Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN DALAM PENANGANAN KANDIDIASIS

Jadeny Sinatra1, Jekson Martiar Siahaan2


1,2
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia
Email: jadenysinatra@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.46880/methoda.Vol8No1.pp50-61

ABSTRACT
Candida species is an important cause of nosocomial infection that lead to death and
prolonged hospital stay. The number of immunocompromised patients, at greater risk of
fungal infection, treated in intensive care units (ICUs) has increased considerably. The
widespread use of invasive monitoring , therapeutic equipment and treatment with broad
spectrum antibiotic increases the risk of fungal colonization and infection. An acute
awareness of the increasing incidence of Candida as a pathogen and of the associated
morbidity and mortality is necessary. Guidelines management of candidiasis by Infectious
Disesase Society of America(IDSA) in 2009 previously, was revised. There have been new
data pertaining to diagnosis, prevention, and treatment for proven or suspected invasive
candidiasis, leading to significant modification in treatment recommendations, which
released in 2016. This article provides a summary of the most recent guideline for the
management of candidiasis.
Keywords: Candidia, Candidiasis, Nosocomial Infection, Intensive Care Units, Guidelines,
Treatment

1. PENDAHULUAN Pasien dengan defisiensi imun yang


Spesies Candida merupakan penyebab mempunyai faktor risiko lebih terhadap infeksi
penting infeksi nosokomial yang menyebabkan jamur semakin banyak terdapat di intensive care
kematian dan lama rawat menjadi lebih lama. units (ICU). Penggunaan alat monitor yang
Kandidemia didefinisikan sebagai adanya invasif dan terapi juga meningkatkan risiko
spesies Candida dalam darah. kolonisasi jamur dan infeksi jamur. Penggunaan
Infeksi dari kandida dapat menimbulkan antibiotika yang semakin luas dapat mensupresi
gejala penyakit yang bermacam-macam dari flora normal kuman di saluran pencernaan,
infeksi superfisial dan mukosa sampai ke sehingga menimbulkan pertumbuhan kandida di
penyakit invasif yang berkaitan dengan saluran pencernaan, sehingga dapat
kandidemia dan keterlibatan metastasis ke menimbulkan infeksi sistemik yang dapat
organ. Survey terbaru prevalensi dari berbagai menimbulkan kematian (Vincent,2001). Hal ini
center mengidentifikasikan spesies kandida menimbulkan tantangan untuk mengetahui
sebagai penyebab terbanyak infeksi patogen di epidemiologi, diagnosis dan terapi yang
darah (Magill et al.,2014). Diantara pasien direkomendasikan untuk infeksi kandida.
dengan kandidemia dan kandidiasis invasif, Distribusi spesies menjadi tantangan yang
spesies kandida non albicans yang mempunyai signifikan, terutama di geografi, variabilitas dari
persentase isolasi hampir mencapai 50% pusat ke pusat, dan dari unit ke unit sesuai
(Wisplinghoff, 20014). Kandidemia dengan spesies kandida patogen (Pfaller et
menyebabkan hampir 47% angka kematian al.,2012). Kandidiasis bukan hanya satu, namun
(Wisplinghoff,2004; Morgan et al.,2005) dan mempunyai berbagai macam spesies yang
menjadi lebih tinggi pada pasien dengan syok mempunyai karakteristik unik, yang dapat
sepsis (Kollef2012).

50 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534


menimbulkan penyakit invasif, virulensi dan perbaikan dari pedoman IDSA sebelumnya
kepekaan anti jamur. tahun 2009.
Ada minimal 15 spesies Candida yang
menyebabkan penyakit pada 2. TINJAUAN PUSTAKA
manusia,namun >90% yang menimbulkan EPIDEMIOLOGI
penyakit disebabkan oleh 5 pathogens Perkembangan infeksi jamur saat ini
diantaranya C.albicans, C. Glabrata, C. semakin meningkat, terutama sejak penyakit
Tropicalis, C.parapsilosis, dan C.krusei. HIV/AIDS menjadi kasus infeksi secara global.
Masing-masing organisme ini mempunyai Dalam dekade terakhir ini, infeksi jamur
potensial virulensi yang unik, susceptibilitas menarik perhatian terutama munculnya mikosis
antijamur dan epidemiologi, secara keseluruhan oportunistik dan mikosis nosokomial sebagai
infeksi dari organisme ini secara signifikan penyebab angka kesakitan dan kematian.
dianggap sebagai kandidiasis invasif (Pappas et Infeksi jamur pada manusia dibagi
al.,2016). berdasarkan pendekatan anatomi, infeksi jamur
Penelitian kontrol trial yang sudah dilakukan endemik dan infeksi jamur oportunistik
memperlihatkan bahwa tidak ada terapi yang (HIV/AIDS, leukemia, limfoma maligna dan
lebih dominan dari terapi lainnya (Pappas et transplantasi organ). Pendekatan anatomi
al.,2016; Rex et al.,1994). Penelitian ini dapat infeksi jamur terdiri infeksi mukokutaneous dan
berbeda dengan kenyataan. Misalnya infeksi intraabdomen. Infeksi mukokutaneus
penggunaan amphotericin B dengan fluconazol dapat menyebabkan morbiditas serius, namun
kurang efektif dibandingkan dosis tunggal jarang menimbulkan kematian. Sedangkan
fluconazol 800 mg/hari pada pasien dengan infeksi jamur organ melalui penyebaran secara
kandidemia (Rex et al.,2005). Penggunaan sistemik dapat menyebabkan penyakit berat dan
kombinasi jarang digunakan pada praktek dapat mengancam nyawa (Lardo,2013).
sehari-hari, ditambah adanya golongan Kandidiasis, merupakan infeksi oportunistik
echinocandin yang aman dan merupakan jamur dengan insidens tertinggi. Kandida
alternatif yang efektif. Voriconazol walaupun merupakan flora normal yang dapat beradaptasi
dapat digunakan untuk kandidemia bersamaan untuk hidup pada manusia (saluran cerna,
dengan AmB dan fluconazol namun jarang yang saluran urogenital dan kulit). Saat ini Kandida
menggunakan voriconazol karena lebih merupakan infeksi nosokomial terbanyak
berpotensial toksistas dan sedikit dengan insidensi yang meningkat di USA dan
keuntungannya dibandingkan obat lainnya Eropa. Sebagai patogen nosokomial, menurut
(Kullberg et al.,2005). hasil studi populasi secara aktif
Echinocandin menjadi terapi yang disukai memperlihatkan adanya kasus kandidemia pada
untuk kandidemia dan kandidiasis invasif fasilitas pelayanan kesehatan rawat jalan. Hal
dengan pengecualian pada susunan saraf pusat, ini menunjukkan bahwa kandida tidak hanya
mata dan infeksi saluran kencing. Hal ini terdapat pada pasien perawatan kritis. Walaupun
dikarenakan profil yang aman, nyaman, aktifitas pertumbuhannya meningkat di rumah sakit,
fungisida yang cepat, dan munculnya spesies kandidemia secara bermakna lebih jarang
kandida yang resisten terhadap golongan azol. ditemukan pada kelompok pasien dengan risiko
Pedoman penanganan kandidiasi menurut tinggi. Menurut penelitian, insidensi kandidemia
Infectious Disease Society of America (IDSA) memperlihatkan adanya peningkatan spesies
tahun 2016 ini memuat metode sistematis non albican dari kandida. Hal ini terjadi oleh
bedasarkan grading dari kualitas bukti (sangat meningkatnya penggunaan flukonazol. C.
rendah, rendah, sedang dan tinggi) dan kekuatan Parapsilosis adalah spesies candida kedua
dari rekomendasi (lemah atau kuat). Pedoman terbanyak di bagian selatan Eropa sedangkan
ini tidak bermaksud untuk menggantikan C.Glabrata sebagai penyebab kandidemia kedua
penilaian klinis dalam penanganan pasien terbanyak di bagian Eropa lainnya seperti
(Pappas et al.,2016) Pedoman ini merupakan Perancis, Jerman dan Inggris. Perbedaan

