Anda di halaman 1dari 24

UANG

Barang satu ini tentu saja sudah tidak asing lagi bagi Anda. Setiap hari tentu Anda
akan selalu berhubungan dengan uang untuk digunakan sebagai alat transaksi.
Uang nyatanya tidak pernah sekalipun terpisah dari kehidupan manusia.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan uang. Ada yang
mengatakan bahwa uang bukan segalanya, tetapi segalanya membutuhkan uang.
Kita tidak bisa munafik dan kita harus mengakui hal itu.
Hampir semua barang di dunia ini hanya bisa Anda dapatkan dengan
menggunakan uang. Uang berfungsi sebagai alat tukar atau alat jual beli. Ketika
membeli barang atau jasa tertentu orang akan membutuhkan uang sebagai alat
tukar untuk mendapatkan kedua hal tersebut.
Apabila dilihat dari sejarahnya uang memiliki sejarah yang panjang. Sebelum
beranjak lebih jauh membahas terkait ini itu Anda memang harus terlebih dahulu
mempelajari sejarah uang. Dengan mempelajari sejarah Anda bisa memberi
gambaran bagaimana pada awalnya uang ini bisa muncul dan eksis sampai
sekarang. Kami akan membahas sejarah uang pada pembahasan selanjutnya.
Bukan hanya sejarah saja tetapi kami juga akan membahas beberapa hal penting
terkait uang lainnya, yang dimulai dari sejarah uang, definisi uang, syarat-syarat
uang, fungsi uang, nilai dan jenis uang, teori uang, serta fitur teknologi cetak
uang terbaru untuk NKRI. Simak hal-hal seperti itu pada pembahasan yang akan
kami berikan setelah ini.

Uang tidak datang tiba-tiba begitu saja, tetapi uang ini muncul karena ada alasan
tertentu yang melatarbelakanginya. Apabila sekarang masyarakat menggunakan
uang sebagai alat transaksi, pada zaman dahulu tidak demikian.
Zaman dahulu orang melakukan transaksi dengan cara barter. Barter yaitu
transaksi penukar suatu barang untuk mendapatkan barang lain.
Pertukaran barang akan terjadi apabila orang dengan orang lainnya
membutuhkan barang tertentu yang pada saat itu memang sedang mereka
butuhkan.
Apabila tidak sedang membutuhkan barang tersebut seseorang juga tidak
menukar barang mereka. Seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai merasa
kesulitan dengan transaksi yang seperti ini, Berikut beberapa  kesulitan yang
terjadi pada saat itu.
1. Orang tidak bisa menentukan nilai barang yang akan ditukarkan.
2. Terkadang seseorang kesulitan menemukan seseorang yang memiliki
barang yang mereka  butuhkan dan menukarnya.
Ini adalah awal orang mulai mencari alternatif yang bisa digunakan untuk
mengatasi beberapa kesulitan di atas. Mereka mulai berpikir untuk menetapkan
suatu benda yang bisa digunakan dan memiliki nilai tertentu. Benda yang
digemari banyak orang, tidak mudah rusak, dan mudah untuk dibawa kemana
saja. Akhirnya pada saat itu orang-orang memilih menggunakan logam (emas
dan perak) sebagai alat transaksi.
Pada mulanya tidak ada nilai tertentu pada logam tersebut, nilainya hanya
dihitung dari persatuan keping logam. Belum ada nilai pasti yang tertera pada
gam tersebut.
Semakin lama logam semakin menjadi barang yang langka, sehingga orang mulai
mencari alternatif kembali. Pada saat inilah uang kertas mulai menjadi alternatif
untuk mengatasi hal itu. Nilai uang kertas ini ditentukan tergantung dari angka
yang tercantum di dalam mata uang tersebut.
Seiring perkembangan zaman uang kertas ini mulai di atur oleh pejabat
kepemerintahan suatu negara. Pejabat pemerintahan inilah yang akan membuat
dan mencetak uang yang akan digunakan oleh masyarakat. Jika kita melihat ke
situasi sekarang ini, Bank Indonesia (BI) itulah institusi pemerintah yang berhak
untuk mencetak uang untuk keperluan masyarakat.

Nah, sebenarnya apa sih pengertian uang secara spesifik ? Uang dalam ilmu


ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima
secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima
oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang danjasa. Dalam
ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan
secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang
dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaranhutang.
Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh
masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas
pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai
alat penimbun kekayaan.

Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah


daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan
dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki
keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam
penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada
akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang
kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.

Pada awalnya di Indonesia, uang —dalam hal ini uang kartal— diterbitkan oleh
pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun
1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah
kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya
lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu
disebut dengan hak oktroi.

