Disusun oleh :
Kelompok 2
1Ainun Noercahayadewi : 18142011002
2Ahmad Taufik : 18142011004
3DD Ike Mirna : 18142011010
4Ega Okita Irawan : 18142011015
5Je’an Zeina Fahira : 18142011019
6Mega Sri Rahayu : 18142011023
7Muthia Yulia Fasya : 18142011027
8Novia Rosa Khairany : 18142011031
9Pebri Rukmana : 18142011034
10RahmawatyLengkoano : 18142011037
11 Silviana E Sriwulandari : 18142011042
12 Yeyen Nendiawati : 18142011050
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 5
D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 5
A. Teori Penuaan............................................................................ 6
B. Perencanaan Keperawatan Gerontik......................................... 11
C. Penentuan Tujuan dan Hasil yang diharapkan.......................... 13
D. Rencana Tindakan..................................................................... 14
A. Kesimpulan............................................................................... 18
B. Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 19
KATA PENGANTAR
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perencanaan Diagnosa keperawatan Pada Lansia dengan
Masalah Komunikasi ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
keterampilan pada mahasiswa dalam menerapkan proses komunikasi
terapeutik pada klien lansia.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Penuaan
Proses penuaan merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap
individu. Proses penuaan menyebabkan fungsi organ tubuh dapat mengalami
penurunan bahkan kerusakan. Teori wear and tear dan teori radikal bebas
menjelaskan bagaimana proses menua dapat mempengaruhi fungsi atau
kerja sistem kardiovaskular. Teori wear and tear mengansumsikan tubuh
manusia seperti mesin yang akan usang setelah dipakai terus-menerus
selama bertahun-tahun (Miller, 2012). Perubahan pada sistem kardiovaskular
salah satunya, yaitu pembuluh darah mengalami penyempitan dan menjadi
kurang elastis akibat penumpukan plak atau yang disebut aterosklerosis
(Miller, 2012). Plak pada satu atau lebih pembuluh darah otak dapat
mengakibatkan penyumbatan total atau parsial aliran darah sehingga sirkulasi
serebral menurun (Smeltzer dan Bare, 2005). Penurunan sirkulasi serebral ini
dapat menyebabkan stroke dan mengakibatkan terjadinya hemiplegia, afasia,
disfagia, hemianopia, penurunan kesadaran, disfungsi usus dan kandung kemih,
hal ini bergantung pada bagian otak yang terkena.
Teori radikal bebas menjelaskan penurunan fungsi kerja tubuh merupakan
akibat dari akumulasi radikal bebas dalam tubuh (Miller, 2012). Radikal bebas
merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai hasil metabolisme
(Stanley dan Beare, 2007). Bertambahnya umur seseorang menyebabkan
terakumulasinya kolestrol jahat berbentuk plak yang menutupi pembuluh darah
atau yang biasa disebut aterosklerosis. Plak yang menutupi pembuluh darah
secara total akan menghambat, bahkan menghentikan aliran darah ke otak.
Sementara itu, plak yang menghambat sebagian lumen pembuluh darah,
sewaktu-waktu dapat terlepas dan terbawa aliran darah. Plak yang sampai
pada pembuluh darah yang kecil seperti kapiler, disebut tromboemboli, akan
menghambat total aliran darah ke otak sehingga menyebabkan stroke (Price
dan Wilson, 2003). Selain itu, akumulasi dari zat karsiogenik dapat
menyebabkan terjadinya tumor atau kanker pada tubuh (Smeltzer dan Bare,
2005).
1. Prinsip Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi efektif terjadi jika pesan, ide, atau gagasan dari komunikator
tersampaikan dalam sebuah kontak sosial (Potter dan Perry, 2005).
Kegagalan dalam berkomunikasi akan menyebabkan tidak tersampaikannya
pesan dengan baik. Komunikasi efektif terdiri dari lima prinsip, yaitu
respect, empathy, audible, clarity, dan humble. Respect merupakan sikap
menghormati dan menghargai lawan bicara. Empathy merupakan
kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi yang dihadapi orang lain.
Empati dapat melatih kemampuan mendengar dan menerima umpan balik
dengan sikap positif. Audible merupakan kemampuan mendengarkan pesan
dari pemberi pesan dengan baik. Clarity berarti pesan yang disampaikan
harus jelas dan tidak menyebabkan ambiguitas. Humble merupakan sikap
rendah hati yang diperlukan untuk menumbuhkan respect dan empathy
kepada orang lain (Potter dan Perry, 2005).