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534 | 51


spektrum dari kandidiasis invasif berhubungan dengan faktor resiko dengan adanya kolonisasi
dengan perbedaan tipe pasien yang diobati, pada tempat awal terjadinya infeksi serta data
yang terdapat di masing-masing pusat epidemiologis yang ada. Dengan demikian
pengobatan dan memerlukan penggunaan dapat dilakukan upaya intervensi, tanpa
pendekatan klinik yang berbeda (Osoriao,2008). menunggu hasil kultur (Naronudin et al.,2007;
Lardo,2013).
PATOGENESIS
Patogenesis infeksi jamur dapat dimulai 3. PEMBAHASAN
melalui jaringan ekstraselular maupun dalam FARMAKOLOGI OBAT ANTI JAMUR
fagosit. Kulit yang tidak intak/ atau terdapat lesi Obat anti jamur sistemik efektif untuk terapi
merupakan port de entry infeksi jamur. Respon kandidiasis invasif mempunyai 4 golongan
imun yang pertama kali berperan terhadap utama : golongan polyenes (amphotericin B
infeksi jamur adalah cell-mediated-immunity deoxycholat, liposomal AmB, kompleks lemak
(CMI) yang bersifat protektif dengan menekan AmB [ABLC], dan amphotericine B collloidal
reaktivasi infeksi jamur tanpa bergejala dan dispersion [ABCD]), golongan triazol
mencegah terjadinya infeksi oportunistik. (fluconazol, itraconazol, voriconazol dan
Respon cell mediated immunity(CMI) dapat posaconazol), golongan echinocandins
menginduksi terbentuknya granuloma. (caspofungin, anidulafungin, dan micafungin)
Granuloma dapat terbentuk oleh berbagai dan flucytosin (Pappas et al.,2016).
penyakit sistemik, misalnya pada
koksidioidomikosis, histoplasmosis dan Amphotericin B
blastomikosis. (Naronudin et al.,2007). Preparasi yang paling sering adalah AmB
Respons imun yang terjadi berikutnya deoxycholat. Tiga formulasi lipid dari AmB
adalah respons imun terhadap mikroorganisme yang dikembangkan dan disetujui
ekstraselular dan respons imun terhadap penggunaannya pada manusia adalah ABLC,
intraseluler fakultatif. Respons imun seluler ABCD dn liposomal AmB. Obat-obat tersebut
merupakan mediator utama dalam perlawanan mempunyai aktifitas spektrum yang sama
terhadap infeksi jamur. Sel T CD4+ dan CD8+, dengan AmB deoxycholat, namun dosis harian
respons sel TH1 merupakan respons yang dan profil toksisitas berbeda untuk masing-
protektif, sedangkan respons sel Th2 dapat masing. Ketiga formulasi lemak AmB
merugikan host. Oleh karena itu, inflamasi mempunyai farmakologi yang berbeda dan tidak
granulomatosa sering menjadi penyebab boleh diubah tanpa pertimbangan.
kerusakan jaringan pada host yang terinfeksi Nefrotoksisitas merupakan komplikasi tersering
jamur intraseluler (Naronudin et al.,2007). dengan penggunaan AmB deoxycholat,
menyebakan gagal ginjal akut sampai 50%
MANIFESTASI KLINIS populasi dan menyebabkan tubular asidosis
Sebelumnya, infeksi jamur jarang dengan gangguan elektrolit pada sebagian besar
ditemukan, disebabkan karena diagnosisa yang pasien (Girmenia,2001; Wingard et al.,1999).
sulit, dengan pilihan terapi yang terbatas, Formulasi lemak dari AmB lebih mahal
sementara terapi yang tersedia bersifat toksik. daripada AmB deoxycholat namun kurang
Saat ini kasus infeksi jamur lebih sering terjadi, nefrotoksik (Safdar et al.,2010; Walsh,1998)
tetapi masih sulit dalam mendiagnosisn namun Triazol
mulai muncul berbagai pilihan pengobatan Fluconazol, itraconazol, voriconazol,
yang kurang toksik. Diagnosis definitifnya posaconazol dan spektrum triazol yang terbaru
adalah dengan kultur darah, namun seringkali isavuconazol, mempunyai aktifitas yang mirip
terlambat. Sebagai alternatif, penilaian dapat dalam melawan spesies Candida (Pfaller,2011).
dilakukan dengan didasarkan pada gambaran
Golongan azol mempunyai aktifitas yang
klinis, infeksi yang terjadi yang dikombinasikan
kurang dalam melawan C.glabrata dan C.krusei

