Anda di halaman 1dari 5

JUMAT 23 SEPTEMBER 2016

Malam sabtu ini seharusnya menjadi malam yang menyenangkan untuk bersantai menyambut hari libur.
Namun tidka dengan malam sabtu minggu ini. biaca masih disbukkan dengan revisi gambar proyek yang
harus selesai malam itu juga. di dalam ruangan 6x8 meter aku berpacu antar waktu dan suara-suara
keyboard dan mouse. Kebetulan malam ini tidka biasanya aku memiliki garirah untuk bekerja. The
power of kepepet memang paling bisa dijadikan moodbooster.
Aku menyereput green tea latte untuk sedikit membuat relax otak. Lagu coldpaya aku perdengarkan dari
speaker yang suaranya hampir mirip suara gelombang radio yang kosong, membaur hampir tidak
terdengar musiknya. Aku menyambungkan earphone di speaker tersebut dan hasilnya lebih terasa kalau
aku sedang mendengrkan lagu bukan gelombang.
70 persen gambar sudah aku kerjakan. Seperti biasa jika pekerjaan akan selesai , aku menyelingnya
dengan membuka website social media. beranda facebookku terpampang dari onlines shop sampai
orang pamer. Satu pemberitahuan permintaan pertemanan. Roberts Abraham, aku mengkonformasi
pertemanan tersebut dan tidak laama setelaahnya dia menyapaku melalui pesan pribadi.
Roberts : hay Bianca
Bianca : ha, sorry ini siapa ya ?’
Roberts : kenalin aku Roberts. Panggil saja obet.
Bianca :ok obet, ada apa ?
Roberts : tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berkenalan denganmu.
Bianca : namaku Bianca dan aku pastikan obrolan kita sampai disini saja. Saya harus melanjutkan lagi
pekerjaan.
Aku menutup website facebook dan kembali menyelesaikan pekerjaan gambarku. Semakin cepat aku
kerjakan karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. jaja sudah daritadi menyuruhku untuk
segera keluar karena kantor akan segera dikunci. Alasannya tidak lain dia ingin apel dengan pacarnya.
Satu demi satu gambar aku cetak. Hp ku terus berbunyi menandakan ada pesan facebook masuk. Aku
melirik sebentar kea rah handpohne tetapi tidak berminat untuk membukanya karena kertas gambar
yang telah aku cetak jatuh berserakan. Aku masuk ke kolong meja untuk mengambil dua lembar gambar
yang masuk ke kolong tersebut. Tanganku merogoh mencari lembaran kertas tersebut. Sesuatu Dingin
berbulu dan basah yang aku pegang membuatku tercekat. Jantungku berdegup kencang tetapi lemah,
nafasku sudah tidak berirama teratur, aku seperti dihempaskan dari roller coaster diketinggian 200mter.
aku bungkam, tidak bisa teriak apapun, sulit sekali rasanya mulut ini untuk dibuka. aku mencoba untuk
kuat, sesuatu itu harus segera aku hadapi. Aku perlahan ,menarik tanganku yang masih menghinggap di
sebuah sesuatu yang aneh itu. namun, rasanya seperti ada lem antar seuatu aneh itu dnegan tanganku.
Tanganku sulih aku tarik. Kali ini mulutku bisa terbuka dan berteriak kencang memecah suasana malam
yang mencekam itu. lampu led yang tergantung berulang kali padam nyala. Suara pnselku ikut
bersahutan memunculkan dialog orang sedang debat. Sekuat tenagaku teraiakanku diperkuat berharap
siapapun dapat menolongku. Pyarrrr, lampu besar menyala dengan terangnya. Jaja memanggilku sambil
mencari keberadaanku. Sedikit lega, aku mencoba berdiri di tengah kondisiku yang lemas.
“bu Bianca ada apa ?”, tanya jaja yang ikut panik.
“ja, tadi ada setan ja, sumpah ja. Tadi lampu disini mati nyala mati nyla ditambah hp ku ada suara gaduh
dan aku memegang ssesuatu yang entah apa itu”, aku menangis sejadinya.
“sudah bu tenang. Ini minum dulu”, aku direbahkan duduk oleh jaja. Dia menyodorkan minuman the
hijau untuk segera aku minum.
