UJI IMPACT
DISUSUN OLEH
OLEH:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini dengan baik.
Adapun judul dari Laporan ini adalah “LAPORAN PRAKTEK
METALUGIR FISIK UJI IMPACT”
Laporan pratikum metalugir fisik ini berisi tentang berbagai macam
percobaan terhadap genda uji dengan tujuan mengetahui tingkat kekerasan serta
karakter dari genda uji itu sendiri. Di dalam laporan ini juga terdapat sedikit
teori dari percobaan metalurgi fisik yang terdiri dari uji impak, uji kekerasan, uji
tarik, dan uji metalografi
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari masa ke masa semakin maju, kemajuan teknologi sangat
membantu manusia dan memberikan kemudahan dalam melakukan segala sesuatunya. Berbagai
bidang kehidupan manusia sangat bergantung pada teknologi seperti transportasi, komunikasi,
bangunan dan peralatan elektronik rumah tangga. Suatu teknologi akan berfungsi dengan baik
dan maksimal apabila terbuat dari bahan atau material yang baik pula. Produk-produk
elektronik, alat transportasi dan bahan bangunan akan memiliki fungsi baik apabila bahan
penyusunnya merupakan bahan dengan sifat mekanik yang baik.
Salah satu sifat mekanik material adalah keuletannya, tingkat keuletan material menentukan
fungsinya ketika digunakan. Tingkat kegetasan material terpengaruh oleh beberapa hal, seperti
beban kejut, tekikan, suhu dan lain-lain. Untuk mengetahui keuletan daripada suatu material
perlu dilakukan suatu pengujian bahan. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui keuletan
material adalah pengujian impak. Pengujian dilakukan pada beberapa sampel atau spesimen dari
suatu jenis material. Pengujian impak dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan metode
charpy dan metode izzod. Metode charpy banyak dilakukan di Amerika Serikat, sedangkan
metode izzod banyak dilakukan di Eropa. Dengan mengetahui sifat suatu material melalui
pengujian, maka dapat meminimalisir resiko kegagalan fungsi dari produk yang diciptakan dari
material tersebut. Keuletan material dapat diketahui apabila terjadi perpatahan. Ada dua
golongan patahan yaitu patah getas danpatah ulet. Maka daripada itu, praktikum pengujian
impak ini sangat diperlukan oleh mahasiswa agar mengetahui cara melakukan pengujian
keuletan material dan mengetahui cara melakukan perhitungan tingkat keuletan material.
B. Tujuan
Adapun tujuan dai melakukan praktikum pengujian impak ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat-sifat material yang berpangaruh terhadap beban impak seperti
kekuatan, keuletan atau kegetasan dan ketangguhan bahan.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tingkat kegetasan dan keuletan suatu
material.
3. Untuk memahami pengujian impak dengan metode charpy.
4. Untuk memahami nilai harga impak (HI), energi impak dan sifat perpatahan berdasarkan
patahan melalui pengujian impak.
5. Mengerti tentang grafik hasil pengujian impak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Untuk menentukan sifat perpatahan suatu logam, keuletan maupun kegetasannya, dapat
dilakukan suatu pengujian yang dinamakan dengan uji impak. Pengujian impak menggunakan
batang spesimen bertakik yang sudah distandarisasi. Berbagai jenis pengujian impak batang
bertakik telah digunakan untuk menentukan kecenderungan benda untuk bersifat getas. Dengan
pengujian impak dapat diketahui perbedaan sifat benda yang tidak teramati dalam uji tarik.
(Anrinal, 2013)
Gambar 2.1 Ilustrasi pengujian impak
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami
deformasi atau patahan. Pada proses tumbukan, dapat dihitung kerja tumbukan yang diterima W,
yakni kerja karena perubahan bentuk dari benda uji sampai mencapai munculnya kepatahan.
Kekuatan tumbukan dimana,
W
WS =
A
Keterangan:
A = Penampang patah
W = Kerja tumbukan
WS = Besaran yang mengontrol karakteristik bahan kerja.