52 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534


dibandingkan golongan kandida lainnya. kandidiasis saluran kencing. Pemberian oral
Golongan azol bekerja menghambat enzim efektif dan tidak dipengaruhi asam lambung,
cytokrom P450 (Bruggemann, 20019). Pada namun efek menjadi berkurang bila disertai
penelitian klinis yang luas, fluconazol makanan (Purkins,2003). Pada orang dewasa
mempunyai efikasi yang sama dengan AmB dosis rekomendasi untuk kandidiasi adalah
deoxycholat dalam terapi kandidemia (Rex et dosis awal 400 mg (6 mg/kg) dua kali sehari
al.,1994; Rex et al.,2003) dan merupakan terapi untuk 2 dosis, dilanjutkan dengan 200-300 mg
standar untuk kandidiasis oral, esofagus dan (3-4 mg/kg) dua kali sehari. Intravena
vagina, demikian juga dengan infeksi saluran voriconaol merupakan molekul cyclodextrin,
setelah dosis awal sebanyak dua kali dengan
kencing (Goldman et al.,2005; Sobel et
dosis 6 mg/kg setiap 12 jam, dapat dilanjutkan
al.,2001)
dengan dosis maintenance 3-4 mg/kg setiap 12
Fluconazol cepat diabsorbsi dengan jam. Tidak direkomendasikan pada pasien
bioavaiabilitas oral hampir 90% dari pemberian dengan creatinin clearance , 50 mL/menit.
intravena (Zimmermann,1994). Penyerapan Sediaan oral voriconazol tidak memerlukan
tidak terganggu oleh makanan, asam lambung pengurangan dosis pada gangguan ginjal,
atau penyakit. Diantara golongan triazol, namun merupakan satu-satunya golongan triazol
fluconazol mempunyai penetrasi yang baik yang memerlukan pengurangan dosis pada
terhadap cairan otak dan vitreus, hampir > 70% gangguan hepar ringan atau sedang.
konsentrasi di serum (Thaler et al.,1995) Isavuconazol merupakan golongan triazol
Sehingga disarankan untuk terapi jamur pada yang paling bagus dalam melawan kandida
susunan saraf pusat dan mata. Fluconazol (Pappas et al.,2016).
mencapai konsentrasi di urin hampir 10-20 kali
lipat dari konsentrasi di serum sehingga menjadi Echinocandin
terapi utama pada cystitis bergejala Caspofungin, anidulafungin dan micafungin
(Dodds,2006). Pengeluaran fluconazol di ginjal, hanya mempunyai sediaan infus
sehingga dosis pengurangan perlu dilakukan (Chandrasekar,2006). Konsentrasi minimum
inhibisi dari echinocandin rendah untuk
pada pasien dengan creatinin clearance <
golongan Candida seperti C.glabrata dan
50mL/menit.
C.krusei (Pfaller et al.,2008). Namun ada
Itraconazol hanya terdapat sediaan oral. beberapa kasus baru yang gagal terhadap
Hanya bermanfaat untuk pasien dengan C.glabrata yang resisten (Pfaller et al.,2008). C.
kandidiasis mukosa, terutama yang gagal Parapsilosis mempunyai MIC yang lebih tinggi,
dengan fluconazol (Eichel,1996). Penyerapan di sehingga kurang responsif terhadap golongan
lambung lebih besar dengan bentuk cairan echinocandin. Golongan ini dapat digunakan
dibandingkan bentuk kapsul. Dosis oral untuk untuk terapi kandidiasis esofagus (Krause et
orang dewasa 200 mg 3 kali sehari untuk 3 hari, al.,2004) dan kandidiasis invasif (Mora-Duarte
kemudian 200 mg satu atau dua kali sekali et al.,2002). Pasien nonnetropenik yang
setelahnya. mendapat terapi awal echinocandin mempunyai
Voriconazol efektif untuk kandidiasis angka kesembuhan lebih besar menurut
mukosa dan invasif (Kullberg et al.,2005). kesimpulan analisis (Andes et al.,2012). Semua
Digunakan sebagai terapi step-down oral pada golongan echinocandin mempunyai efek
kasus dengan C.krusei dan resisten fluconazol, samping minimal. Hanya diberikan satu kali
voriconazol sensitif C.glabrata. Konsentrasi sehari melalui intravena (Chandrasekar,2006).
voriconazol di otak dan vitreus mencapai >50% Konsentrasi terapi untuk golongan echinocandin
dan voriconazol efektif sebagai terapi sampai hampir ke seluruh organ, kecuali mata,
(Kethireddy,2007). Voriconazol tidak susunan saraf pusat dan urin (Dodds,2006).
berakumulasi dalam bentuk aktif di urin, Eliminasi utama melalui degradasi non
sehingga tidak dapat digunakan untuk enzimatik. Tidak diperlukan dosis penyesuaian