Sejarah uang
Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap
orang berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha
sendiri. Manusia berburu jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-
bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk konsumsi sendiri;
singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada
kenyataan bahwa apa yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk
memenuhui seluruh kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak
dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari orang yang mau menukarkan barang
yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan olehnya. Akibatnya muncullah
sistem 'barter'

Sistem Barter

Barter yaitu barang yang ditukar dengan barang. Namun pada akhirnya, banyak
kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini. Di antaranya adalah
kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan dan
juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk memperoleh
barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran
yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul
pikiran-pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan
sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu
adalah benda-benda yang diterima oleh umum (generally accepted) benda-
benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan
mistik), atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari;
misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat
sampai sekarang: orang Inggris menyebut upah sebagai salary yang berasal dari
bahasa Latinsalarium yang berarti garam.
Barang-barang yang dianggap indah dan bernilai, seperti kerang ini, pernah
dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusiamenemukan uang logam.

Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum
mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage),
dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula
kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah
hancur atau tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan
uang logam.

Logam dipilih sebagai alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga
digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa
mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat
tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang
logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied money).
Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang
tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak
menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak
terbatas dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan
perekonomian, timbul suatu anggapan kesulitan ketika perkembangan tukar-
menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah sementara jumlah
logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam juga
sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang
kertas.

Mula-mula uang KERTAS yang beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas


dan perak sebagai alat/perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain,
uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100%
dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-
waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan
selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung)
sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan 'kertas-bukti'
tersebut sebagai alat tukar.

Selanjutnya ada uang bank, nah uang bank ini kebih kita kenal yakni Tabungan.
Tabungan adalah simpanan uang di bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu. Umumnya bank akan memberikan buku
tabungan yang berisi informasi seluruh transaksi yang Anda lakukan dan kartu
ATM lengkap dengan nomor pribadi (PIN). Dalam perkembangannya saat ini,
terdapat beberapa jenis tabungan yang tidak lagi menggunakan buku tabungan
melainkan internet/mobile banking.

Karakteristik lain dari tabungan adalah adanya setoran awal minimal pada saat


pembukaan rekening baru. Nominal besarannya ditentukan oleh masing-masing
bank. Khusus untuk produk tabungan Simpanan Pelajar (SimPel), setoran awal
minimal adalah sebesar Rp5.000,00 untuk SimPel konvensional dan Rp1.000,00
untuk SimPel iB syariah.

Perlu diketahui bahwa ketika Anda menabung di bank, Anda akan mendapatkan
bunga/bagi hasil yang besarnya ditentukan oleh masing-masing bank. Umumnya,
bunga/bagi hasil tabungan lebih kecil dibandingkan investasi seperti deposito.

Nah yang terakhir ada Uang Kredit atau yang sering kita kenal sebagai Kartu
kredit, dll.
Apa itu Kredit?

Kredit sudah menjadi sebuah jenis produk keuangan yang umum di tengah
masyarakat. Sebagai contoh Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan
Bermotor (KKB), dan lain-lain.

Tetapi sayangnya masih banyak yang belum memahami definisi kredit.

Kredit tentunya memiliki banyak definisi, misalnya saja jika diambil dari bahasa
Yunani, kredit adalah “credere” yang artinya kepercayaan akan kebenaran
atau “credo” yang berarti saya percaya.
Namun, secara umum, kredit dalam kegiatan perbankan di Indonesia telah
dirumuskan dalam Undang-undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang
menyatakan bahwa kredit adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai
imbalan.
 

Tetapi tentunya definisi kredit dalam setiap aplikasinya bisa saja berbeda.

Nah, penasaran dengan definisi-definisi kredit lainnya? Finansialku sudah


merangkum serba-serbi mengenai kredit beserta beragam definisinya, yakni
sebagai berikut:

Definisi Kredit Menurut Beberapa Ahli


Setiap ahli memiliki definisi kredit yang serupa tapi tidak sama.
Berdasarkan penerapannya dan cakupannya, kredit bisa memiliki
banyak arti.

Berikut beberapa contoh definisi kredit dari para ahli:  

#1 Brymont P. Kent
Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban
melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan
datang, karena penyerahan barang-barang pada waktu sekarang. 

#2 Rolling G. Thomas
Kredit adalah kepercayaan si peminjam untuk membayar sejumlah uang
pada masa yang akan datang. 

#3 Amir R. Batubara
Kredit adalah pemberian prestasi yang kontra prestasinya akan terjadi
sejumlah uang di masa yang akan datang.

#4 Firdaus dan Ariyanti


Kredit menurut firdaus dan ariyanti adalah suatu reputasi yang dimiliki
seseorang yang memungkinkan ia bisa memperoleh uang, barang-
barang atau tenaga kerja, dengan jalan menukarkan dengan suatu
perjanjian untuk membayarnya disuatu waktu yang akan datang. 
 