“lagipula daritadi aku udah suruh ibu pulang. Ga baik perempuan pulang malam-malam begini. Yasudah
nanti pulangnya saya antar ya?”, jaja membereskan kertas yang berserakan.
“ga perlu ja, aku sudah sedikit tenang. Lagipula aku bawa mobil sendiri. Makasih ya”, aku menutup
semua pekerjaanku dan mematikan komputer.
Ditengah perjalanan pulang aku masih terpikirkan kejadian yang menyeramkan di kantor. baru dua
minggu bekerja di kantor baru, hal aneh sudah menimpaku, meninggalkan teka-teki yang entah harus
dipecahkan atau dibiarkan begitu saja. Aku sebenarnya tidak percaya dengan segala kejadian berbau
setan atau sejenisnya. Diluar akal, lagipula setan dan sejenisnya sebenarnya takut dengan manusia.
Namun, hatiku masih setengah-setengah untuk menampik hal itu setelah kejadian menyeramkan itu
barusan telah aku alami. Aku melajukan mobilku ke kos temanku. Malam ini dirumah sedang tidak ada
siapa-siapa. Papa mama sedang keluar kota lengkap dengan kedua adikku. aku masih trauma dengan
kejadian di kantor. diandra membolehkan aku untuk menginap di kosnya steelah aku meinta izin dan
sedikit bercerita sehingga membuatnya penasaran. memasuki komplek perumahan , portal hampir mau
ditutup tetapi aku segera melajukan mobil dan meminta untuk diberi izin untuk masuk. Aku menelpon
diandra untuk menjelaskan jalan yang harus dilewati untuk menuju kosnya. dia menhgatakan bahwa
cirri-ciri kosnya itu ada tulisan griya bougenvil dengan cat warna orange dan pagar tinggi kayu. Seoramg
satpam nampak curiga ketika aku bolak balik mencari alamat yang dimaksud. Salahku juga tidak
terpikirkan untuk segera tanya kepada satpam saat henddak menutup portal.
“maaf bu mau kemana ?”, tanya satpam yang sudah memberhentikan mobilku sambil memasang wajah
curiga.
“begini pak, saya sudah janji dengan teman saya yang alamatnya itu griya bougenvil”, nada suaraku
sedikit canggung.
“dari sini ibu belok kiri, ada pos kamling belok kanan lalu lurus ujung mentok itu groya bougenvil”,
satpam tersebut masih dengan kecurigaannya.
“oke makasih pak”
Perlahan aku mengerndarai mobile k arah yang sudah dijelaskan oleh satpam tadi. Tepat diujung jalan
terlihat bangunan megah bertuliskan griya biugenvil dengan gaya arsitektur rumah tropis. Rumah
berlantai tiga itu di percantik dengan taman berserta kolam ikan dan lampu yang memberi efek warm
tetapi terkesan mewah. hampir disetiap sisi bangunan terdapat jendela besar yang bisa dijadikan juga
sebagai pintu. Diandra membuka pintu gerbang kayu tersebut. Semakin terlihat kemewahannya ketika
di carport dan gareasi sudah berjejer mobil-mobil entah milik pemilik kos atau para penghuni kos. aku
langsung diajak menuju kamarnya diandra.
“Bianca lanjutin lagi ceritanya tentang kejadia di kantor”, diandra memulai pembicaraan saat persis baru
masuk kamar.
“diandra, nanti dulu dong. Aku mau mandi dulu. Makan juga belum, brau nanti cerita.”aku berlalu
menuju kamar mandi.
Diandra sibuk memasak sampai wanginya tercium hingga kamar mandi. Diandra pasti masak enak
seperti nasi goring kambing. Saat aku selesai mandi dan menghampiri diandra yang sedang menyajikan
masakannya ternyayata ekpektasiku salah. dia hanya memasak seonggok telor dadar. Namun,karena
sudah snagat lapar, nasi 3 centong penuh pun aku lahap abis beserta telor dadar yang rasanya seperti
membunuh orang yang memiliki darah tinggi alias keasinan level 10. Kalau perumpaan di masyarakat
mungkin diandra ingin segera nikah karena masaknya keasinan.
“Bianca ayo dong cerita lagi”, diandra masih memaksaku untuk bercerita. Aku merebahkan badan di
kasur empuk milik diandra. Sebenarnya, aku masih malas untuk menceritakan kejadian itu.
“aku baru tahu kalau kantor ku itu penuh misteri. Sumpah tadi aku pegang seperti kaki berbulu, dingin
dan basah. Iya dia kaki aku yakin itu kaki. Tapi kaki siapa, diruangan itu Cuma ada aku aja, dan tidak ada
peliharaan binatang apapun”
“kamu halusinasi “, diandra setengah tidak percaya.
“aduh mana sempet aku halusinasi ditengah tugasku yang banyk tadi. Sumpah di, aku ga mau lagi
lembur sendirian di kantor itu. dan lebih anehnya lagi masa ponselku jadi nyala sendri dengan
mengeluarkan dua orang yang sedang bertengkar. Padahal aku tidak membuka video atau streaming
apapun. Aku yakin pasti ada yang ga beres di kantor itu”, ujarku meyakinkan diandra.
“duh bi, aku jadi merinding nih. Besok lagi aja ya kamu lanjutin ceritanya”, diandra menarik selimut dan
tidur didekatku.
“suruh siapa maksa aku buat cerita. Aku aja yang cuek soal kayak gitu mendadak jadi mertasa horror
apalagi kamu yang aslinya memang penakut”
“udah deh bi jangan meledek aku terus. Aku mau tidur. Semoga mimpi kaki eh salah semoga mimpi
indah”
Aku mematikan lampu tidur yang terletak di pinggi tempat tidur. Aku terbiasa tidur dengan tempat yang
gelap karena akan meningkatkan kualitas tidur juga. namun, baru beberapa menit aku memejamkan
mata rasanya masih trauma. Aku menyalakan kembali lampu tidur tetapi masih terasa gelap. Dengan
sangat terpaksa aku menyalakan lampu utama yang terangnya seperti acara hajatan. Aku tidak ingin
sosok menyeramkan itu hadir diantara kegelapan.
Aku masih belum mengantuk dan untuk dibuatr kantiknya aku memainkan handphone. Aku memeriksa
ponselku yang sempat memunculkan suara aneh. Tetapi tidak ada yang aneh. Terlihat pesan dari
Roberts yang mengrimkan 13 pesan yang belum aku baca yang isinya sama semua yaitu “aku ingin
bertemu dengan kamu, Bianca cantik”. Aku menghela napas membaca pesan yang terkesan maksa drai
Roberts. Aku langsung menghapus perteman sekaligus memblock akun facobooknya milik Roberts.
Dengan begitu tidak ada lagi pesan-pesan yang aneh dari dia. Aku kembali memainkan social media ,
melihat beberapa foto-foto pria yang aku diam-diam aku sukai, rio yang sudah memiliki pacar yang
masih lebih cantik aku. rio adalah pemimpin proyek dikantorku yang pertama aku melihatnya terasa
berwiabawa, pembawaan jiwanya tenang, tidak banyak bicara dan kalau wajahnya hampir mirip dengan
deny sumargo. Bisa terbayangkan aku dibikin salting ketika dia memberi tahuku apa saja yang harus
digambar. Tidak focus mendegarkan nafasnya, menatap setiap gerakkan bibirnya. Pikiranku melayang
jika aku berpacaran dengannya tidak ada kata lain selain “menyenangkan”.
Diandra sudah tertidur lelap dengan suara ngoroknya yangterus menderu membuatku semakin sulit
untuk tidur. Bosan bermain handphone aku menyalakan televisi lama-lama ras kantuk itu datang juga.
aku perlahan tertidur dan melupakan kejadian yang menyeramkan di kantor tadi.
Pukul 07.00 aku dibangunkan oleh diandra yang sudah siap untuk berangkat kerja. Diandra satu kantor
denganku, satu profesi hanya saja proyekyang dikerjakan berbeda. Aku sedang mengerjakan apartemen
sedangkan diandra sedang mengerjakan proyek mall. Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi
untuk berbenah diri.