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534 | 53


untuk kgangguan ginjal atau dialisis. imaturitas (Baley,1990). Sehingga diperlukan
Caspofungin dan micafungin sebagian kecil pemantauan yang ketat.
melewati metabolisme hati, namun tidak Fluconazol cepat dieliminasi pada anak-
menjadi sunstrat untuk cytochrome P450. anak. Dosis 12 mg/kg dapat digunakan pada
Caspofungin merupakan satu-satunya neonatus dan anak-anak (Lee,1992).
echinocandin yang memerlujkan pengurangan Dosis voriconazol untuk anak-anak lebih
dosis pada pasien dengan gangguan hati. Dosis tinggi[39]. Untuk mencapai plasma yang sama
intravena untuk kandidiasis invasif adalah dengan orang dewasa 4 mg/kg/12 jam, pada
caspofungin : dosis awal 70 mg, kemudian 560 anak-anak diperlukan dosis awal intravena 9
mg/hari; anidulafungin: dosis awal 200 mg, mg/kg/ 12 jam, dilanjutkan 8 mg/kg/2 jam
kemudian 100 mg/hari; dan micafungin: 100 (Lestner,2013).
mg/hari (tidak perlu dosis awal). Caspofungin dan micafungin disetujui oleh
US Food and Drug Administration (FDA) untuk
Flutycosin digunakan pada anak-anak. Dosis caspofungin
Flutycosin mempunyai efek anti jamur pada berdasarkan body surface area daripada berat
hampir semua spesies kandida, kecuali C.krusei. badan. Dosisnya adalah loading 70 mg/m2,
Sediaan hanya terdapat di Amerika Serikat dilanjutkan dengan 50 mg/m2. Dosis untuk
dengan oral sediaan. Mempunyai waktu paruh micafungin adalah 2 mg/kg/hari, pada anak-
pendek (2.4-4.8 jam) dan dosis yang digunakan anak <40kg dosis dapat ditingkatkan menjadi 4
25 mg/kg 4 kali sehari dengan fungsi ginjal mg/kg/hari. Dosis anidulafungin adalah 1.5
yang normal. Penyerapan bagus setelah mg/kg/hari untuk neonatus dan anak-anak
pemberian oral, hampir 80-90% dan (Benjamin et al.,2006).
diekskresikan tanpa diubah di urin
(Kauffman,2005). Penyesuaian dosis diperlukan
Farmakologi pada kehamilan
pada pasien dengan gangguan ginjal. Penetrasi
AmB merupakan terapi pilihan untuk
yang bagus terhadap susnan saraf pusat dan
kandidiasi invasif pada wanita hamil
mata.
(Moudgal,2003). Fluconazol,
Sering dikombinasikan dengan AmB
itraconazol,posaconazol dan isavuconazol harus
untuk pasien dengan infeksi berat, seperti
dihindari pada wanita hamil, terutama
kandida endocarditis, meningitis atau
trisemester pertama, karena kemungkinan efek
endoftalmitis.
ke bayi. Sedikit data penggunaan echinocandin
pada wanita hamil, sehingga harus digunakan
Farmakologi pada anak
Farmakokinetik anti jamur antara orang hati-hati. Flucytosin dikontraindikasikan pada
wanita hamil karena adanya abnormalitas janin
dewasa dan anak-anak mempunyai perbedaan
pada hewan.
(Lestner,2013). Dosis optimal AmB
deoxycholat pada neonatus belum dapat TERAPI
dipastikan, namun dosis yang biasa digunakan Kandidemia non-netropenia
adalah 1 mg/kg(Starke,1987). Keamanan,
efikasi, konsentrasi maksimal ABLC 2-5 Pada pasien dengan kandidemia non-
mg/kg/hari serupa antara anak-anak dengan neutropenia rekomendasi terapi adalah
dewasa (Walsh et al.,1997). Echinocandin (caspofungin: dosis awal 70mg,
Clearance flucytosin sebanding dengan kemudian 50mg/hari; micafungin: 100mg/hari;
glomerular filtration rate. Pada infant dengan anidulafungin: loading dose 200 mg, kemudian
berat badan lahir sangat rendah, konsentrasi 100mg/ hari) adalah yang direkomendasikan
plasma dapat menjadi tinggi, karena fungsi sebagai terapi awal[30]. Fluconazole, intravena
ginjal yang kurang bagus diakibatkan karena atau oral, 800mg (12 mg/kg) dosis awal,
kemudian 400mg (6 mg/kg) / hari dapat
digunakan sebagai terapi alternatif terhadap

54 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534


echinocandin pada beberapa pasien, termasuk 2 minggu setelah didokumentasikan kandida
pasien yang kritis dan pasien dengan kandida tidak ditemukan pada darah dan gejala
yang tidak resisten terhadap fluconazol. Test kandidemia membaik.
kepekaan terhadap golongan azol Pada kasus di mana pasien kandidemia yang
direkomendasikan untuk dilakukan pada kasus terpasang infus sentral / central venous
dimana terdapat isolasi kandida di darah cathethers (CVCs) disarankan untuk dilepas
maupun tempat lainnya. Test kepekaan terhadap bila penyebab kandidemia dicurigai berasal dari
echinocandin perlu dipertimbangkan pada kateter CVC, namun hal ini tergantung kepada
pasien yang sebelumnya pernah mendapat terapi individual masing-masing pasien (Pappas et
echinocandin dan yang terinfeksi C.glabrata al.,2016).
atau C.parapsilosis.
Perubahan dari echinocandin ke fluconazol Kandidemia netropenia
(biasanya dalam 5-7 hari) direkomendasikan Pasien dengan kandidemia netropenia
untuk pasien dengan klinis yang stabil, terbukti direkomendasikan echinocandin (caspofungin:
peka terhadap fluconazol (seperti C.albicans) dosis awal 70 mg, kemudian 50 mg per hari;
dan kultur darah ulang negatif setelah micafungin: 100 mg per hari; anidulafungin:
pemberian awal terapi anti jamur (Vazquez et dosis awal 200 mg, kemudian 100 mg/hari)
al.,2014). Infeksi yang disebabkan oleh direkomendasikan sebagai terapi awal.
C.glabrata, perubahan ke dosis lebih tinggi Formulasi lemak AmB 3-5 mg/kg/hari, efektif
fluconazol 800 mg (12mg/kg)/hari atau namun kurang menjadi pilihan karena potensial
voriconazole 200-300 (3-4 mg/kg) dua kali toksisitas. Fluconazol 800 mg (12 mg/kg) dosis
sehari harus dipertimbangkan pada pasien yang awal, kemudian 400 mg (6 mg/kg) / hari,
peka terhadap fluconazole atau menjadi alternatif pada pasien yang tidak kritis
voriconazol.Formulasi lemak amphotericin B dan belum pernah mendapat terapi azol.
(AmB) (3-5 mg/kg/hari) merupakan alternatif Pada infeksi yang disebabkan C.krusei,
bila ada intoleransi, keterbatasan maupun echinocandin, formulasi lemak AmB, atau
resistensi terhadap anti jamur lainnya. voriconazol direkomendasikan. Rekomendasi
Perubahan dari AmB ke fluconazol disarankan minimal terapi pada kandidemia tanpa
setelah 5-7 hari pada pasien yang peka terhadap komplikasi metastasis adalah 2 minggu setelah
fluconazole, klinis stabil dan hasil kultur ulang didokumentasikan kandida tidak ditemukan
setelah terapi anti jamur negatif. Voriconazol pada darah, gejala yang berhubungan dengan
400 mg (6 mg/kg) dua kali sehari untuk 2 dosis, kandidemia telah hilang. Penemuan
kemudian 200 mg (3mg/kg) dua kali sehari opthalmologi terhadap infeksi koroid dan
efektif untuk kandidemia, tetapi kurang vitreus minimal, sampai sembuh dari
menguntungkan dibandingkan fluconazol neutropenia, sehingga pemeriksaan funduscopik
sebagai terapi awal. Voriconazol sebaiknya dilakukan 1 minggu setelah sembuh
direkomendasikan sebagai terapi oral untuk dari neutropenia.
menurunkan dosis pada kasus kandidemia
tertentu, misalnya akibat C.krusei (Espinel- Kandidasis kronik diseminata
Ingroff et al.,2005). (hepatosplenik)
Semua pasien non-netropenia dengan Terapi awal kandidasis kronik diseminata
kandidemia harus mendapat pemeriksaan yang direkomendasikan adalah dengan
dilatasi ophthalmologis, yang disarankan formulasi lemak Amphothericin B 3-5
dilakukan oleh ahli opthalmologis dalam waktu mg/kg/hari atau echinocandin (micafungin
1 minggu setelah terdiagnosa. Kultur darah 100mg/hari; caspofungin 70 mg dosis awal,
lanjutan harus dilakukan setiap hari atau selang kemudian 50 mg/hari; atau anidulafungin 200
satu hari untuk menentukan kapan kandidemia mg dosis awal, kemudian 100 mg/hari) selama
hilang. Rekomendasi minimal terapi pada beberapa minggu, dilanjutkan fluconazol oral
kandidemia tanpa komplikasi metastasis adalah 400 mg (6mg/kg)/hari untuk pasien yang tidak

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534 | 55


mempunyai resisten fluconazol[6]. Terapi harus darah dan atau kultur urin yang positif untuk
dilanjutkan sampai lesi membaik dengan spesies Candida. CT scan atau USG traktus
imaging ulang, biasanya beberapa bulan. genitourinari, hati dan limpa disarankan untuk
Penghentian awal terapi anti jamur dapat dilakukan bila kultur darah positif terhadap
menimbulkan relaps.Bila kemoterapi atau spesies Candida. Durasi terapi disarankan 2
transplantasi sel hematopoetik diperlukan, terapi minggu setelah bebas dari Candida dan
tetap dilanjutkan untuk mencegah relaps. perbaikan gejala dari kandidemia.
Pada infeksi yang menyerang susunan saraf
Kandidiasis di ICU pusat, terapi awal Amphothericin B
Terapi empiris anti jamur harus deoxycholate 1 mg/kg/hari disarankan. Terapi
dipertimbangkan pada pasien kritis dengan alternatif adalah liposomal AmB 5 mg/kg/hari.
faktor risiko kandidiasis invasif atau demam Penambahan flucytosin 25 mg/kg 4 kali sehari,
tanpa sebab dan perlu dipertimbangkan dapat dierptimbangkan pada pasien yang tidak
berdasarkan penilaian klinis dari faktor-faktor berespon dengan AmB, namun efek samping
risiko, penanda untuk kandidiasis invasif, dan lebih sering. Pada pasien yang telah respon
atau hasil kultur dari tempat-tempat yang tidak dengan terapi awal, sebagai lanjutan terapi pada
steril. Terapi empiris anti jamur harus dimulai pasien yang peka terhadap fluconazol, dapat
secepat mungkin pada pasien dengan faktor- diberikan fluconazol 12 mg/kg/hari,. Terapi
faktor risiko dan gejala klinis syok sepsis. harus dilanjutkan sampai gejala klinis dan
Terapi yang disarankan pada pasien yang cairan otak dan kelainan radiologi telah
dicurigai kandidiasi non-netropenia di ICU menghilang. Rekomendasi profilaksis di NICU
adalah echinocandin (Pappas et al.,2016) pada nursery dengan infeksi candidiasis invasif
Fluconazol dapat menjadi alternatif pada pasien (>10%), fluconazol profilaksis intravena atau
yang belum mendapat azol atau kolonisasi oral 3-6 mg/kg dua kali seminggu selama 6
bukan spesies Candida yang resisten dengan minggu, pada berat lahir < 1000 g
azol. Formulasi lipid Amphotericin B menjadi direkomendasikan.
terapi alternatif bila ada intoleransi terhadap
terapi anti jamur lainnya. Pada pasien yang Kandidiasis intraabdomen
tidak mempunyai perbaikan klinis terhadap Terapi empiris anti jamur harus
terapi empiris anti jamur pada hari ke 4-5 dan dipertimbangkan pada pasien dengan infeksi
pada pasien yang tidak mempunyai bukti abdomen dan faktor risiko untuk kandidiasis,
kandidiasis invasif stelah pemberian terapi termasuk operasi abdomen beberapa waktu ini,
empiris, atau mempunyai pemeriksaan kebocoran anastomosis, atau pankreatitis
diagnostik bukan kultur yang negatif dengan nekrotik. Pada terapi kandidiasis abdomen,
nilai prediktif yang negatif, perlu perlu dilakukan source control, dengan drainase
dipertimbangkan untuk menghentikan terapi atau debridemen. Pilihan anti jamur sama
anti jamur. seperti terapi candidemia atau terapi empiris
untuk pasien non-netropenia di ICU. Durasi
Kandidiasis neonatus terapi ditentukan berdasarkan perbaikan dari
Pada neonatus, terapi untuk candidiasis source control dan klinis (Playford,2006).
invasif dan kandidemia rekomendasinya adalah
Ampothericin B deoxycholate 1mg/kg/hari Kandidiasis Saluran Pernapasan
(Benjamin et al.,2006). Fluconazol 12 Pertumbuhan Candida dari sekret
mg/kg/hari intravena atau oral dapat menjadi pernapasan biasanya mengindikasi adanya
pilihan alternatif pada pasien yang belum kolonisasi dan jarang membutuhkan terapi anti
pernah mendapat profilaksis fluconazol. jamur.
Lumbar puncture atau pemeriksaan retina
direkomendasikan pada neonatus dengan kultur Kandidiasis Endokarditis