#5 Melayu S.P. Hasibuan


Arti kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali
bersama bunganya oleh peminjam sesuai perjanjian yang telah
disepakati. 

#6 Anwar
Kredit adalah pemberian prestasi (jasa) oleh pihak yang satu ke pihak
yang lain dan prestasinya dikembalikan dalam jangka waktu tertentu
bersama uang sebagai kontra prestasinya (balas jasa).  

#7 Thomas Suyatno
Kredit adalah penyediaan uang yang disamakan tagihan-tagihannya
yang sesuai dengan persetujuan antara peminjam dan meminjamkan. 

#8 Muljono
Pengertian kredit adalah kemampuan untuk menjalankan pembelian
atau melaksanakan suatu pinjaman dengan perjanjian untuk membayar
di waktu yang telah ditentukan. 

#9 Dr. Al-Amin Ahmad


Pengertian kredit adalah membayar hutang yang dilakukan secara
berangsur-angsur pada tempi yang ditetapkan atau ditentukan. 

Fungsi Kredit
Pada awal perkembangannya, kredit memiliki fungsi untuk merangsang
sikap saling menolong dengan tujuan pencapaian kebutuhan, baik
dalam bidang usaha atau kebutuhan sehari-hari.

Dengan kata lain kredit diharapkan dapat membawa dampak positif


secara sosial ekonomis bagi seluruh pihak (debitur, kreditur, atau
masyarakat).

Dewasa ini, kredit sudah banyak diterapkan dalam kehidupan


perekonomian dan perdagangan serta memiliki beberapa fungsi umum,
yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya guna uang,


2. Meningkatkan gairah dalam usaha, 
3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang,
4. Menjadi salah satu alat stabilitas perekonomian,
5. Meningkatkan hubungan internasional,
6. Meningkatkan daya guna dan juga peredaran barang,
7. Meningkatkan pemerataan pendapatan,
8. Sebagai motivator dan dinamisator kegiatan perdagangan dan
perekonomian,
9. Memperbesar modal dari perusahaan,
10. Meningkatkan IPC (Income Per Capita) masyarakat, dan
11. Mengubah cara berpikir dan tindakan masyarakat agar bernilai
ekonomis.

Unsur-Unsur dalam Kredit


Sedangkan unsur-unsur yang terkandung dalam penyediaan fasilitas
kredit adalah sebagai berikut:

#1 Kepercayaan
Keyakinan penyedia kredit bahwa pinjaman akan dimanfaatkan dan
diterima kembali dalam jangka waktu tertentu.

Unsur ini dapat dicapai dengan pengecekan kemampuan penerima


pinjaman untuk melunasi pinjaman selama periode tertentu secara
eksteren dan interen.

#2 Kesepakatan
Kredit baru dapat terjadi setelah adanya unsur kesepakatan antara dua
belah pihak akan seluruh syarat dan ketentuan dalam pengadaan
pinjaman.

#3 Jangka Waktu
Masa pinjaman yang telah disepakati dimana pada akhir periode,
penerima pinjaman diharapkan mengembalikan pinjamannya baik
dengan atau tanpa bunga.

#4 Risiko
Unsur yang pasti ada dalam pengadaan kredit adalah unsur risiko
dimana dalam jangka waktu yang ada, pasti ada risiko macetnya kredit.
Risiko ini bisa saja merupakan risiko yang disengaja maupun yang tidak
disengaja.
 

#5 Balas Jasa (Prestasi)


Keuntungan atas pemberian sebuah kredit yang biasanya berupa bunga
atau bagi hasil.

Pengertian uang
Tidak semua orang tahu pengertian uang. Padahal setiap hari mencarinya.
Hampir segala barang di dunia dapat dibeli dengan benda pemilik nama
lain duit itu. Jangankan saat hidup, sebelum lahir dan sesudah meninggal
pun banyak kebutuhan manusia yang masih memerlukan uang.

Bahan pembuatan uang dari kertas dan logam biasa. Bukan sutra, emas,
ataupun perak. Meski begitu, nilai uang sangat tinggi. Silakan tukar saja
dengan barang lain. Uang pasti dihargai sesuai nominal yang tertera.
Padahal, harga bahan atau nilai intrinsiknya lebih murah.
Fungsi uang sangat banyak. Bukan hanya sebagai alat jual dan beli.
Sejarah uang juga panjang. Mulai dari sistem barter sampai kebutuhan
manusia akan alat tukar perdagangan. Detailnya akan
uangindonesia.com uraikan di bawah. Kali saja Anda penasaran syarat dan
jenis-jenis uang masa depan.

Pengertian Dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

Dalam ekonomi tradisional, pengertian uang didefinisikan sebagai alat


tukar. Tidak hanya uang seperti sekarang ini, benda lain seperti emas,
perak, bahkan garam pun bisa dijadikan uang barang. Syaratnya ialah
benda itu diterima secara umum oleh seluruh masyarakat setempat.

