Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT KELOMPOK RENTAN

KELOMPOK 4
Anggota :
1. Dahlia yuniar (2114301099)
2. Mayang Dwi Apritania (2114301103)
3. Elya Qomariah (2114301108)

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Askep Agregat Kelompok
Rentan” dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Komunitas yang telah membimbing kami. Kami juga berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah kami,
maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami.

Bandar Lampung, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agregat Populasi Rentan ..................................................................... 6
2.2 Populasi Rentan Penyandang Cacat//Disabilitas .................................................... 6
2.3 Populasi Rentan Gangguan Mental ....................................................................... 7
2.4 Populasi Rentan Terlantar (Tunawisma/Gelandangan) .......................................... 9
2.5 Asuhan Keperawatan Agregat Populasi Rentan ..................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi
seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum
dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan
antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan
lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit,
bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial.
Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki
peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan.
Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat
beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya
tidak memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-
undangan yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan
kebutuhan bagi perlindungan kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan
yang merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-
hak dan kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi
lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan
belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan
keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agregat populasi rentan?
2. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan kecacatan?
3. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan gangguan mental?
4. Apa yang dimaksud populasi rentan terlantar?
5. Bagaimana Asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi rentan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang agregat populasi rentan.
2. Untuk mengatahui tentang populasi rentan kecacatan.
3. Untuk mengetahui populasi rentan gangguan mental.
4. Untuk mengtahui populasi rentan terlantar.
5. Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas
populasi rentan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Agregat Populasi Rentan


Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat
yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir
miskin, wanita hamil dan penyandang cacat. Sedangkan menurut Human Rights Reference
disebutkan, bahwa yang tergolong ke dalam Kelompok Rentan adalah:
1. Refugees (pengungsi)
2. Internally Displaced Persons (IDPs) (orang orang yang terlantar)
3. National Minoritie (kelompok minoritas)
4. Migrant Workers (pekerja migran )
5. Indigenous Peoples (orang pribumi/penduduk asli dari tempat pemukimannya)
6. Children (anak)
7. Women (wanita)
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan adalah
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang
berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus
mendapatkan perlindungan dari pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka
hadapi.

B. Populasi Rentan Penyandang Cacat/Disabilitas


1. Pengertian Penyandang Cacat/Disabilitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia1 penyandang diartikan dengan orang yang
menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa
Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability (jamak: disabilities)
yang berarti cacat atau ketidakmampuan.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Pelayanan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, penyandang disabilitas
adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari: penyandang disabilitas fisik, penyandang
disabilitas mental serta penyandang disabilitas fisik dan mental.
Orang berkebutuhan khusus (disabilitas) adalah orang yang hidup dengan
karakteristik khusus dan memiliki perbedaan dengan orang pada umumnya. Karena
karakteristik yang berbeda inilah memerlukan pelayanan khusus agar dia mendapatkan
hak-haknya sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini.Orang berkebutuhan khusus
memiliki defenisi yang sangat luas, mencakup orang-orang yang memiliki cacat fisik,
atau kemampuan IQ (Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan permasalahan
sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.

2. Jenis-Jenis Disabilitas
Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan khusus/disabilitas. Ini berarti
bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang mana
kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Jenis-
jenis penyandang disabilitas antara lain:
a. Disabilitas mental
b. Disabilitas fisik
c. Disabilitas ganda

C. Populasi Rentan Gangguan Mental (Mental Disorder)


1. Pengertian Gangguan Mental (Mental Disorder)
Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa merupakan istilah
resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan
Jiwa). Definisi gangguan mental (mental disorder) dalam PPDGJ II yang merujuk pada
DSM-III adalah:
Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah sindrom atau pola
perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment/disability) di adalm satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia.
Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi
perilaku, psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam
hubungan orang dengan masyarakat.
Dari penjelasan di atas, kemudian dirumuskan bahwa di dalam konsep gangguan
mental (mental disorder) terdapat butir-butir sebagai berikut:
1) Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
Sindrom atau pola perilaku
Sindrom atau pola psikologik
2) Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress), antara lain berupa: rasa
nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
3) Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability) dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan mental(mental disorder)
adalah ketidakmampuan seseorang atau tidakberfungsinya segala potensi baik secara
fisik maupun phsikis yangmenyebabkan terjadinya gangguan dalam jiwanya.