56 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534


Untuk jamur yang berasal dari katup Untuk terapi awal, liposomal AmB 5
endokarditis, formulasi lemak AmB 3-5 mg/kg/hari dengan atau tanpa flucytosin oral 25
mg/kg/hari, dengan atau tanpa flucytosin 25 mg/kg 4 kali sehari direkomendasikan. Untuk
mg/kg 4 kali sehari, atau dosis tinggi terapi lanjutan setelah pasien respon dengan
echinhocandin (caspofungin 150mg/hari, terapi awal, fluconazol 400-800 mg(6-12
micafungin 150 mg/hari, atau anidulafungin 200 mg/kg/hari) direkomendasikan (Pappas et
mg/hari) direkomendasikan sebagai terapi awal al.,2016). Terapi harus dilanjutkan sampai
(Cornely et al.,2007). Pergantian katup sangat semua gejala dan tanda dan pemeriksaan cairan
direkomendasikan. Terapi harus diteruskan otak dan radiologi membaik. Alat-alat yang
minimal 6 minggu setelah operasi dan terinfeksi seperti drain ventriculostomi, shunts,
memerlukan durasi terapi yang lebih lama jika stimulator, alat prostetik rekonstruksi dan
pasien mempunyai abses perivalvular dan biopolimer untuk menghantarkan kemoterapi
komplikasi lainnya. Untuk pasien yang tidak harus dilepaskan bila memungkinkan.
dapat melakukan pergantian katup, supresi
jangka panjang dengan fluconazol 400-800mg Kandiduria asimptomatik
(6-12 mg/kg/hari) direkomendasikan, bila Faktor predisposisi harus dihilangkan seperti
isolasi peka terhadap golongan azol. melepas kateter urin. Terapi dengan anti jamur
tidak direkomendasikan, kecuali pasien
Kandidiasis osteomielitis termasuk di dalam golongan risiko tinggi untuk
Fluconazol 400 mg (6mg/kg)/hari untuk 6- pemaparan, seperti pasien dengan netropenia,
12 bulan atau echinocandin minimal 2 minggu infant dengan berat badan lahir sangat rendah (<
dilanjutkan dengan fluconazol 400 mg 1500 g), dan pasien yang akan menjalani
(6mg/kg)/hari untuk 6-12 bulan adalah terapi operasi urologi. Pasien netropenia dan infant
yang direkomendasikan (Cornely et al.,2007). dengan berat badan lahir sangat rendah
Pilihan lain adalah formulasi lemak AmB 3- direkomendasikan terapi yang sama dengan
5mg/kg/hari minimal 2 minggu dilanjutkan kandidemia. Pasien yang menjalani prosedur
dengan fluconazol 400 mg (6mg/kg)/hari untuk urologi harus diterapi dengan fluconazol oral
6-12 bulan. 400 mg (6 mg/kg/hari), atau AmB deoxycholate
0.3-0.6 mg/kg/hari untuk beberapa hari sebelum
Kandidiasis Sepsis artritis dan setelah prosedur.
Fluconazol 400 mg (6mg/kg)/hari untuk 6
minggu atau echinocandin untuk 2 minggu, Kandida cystitis
dilanjutkan dengan fluconazol 400 mg Terapi untuk kandida cystitis yang bergejala
(6mg/kg)/hari minimal 4 minggu adalah terapi adalah fluconazol oral 200 mg (3 mg/kg)/hari
yang dikomendasikan. Pilihan lain ada AmB 3- untuk organisme yang peka terhadap fluconazol,
5 mg/kg/hari untuk 2 minggu dilanjutkan selama 2 minggu. Untuk C.glabrata yang
fluconazol minimal 4 minggu. resisten terhadap fluconazol, AmB
deoxycholate 0.3 -0.6 mg/kg/hari untuk 1-7 hari
Kandida Endoftalmitis atau flucytosine oral 25 mg/kg 4 kali per hari
Semua pasien dengan kandidemia harus untuk 7-10 hari. Untuk C.krusei
mendapat pemeriksaan retina, terutama direkomendasikan pemberian AmB
dilakukan oleh ahli opthalmologi dalam satu deoxycholate 0.3 -0.6 mg/kg/hari untuk 1-7
minggu terapi pada pasien non-netropenia bila hari.
endoftalmitis terjadi. Untuk pasien dengan
netropenia, pemeriksaan mata ditunda sampai Kandidiasis Vulvovaginal
netropil membaik. Untuk terapi kandida vulvovaginitis yang
tidak berkomplikasi, direkomendasikan
Kandidiasis Susunan Saraf Pusat pemberian anti jamur topikal. Sebagai
alternatif,dapat diberikan fluconazol oral dosis

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534 | 57


tunggal 150 mg. Untuk kandida vulvaginitis
yang akut, fluconazol 150 mg diberikan setiap 4. PENUTUP
72 jam, dengan dosis total 2-3 dosis (Sobel et Infeksi dari kandida merupakan penyebab
al.,2001). Untuk C.glabrata vulvovaginitis yang utama angka kesakitan dan kematian pada
tidak responsif terhadap golongan azol, dapat manusia, menimbulkan gejala penyakit yang
diberikan intravaginal asam borat di dalam bermacam-macam dari infeksi superfisial dan
kapsul gelatin 600 mg/hari, untuk 14 hari. mukosa sampai ke penyakit invasif yang
Alternatif terapi untuk infeksi C.glabrata adalah berkaitan dengan kandidemia dan keterlibatan
intravaginal suppositoria nystatin 100.000 metastasis ke organ.
U/hari untuk 14 hari. Diagnosis definitif adalah dengan kultur
darah yang seringkali terlambat. Sebagai
Kandidiasis Oropharing penggantinya, penilaian didasarkan pada
Untuk kasus ringan, clotrimazole troches 10 gambaran klinis, infeksi yang dikombinasikan
mg 5 kali sehari atau miconazl mucoadhesif 50 dengan identifikasi pasien dengan faktor resiko
mg tablet dioleskan di permukaan mukosa dengan adanya kolonisasi pada tempat awal
diatas fosa kanina diberikan satu kali sehari infeksi serta data epidemiologis, sehingga
selama 7-14 hari (Vasquez et al.,2010). terdapat kepastian untuk upaya intervensi, tanpa
Alternatif terapi adalah suspensi nystatin menunggu hasil kultur.
(100.000U/mL0 4-6 mL 4 kali sehari, atau 1-2 Menurut pedoman penanganan kandidiasi
nystatin pastiles (200.000 U) 4 kali sehari untuk menurut Infectious Disease Society of America
7-14 hari. Untuk kasus sedang dan berat, (IDSA) tahun 2016, obat anti jamur sistemik
fluconazol oral 100-200 mg/hari, untuk 7-14 efektif untuk terapi kandidiasis invasif
hari sangat direkomendasikan (Barbaro,1996). mempunyai 4 golongan utama : golongan
Untuk kasus resisten dengan fluconazol, cairan polyenes (amphotericin B deoxycholat,
itraconazol 200 mg/hari atau suspensi liposomal AmB, kompleks lemak AmB
posaconazol 400 mg dua kali sehari untuk 3 hari [ABLC], dan amphotericine B collloidal
kemudian 400 mg per hari sampai 28 hari dispersion [ABCD]), golongan triazol
direkomendasikan. Alternatif lainnya untuk (fluconazol, itraconazol, voriconazol dan
resisten fluconazol adalah voriconazol 200 mg posaconazol), golongan echinocandins
dua kali sehari atau suspensi AmB deoxycholate (caspofungin, anidulafungin, dan micafungin)
oral 100 mg/mL 4 kali sehari. dan flucytosin. Penelitian kontrol trial yang
sudah dilakukan memperlihatkan bahwa tidak
Kandidiasis Esofagus ada terapi yang lebih dominan dari terapi
Terapi anti jamur sistemik diperlukan. lainnya, namun beberapa obat mempunyai efek
Percobaan diagnostik dengan terapi anti jamur samping yang lebih banyak dari yang lainnya,
dapat dilakukan sebelum tindakan endoskopi sehingga penggunaannya perlu disesuaikan
dilakukan. Fluconazol oral 200 -400mg (3-6 menurut lokasi infeksi jamur, usia, adanya
mg/kg/hari) untuk 14-21 hari direkomendasikan gangguan hati dan ginjal serta pada kondisi
(Barbaro,1996). Pada pasien yang tidak mampu kehamilan.
mentolerasi pemberian obat oral, pemberian Penggunaan monitoring invasif di ICU, alat-
fluconazol intravena 400 mg (6 mg/kg) / hari alat pemantauan dan terapi serta penggunaan
atau echinocandin (micafungin 150 mg/hari, antibiotika meningkatkan risiko kolonisasi
caspofungin 70 mg dosis awal kemudian 50 jamur dan infeksi. Sehingga selain penggunaan
mg/hari, atau anidulafungin 200mg/hari) obat anti jamur, juga disarankan untuk melepas
direkomendasikan. Setelah pasien mampu dan mengganti monitor invasif, alat-alat yang
mentolerasi pemberian secara oral disarankan terkontaminasi oleh jamur.
untuk mengurangi dosis ke oral terapi dengan
fluconazol 200-400mg (3-6mg/kg)/hari. DAFTAR PUSTAKA

58 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534


Andes DR, Safdar N, Baddley JW, et al. Impact Dodds Ashley ES, Lewis R, Lewis JS, Martin
of treatment strategy onoutcomes in patients C, Andes D. Pharmacology of systemic
with candidemia and other forms of invasive antifungal agents. Clin Infect Dis 2006;
candidiasis: a patient-level quantitative 43:S28–39.
review of randomized trials. Clin Infect Dis Cornely OA, Lasso M, Betts R, et al.
2012; 54:1110–22.
Caspofungin for the treatment of less
Baley JE, Meyers C, Kliegman RM, Jacobs
common forms of invasive candidiasis. J
MR, Blumer JL. Pharmacokinetics,outcome
Antimicrob Chemother 2007; 60:363–9.
of treatment, and toxic effects of
Dannaoui E, Desnos-Ollivier M, Garcia-
amphotericin B and 5-fluorocytosine in
Hermoso D, et al. Candida spp. with
neonates. J Pediatr 1990; 116:791–7.
acquired echinocandin resistance, France,
Barbaro G, Barbarini G, Calderon W, Grisorio
2004–2010. Emerg Infect Dis 2012; 18:86–
B, Alcini P, Di Lorenzo G. Fluconazole
90.
versus itraconazole for candida esophagitis
Eichel M, Just-Nubling G, Helm EB, Stille W.
in acquired immunodeficiency syndrome.
Itraconazole suspension in thetreatment of
Candida esophagitis. Gastroenterology
HIV-infected patients with fluconazole-
1996; 111:1169–77.
resistant oropharyngeal candidiasis and
Benjamin DK Jr, Driscoll T, Seibel NL, et al.
esophagitis [in German]. Mycoses 1996;
Safety and pharmacokinetics of intravenous
39(suppl 1):102–6.
anidulafungin in children with neutropenia
Espinel-Ingroff A, Barchiesi F, Cuenca-Estrella
at high risk for invasive fungal infections.
M, et al. International and multicenter
Antimicrob Agents Chemother 2006;
comparison of EUCAST and CLSI M27-A2
50:632–8.
broth microdilution methods for testing
Benjamin DK Jr, Stoll BJ, Fanaroff AA, et al.
susceptibilities of Candida spp. to
Neonatal candidiasis among extremely low
fluconazole, itraconazole, posaconazole, and
birth weight infants: risk factors, mortality
voriconazole. J Clin Microbiol 2005;
rates, and neurodevelopmental outcomes at
43:3884–9.
18 to 22 months. Pediatrics 2006; 117:84–
Girmenia C, Gentile G, Micozzi A, Martino P.
92.
Nephrotoxicity of amphotericin
Bruggemann RJ, Alffenaar JW, Blijlevens NM,
Bdesoxycholate. Clin Infect Dis 2001;
et al. Clinical relevance of the
33:915–6.
pharmacokinetic interactions of azole
Goldman M, Cloud GA, Wade KD, et al. A
antifungal drugs with other coadministered
randomized study of the use of fluconazole
agents. Clin Infect Dis 2009; 48:1441–58.
in continuous versus episodic therapy in
Cartledge JD, Midgely J, Gazzard BG.
patients with advanced HIV infection and a
Itraconazole solution: higher serum
history of oropharyngeal candidiasis: AIDS
drugconcentrations and better clinical
Clinical Trials Group Study 323/Mycoses
response rates than the capsule formulation
Study Group Study 40. Clin Infect Dis 2005;
in acquired immunodeficiency syndrome
41:1473–80.
patients with candidosis. J Clin Pathol 1997;
Kauffman CA. Candiduria. Clin Infect Dis
50:477–80.
2005; 41(suppl 6):S371–6.
Chandrasekar PH, Sobel JD. Micafungin: a new
Kethireddy S, Andes D. CNS pharmacokinetics
echinocandin. Clin Infect Dis2006;
of antifungal agents. Expert OpinDrug
42:1171–8.
Metab Toxicol 2007; 3:573–81.