Hari-hariku selalu semangat untuk berangkat kerja. Tidak lain karena ada si tampan “mas rio”. Tidak
mengenal hari apapun kalau pun minggu harus masuk pun aku siap asalkan bertemu dengan doi. Aku
memakai kemeja dan celana jeans robek serta sepatu boots. Rencananya hari ini aku ingin meninjau
langsung pelaksanaan proyek bersama mas rio. Aku belum bercerita kepada siapapun mengenai aku
suka sama rio. Tidak juga kepada diandra mengingat dia memiliki mulut ember. Jadi aku lebih memilih
diam.
Diandra yang menyetir mobilku membawanya dengan kecepatan serasa di jalan tol mengingat waktu
sudah menunjukkan pukul 07.50 wib. Aku berusaha menenangkannya tetapi diandra tidak
mengindahkan sama sekali. Urusan dia dimarahi oleh pemimpin proyek mas jery lebih gawat.
Sampainya di kantor, mas jerry dan mas rio sedang asyik mengobrol. Jantungku mulai berdetak tidak
karuan, melihat saat rio tersenyum apalagi perasaan selain gugup. Aku membereskan rambutku yang
sudah aku blow, bercermin jangan sampai alisku tebal sebelah, lipstick oke tidak ada yang menempel
digigi. Diandra menatap keheranan dengan tingkahku.
“ngapain dandan begitu ?. Kita ini kerja di proyek bukan jadi spg”, diandra menatapku sambil
menyeringai.
Aku tercekat dengan pertanyaan diandra. Aku tidak boleh ketahuan sedang fallin in love dengan mas rio.
Dengan gugup aku buru-buru membereskan perlengkapan make up.
“hemm iya dong , kita tuh cewek harus tetap outstanding dimanapun ketika bekerja hahaha”, aku keluar
dari mobil untuk menghindari pertanyaan lagi dari diandra.
Diandra menyerahkan kunci mobil kepadaku. Aku memasukannya ke dalam tas dan sedikit bercermin
melalui kamera depan hp dari dalam tas. Oke percfect. Aku dan diandra menghampiri mas rio dan mas
jerry yang sedang asyik menikmati kopi sambil mengobrol dengan girangnya.
“selamat pagi mas rio , selamat pagi mas jerry”
“pagi “, sapa balik mas rio dengan senyumannya duhh amboii sekali. Lain halnya mas jerry dengan
wajahnya yang jutek tidak ada satu patah kata apapun dari dia.
“beda banget pimpinan kamu sama pimpinan aku”, bisik diandra.
“aku memang beruntung banget di. Good luck ya buat kamu hehe”, bisikku balik.
Aku dan diandra memasuki kantor untuk mengambil helm dan sepatu boots.
“oya mas ini gambar yang semalam sudah aku revisi”, ujarku smabil menyerahkan gambar yang sudah
aku print.
“lho semalam kamu lembur ya. waduhh saya jadi ga enak ga nemein kamu. Ya sudah sebagai bonusnya
nanti siang aku traktir kamu makan siang. “, tak ada lagi kata selain “awesome” dari ajakan mas rio
barusan.
Aku pastikan sikapku tidak berubah jadi gugup. Aku mengatur nafasku agar tidak terlihat kalau aku ini
sedang bahagianya bukan kepayang. Diandra hanya bermuka masam ketika mas rio mengajaknya.
“cieee yang mau lunch bareng”, ledek diandra untuk mencairkan suasana.
“kamu juga mau ? ayo bareng aja. Kebetulan siang ini kita akan kedatangan owner juga untuk makan
siang bersama.
Ini engga salah dengar ?. seharusnya kan ini yang menjadi bonusku karena sudah lembur. Namun, aku
tetap tersenyum kepada mas rio meskipun dalam hati sama sekali ga terima. Dengan perasaan kesal,
aku berlalu keluar kantor untuk menunggu mas rio berangkat ke tempat proyek.
“aku duluan ke proyek mas”, aku berlalu dan anehnya tidak ada kata apapun untuk mencegah supaya
aku tidak buru-buru pergi. Dalam bayanganku dengan aku bersikap seperto ini, mas rio langsung
mencegahku pergi sendiri dan mengajak untuk bersama.
Aku memarkirkan mobilku untuk keluar dari kantor. di dalam mobil kau mendengarkan lagu slow rock
yang volumenya maksimal.
“aaaaa mas rio kenapa sih kamu kok ga peka sama sekali. Aku kurang cantik apa. Rambut oke, alis udah
rata, muka mulus.”,gumamku sambil melihat kea rah spion depan. Dan saat itu jug aku tercekat ketika
mas rio sedang berkendara juag tepat dibelkang mobilku. Jaket kulit hitam dan helm hitam dia terlihat
benar-benar maskulin.
Aku membuka jendela ketika tahu dia menyelip mobilku. Pasti dia akan menyapa atau meninta maf
kepadaku. Aku sudah pasang wajah yang sekiranya tidak membuat salang tingkah sendiri. Wezzzzzz,
lewat begitu saja. Cepat seperti jet coaster dan paling parahnya tidak ada sapaan apapun. Ini jauh dari
ekspektasiku. Aku melajukan mobilku lepbih cepat lagi. Aku ingin menyalip dia. Memang dia saja yang
bisa negbut. Aku Bianca dan aku jago bawa mobil tidak kalah dnegan diandra. Untunglah jalanan sudah
terurai dari kemacetan. Jadi aku bisa percaya diri menginjak pedal gas sampai kecepatan 80km/jam di
jalanan perkotaan. Wuszzzzz, aku berhasil menyalip mas rio. Motor dia jauh dibelakangku. aku akan
buktikan ke dia kalau aku karyawan yang disiplin bahkan sampai rela ngebut.
Pagar seng-seng sudah terlihat aku menepi untuk memarkirkan mobilku. Memang terkesan repot juag
bawa mobi, tetapi berhubung kau tidak bisa mengendarai motor jadi aku pilih mobil sebagai
akomodasiku kemanapun.
Seperti biasa aku memastikan kembali dandananku. Saat aku baru ingin bercermin aku melihat mas rio
sudah mulai bekerja. Itu artinya dia lebih sampai duluan daripada aku.
Aku keluar mobil setelah merasa dandananku masih rapi. Dengan perasaan tidak enak karena datang
lebih lama daripada ma rio, aku berjalan perlahan smabil tersenyum-senyum meminta untuk dimaklumi.
“Bianca, lain kali kalau bawa mobil ga perlu ngebut-ngebut ya. khawatir kenapa-kenapa di jalan”,ujar rio
sambil memberika sesungging senyuman.
Sebegitu perhatiankahmas rio kepadaku. Aku tidak boleh terlanjur senang dulu. Biasanya setelah
ditinggikan , dia lalu menjatuhkan ku jatuh sekali seperti urusan makan siang tadi. Mas rio mengajakku
untuk meninjau ke basement yang akan mulai pengecoran. Gambar dan pulpen sudah siap
digengagamanku sedangkan mas rio sibuk dengan smartphone barunya untuk meomtret bagian-bagian
proyek. Aku sedikit menyeringai dengan sikapnya. Entahlah mungkin dia sedang menungguku untuk
merespon mengenai handphone barunya tetapi sayangnya aku tidak begitu mempedulikannya.
“mas itu ready mix nya sudah datang”, ujarku membuyarkan konstrasinya yang sedang memotret.
“h iya oke”, mas rio menyalakan walky talky kepada site engineer agar diarahkan pelaksanaan
pengecoran.
“mas rio aku ke wc dulu ya. nanti aku kesini lagi”, tanpa menunggu jawaban dari mas rio aku langsung
berlalu.
Karena aku begitu sudah tidak tahan ingin buang air kecil, aku menitipkan gambar ke mas rio. Bahkan
tidak terpikir hal tersebut tidak sopan. Dengan langkah hati-hati sebab banyak paku dan melewati
tulangan, aku segera berlari menuju wc. Selamat datang di wc portable proyek. Bau, air seadanya
begitupun dengan penerangannya masih syukur ada celah yang bisa dilewati cahaya matahri jadi sedikit
terbantu. Namun sayangnya, celah itu aku tutup menggunakan sapu tangan mengingat lingkungan ini
pria semua. Aku harus lebih rapid an berhati-hati dalam beradab apapun.
Belum sepat aku kencing, sesuatu mengejutkan.

Anda mungkin juga menyukai