2. Macam-Macam Gangguan Mental (Mental Disorder)


a. Gangguan mental organik dan simtomatik
b. Gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif
c. Gangguan skizofrenia dan gangguan waham.
d. Gangguan suasana perasaan (mood/afektif).
e. Gangguan neurotik, somatoform dan gangguan stres.
f. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik.
g. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa
h. Retardasi mental
i. Gangguan perkembangan psikologis.
j. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak-kanak.

D. Populasi Rentan Terlantar (Tunawisma/Gelandangan)


1. Pengertian Tunawisma
Homeless atau tunawisma menggambarkan seseorang yang tidak memiliki tempat
tinggal secara tetap maupun yang hanya sengaja dibuat untuk tidur.Tunawisma biasanya
di golongkan ke dalam golongan masyarakat rendah dan tidak memiliki keluarga.
Masyarakat yang menjadi tunawisma bisa dari semua lapisan masyarakat seperti
orang miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki keterampilan, petani, ibu
rumah tangga, pekerja sosial, tenaga kesehatan profesionalserta ilmuwan. Beberapa dari
mereka menjadi tunawisma karena kemiskinan atau kegagalan sistem pendukung
keluarga mereka. Selain itu alasan lain menjadi tunawisma adalah kehilangan pekerjaan,
ditinggal oleh keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, pecandu alkohol, atau cacat.
Walaupun begitu apapun penyebabnya, tunawisma lebih rentan terhadap masalah
kesehatan dan akses ke pelayanan perawatan kesehatan berkurang.

2. Faktor Penyebab Munculnya Tunawisma


a. Kemiskinan
b. Tingkat pendidikan yang rendah
c. Keluarga
d. Umur
e. Cacat fisik
f. Rendahnya keterampilan
g. Masalah sosial budaya
h. Faktor lingkungan
i. Letak geografis
j. Lemahnya penanganan masalah gelandangan dan pengemis

3. Masalah Kesehatan Pada Tunawisma


No Gangguan fisik akut Gangguan fisik kronik
1. ISPA (infeks sistem pernfasan atas) Kecanduan alkohol dan zat lain
2. Trauma-cedera ringan hingga berat Hipertensi
3. Penyakit kulit Gangguan pencernaan
4. TBC Gangguan sistem saraf tepi
5. Terserng kutu dan tungau Masalah gigi
6. Gizi buruk/ kekurangan gizi Diabetes melitus
7. - HIV/AIDS

E. Asuhan Keperawatan Agregat Populasi Rentan


1. Pengkajian
a. Data Inti Komunitas
1) Sejarah / Riwayat Daerah Komunitas
a) Desa huntu barat merupakan satu desa yang berada di kecamatan bulango
selatan kabupaten bone bolango provinsi gorontalo. Menurut sejarah desa ini
sudah melewati beberapa kali pemekaran, sejak kemerdekaan indonesia desa
ini yang awalnya dari desa huntu kemudian dimekarkan menjadi huntu
selatan dan huntu utara. Pada saat provinsi gorontalo baru terbentuk dan
kabupaten bone bolango dibentuk oleh peraturan undang-undang nomor 19
tahun 2007 desa huntu utara di mekarkan menjadi desa huntu utara dan desa
mekar jaya, kemudian desa mekar jaya di ubah nama menjadi desa huntu
barat. Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.146 jiwa.
b) Riwayat :
 Usia penderita:
Anak : 15 – 20 tahun
Orang tua : 32-49 tahun
 Jenis mental disorder yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga
diri rendah, memandang dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah.
 Riwayat trauma : takut yang berlebihan
 Konflik : penganiayaan

2) Data Demografi
a) Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk sebanyak 1.146 jiwa terdiri dari:
 Pria 549
 Wanita 597

b) Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan Frekuensi
1 Belum Sekolah 75
2 TidakSekolah 0
3 TK 34
4 SD 266
5 SMP 273
6 SMA 403
7 Perguruan Tinggi 95
Total 1.146
Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan terdiri dari belum sekolah
yaitu bayi sampai balita 0-5 tahun sebanyak 75 anak, tidak sekolah tidak ada,
TK sebanyak 34 orang terdiri dari anak usia dini, SD terdiri dari anak usia
sekolah dan masyarakat yang hanya lulusan SD 266, SMP terdiri dari anak
remaja dan masyarakat yang lulusan SMP 273, SMA terdiri dari remaja dan
masyarakat yang lulusan SMA sebanyak 403 dan perguruan tinggi terdiri dari
mahasiswa/mahasiswi dan masyarakat yang menempuh perguruan tinggi
sebanyak 95.

c) Distribusi Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Frekuensi
1 Pelajar/belum bekerja 447
2 Tidak Bekerja/IRT 94
3 PNS 52
4 TNI/POLRI 3
5 Pensiunan 59
6 Swasta 491
Total 1.146
Distribusi pekerjaan yakni pelajar/belum bekerja terdiri dari anak belum
sekolah dan pelajar SD, SMP, SMA, dan mahasiswa Universitas sebanyak
447, tidak bekerja atau IRT sebanyak 94, 92 oleh IRT yang tidak bekerja,
PNS sebanyak 73, TNI/POLRI sebanyak 3 , pensiunan 59, swasta sebanyak
470.

d) Distribusi Ras dan Etnis


Penduduk desa huntu barat dihuni oleh sebagian besar suku gorontalo.

e) Distribusi Agama
No Agama Yang Dianut Frekuensi %
1 Islam 1.146 100%
2 Kristen 0
3 Hindu 0
4 Budha 0
5 Konghucu 0
Total 1.146
Agama yang dianut masyarakat desa 100% islam

b. Data Subsistem Komunitas


1) Lingkungan Fisik
a) Kualitas air
No Kondisi Air Frekuensi
1 Berwarna 5
2 Berbau 0
3 Berasa 0
4 Tidak Berwarna/Tidak Bersa 565
Jumlah 570
Kualitas air yang terdapat dalam desa huntu barat sebagian besar tidak
berasa/tidak berwarna dan hanya terdapat 5 berwarna. Desa huntu barat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ada yang memakai air sumur dan
ada yang menggunakan PAM.

b) Pembuangan Limbah
No Tempat Pembuangan Frekuensi
1 Resapan 30
2 Selokan 54
3 Sembarang tempat 10
Jumlah 94
Pembuangan limbah di desa terdiri dari resapan sebanyak 55, selokan 38,
sembarang tempat 10. Untu serapan karena masih banyak terdapat
pepohonan di desa yang mampu menampung air, ketersediaan air bersih
akan terpenuhi.

c) Kualitas Udara
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi
udara, karena Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon
rindang.

d) Perumahan
 Tipe Perumahan
No Tipe Rumah Frekuensi
1 Pemanen 531
2 Semipermanen 45
3 Tidak permanen 0
Jumlah 576
Tipe rumah di desa huntu barat permanen sebanyak 531 rumah ,
semipermanen 45, tidak permanen tidak ada.
 Status Kepemilikan Rumah
No Kepemilikan Frekuensi
1 Milik Sendiri 534
2 Numpang 122
3 Sewa 30
Jumlah 686
Status kepemilikan rumah sebanyak 534 kepala keluarga mengatakan
rumah milik sendiri, 30 sewa, dan numpang terdiri dari 122.
 Jenis Lantai
No Lantai Frekuensi
1 Tanah 3
2 Papan 4
3 Tegel 498
4 Semen 59
Jumlah 564
Jenis lantai di rumah masyarakat terdiri dari lantai tanah 3, papan 4,
tegel 498, semen 59.
 Sistem Ventilasi Rumah
No Jendela Frekuensi
1 Ada 564
2 Tidak Ada
Jumlah
Rata-rata rumah di desa memiliki ventilasi
 Sistem Pencahayaan Rumah pada Siang Hari
No Pencahayaan Frekuensi
1 Terang 511
2 Remang-Remang 43
3 Gelap 0
Jumlah 564
Sebagian besar rumah memiliki system pencahayaan yang terang
 Jarak Rumah dengan Tetangga
No Jarak Rumah Frekuensi
1 Bersatu 0
2 Dekat 204
3 Terpisah 360
Jumlah 564
Jarak rumah antara rumah satu dengan yang lain terdiri dari yang
bersatu tidak ada, rumah yang berdekatan sekitar <1 M sebanyak 204,
terpisah 360.
 Halaman di Sekitar Rumah
No Halaman Rumah Frekuensi
1 Ada 522
2 Tidak ada 42
Jumlah 564

 Pemanfaatan Pekarangan Rumah


No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi
1 Kebun 209
2 Kolam 15
3 Kandang 23
4 Tidak di manfaatkan 104
Jumlah 351
Masyarakat paling banyak memanfaatkan pekarangan rumah
menjadi kebun untuk menanam berbagai tumbuh-tumbuhan, atau sayuran
dan buah-buahan yang bisa dijual kembali.

2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial


Pelayanan kesehatan tidak terdapat puskesmas, klinik, dan rumah sakit di
desa huntu barat. Untuk menjangkau akses pelayanan kesehatan seperti ke
puskesmas masyarakat harus ke desa lain yang bisa di tempuh 2,5 KM lagi.
Untuk ke RS terdekat bisa ditempuh jarak 4,3 KM. Klinik dokter terdapat di
desa ayula selatan yang jaraknya cukup dekat dengan desa huntu barat sekitar
500m dari desa. Dahulu sempat ada posyandu namun sudah tidak berfungsi dan
sekarang ditiadakan. Itupun dalam pelayanan klinik, puskesmas dan RS hanya
menyediakan pelayanan penyakit umum seperti flu, batuk, diare. Untuk
gangguan jiwa masih sangat kurang.

3) Ekonomi
a) Status pekerja
Masyarakat sebagian besar bekerja sebagai swasta, ada yang bertani, buruh
dan PNS.
b) Pasar
Tidak terdapat pasar
c) Pusat bisnis
Terdapat beberapa bisnis pertokoan dan usaha yang dibangun masyarakat.

4) Transportasi dan Keamanan


a) Alat Transportasi Penduduk Keluar Masuk Wilayah
Alat transportasi yang digunakan berupa mobil, motor, bentor dan sepeda.
b) Transportasi Umum
Angkutan umum berupa bentor
c) Layanan Perlindungan Kebakaran
Tidak terdapat layanan perlindungan kebakaran, jika terjadi kebakaran
biasanya pihak yang bersangkutan akan memanggil layanan kebakaran yang
berada di pusat kota.
d) Kantor Polisi
Tidak terdapat kantor polisi.

5) Politik dan Pemerintahan


a) Pemerintahan (RT, RW, Desa / Kelurahan, Kecamatan)
Desa ini memiliki karang taruna yang dianggotai remaja muda di desa huntu
barat.
b) Situasi politik di Desa Huntu Barat juga kurang terlihat. Pemerintah
setempat lebih tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di
Kelurahan Patimuan, bukan tertarik di kesehatannya, lebih-lebih tertarik
dengan kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan jiwa
masyarakat tidak terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin
meningkatnya kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti
itu kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.