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534 | 59


Kollef M, Micek S, Hampton N, Doherty JA, Moudgal VV, Sobel JD. Antifungal drugs in
Kumar A. Septic shock attributed to Candida pregnancy: a review. Expert OpinDrug Saf
infection: importance of empiric therapy and 2003; 2:475–83.
source control. Clin Infect Dis 2012; Nasronudin, Hadi U, Vitanata, et.al. Diagnosis
54:1739–46. dan terapi mikosis. Penyakit infeksi di
Krause DS, Simjee AE, van Rensburg C, et al. Indonesia solusi kini dan mendatang.
A randomized, double-blind trial Airlangga University Press 2007:427-39.
ofanidulafungin versus fluconazole for the Wisplinghoff H, Bischoff T, Tallent SM, Seifert
treatment of esophageal candidiasis. Clin H, Wenzel RP, Edmond MB.Nosocomial
Infect Dis 2004; 39:770–5. bloodstream infections in US hospitals:
Kullberg BJ, Sobel JD, Ruhnke M, et al. analysis of 24,179 cases from a prospective
Voriconazole versus a regimen of nationwide surveillance study. Clin Infect
amphotericin B followed by fluconazole for Dis 2004; 39:309–17.
candidaemia in non-neutropenic patients: a Osoriao JJC, Rivero A, Cisneros JT.
randomised non-inferiority trial. Lancet Epidemiology of invasive fungal infection.
2005; 366:1435–42.
Int J of Antimicrobal Agents.
Lardo S. Pendekatan diagnosis dan terapi
kandidiasis. J Indon Med Assoc 2008;32(Supp,2);S103-9.
2013;63:6:236-243 Pappas GP, Kauffman C, Andes D, et al.
Lee JW, Seibel NL, Amantea M, Whitcomb P, Clinical Practice Guideline for the
Pizzo PA, Walsh TJ. Safety Management of Candidiasis: 2016 Update
andpharmacokinetics of fluconazole in by the Infectious Diseases Society of
children with neoplastic diseases. J Pediatr America. Clin Infec Dis 2016, 62:1-56
1992; 120:987–93. Pfaller MA, Boyken L, Hollis RJ, et al. In vitro
Lestner JM, Smith PB, Cohen-Wolkowiez M, susceptibility of invasive isolates ofCandida
Benjamin DK Jr, Hope WW.Antifungal spp. to anidulafungin, caspofungin, and
agents and therapy for infants and children
micafungin: six years of global surveillance.
with invasive fungal infections: a
pharmacological perspective. Br J Clin J Clin Microbiol 2008; 46:150–6.
Pharmacol 2013; 75: 1381–95. Pfaller MA, Castanheira M, Messer SA, Moet
Magill SS, Edwards JR, Bamberg W, et al. GJ, Jones RN. Echinocandin and triazole
Multistate point-prevalence survey of health antifungal susceptibility profiles for Candida
care-associated infections. N Engl J Med spp., Cryptococcus neoformans, and
2014; 370:1198–208. Aspergillus fumigatus: application of new
Mora-Duarte J, Betts R, Rotstein C, et al. CLSI clinical breakpoints and epidemiologic
Comparison of caspofungin and cutoff values to characterize resistance in the
amphotericin B for invasive candidiasis. N SENTRY Antimicrobial Surveillance
Engl J Med 2002; 347:2020–9. Program (2009). Diagn Microbiol Infect Dis
Morgan J, Meltzer MI, Plikaytis BD, et al. 2011; 69:45–50.
Excess mortality, hospital stay, and cost due Pfaller M, Neofytos D, Diekema D, et al.
to candidemia: a case-control study using Epidemiology and outcomes of candidemia
data from population-based candidemia in 3648 patients: data from the Prospective
surveillance. Infect Control Hosp Epidemiol Antifungal Therapy (PATH Alliance(R))
2005; 26:540–7. registry, 2004–2008. Diagn Microbiol Infect
Dis 2012; 74:323–31.

60 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534


Playford EG, Webster AC, Sorrell TC, Craig blind,double-dummy, multicenter trial of
JC. Antifungal agents for preventingfungal miconazole buccal tablet and clotrimazole
infections in non-neutropenic critically ill troches for the treatment of oropharyngeal
and surgical patients: systematic review and candidiasis: study of miconazole Lauriad(R)
meta-analysis of randomized clinical trials. J efficacy and safety (SMiLES). HIV Clin
Antimicrob Chemother 2006; 57:628–38. Trials 2010; 11:186–96.
Purkins L, Wood N, Kleinermans D, Nichols D. Vazquez J, Reboli AC, Pappas PG, et al.
Histamine H2-receptor antagonists have no Evaluation of an early step-down
clinically significant effect on the steady- strategyfrom intravenous anidulafungin to
state pharmacokinetics of voriconazole. Br J oral azole therapy for the treatment of
Clin Pharmacol 2003; 56(suppl 1):51–5. candidemia and other forms of invasive
Rex JH, Bennett JE, Sugar AM, et al. A candidiasis: results from an open-label trial.
randomized trial comparing fluconazole BMC Infect Dis 2014; 14:97.
with amphotericin B for the treatment of Vincent JL. Candida infections in surgical
candidemia in patients without neutropenia. intensive care unit patients. Surgical
Candidemia Study Group and the National treatment: evidence-based and problem-
Institute. N Engl J Med 1994; 331:1325–30. oriented. Zuckschwerdt 2001.
Rex JH, Pappas PG, Karchmer AW, et al. A Walsh TJ, Whitcomb P, Piscitelli S, et al.
randomized and blinded multicentertrial of Safety, tolerance, and pharmacokineticsof
high-dose fluconazole plus placebo versus amphotericin B lipid complex in children
fluconazole plus amphotericin B as therapy with hepatosplenic candidiasis. Antimicrob
for candidemia and its consequences in Agents Chemother 1997; 41:1944–8.
nonneutropenic subjects. Clin Infect Dis Walsh TJ, Hiemenz JW, Seibel NL, et al.
2003; 36:1221–8. Amphotericin B lipid complex for invasive
Safdar A, Ma J, Saliba F, et al. Drug-induced fungal infections: analysis of safety and
nephrotoxicity caused by amphotericin B efficacy in 556 cases. Clin Infect Dis 1998;
lipid complex and liposomal amphotericin 26:1383–96.
B: a review and meta-analysis. Medicine Walsh TJ, Karlsson MO, Driscoll T, et al.
(Baltimore) 2010; 89:236–44. Pharmacokinetics and safety of intravenous
Sobel JD, Kapernick PS, Zervos M, et al. voriconazole in children after single- or
Treatment of complicated Candida vaginitis: multiple-dose administration. Antimicrob
comparison of single and sequential doses of Agents Chemother 2004; 48:2166–72.
fluconazole. Am J Obstet Gynecol 2001; Wingard JR, Kubilis P, Lee L, et al. Clinical
185:363–9. significance of nephrotoxicity in patients
Starke JR, Mason EO Jr, Kramer WG, Kaplan treated with amphotericin B for suspected or
SL. Pharmacokinetics of amphotericin B in proven aspergillosis. Clin Infect Dis 1999;
infants and children. J Infect Dis 1987; 29:1402–7.
155:766–74. Zimmermann T, Yeates RA, Laufen H, Pfaff G,
Thaler F, Bernard B, Tod M, et al. Fluconazole Wildfeuer A. Influence of concomitant food
penetration in cerebral parenchyma in intake on the oral absorption of two triazole
humans at steady state. Antimicrob Agents antifungal agents, itraconazole and
Chemother 1995; 39:1154–6. fluconazole. Eur J Clin Pharmacol 1994;
Vazquez JA, Patton LL, Epstein JB, et al. 46:147–50.
Randomized, comparative, double-

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 8, Nomor 1 , Januari-April 2018 : 50-61; ISSN:2088-9534 | 61

Anda mungkin juga menyukai