Sifat material yang berhubungan dengan kerja yang dibutuhkan untuk menyebabkan patahan
dinamakan ketangguhan dan tergantung pada tipe pembebanan. Walaupun demikian, tingkat
dimana energi diserap dengan nyata dapat mempengaruhi sifat material dan ukuran ketangguhan
yang berbeda mungkin didapat dari beban impak.
Secara umum benda uji impak dikelompokkan ke dalam dua golongan sampel standar yaitu :
batang uji Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat dan batang uji Izzod yang lazim
digunakan di Inggris dan Eropa.
1. Metoda Charpy
Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10 mm) dengan
panjang 55 mm2 dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45 o, dengan jari-jari
dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Pada pengujian kegetasan bahan dengan cara impact
charpy, pendulum diarahkan pada bagian belakang takik dari batang uji.
Gambar 2.2 Peletakan spesimen metoda charpy
(http://faraland.files.wordpress.com/2010/11/untitled2.png)
a. Kelebihan :
1) Hasil pengujian lebih akurat.
2) Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan.
3) Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang.
4) Harga alat lebih murah.
5) Waktu pengujian lebih singkat.
b. Kekurangan :
1) Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal.
2) Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam.
3) Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil.
4) Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam perancangan karena
level tegangan yang diberikan tidak rata.
2. Metoda Izzod
Benda uji izzod lazim digunakan di Inggris, namun sekarang mulai jarang digunakan. Benda
uji izzod mempunyai penampang lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertarik v didekat
ujung yang dijepit. Pada pengujian impak cara izzod, pukulan pendulum diarahkan pada jarak
22 mm dari penjepit dan takikannya menghadap pada pendulum.
Gambar 2.3 Peletakan spesimen metoda izzod
(http://faraland.files.wordpress.com/2010/11/untitled2.png)
a. Kelebihan
1) Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam dan spesimen tidak mudah
bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.
2) Dapat menggunakan spesimen dengan ukuran yang lebih besar.
b. Kerugian :
1) Biaya pengujian yang lebih mahal.
2) Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil yang diperoleh
kurang baik.
3) Proses pengerjaan pengujiannya lebih sukar.
4) Hasil perpatahan yang kurang baik.
5) Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya yang banyak,
mulai dari menjepit benda kerja sampai tahap pengujian.
Keterangan :
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m) G
= berat pendulum (kg)
h2 = jarak akhir antara pendulum dengan benda uji (m) λ
= jarak lengan pengayun (m)
cos β = sudut posisi akhir pendulum
Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat diketahui
melalui rumus sebagai berikut :
Keterangan :
W= usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m) W1
= usaha yang dilakukan (kg m)
W2 = sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)
G = berat pendulum (kg)
λ = jarak lengan pengayun (m) cos
λ = sudut posisi awal pendulum cos
β = sudut posisi akhir pendulum
a. Letakkan benda kerja uji (spesimen ) pada dudukan alat uji impact,posisi
pisau pendulum harus sejajar dengan takikan benda uji,luas takikan berupa
panjang dan lebarnya harus sesuai dengan kemampuan masing-masing alat uji
impact.
b. Pasang pisau pendulum pada posisi derajat yang diinginkan dengan
sebelumnya mengkalibrasi jarum penunjuk tepat pada sudut 0°.