6) Komunikasi
a) Komunikasi formal
Informasi kesehatan melalui komunikasi formal seperti surat kabar, radio,
dan Tv namun seiring zaman penggunaan surat kabar sudah mulai
berkurang, yang mendengarkan melalui radio masih terdapat beberapa orang
saja, dan televisi sebagian besar.

b) Komunikasi informal
Masyarakat juga biasa memperoleh informasi kesehatan dari 1 papan
pengumuman di desa, beberapa mendapatkan leaflet dan brosur dari rumah
sakit dan seiring zaman sebagian besar masyarakat menerima informasi
kesehatan melalui smathphone.

7) Pendidikan
a) Sekolah yang ada dikomunitas
Di desa huntu barat terdapat 1 SD dan 1 SMK.
b) Perpustakaan
Perpustakaan hanya ada pada sekolah. Untuk umum belum terdapat
perpustakaan.
c) Pendidikan khusus
Tidak terdapat pendidikan khusus
d) Pelayanan kesehatan disekolah
Kunjungan puskesmas tapa untuk pelayanan kesehatan di sekolah berupa
imunisasi

8) Rekreasi
a) Taman
Tidak terdapat taman di desa huntu barat
b) Area Bermain
Tidak terdapat area bermain
c) Rekreasi Umum dan Privat
Tidak terdapat rekreasi umum dan privat di desa. Masyarakat biasa
menghabiskan libur untuk rekreasi ke tempat rekreasi yang berada di desa
lain seperti puncak hutan pinus dulamayo, pemandian meranti, embung
dumati, pantai botutonuo, dan waterboom tiara park yang mungkin jaraknya
masih bisa ditempuh oleh kenderaan beberapa kilometer dari desa
Selain itu warga juga bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan
sering berkumpul mengobrol di lingkungan rumah. Warga yang ada di kelurahan
Patimuan biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada sore hari dan
berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada
cukup memberikan dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya
kebersamaan dan rasa peduli antar warga dan sering berdiskusi untuk mengatasi
masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional sebagian warga yang
sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada saat berkumpul di
lingkungan rumah.