2. Hambatan Komunikasi Verbal pada Lansia Post Gangguan Cerebrovaskular
D. Rencana Tindakan
1. Terapi Wicara pada Residen dengan Hambatan Komunikasi Verbal
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada residen dengan
hambatan komunikasi verbal, yaitu melalui terapi wicara. Terapi wicara
merupakan treatment yang dilakukan pada residen hambatan komunikasi
verbal agar memperoleh kembali bahasanya (Siguroardottir dan
Sighvatsson, 2006). Target terapi wicara adalah untuk meningkatkan
harapan hidup sehari-hari. selain itu, terapi yang diberikan pada lansia
dengan hambatan komunikasi verbal bertujuan meningkatkan komunikasi
lansia secara verbal, tulisan, atau isyarat (Bakheit et al., 2007). Tujuan terapi
wicara secara spesifik meliputi meningkatnya kejelasan dalam ucapan,
kemampuan untuk mengerti kata-kata sederhana, dan kemampuan
mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti (Nadeau, Rothi,
dan Crosson, 2000). Tugas-tugas dalam terapi wicara meliputi word finders,
everyday objects, objects and action, everyday activities, sentence builders,
dan phrase builders, (Berthier, 2005).
Senam lidah dapat dilakukan sebelum terapi wicara. Hal ini bertujuan
untuk merilekskan otot-otot lidah. Senam lidah terdiri dari sembilan
gerakan. Gerakan pertama adalah menjulurkan lidah ke depan. Gerakan
kedua adalah sentuhkan lidah dengan rahang atas. Gerakan ketiga adalah
sentuhkan lidah dengan rahang bawah. Gerakan keempat adalah sentuhkan
lidah dengan sudut bibir kanan. Gerakan kelima adalah sentuhkan lidah
dengan sudut bibir kiri. Gerakan keenam adalah tersenyum. Gerakan
ketujuh adalah memonyongkan bibir. Gerakan kedelapan adalah membuka
bibir hingga selebar-lebarnya. Gerakan terakhir adalah merapatkan bibir
(Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000).
Latihan pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dengan
huruf konsonan juga perlu dilakukan sebelum terapi wicara. Hal ini
bertujuan agar residen mengetahui cara pengucapan huruf sebelum belajar
mengucapkan kata atau kalimat (Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000).
Tahapan ini mengajarkan cara pengucapan huruf vokal a, i, u, e, o.
Selain itu, penggabungan huruf vokal dengan huruf konsonan juga
dilatih seperti pengucapan ba bi bu be bo, pa pi pu pe po, ma mi mu me mo,
ta ti tu te to, ya yi yu ye yo, dan za zi zu ze zo.
a. Word finders atau mencari kata-kata
Merupakan tugas pertama dalam terapi wicara. Residen diminta
menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai kehidupan sehari-
hari (Berthier, 2005). Contoh pertannyaannya yaitu, “Mencuci tangan
menggunakan sabun dan?” jawabnya, “Air”. “Setelah mandi kita
memakai baju dan?” jawabnya, “Celana”. “Seorang anak mempunyai
orang tua yang terdiri dari ayah dan?” jawabannya, “Ibu”.
b. Everyday objects atau benda sehari-hari
Merupakan tugas kedua dari terapi wicara. Residen pada tahap ini
akan ditunjukkan beberapa benda yang biasa digunakan untuk aktivitas
sehari- hari. Residen kemuadian dilatih untuk mengucapkan nama benda-
benda tersebut (Berthier, 2005). Contoh nama benda yang dilatih seperti
kursi, pulpen, lemari, bantal, buku, cermin, sepatu, tempat tidur, tempat
sampah, dan kain pel.
c. Objects and action atau benda dan aksi
Merupakan tugas ketiga dari terapi wicara. Residen pada tahap ini
ditunjukkan beberapa benda yang biasa digunakan sehari- hari. Setelah
itu, residen diminta untuk membuat kalimat berisi aktivitas menggunakan
benda tersebut (Berthier, 2005).
Contohnya residen ditunjukkan sebuah gelas, kemudian residen
dapat membuat kalimat seperti, “Saya minum teh menggunakan gelas.”
Selanjutnya residen ditunjukkan sebuah pulpen, kalimat yang dapat
dibuat seperti, “Saya menulis menggunakan pulpen.” Terakhir residen
ditunjukkan sebuah sepatu, kalimat yang dapat dibuat seperti, “Saya
pergi memakai sepatu.”
A. Kesimpulan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia.
Perencanaan Keperawatan Gerontik ini merupakan langkah ketiga dalam
proses keperawatan. Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien,
nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga
kesehatan lainnya.
B. Saran
Kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah
berpartisipasi did alam pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat
pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia%20Laili.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf