989. Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa Ke Kota Di
Indonesia.Yogyakarta :Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah
Mada

Mardiatno, D. (2018). Kesiapsiagaan (Preparedness) Dan Tanggap Darurat


Bencana. Pusat Studi Bencana (PSBA)-UGM. http://pk4l.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/51/2018/10/Dr.-Rer.-Nat.-Djati-
MardiayantoM.Si_.pdf

Mashiko, H. (2008). The relationship between the tendency of over-adaptation


and personality trait, fears of abandonment, and approval motivation in
adolescence. Japanese Journal of Counseling Science, 41(2), 151–160.
Mas'udi, W. & Winanti, P. S., 2020. Tata Kelola Penanganan Covid 19 di
Indonesia. In: s.l.:Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah
Mada.

Mohamad Ali & Ansori. (2012). Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta Bumi Aksara. Jakarta, Indonesia

Mohammad Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya,


Bandung, Indonesia.

Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal
Sosial Humaniora Terapan. Vol. 2 No.2. Universitas Indonesia : Program
Studi Periklanan Kreatif Program Pendidikan Vokasi

Najib Sulhan. 2011. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. PT Temprina


Media Grafika. Surabaya, Indonesia.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Notoatmodjo, S.2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Nurislaminingsih, R., 2020. Layanan Pengetahuan tentang Covid-19 di
Lembaga. Jurnal Ilmu Perpustakaan dan informasi .

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT. Rineka


Cipta. Jakarta , Indonesia.

Nurislaminingsih, R. (2020) ‘Layanan Pengetahuan tentang COVID-19 di


Lembaga Informasi’, Tik Ilmeu : Jurnal Ilmu Perpustakaan dan
Informasi, 4(1), p. 19. doi: 10.29240/tik.v4i1.1468.

Nursalam & Efendi, F (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Salemba


Medika.Jakarta , Indonesia
70

Nurul Aula, S. K. (2020) ‘Peran Tokoh Agama Dalam Memutus Rantai Pandemi
Covid-19 Di Media Online Indonesia’, Living Islam: Journal of Islamic
Discourses, 3(1), p. 125. doi: 10.14421/lijid.v3i1.2224..

Peng, Y. et al., 2020. Knowledge, Attitude and Practice Associated with COVID-
19 among. Research square. as Compared with SARSCoV-1. Nejm, 382(1),
1564– 1567. Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika

Priyanto, Agus. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku


Pencegahan Kekambuhan Luka Diabetik. Jurnal Ners Dan Kebidanan.
Vol. 5 No. 3. Kediri : STIKES Ganesha Husada
Purnamasari, I., dan Anisa, E.R. 2020. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang COVID-19. Jurnal ilmiah
kesehatan. 10(1): 35, 38.

Purnamasari, Ika; Raharyani, A. E. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku


Masyarakat Kabupaten Wonosobo Tentang Covid-19. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 10(1), 33–42. Retrieved from
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jik/artic le/view/1311/783

Rachmani, Immanuella F dkk,2003.Multiple Intelligences.PT Aspirasi Pemuda.


Jakarta, Indonesia.

Salman, M. et al., 2020. Knowledge, attitude and preventive practice related to


COVID-19: a croos-sectional study in two Pakistan University Population.
Nature Public Health Emergency Collection.

Samsudin. (1987). Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bina Cipta.


Bandung , Indonesia

Sari, A.R., Fauzi, R., Anggun, W., Nita, P., Nur, L., Vina, Y.A., dkk. 2020.
Perilaku Pencegahan Covid-19 Ditinjau Dari Karakteristik Individu dan
Sikap Masyarakat. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 1(1): 35.

Sebayang, R. (2020, January). Awas! WHO akhirnya tetapkan Covid-19 darurat


global. CNBC Indonesia

Sri Puji Astuti, (2014) Hubungan Dukungan Sosial Peer Group Dan Kontrol Diri
Dengan Kepatuhan Terhadap Norma Sosial. Skripsi.Universitas Islam
Negeri Sultan Sarif Kasim Riau.
71

Ssebuufu, R. et al., 2020. Awareness, knowledge, attitude and practice towards


measures for prevention of the spread of COVID-19 in the Ugandans: A
nationwide online cross-sectional Survey. medRxiv.

Sukesih. (2019) Gambaran Komunikasi SBAR Terhadap Sikap Dan Perilaku


Perawat The 10th University Research Colloqium 2019 STIKES
Muhammadiyah Gombong.

Sukesih., Usman., Setia, B., Dian, N.A.S. 2020. Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa tentang Pencegahan COVID-19 di Indonesia. Jurnal Ilmu

Sukur, M.H., Bayu, K., Ray, F. 2020. Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa
Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Journal Inicio
Legis. 1(1):3.

Supranto, J., 2016. Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta, Indonesia

Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Usman, S., Budi, S. and Nur Adkhana Sari, D. (2020) ‘Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia’, /
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), pp. 410–414. Available
at: Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Kesehatan Tentang
Pencegahan Covid-19 Di Indonesia.

Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Yogyakarta : Nuha Medika

Widiyani, R. (2020). Latar Belakang Virus Corona, Perkembangan hingga


Isu Terkini. Retrieved from detikNews:
https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-
corona perkembangan-hingga-isu-terkini

Yanti, N.P.E.D., Made, A.D.P.N., Gede, A.W., Ni, P.DA., Ni., P.A.D. 2020.
Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang COVID-19 dan Perilaku
Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa.
8(3): 498-499.

Zhong, B.L., Wei, L., Hai, M.L., Qian-Qian, Z., Xiao-Ge, L., Wen-Tian, L. 2020.
Knowledge, attitudes, and practices towards COVID-19 among Chinese
residents during the rapid rise period of the COVID-19 outbreak: a quick
online cross-sectional survey. International Journal of Biological
Sciences.16(10): 1745, 1750.
LAMPIRAN

Lampiran 1 . Kuisoner yang telah diisi responden

72
73
74
75

Lampiran 2 . Surat Izin Melakukan Penelitian


76

Lampiran 3. Surat Keterangan telah Menyelesaikan Penelitian


77

Lampiran 4 . Hasil jawaban Pengetahuan Ressponden


78
79

Lampiran 5. Hasil jawaban Prilaku Responden


80
81

Lampiran 6. Hasil Pengetahuan dan Prilaku Responden


82
83

Lampiran 7. Daftar Usia dan Jenis Kelamin Responden


84
85

Lampiran 8. Output Uji Chi- Square dengan Uji Expect Fisher


86

Lampiran 9. DistribusiKomponen Pengetahuan Guru SMP


Negeri 1 Talang Kelapa

Benar (1) Salah (0)


Komponen Pengetahuan
F % F %

1. COVID-19 adalah penyakit yang tidak berbahaya


77 92,77 6 7,23
dan sama seperti flu biasa
2.Virus korona dapat bertahan hidup beberapa jam
74 89,15 9 10,85
di luar tubuh manusia
3.Virus korona tidak akan menular pada saat
63 75,9 20 24,1
berbicara
4.Orang yang bisa menularkan COVID-19
67 80,72 16 19,28
hanyalah yang memiliki gejala
5.Orang yang sehat tidak perlu memakai masker
79 95,18 4 4,82
saat keluar rumah
6.Gejala COVID-19 pada usia lanjut umumnya
73 87,9 10 12,05
lebih berat dari pada pada usia muda
7.Risiko kematian pasien COVID-19 lebih tinggi
70 84,33 13 15,67
pada penderita penyakit kronis
8. Anak-anak tidak termasuk kelompok yang
64 77,1 19 22,9
berisiko karena jarang terinfeksi Covid- 19
9. New normal artinya adalah kembali kepada

kebiasaan semula sebelum munculnya wabah 55 66,26 28 33,74


korona
10. Isolasi mandiri pada orang yang terinfeksi

COVID- 19 tidak diperlukan bagi yang tidak 61 73,49 22 26,51


memiliki gejala
87

Lampiran 10 Distribusi Komponen Prilaku Guru SMP Negeri 1 Talang Kelapa

Selalu (5) Sering (4) Kadang-Kadang (3) Jarang (2) Tidak Pernah (1)
Komponen Prilaku
F % F % F % F % F %
1. Saya mencuci tangan dengan sabun
atau mengunakan hand sanitizer
setelah memegang benda-benda di 50 60,2 30 36,1 3 3,6 0 0 0 0
tempat umum
2. Saya mandi dan mengganti pakaian
setelah pulang dari bepergian 51 61,4 16 18,2 15 18 1 1,2 0 0

3. Saya memakai masker bila berada


di tempat umum (pasar, terminal, 57 68,6 14 16,8 9 10,8 3 3,6 0 0
tempat sembahyang, dll)
4. Saya menjaga jarak minimal 1
meter dari orang lain saat berada di 37 44,5 28 33,7 14 16,8 3 3,6 1 1,2
luar rumah
5. Saya menjaga jarak dengan orang
yang berusia lanjut 19 22,8 20 24 23 2,7 8 9,6 13 15,6
6. Saya menghadiri acara yang
mengumpulkan banyak orang 3 3,6 9 10,8 36 43,3 27 32,5 8 9,6
7. Saya menggunakan fasilitas umum
atau pergi ke tempat umum
(transportasi umum, mall, pasar, 9 10,8 7 8,4 17 20,4 29 34,9 21 25,3
tempat wisata)
88

Lampiran 11 . Foto - foto Penelitian


89

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN


PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH/LAPORAN TUGAS
AKHIR/SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI S
Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang,saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama : Elfa Sakinah


NIM : PO.71.39.1.18.008
Program Studi : Diploma III
Jurusan : Farmasi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (non-
exclusive royalty-free right) atas Karya Tulis Ilmiah/ Laporan Tugas
Akhir/Skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Pengetahuan dengan Prilaku Guru terhadap


Penerapan Protokol Kesehatan di SMP Negeri 1 Talang Kelapa

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : 24 agustus 2021
Yang menyatakan

Elfa Sakinah
BIODATA

Nama : Elfa Sakinah


Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 22 Juli 2000
Alamat : Jalan Mataram 1 No. 424 RT 08,
RW 02, Kel. Kemas Rindo , Kec.
Kertapati, Kota. Palembang,
Sumatera Selatan
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Alfaizi
Ibu : Eliyati
Anak Ke- :1
Jumlah Saudara :4
E-mail : elfasakinah45@gmail.com
Nomor Hp : 088272095646
Riwayat Pendidikan :
1. TK aktif (2004 – 2006)
2. SD Negeri 237 Palembang (2006 – 2012)
3. SMP Negeri 12 Palembang (2012 – 2015)
4. SMA Muhammadiyah 1 Palembang (2015– 2018)
5. Politekkes Kemenkes Palembang (2018 – 2021)

90

Anda mungkin juga menyukai