c. Pengkajian Berdasarkan Agregat


1) Ibu Hamil dan Menyusui
a) Jumlah Pasangan Usia Subur
Pasangan usia subuh terdiri dari 221 pasasngan pria dan wanita dan tidak
subur terdiri dari 54 pasangan pria dan wanita
b) Pasangan Usia Subur Yang Menjadi Akseptor KB
Pasangan yang menggunakan KB seabnyak 220 dan yang tidak
menggunakan KB 1 orang
c) Jenis kontrasepsi yang digunakan
No Jenis Kontrasepsi Frekuensi
1 IUD 74
2 Suntik 45
3 Pil 82
4 Susuk 5
5 Tubektomi 0
6 Kalender 14
Jumlah 220
Jenis kontrasepsi yang digunakan IUD sebanyak 74, suntik 45, pil 82,
susuk 5, tubektomi tidak ada, kalender 14.
d) Jumlah Ibu Hamil
Jumlah ibu hamil sebanyak 23 orang
e) Usia Kehamilan
No Usia Kehamilan Frekuensi
1 Trimester I 4
2 Trimester II 11
3 Trmester III 8
Jumlah 23
Usia kehamilan pada trimester I sebanyak 3 orang, trimester II sebanyak
6 orang dan trimester III sebanyak 8 orang
f) Frekuensi Kehamilan
No Kehamilan Frekuensi
Keberapa
1 I 9
2 II 6
3 III 2
4 Lebih III 6
Jumlah 23
Selanjutnya berikan uraian dari hasil yang saudara peroleh
g) Usia Ibu Hamil
No Usia Bumil Frekuensi
1 16-24 9
2 25-35 11
3 Lebih dari 35 3
Jumlah 23
Usia ibu hamil 11 orang untuk usia 25-35, 3 orang untuk usia lebih dari
35, dan 9 orang untuk 16-24. Ibu hamil usia muda dibawah umur 2 orang di
usia 16 dan 17 tahun dikarenakan nikah muda.
h) Tempat Periksa Kehamilan
No Tempat periksa Frekuensi
kehamilan
1 Puskesmas 6
2 Bidan 13
3 Lainnya 4
Jumlah 23
Tempat periksa kehamilan ibu hamil di puskesmas terdiri dari 6 orang
di bidan, 13 orang, lainnya seperti di klinik dokter 4 orang.
i) Imunisasi Tetanus Toksoid
No Imunisasi TT Frekuensi
1 Lengkap 17
2 Tidak lengkap 6
Jumlah
Imunisasi Tetanus Toksoid lengkap sebanyak 17 orang dan tidak
lengkap 6 orang.
j) Penyakit yang di Derita Ibu Hamil
No Penyakit yang di Frekuensi
derita
1 Hipotensi 1
2 Anemia 1
3 Bengkak 5
4 Mual/Muntah 19
5 Varises 0
6 Tidak Ada Keluhan 3
Jumlah 19
Sebagian besar ibu hamil menderita mual/muntah, yang mengalami
hipotensi 1 orang, anemia 1 orang, bengkak 5 orang, varises tidak ada, dan
tidak ada keluhan 3 orang.
k) Jumlah Ibu Menyusui
No Jumlah Frekuensi Persentase
1 Ya Meneteki 36
2 Tidak Meneteki 23
Jumlah 59
Sebagian besar ibu menyusui meberikan asi pada bayinya sebanyak 23
orang. Dan tidak menetek sebanyak 23 orang, kabanyakan ibu yang tidak
menetek mengatakan berbagai alasan mereka tidak memberi asi untuk
bayinya dari mulai bayi yang tidak bisa menyusu, ASI tidak keluar, ataupun
sibuk bekerja sehingga susu formula menjadi alternatif.
l) Lama Ibu Menyusui
No Lama Menyusui Frekuensi
1 Kurang dari 1 bulan 0
2 1-4 Bulan 10
3 5-12 Bulan 33
4 Lebih Dari 12 Bulan 16
Jumlah 59
Lama ibu menyusui 1-4 bulan sebanyak 10 ibu, 5-12 bulan 33 ibu, lebih
dari 12 bulan 16 ibu dan kurang dari 1 bulan tidak ada.
2) Balita
a) Jumlah Balita
No Balita Frekuensi
1 Ya Tergolong balita 48
2 Tidak tergolong
balita
Jumlah 48
Balita di desa huntu barat terdapat 48 anak
b) Kebiasaan ke Posyandu
No Kebiasaan Frekuensi
1 Ke Posyandu 0
2 Tidak Ke posyandu 0
Jumlah 0
Tidak terdapat posyandu di desa
c) Imunisasi Balita
No Imunisasi Frekuensi
1 Lengkap 40
2 Belum Lengkap 8
3 Tidak Lengkap 0
Jumlah 48
Balita di desa yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 40 anak
dan 8 anak yang belum lengkap.
d) Kepemilikan Kartu Menuju Sehat
No Imunisasi Frekuensi
1 Ya Memiliki 48
2 Tidak memiliki 0
Jumlah 48
Semua balita memiliki kartu menuju sehat

3) Remaja
a) Kegiatan Remaja di Luar Sekolah
No Kegiatan di luar Frekuensi
sekolah
1 Keagamaan 15
2 Karang Taruna 47
3 Olah raga 26
4 Dan lain-lain 28
Jumlah 116
Kegiatan remaja diluar sekolah keagamaan 15 orang, karang taruna 47
orang, 26 olah raga dan lain-lain 28. Kebiasaan lain dari 28 anak yang lain
biasa jalan-jalan atau bermain bersama teman-teman sebaya, ada pun
sebagian dari mereka yang tidak mau bergaul dengan teman sebaya karena
memandang dirinya tidak sebaik teman disekolahnya.
b) Penggunaan Waktu Luang
No Penggunaan waktu Frekuensi
luang
1 Musik/Tv/Hp 50
2 Olahraga 26
3 Rekreasi 25
4 Keagamaan 15
Jumlah 116
Sebagian besar anak remaja menghabiskan waktu luangnya dengan
bermain musik/Tv/Hp, olah raga sebanyak 26, rekreasi sebanyak 25 orang,
dan ke agamaan 15.