Ilmu ekonomi modern mendefinisikan pengertian uang lebih luas lagi.


Bukan hanya sebagai alat pembayaran jual beli barang, jasa, dan
kekayaan lain, melainkan juga pembayaran utang. Beberapa ahli
menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Jenis Uang
A. Berdasarkan bahan yang digunakan

1. Uang logam yaitu uang yang dibuat dari logam. Contohnya :

Rp. 25 Rp. 100 Rp. 500

Rp. 50 Rp. 200 Rp. 1000

2. Uang kertas yaitu uang yang terbuat dari kertas. Contohnya :

Rp. 500 Rp. 2000 Rp. 10000 Rp. 50000

Rp. 1000 Rp. 5000 Rp. 20000 Rp. 100000

Uang-uang tersebut dipalsukan dengan kertas khusus supaya sulit


dipalsukan.

B. Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya.

1. Uang kartal

Uang yang dikelurkan oleh negara berdasarkan undang-undang dan


berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Uang kartal terdiri dari:
uang logam dan uang kertas.

2. Uang giral (simpanan dibank)

Disimpan pada rekening koran dibank-bank umum yang sewaktu-


waktu dapat dipergunakan untuk melakukan pembayaran dengan
perantara cek, bilyet giro atau perintah membayar. Uang giral
dikeluarkan oleh bank umum dan tidak berwujud karena hanya
berupa satu tagihan dibank.
Contoh uang giral :

a. Cek

Cek adalah surat perintah dari seseorang yang memiliki rekening giro
pada sebuah bank, agar pihak bank membayara sejumlah uang
kepada seseorang yang namanya tercantum dalam cek.

b. Giro

Giro adalah perintah dari seseorang yang memiliki rekening giro


pada sebuah baank agar bank melakukan pembayaran dengan cara
memindahkan sebagian atau seluruh nilai giro kepada rekening giro
pihak lain.

c. Perintah membayar

Perintah dari orang yang memiliki rakening kepada bank secara


langsung untuk membayar kepada seseorang dengan uang tunai.

Syarat Uang
Uang yang telah disepakati oleh masyarakat harus memenuhi 7 syarat
sebagai berikut:

Ada jaminan artinya harus dijamin pemerintah sehingga penggunaannya


untuk berbagai keperluan dapat dipercaya oleh masyarakat.

Diterima secara umum (acceptability) yakni kegunaannya harus diterima


sebagai alat tukar, penimbun kekayaan, atau pembayar utang. 

Nilainya stabil (stability of value) artinya tidak naik-turun (fluktuatif)


supaya orang-orang mau menggunakaannya sebagai alat tukar.
Mudah disimpan (storable) berarti bentuk fisiknya tidak boleh terlalu
besar.

Mudah dibawa (portability) berarti harus mudah dipindahkan dari satu


tangan ke tangan lain.

Tidak mudah rusak (durability) agar dapat bertahan untuk jangka waktu


yang relatif lama.

Mudah dibagi (divisibility) maksudnya apabila nominal uang hanya terdiri


dari satu jenis pecahan, maka tidak memungkinkan kita untuk bertransaksi.
Bayangkan kalau kamu ingin membeli baju seharga Rp80.000, namun
pecahan nominal yang ada hanya Rp100.000. Lalu, bagaimana dengan
kembaliannya? Sulit 'kan kalau tidak ada nominal lainnya?

Fungsi Uang
Menurut ilmu ekonomi, uang digunakan sebagai alat perantara dalam
berdagang dan memiliki dua kelompok fungsi, yaitu:

a. Fungsi asli

Uang sebagai alat tukar guna mempermudah kita untuk mendapatkan


suatu barang. Dengan begitu, kita dapat menghemat waktu serta tenaga
karena tinggal menukarkan uang untuk membeli kebutuhan.

Uang sebagai alat ukur mampu menentukan besaran nilai suatu barang.


Misalnya, harga penggaris yang akan dibeli Tedy senilai Rp3.000,
menunjukkan bahwa Tedy cukup membayar uang sejumlah Rp3.000 untuk
mendapatkan penggaris.

b. Fungsi turunan

Uang sebagai alat pembayaran berbeda dengan uang sebagai alat tukar.


Maksudnya di sini adalah ketika uang dibayarkan tanpa ditukar dengan
benda/jasa apapun. Contohnya,membayar pajak.

Uang sebagai penunjuk harga memiliki nilai yang berbeda-beda,


misalnya harga jeruk 1 kg Rp8.000 sementara harga apel Rp9.000.
Uang sebagai alat pembayaran utang digunakan untuk melunasi utang
piutang.

Uang sebagai alat penimbun kekayaan dapat digunakan ketika ada


keperluan mendadak.

Sistem Pembayaran Non Tunai


Pengertian alat pembayaran tunai dan non tunai menjadi informasi yang
penting diketahui. Selain itu, jenis-jenis dari pembayaran non tunai tidak
kalah pentingnya untuk di pahami. Semua ini dampak dari regulasi
pemerintah di bidang transaksi pembayaran disegala bidang. Kedepan
sangat dimungkinkan tidak lagi ada transaksi dengan menggunakan sistem
tunai. Kartu dan media elektronik lainnya akan jadi alternatif pembayaran.

Sistem Pembayaran (SP) adalah seperangkat aturan, lembaga, dan


mekanisme yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari
satu pihak ke pihak lain, untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi.

Media yang digunakan untuk pemindahan uang tersebut sangat beragam,


mulai dari penggunaan alat pembayaran sederhana sampai penggunaan
sistem tertentu yang melibatkan berbagai lembaga  penyelenggara sistem
pembayaran berikut aturan mainnya, mulai dari bank, lembaga non-bank,
perusahaan switching sampai Bank Sentral.

Di Indonesia, penyelenggara sistem pembayaran non-bank terdiri atas


institusi jasa keuangan, koperasi dan institusi penyedia jasa
telekomunikasi.

Sedangkan kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran SP di


Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia (BI) sebagaimana termaktub
dalam Undang Undang Bank Indonesia.

Sistem Pembayaran Nontunai


SP Nontunai merupakan sistem pembayaran tanpa menggunakan uang
tunai yang mulai diperkenalkan dalam transaksi ritel pada tahun 1990an.
Sistem pembayaran nontunai sendiri bukan sebagai pengganti sistem
pembayaran tunai, tapi saling melengkapi satu sama lain.

Penggunaan uang tunai dalam transaksi pembayaran sebenarnya sudah


jauh lebih praktis dibandingkan sistem barter ataupun sistem commodity
currency yang digunakan oleh manusia zaman dulu. Tapi sejalan dengan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi, penggunaan tunai
dianggap kurang praktis dan aman.

Alat atau instrumen pembayaran nontunai yang resmi diterbitkan Bank


Indonesia selaku satu-satu regulator sistem pembayaran adalah instrumen
berbasis kertas, berbasis kartu dan berbasis elektronik:

 Berbasis Kertas (Paper Based). Terdiri atas Cek, BG, Wesel,


Nota Debet, Nota Kredit, nota pemindahbukuan (telegrafic
transfer), kuitansi transfer (wesel), e. Nota Pemindahbukuan
(Telegrafic Transfer) dan sebagainya. Mekanisme alat
pembayaran nontunai ini menggunakan sistem kliring di Bank
Indonesia, yakni:
o Kliring manual, mulai tahun 1909 (DJB)
o Sistem Otomasi Kliring, mulai tahun 1990
 Berbasis Kartu (Card Based). Secara resmi disebut Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang mulai
diperkenalkan pada awal 1990-an. Dalam operasionalnya, APMK
melibatkan empat lembaga, yaitu Prinsipal, Penerbit, Perusahaan
Switching, dan Perusahaan Personalisasi. APMK terdiri atas:
o Kartu Kredit

Adalah kartu yang dikeluarkan oleh pihak bank dan


sejenisnya untuk memungkinkan pembawanya membeli
barang-barang yang dibutuhkannya secara hutang.

o Kartu Debit/ATM
Adalah sebuah kartu pembayaran secara elektronik yang
diterbitkan oleh suatu bank. Kartu ini mengacu pada saldo
tabungan nasabah di bank penerbit tertentu. Kartu ini bisa
kita gunakan untuk mentransfer uang atau mengambil
uang dari mesin ATM tanpa harus ke bank.

 Berbasis Elektronik (Electronic Based). Yaitu transfer dana


secara elektronik (credit transfer) dengan menggunakan:
o Sistem Kliring Elektronik Jakarta, dari tahun 1998 sampai
2005.
o Sistem BI RTGS, mulai tahun 2000.
o Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), mulai
tahun 2005.

Selain ketiga jenis instrumen nontunai tersebut, masyarakat juga sudah


menggunakan alat pembayaran elektronik untuk kebutuhan sehari-hari
atau ritel, yaitu:

 Layanan Bank Elektronik (Electronic Banking/Ebanking) yang


dikembangkan menjadiMobile Banking, mulai tahun 1998.
 Uang Elektronik atau Electronic Money (Unik/Emoney), mulai
tahun 2007. Adalah sebuah kartu elektronik yang dapat di
gunakan untuk alat pembayaran atas dasar nilai uang atau
dana yang sudah disetorkan terlebih dahulu. Dana atau uang
ini disimpan secara elektronik untuk digunakan sebagai
pembayaranya yang dilakukan secara elektronik atau non tunai.
Seperti yang Squd gunakan untuk menaiki KRL, transjakarta,
hingga membayar tol.

Ada dua jenis Uang Elektronik atau Unik, yaitu Unik Berbasis Server
(umumnya diterapkan dalam bentuk aplikasi ponsel) dan Unik Berbasis
Chip (dalam bentuk kartu plastik berchip). Kedua jenis Unik tersebut
sedang gencar dipromosikan agar menjadi pengganti uang kartal.
Saat ini, penggunaan Unik mudah dijumpai di banyak pasar modern, pom
bensin, pintu jalan tol, transportasi perkotaan, layanan parkir dan banyak
lagi.

Bank Indonesia Real Time


Gross Settlement 
                               (BI-RTGS)
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik
yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan
dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh
Bank Indonesia pada tanggal 17 November 2000,
BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan
aktivitas transaksi pembayaran, khususnya
untuk memproses transaksi pembayaran yang
termasuk High Value Payment System (HVPS)atau
transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp.100
juta ke atas dan bersifat segera (urgent).
Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi
pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai
sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan
signifikan (Systemically Important Payment System).
Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi
meningkatkan kepastian penyelesaian akhir (settlement finality)
setiap transaksi pembayaran, yang berarti mengurangi risiko
penyelesaian akhir (minimizing settlement risk) , BI RTGS juga menjadi
sarana transfer dana antar-bank yang praktis, cepat, efisien,
aman dan handal. Disamping itu BI-RTGS yang dilengkapi dengan
mekanisme sentralisasi rekening giro menjadi sarana yang dapat
diandalkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan dana
(management fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas moneter
dan perbankan. Bagi otoritas informasi mengenai pengelolaan
dana perbankan menjadi informasi pendukung dalam
menjalankan kegiatan operasi moneter dan early warning
system pengawasan bank.
BI-RTGS didisain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat
dilakukan secara gross settlement, real time, final dan irrevocable.
Penyelesaian transaksi BI RTGS dilakukan per transaksi secara
seketika dan tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real
time terbatas pada proses pengiriman transaksi dari peserta
pengirim kepada Bank Indonesia untuk diteruskan kepada
peserta penerima. Sementara itu waktu penyelesaian akhir
transaksi transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan
kondisi dan standar sistem pemrosesan pengiriman dan
penerimaan transaksi di internal peserta, sehingga dapat saja
terjadi perbedaan waktu antara penyelesaian akhir pada BI-RTGS
dengan penerimaan transfer dana pada rekening  nasabah. 

Sistem Antrian (Queue) transaksi diterapkan dalam BI-RTGS.


Transaksi dapat masuk dalam sistem antrian apabila pada saat
dikirimkan, peserta belum memiliki dana yang cukup. Kondisi ini
terjadi antara lain karena peserta masih menunggu transaksi
masuk dari peserta lain.  Transaksi pada  BI-RTGS hanya dapat 
diproses penyelesaian akhirnya apabila peserta memiliki dana
yang cukup (prinsip no money no game). Transaksi yang telah masuk
dalam antrian dapat diselesaikan segera setelah peserta
menerima transaksi masuk atau menyetorkan tambahan dana.
Penerapan antrian ini mengharuskan peserta untuk mengelola
likuiditasnya secara bijaksana, agar seluruh transaksinya dapat
terselesaikan dengan baik di akhir  hari.
BI-RTGS juga dilengkapi dengan mekanisme Gridlock Resolution.
Mekanisme ini bertujuan untuk mencegah kemacetan (gridlock)
yaitu kondisi dimana sejumlah peserta tidak mampu
menyelesaikan kewajibannya karena masih menunggu
tagihannya diselesaikan. Gridlock Resolution dijalankan secara
otomatis pada  BI-RTGS pada setiap waktu tertentu,
Untuk memperlancar proses penyelesaian akhir transaksi pada
BI-RTGS, penyelenggara menghimbau peserta agar
mematuhi Throughput Guidellines.Throughput Guidellines merupakan
suatu target prosentase tertentu dari total transaksi yang
dilakukannya selama 1 hari.  Kepatuhan peserta terhadap
Throughput Guidellines akan mengurangi kemungkinan
penumpukan transaksi di akhir hari.
Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah
(FLIS) adalah fasilitas cadangan pendanaan likuiditas yang
disediakan oleh penyelenggara, yang hanya dapat digunakan
dalam hari satu hari. FLI/FLIS dapat dimanfaatkan oleh peserta
untuk mengatasi kesulitan likuiditas peserta yang bersifat
sementara atau mengalami intraday gap. Intraday gap mungkin saja
terjadi karena pemrosesan transaksi BI-RTGS yang bersifat gross
settlement menyebabkan penyelesaian per transaksi dilakukan
secara terus-menerus sepanjang hari, sehingga diperlukan
likuiditas yang tinggi. Pemanfaatan FLI/FLIS oleh peserta tetap
mensyaratkan jaminan yang berkualitas, biasanya dalam bentuk
SBI atau SWBI dan wajib diselesaikan pada hari yang sama.
BI-RTGS juga merupakan Settlement Processor. Sebagai settlement
processor, BI-RTGS menjadi sarana penyelesaian akhir bagi
transaksi pembayaran ritel, meliputi pembukuan hasil kliring yang
diselenggarakan oleh BI (SKNBI) dan hasil kliring ATM/kartu
debit/kartu kredit. Selain transaksi pembayaran ritel, BI-RTGS
juga menjadi sarana pelimpahan penyelesaian akhir transaksi
serah dana dari perdagangan sekuritas, transaksi perdagangan
valas antar-bank, setelmen dana dari operasi moneter/operasi
pasar terbuka (OPT), transaksi pembayaran pemerintah dan 
transaksi surat berharga.
Dalam rangka memastikan Sistem BI-RTGS diselenggarakan
dengan tingkat keamanan yang tinggi dan ketersediaan
sepanjang jam operasional yang ditetapkan, baik penyelenggara
maupun peserta, Sistem BI-RTGS memiliki prosedur penanganan
dalam kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat,  antara lain
prosedur penanganan keadaan darurat (Contingency Plan),
fasilitas back up, dan Business Continuity Plan (BCP). Selain itu,
penyelenggara juga menyediakan fasilitas guest bank kepada
peserta sebagai sarana back up pada lokasi penyelenggara dalam
rangka gangguan dan atau keadaan darurat untuk mencegah
kegagalan peserta dalam menggunakan sarana RTGS terminal
untuk proses setelmen melalui sistem BI-RTGS.
Bank Indonesia  sebagai  Otoritas 
Sesuai UU Bank Indonesia  No. 23/1999 jo No.3/2004 jo
No.6/2009 pasal 8 dinyatakan bahwa salah satu tugas BI
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam
rangka menjalankan tugas yang diembannya, BI berwenang
dalam melaksanakan dan memberi ijin penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran; mewajibkan Penyelenggara sistem
pembayaran untuk menyampaikan laporan kepada BI; dan
menetapkan penggunaan alat pembayaran (pasal 15).
Fungsi Bank Indonesia sebagai otoritas Sistem Pembayaran
termasuk berperan sebagai pembuat ketentuan (Regulator) dan
pengawas (Overseer) BI-RTGS. Dalam menjalankan peran sebagai
regulator, BI menetapkan landasan hukum yang kuat untuk
penerapan Sistem BI-RTGS dan menentukan peran dan tanggung
jawab penyelenggara dan peserta Sistem BI-RTGS.
Dalam menjalankan peran sebagai pengawas (Overseer), BI
memastikan bahwa penyelenggaraan BI-RTGS memenuhi prinsip
pada  10 Core principles for Systematically Important Payment System (CP-
SIPS)dari Bank for International Settlement seperti yang diatur dalam
peraturan Sistem BI-RTGS untuk mendukung stabilitas sistem
keuangan dengan memperhatikan prinsip perlindungan
konsumen. Fungsi pengawasan dilakukan melalui pembuatan
ketentuan, pertemuan konsultasi dengan penyelenggara,
monitoring dan assessment.
Salah satu bentuk kegiatan pengawasan yang dilakukan adalah
mewajibkan penyelenggara dan peserta memiliki standar
pengamanan yang memadai. Untuk menilai keamanan
penyelenggaraan BI-RTGS, Bank Indonesia dapat meminta
auditor/pemeriksa Teknologi Informasi Independen untuk
melakukan kegiatan security audit. Kegiatan audit ini dilakukan
terhadap aplikasi maupun network/jaringan yang digunakan
dalam sistem BI-RTGS, tujuannya adalah untuk mendapatkan
keyakinan bahwa  Sistem BI-RTGS yang diselenggarakan telah
aman dan handal. Selain itu Bank Indonesia juga mewajibkan
penyelenggara dan seluruh peserta untuk melakukan ujicoba
terhadap back up dan rencana penanggulangan kondisi darurat
secara periodik. Pemenuhan persyaratan sebagai peserta dan
kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara RTGS juga menjadi satu perhatian dalam kegiatan
pengawasan, disamping pemenuhan kewajiban untuk melaporkan
hasil pemeriksaan internal terhadap operasional RTGS di sisi
peserta. 
Bank Indonesia sebagai Penyelenggara (Operator) Sistem BI-RTGS
Dalam menjalankan peran sebagai Penyelenggara (Operator)
memiliki tanggung jawab antara lain:
1. menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien,
cepat, aman dan handal.
2. memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko
finansial sehubungan keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta
harus mengelola risiko tersebut.
3. memastikan kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang telah
ditetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan
BI-RTGS oleh peserta.
Dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, penyelenggara
menyediakan infrastruktur dan pelayanan kepada peserta antara
lain meliputi:

1. Infrastruktur dan fasilitas untuk penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, antara


lain perangkat keras, aplikasi RCC (software), jaringan komunikasi data
(leased line), fasilitas dial up, dan fasilitas pendukung lainnya.
2. help-desk untuk membantu peserta dalam menghadapi kesulitan operasional.
3. memberi pelatihan kepada peserta.
4. memiliki prosedur penanganan kondisi gangguan/darurat (Disaster
Recovery Plan-DRP dan Business Continuity Plan-BCP) dan melakukan uji
coba secara berkala dengan melibatkan peserta.
5. mengadakan pertemuan rutin dengan kelompok pengguna (user group).

Peserta BI-RTGS
Peserta BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank.
Keanggotaan peserta BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta
Langsung dan Peserta Tidak Langsung. Peserta Langsung adalah
peserta yang dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan
menggunakan identitas sendiri. Sedangkan Peserta Tidak
Langsung dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan
menggunakan identitas peserta langsung.
Hubungan hukum antara peserta dengan Bank Indonesia
sebagai Penyelenggara Sistem BI-RTGStertuang dalam perjanjian
penggunaan Sistem BI-RTGS. Dalam perjanjian tersebut diatur
berbagai klausula mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab
antara peserta dan penyelenggara Sistem BI-RTGS.
Disamping ketentuan dan perjanjian antar peserta dan
penyelenggara yang menjadi landasan penyelenggaraan
keseharian BI-RTGS, terdapat pula hal-hal teknis yang diatur
dengan menggunakan Bye Laws BI-RTGS. Ketentuan dalam Bye
Laws merupakan kesepakatan teknis antar peserta yang belum
diatur dalam ketentuan BI ataupun dalam perjanjian.
Dalam pengisian instruksi transfer, peserta wajib memenuhi
ketentuan mengenai prinsip pengenalan nasabah (know your customer
principles) dan aturan mengenai tindak pidana pencucian uang (anti money
laundering). Untuk itu, identitas mengenai data nasabah pengirim
dan penerima transfer melalui BI-RTGS harus diisi secara lengkap
dan benar.
Bank Indonesia 
 Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS)
 
BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia
termasuk penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga
secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta,
Penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross
Settlement (Sistem BI-RTGS).
BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia
dengan sistem penatausahaan Surat Berharga. Kegiatan
transaksi Bank Indonesia, mencakup (i) pelaksanaan Operasi
Pasar Terbuka (OPT), (ii) pemberian fasilitas pendanaan Bank
Indonesia kepada Bank, dan (iii) pelaksanaan transaksi Surat 
Berharga Negara (SBN) untuk dan atas nama Pemerintah.
Sementara kegiatan penatausahaan Surat Berharga mencakup
kegiatan (i) setelmen, (ii) registrasi kepemilikan, dan (iii)
pembayaran kupon/pelunasan Surat Berharga. Kegiatan transaksi
dan penatausahaan dilakukan dalam satu sistem yang
terintegrasi dan terhubung langsung (on-line) antara Bank
Indonesia dengan para pelaku pasar.  Selain itu, BI-SSSS
mencakup juga sistem informasi antar peserta dan
penyelenggara BI-SSSS, sistem setelmen surat berharga dan
sistem penatausahaan surat berharga.
     
Setelmen Surat Berharga melalui BI-SSSS dilakukan
secara seamless dengan sistem setelmen dana Peserta melalui
Sistem Sistem BI-RTGS yang memungkinkan Peserta BI-SSSS
memanfaatkan fasilitas setelmen secara Delivery Versus
Payment (DVP) yang dapat dilakukan secara cepat dan seketika
sehingga risiko setelmen Surat Berharga dapat diminimalkan. 
 
Sesuai dengan fungsinya, peserta BI-SSSS terdiri dari; (i)
peserta penerbit yaitu Bank Indonesia dan Departemen
Keuangan, (ii) peserta transaksi yaitu Bank Indonesia, bank,
Perusahaan Pialang Pasar Uang dan Perusahaan Efek, serta
Lembaga lain yang disetujui oleh Bank Indonesia seperti
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan (iii) peserta transaksi
dan sekaligus sebagai pemilik rekening surat berharga yaitu Bank
Indonesia, bank dan Sub-Registry.
Pengembangan BI-SSSS mengacu pada standar internasional
yaitu Recommendations for securities settlement systems  dari Committee of
Payment and Settlement System (CPSS) dan The International Organization of
Securities Commissions (IOSCO). BI-SSSS selalu melakukan
penyesuaian dan pengembangan terhadap aplikasi-aplikasinya
untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan pasar keuangan
domestik.

Anda mungkin juga menyukai