c. Lepaskan pendulum untuk mengayunkan pendulum sehingga menabrak
spesimen hingga patah
d. Lihat dan catat hasil data yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk busur drajat
e. Hitunglah besarnya usah ( W ) dan harga Impact (k) berdasarkan data hasil
pengujian
PENGOLAHAN DATA
Hasil pengujian impact :
Benda Uji 1
= 3.6 joule/𝑚𝑚2
Bentuk Patahan
= 2.74 joule/𝑚𝑚2
Bentuk Patahan
= 3.2 joule/𝑚𝑚2
Bentuk Patahan
Salah satu perkembangan sejarah dalam pemahaman kita tentang sifat mekanik bahan adalah
pemahaman bahwa kekuatan spesimen dengan beban uniaksial terkait dengan besarnya luas
penampang. Anggapan ini adalah wajar bila kita menganggap kekuatan itu muncul dari sejumlah
ikatan kimia yang menghubungkan satu bagian penampang dengan yang berdekatan dengannya
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.1, dimana masing-masing ikatan digambarkan sebagai pegas
dengan kekakuan dan kekuatan tertentu. Hal ini jelas, jumlah ikatan tersebut akan meningkat secara
Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan
bahan terhadap gaya tarik. Dalam pengujiannya, bahan uji ditarik sampai putus. Untuk mengetahui
sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat
jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat
sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika
dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera
mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana
material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan
(dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang
berupa kurva seperti digambarkan pada gambar 2.3. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya
tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan
tersebut[2].
Gaya tarik
Spesimen Tegangan tarik maksimum
Gaya tarik Gaya tarik Titik luluh
Titik putus
Deformasi lokal
Daerah linear
Putus (rupture/break)
Pertambahan panjang
Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam
menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut ultimate tensile strength (UTS), dalam bahasa
dengan cara memberikan beban gaya. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji
tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
lambat[3].
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang dipergunakan pada material. Di
mana spesimen uji yang telah di standarisasi, dilakukan pembebanan uniaksial sehingga spesimen uji
mengalami peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif
sederhana, murah dan sangat ter standarisasi dibanding pengujian lain. Hal – hal yang perlu
diperhatikan agar pengujian menghasilkan nilai valid adalah bentuk dan dimensi spesimen uji,
Beban tarikan adalah apabila pada suatu benda bekerja beberapa gaya yang arah garis kerja
gaya berlawanan (bertolak belakang). Besarnya gaya tarik yang dapat ditahan batang bahan uji
dengan ukuran dan penampang tertentu, dapat ditentukan dengan cara membebani batang tersebut
dengan tarikan yang semakin tinggi dan mengukur besarnya gaya maksimum yang dapat ditahan
Proses pembentukan secara metalurgi merupakan proses deformasi plastis. Deformasi plastis
artinya adalah apabila bahan mengalami pembebanan sewaktu terjadinya proses pembentukan di
mana setelah beban dilepaskan maka diharapkan pelat tidak kembali ke keadaan semula. Bahan yang
mengalami proses pembentukan ini mengalami peregangan atau penyusutan. Terbentuknya bahan
inilah yang dikatakan sebagai deformasi plastis. Kondisi proses pembentukan dengan deformasi
hukum hooke tidak berlaku lagi. Aspek-aspek deformasi plastis membuat formulasi matematis teori
Pada hasil uji tarik sebuah benda uji menunjukkan grafik tegangan regangan yang terbentuk
terdiri dari komponen elastis yang ditunjukkan pada garis linier dan kondisi plastis ditunjukkan pada
Deformasi elastis tergantung dari keadaan awal dan akhir tegangan serta regangan-regangan
plastis tergantung dari jalannya pembebanan yang menyebabkan tercapainya keadaan akhir. Gejala
pengerasan regang (strain hardening) sewaktu pelat mengalami proses pembentukan sulit diteliti
Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara beban atau
gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah
linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke
sebagai berikut[2]:
Stress (σ) adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi
σ = F/A......................................................(2.1)
Keterangan:
ε = ∆L/L....................................................(2.2)
Keterangan:
E = σ / ε.....................................................(2.3)
Untuk memudahkan pembahasan, gambar 2.3 kita modifikasi sedikit dari hubungan antara
gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan antara tegangan dan regangan (stress vs
strain). Selanjutnya kita dapatkan gambar 2.5, yang merupakan kurva standar ketika melakukan
eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan tegangan (σ)
dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama "Modulus Elastisitas" atau "Young Modulus". Kurva
yang menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve)
[2]
.
Modulus Elastisitas
Tegangan atau stess
Titik putus
Titik luluh
Daerah linier
Regangan maksimum
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan dimensi seperti pada
Pengukur regangan
(strain gage)
Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain gage) yang
ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada gambar 2.7. Bila pengukur regangan ini
mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca
MEDOTE PERCOBAAN
Adapun diagram alir percobaan modul uji tarik akan ditampilkan pada gambar 3.1 sebagai
berikut.
Kawat dipasang pada pegangan (grip) atas dan bawah mesin uji tarik
Mesin uji tarik dioperasikan dengan cara mesin uji tarik diatur
panjang awal serta luas spesimen
Video recorder digunakan untuk melihat data pada display mesin uji tarik
(break).
Nilai Fy, Fm, dan Ff yang terdapat pada display mesin uji tarik ditentukan
dengan dilihat dari rekaman video dan hasil yang diperoleh dicatat pada
blanko percobaan.
Kawat dilepaskan dari mesin uji tarik dan diamati bentuk patahan yang terjadi
Data Pengamatan
Pembahasan
Kesimpulan Literatur
Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan praktikum uji tarik adalah
sebagai berikut:
Adapun alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan praktikum uji tarik adalah
sebagai berikut:
1) Spesimen pelat
2) Spesimen kawat
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan praktikum modul uji tarik adalah sebagai berikut:
2) Panjang awal P0 dan luas penampang A0 kawat diukur menggunakan jangka sorong.
3) Kawat dipasang pada pegangan (grip) atas dan bawah mesin uji tarik.
4) Mesin uji tarik dioperasikan dengan cara mesin uji tarik diatur panjang awal serta luas
spesimen.
5) Video recorder digunakan untuk melihat data pada display mesin uji tarik.
7) Nilai Fy, Fm, dan Ff yang terdapat pada display mesin uji tarik ditentukan dengan dilihat
dari rekaman video dan hasil yang diperoleh dicatat pada blanko percobaan.
8) Kawat dilepaskan dari mesin uji tarik dan diamati bentuk patahan yang terjadi.
Diameter tengah : 5 mm
Panjang Tengah : 50 mm
KURVA REGANGAN-TEGANGAN
BAB I
Uji kekerasan
LATAR BELAKANG
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material.
Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami
pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri adalah suatu keadaan dari suatu
material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali
ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan
didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan).
Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk
mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki
spesifikasi kualitas tertentu.
Terdapat tiga jenis ukuran kekerasan, tergantung pada cara melakukan pengujian, yaitu: (1) Kekerasan
goresan (scratch hardness); (2) Kekerasan lekukan (indentation hardness); (3) Kekerasan pantulan (rebound). Untuk
logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak menarik perhatian dalam kaitannya dengan bidang rekayasa. Terdapat
berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain: Uji kekerasan Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop, dan
sebagainya.
Penjelasan lebih lanjut mengenai uji kekerasan akan dibahas didalam makalah ini.
TUJUAN
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kekuatan bahan logam melalui pemahaman dan
pendalaman kurva hasil uji kekerasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian uji kekerasan
Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk
mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki
spesifikasi kualitas tertentu.
Terdapat tiga jenis ukuran kekerasan, tergantung pada cara melakukan pengujian, yaitu: (1) Kekerasan
goresan (scratch hardness); (2) Kekerasan lekukan (indentation hardness); (3) Kekerasan pantulan
(rebound). Untuk logam, hanya kekerasan lekukan yang banyak menarik perhatian dalam kaitannya
dengan bidang rekayasa. Terdapat berbagai macam uji kekerasan lekukan, antara lain: Uji kekerasan
Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop, dan sebagainya.
Kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya
penekanan atau penetrasi semetara dari material yang lebih keras. Terdapat tiga jenis ukuran kekerasan
yang tergantung dari cara melakukan pengujian yaitu:
Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs. Metode ini merupakan perhatian utama dari
para ahli mineral. Dengan mengukur kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan lain, disusun
berdasarkan kemampuan gesekan yang satu terhadap yang lain. Mohs membagi kekerasan
material di dunia berdasarkan skala (dikenal sebagai skala Mohs). Skala bervariasi dari nilai 1
sampai 10. Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh:
a. Talc f. Orthoclase
b. Gipsum g. Quartz
c. Calcite h. Topaz
d. Fluorite i. Corundum
e. Apatite j. Diamond (intan)
Prinsip pengujian :
Bila suatu material mampu digores oleh Orthoclase tetapi tidak mampu digores oleh apatite
maka kekerasan mineral berada pada apatite dengan orthoclase. Kelemahan metode ini adalah ketidak
akuratan nilai kekerasan suatu material.
d. Metode Brinell
BHP = =
(1)
BHP = (2)
Untuk mendapatkan BHN yang sama dengan beban atau diameter bola yang tidak standar,
diperlukan keserupaan lekukan secara geometris. Keserupaan geometris akan diperoleh, sejauh
besar sudut 2 tidak berubah. Pada persamaan (2) menunjukkan bahwa agar dan BHN tetap
konstan.
Geometri uji Brinell adalah aksi simetrik sebagai lawan terhadap regangan bidang. Shaw dan
DelSalvo memperlihatkan bahwa daerah plastik di bawah penumbuk tumpul, berlainan dengan
slip, tetapi sangt mirip dengan daerah batas elastis-plastis berupa garis-garis tegangan gesre
maksimun konstan di bawah bola yang menekan pelat dasar
e. Metode Meyer
Kekerasan Meyer berdasarkan luas proyeksi jejak bukan luas permukaannya. Tekanan
rata-rata antara luas penumbuk (identer) dan lekukan adalah sama dengan beban dibagi luas
proyeksi lekukan.
=
Meyer mengemukakan bahwa tekanan rata-rata dapat diambil sebagai ukuran kekerasan.
Kekerasan Meyer =
Kekerasan Meyer memiliki satauan sama seperti satuan kekerasan Brinell yaitu kg/mm².
Hukum Meyer
P=k
dimaana, P= beban yang diterapkan (kg)
D= diameter lekukan (mm)
n’= konstanta bahan yang ada kaitannya dengan
pengerasan regangan.
f. Metode Vickers
Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya berbentuk bujur
sangkar. Besar sudut antara permukaan-permukaan piramida yang saling berhadapan adalah .
Pengujian Vickers juga disebut sebagai uji kekerasan piramida intan. Angaka kekerasan intan didefinisikan
sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan.
DHP = =
a
b c
Keterangan : gambar a merupakan lekukan bantal jarum, b lekukan yang sempurna, c lekukan yang bentuk tong
karena penimbunan ke atas
g. Metode Rockwell
Uji kekerasan Rockwell sering digunakan karena cepat, bebas dari kesalahan manusia,
mampu membedakan kekerasan paling kecil pada baja yang diperkeras. U ji ini berbeda dengan
uji Brinell dan Vickers karena pada uji ini tidak menilai kekerasan suatu bahan dari diagonal
jejak yang dihasilkan tetapi dengan pembacaan langsung (direct reading). Di bawah ini adalah
contoh uji keras Rockweel yang diterapkan pada beban kecil sebesar 10 kg untuk menempatkan
benda uji :
Pengujian Selesai
Pembahasan
berbeda dalam satu benda uji dan dalam percobaan ini digunakan 10
Nilai tertinggi ditunjukan pada Spesial K dengan rata rata 80 HRB dan
K, EMS45. Nilai tertinggi ditunjukan pada Silver steel dengan rata rata
63.5 HRC dan yang terendah ditunjukan pada special K dengan ratarata 41, 87 HRC.
selalu ada penyimpangan yang terjadi, karena struktur mikro dari baja
paduan tersebut tidak selalu sama pada setiap titik. Contohnya pada
titik belum tentu sama. Begitu juga dengan logam – logam paduan
yang lain.