4) Lansia
a) Keluhan Lansia
No Keluhan penyakit Frekuensi
lansia
1 Ya Mengeluh 59
2 Tidak ada keluhan 0
Jumlah 59
Semua lansia punya keluhan baik itu keluhan ringan, sedang maupun berat.
b) Jenis Penyakit yang Diderita Lansia
No Jenis Penyakit Frekuensi
1 Asma 2
2 TBC 2
3 Hipertensi 59
4 DM 4
5 Rematik 8
6 Katarak 0
7 Lain-Lain 0
Jumlah 75
Semua lansia memiliki riwayat hipertensi, 2 lainnya memiliki asma, 2
lainnya memiliki riwayat TBC namun sudah selesai pengobatan 6 bulan, 4
lainnya mengalami DM, dan rematik 8 orang.
c) Penanganan Penyakit Lansia
No Penanganan Frekuensi
Penyakit
1 Sarana Kesehatan 37
2 Non Medis 15
3 Diobati Sendiri 7
Jumlah 59
Penanganan penyakit lansia 27 orang pergi ke sarana kesehatan baik itu
puskesmas, rumah sakit ataupun klinik. Non medis seperti herbal 15 orang,
diobati sendri 7 orang .
d) Penggunaan Waktu Senggang
No Waktu Senggang Frekuensi Persentase
1 Berkebun 38
2 Rekreasi 12
3 Senam 2
4 Lain-Lain 7
Jumlah 59

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional pada remaja di kelurahan Patimuan berhubungan
dengan Gangguan gambaran diri yang dimanifestasikan dengan Akibat dimarahi dan
diperlakukan kasar sama orang tua.
b. Perencanan
1) Tujuan jangka panjang
Koping komunitas di Desa Huntu Barat menjadi efektif dalam menjalani
masalah.
2) Tujuan jangka pendek
a) Orangtua di kelurahan patimuan dapat mengatasi stres.
b) Tidak terjadi kekerasan pada remaja di kelurahan patimuan.
c) Remaja di kelurahan patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya.
d) Percaya diri paa remaja di kelurahan patimuan meningkat.
e) Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.
3. Intervensi Keperawatan

Kriteri
Dx Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Standar Evaluasi PJ
a

.I Setelah dilakukan Setelah dilakukan Proses 1. Pembentukan 1. Kader Aula Setiap Respon 1. Warga Mahasiswa
tind.keperawatan tind. keperawatan kelompok kelompok kerja kesehatan Kantor hari verbal mengikuti Kader
selama 3 selama 1 minggu: desa minggu,
kesehatan jiwa di 2. Tokoh kelompok kerja kesehatan
minggudiharapkan huntu dilakukan
orangtua bisa Warga Kelurahan desa masy. barat 2 kali/ kesehatan jiwa
melakukan Patimuan dapat minggu.
2. Pembentukan 3. Mahasisw di desa
tindakan koping membentuk
kelompok kerja kelompok a 2. Warga
yang efektif.
kesehatan jiwa di pendukung seperti 4. Materi ttg mengikuti
desa dan
kelompok kesehatan kelompok
kelompok
pendukung . pengajian, jiwa pengajian
kelompok diskusi
kesehatan jiwa.

Setelah dilakukan Pedidikan 3. Latihan 1. kader Aula desa Setiap Respon 1. Warga Mahasiswa
tindakan kesehatan kepemimpinan(m kesehatan huntu hari verbal mengikuti
keperawatan Jiwa barat minggu, Kader
engadakan 2. Tokoh training motivasi kesehatan
selama 2 minggu melalui dilakukan
warga kelurahan Formasi training motivasi) masy. 2 kali/ 1 2. Warga bisa
patimuan dapat kepemimp 4. Edukasi 3. Tokoh minggu menyebut
melakukan inan
(penyuluhan Agama bagaimana cara
demonstrasi ttg
bagaimana cara tentang 4. mahasiswa memecahkan
menyelesaikan bagaimana cara 5. materi masalah
suatu masalah memecahkan tentang
yang baik.
masalah) kesehatan
jiwa

Setelah dilakukan Pemberda 1. Pembinaan 1. Kader Aula Setiap Respon 1. Warga aktif Mahasiswa
tind. keperawatan yaan dan keluarga sehat dan kesehatan kantor hari Psikom diskusi terkait
Kader
selama 3 minggu kemitraan desa minggu, otor
anggota keluarga 2. Tokoh kasus yang ada kesehatan
warga kelurahan huntu dilakukan
patimuan dapat resiko gang. jiwa masy. barat 2 kali/ 1 2. Warga
melakukan studi membahas kasus 3. Mahasisw minggu terkontrol
kasus tentang
terkait manajemen a emosinya
masalah yang
sering dihadapi stress dan di 4. Materi dengan
diskusikan. tentang kelompok
2. Pembinaan kesehatan diskusi tersebut
kelompok & jiwa Respon 3. Masyarakat
masy. melalui Afektif lebih mampu
kunjungan Perawa menghadapi
t kemungkinan
Puskesmas/Komu masalah yg ada
nitas warga terbuka
3. Kerjasama LP wawasan dan
dengan Dinas peluang usaha
Kesehatan untuk perbaikan
Kabupaten berupa ekonominya.
pengadaan
kegiatan rutin Life
Skill Education
dan LS berupa
pelatihan
kewirausaan dari
Dinas Perikanan.

Setelah dilakukan Intervensi 1. Terapi modalitas 4. Perawat Aula Setiap 2 Respon 1. Warga merasa Mahasiswa
tind.keperawatan profesiona keperawatan 5. Tokoh kantor hari verbal lebih tenang dan kader
selama 4 minggu l desa sekali/min kesehatan
berupa pemberian masy. 2. Warga merasa
warga kelurahan huntu ggu
patimuan dapat teknik relaksasi 6. Tokoh barat lebih semangat
melakukan studi nafas dalam. agama 3. Warga bisa
kasus tentang
2. Terapi 7. Maha mengontrol
masalah yang
sering dihadapi komplementer siswa emosinya
berupa
manajemen stress
3. Pemberian
bimbingan
keagamaan
(spiritual)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok
masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita
hamil dan penyandang cacat. Jenis-jenis penyandang disabilitas antara lain disabilitas
mental, disabilitas fisik, disabilitas ganda.
Macam-macam gangguan mental yaitu gangguan mental organik dan simtomatik,
gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif, gangguan skizofrenia dan gangguan
waham, gangguan suasana perasaan (mood/afektif), gangguan neurotik, somatoform dan
gangguan stress, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisik, gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan
perkembangan psikologis, dan gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak-
kanak.
Masyarakat yang menjadi tunawisma bisa dari semua lapisan masyarakat seperti orang
miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki keterampilan, petani, ibu rumah tangga,
pekerja sosial, tenaga kesehatan profesionalserta ilmuwan. Beberapa dari mereka menjadi
tunawisma karena kemiskinan atau kegagalan sistem pendukung keluarga mereka. Selain itu
alasan lain menjadi tunawisma adalah kehilangan pekerjaan, ditinggal oleh keluarga,
kekerasan dalam rumah tangga, pecandu alkohol, atau cacat. Walaupun begitu apapun
penyebabnya, tunawisma lebih rentan terhadap masalah kesehatan dan akses ke pelayanan
perawatan kesehatan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/askep-komunitas-agregat-populasi-rentan-4-pdf-free.html

https://qdoc.tips/populasi-rentan-fix-pdf-free.html

Wulandari, Cahyo, dkk. 2019. Upaya Peningkatan Kesehatan Kelompok Rentan Dengan
Pendekatan Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai