Anda di halaman 1dari 21

TAUHID (LANDASAN, HAKEKAT,DAN PENGARUH)

SERTA BUKTI ADA NYA TUHAN

Oleh:
FAISAL ERLANGGA
NIM : 2102096012

UNIVERSITAS MULAWARMAN
ADMINISTRASI BISNIS ( A )
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Asuransi” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi saya dan pembaca pada umumnya.

Samarinda, 28 Agustus 2021


Penyusun

Faisal Erlangga

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid................................................................................. 3
B. Hakekat, kedudukan dan Pembagian Tauhid........................................ 6
C. Pengaruh Tauhid Terhadap Kehidupan Seorang Muslim..................... 10
D. Bukti Ada nya Tuhan............................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, karena dari

pemahaman tentang tauhid itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh.

Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat

diganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap keislaman seseorang. Apabila

pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar

keislamannya secara menyeluruh.

Tauhid (Arab :‫)توحيد‬, adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan

keesaan Allah. Sebuah sumpah akan kesetiaan dan kepercayaan yang mutlak

tentang Allah yang Maha Esa. Dengan menyakini akan keesaan Allah, maka

seorang muslim tidak akan lagi menyakini adanya tuhan selain Allah. Sehingga

seluruh hidupnya akan senantiasa dipersembahkan hanya untuk mengabdi kepada

Allah. Dengan tauhid yang kuat maka seorang muslim akan mampu melaksanakan

seluruh perintah Allah dengan keyakinan yang kuat pula.

Nilai keesaan Allah merupakan awal dari kewajiban-kewajiban manusia

terhadap tuhannya tersebut. Manusia diciptakan di muka bumi ini hanya

mempunyai satu tugas yaitu menyembah Allah dengan segala bentuk ibadahnya,

dalam hal ini Allah berfirman dalam kitabnya, yang artinya:


"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)

Dengan memperdalam pemahaman terhadap ilmu tauhid, maka diharapkan

seorang muslim mempunyai landasan kuat dalam mengimplementasikan

kewajiban-kewajiban menyembah Allah. Dengan keyakinan yang kuat tentang

keesaan Allah, maka akan semakin ringan seorang muslim melaksanakan seluruh
2

ibadah yang yang diwajibkan kepada seorang muslim. Tidak ada lagi rasa malas,

dan menganggap bahwa semua kewajiban yang harus dijalaninya tersebut

merupakan kebutuhan untuk bertemu dengan penciptanya, Allah SWT.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan menggali aspek-aspek

tauhid sebagai landasan aqidah umat Islam. Melalui penggalian konsep-konsep di

atas, maka diharapkan pemahaman penulis tentang keesaan Allah akan meningkat

pula dan pada akhirnya meningkatkan pula ibadah kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah

yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:

1.      Apakah yang dmaksud dengan “tauhid” sebagai landasan aqidah Islamiyah?

2.      Bagaimana hakekat dan kedudukan tauhid dalam Islam?

3.      Bagaimana pengaruh tauhid dalam kehidupan seorang muslim?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid

Tauhid (Arab :‫)توحيد‬, adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan

keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya

mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad

yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan

Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada

Tuhan melainkan Allah. ( al-Baqarah:163, Muhammad 19 ). Tauhid merupakan

inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga oleh karenanya

Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan.

Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan

muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ).  Dalam perkembangan sejarah

kaum muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang

ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas

masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut

masalah ke-Maha Esa-an Allah.

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma

wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari

kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim. Sehingga seorang

yang telah melanggar tauhid maka gugur pula keislaman seseorang. Karena yang

membedakan seorang muslim dengan yang bukan muslim adalah kepercayaannya

mengenai keesaan Allah yang terwujud dalam keyakinan dan amal-amal

ibadahnya.
Berikut adalah dalil-dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan &
Keagungan Tauhid,
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
4

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl:
36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus"
(QS Al Bayinah: 5)

Dari semua dalil-dalil Al-qur’an di atas, maka jelas sekali bahwa konsep

tauhid merupakan landasan paling fundamnental dalam kehidupan seorang

muslim yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan ajaran-ajaran Islam

lainnya.

C. Hakekat, kedudukan dan Pembagian Tauhid


1.      Hakekat Tauhid

Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan

Alloh kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum

muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid.
Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh

karena itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan

kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan Alloh. Bentuk pengesaan

ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.


a.      Mengesakan Alloh dalam Rububiyah-Nya

Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam perbuatan-

perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan mengatur

seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat,

menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Alloh. Hal yang

seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
5

mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada

kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan

mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa

tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya.

Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana

firman Alloh “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka

yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?

sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-

36)

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah

menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang

musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini

jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh,


“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki
‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah:
‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-
Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak
ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan
menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu
ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).

b.         Mengesakan Alloh Dalam Uluhiyah-Nya

Maksudnya adalah kita mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah

yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat,

harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus

memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata. Tauhid

inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang

diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan

Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-

sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar


6

suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum

musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya

ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka

dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh

adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.


c.       Mengesakan Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya

Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh

yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga

meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama

terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal

dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-Nya “Dialah Alloh Yang

Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah

Asmaaul Husna.” (Al-Hasyr: 24)

Seseorang baru dapat dikatakan seorang muslim yang tulen jika telah

mengesakan Alloh dan tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas.

Barangsiapa yang menyekutukan Alloh (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari

ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim tulen tetapi dia adalah seorang

musyrik.
2.      Kedudukan Tauhid

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada

kesempatan kali ini kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid

Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-

mereka yang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim namun pada

kenyataannya mereka menujukan sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain

Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi, malaikat, jin dan sebagainya.
7

Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia, Alloh berfirman, “Dan aku

tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah

kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah

mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah

dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir.

Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di

dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan

untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang

belaka. Sebagaimana firman Alloh,


“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu
permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki
berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (Al-Mu’minun: 115)

Selain itu, tauhid juga adalah tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka

bumi, dalam hal ini Allah berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rosul

pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah


Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rosul mulai

dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa

sallam diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada

Alloh semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka

pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan Rosul kita

Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh

semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini?”

Selain itu tauhid merupakan perintah Alloh yang paling utama dan

pertama, Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua


8

orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga

yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba

sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan

membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan

hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk

menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada

berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka

sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia,

namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah

hanya kepada Alloh semata.

3.      Pembagian Tauhid
a.      Tauhid Rububiyah

Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki,

merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki,

memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta.

Sebagaimana terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah

menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal yang
seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang

mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada

kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan

mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa

tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya.

Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana

firman Alloh “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka

yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?

sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-

36)
9

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah

menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang

musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis

tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh, “Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki

langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab:

‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’

Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala

sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya,

jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’

Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).


b.      Tauhid Uluhiyah/Ibadah

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada

sekutu bangiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang

yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 18).

Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap


rububiyahNya. Mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan.

Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan

berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari

kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan

inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin

Quraisy. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Alloh mengenai perkataan

mereka itu “Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan

Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat

mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari

jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh

karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya
10

walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah satu-satunya Pencipta alam

semesta.
c.       Tauhid Asma wa Sifat

Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang

sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang

merupakan nama sekaligus sifat Allah. Maka dalam Islam ada sunah untuk

menghafalkan ke-99 nama Allah tersebut sebagai perwujudan cinta kita kepada

Allah SWT

D. Pengaruh Tauhid Terhadap Kehidupan Seorang Muslim

Tauhid adalah akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid yang

kuat, maka seorang muslim akan mampu menjalankan proses penghambaannya

kepada Allah tanpa merasa berat dan terpaksa, karena hanya satu tujuan mereka

hidup yaitu keinginan mereka untuk bertemu dengan tuhannya Allah SWT.

Implementasi penghambaan mutlak kepada Allah SWT tersebut terwujud

dalam berbagai aspek kehidupan seorang muslim, mulai hubungan antara manusia

dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan

manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut akan terwujud secara selaras dan

harmonis, karena memang itulah perintah Allah. Dengan mempunyai aqidah yang

kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat dilaluinya dengan baik dan ringan.

Di era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global,

seorang muslim harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan

dan pengaruh global yang dating banyak memuat unsur-unsur negative yang anti-

tauhid. Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai

muatan dunia kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk

mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.


11

E. Bukti Ada nya Tuhan


Bukti akan adanya eksistensi Tuhan dapat dilakukan melalui 4 metode yakni :
1. Argumen Ontologis
Ontologis berasal dari kata ontos, yang berarti sesuatu yang berwujud.
Ontologi juga bisa disebut sebagai ilmu yang mempelajari wujud tentang hakikat
yang ada. Argumen ini tidak berdasarkan pada alam nyata semata, namun juga
berdasarkan pada logika. Ontologi, pertama kali digunakan oleh Plato ( 428 – 348
SM ) dengan teori idenya. Yang dimaksud dengan ide, menurut dia, adalah
konsep universal dari tiap sesuatu.Tiap – tiap yang ada di alam ini mesti
mempunyai ide. Contoh ide yang terdapat pada manusia adalah berpikir dan
badan hidup.
Setiap sesuatau yang ada di dunia ini intinya mempunyai sebuah ide. Ide
inilah yang menjadi dasar wujud dari sesuatu. Ide berada di dalam alam tersendiri,
di luar alam nyata ini yakni yang dinamakan dengan alam ide. Karena ide
merupakan dasar wujud sesuatu, maka yang tampak nyata di alam yang kita alami
hanyalah bayangan. Bayangan tersebut hakikatnya berasal dari ide yang ada
dalam sesuatu tersebut. Ide tersebut merupakan sesuatu yang kekal.
Yang mempunyai wujud hanyalah ide dan benda- benda yang ditangkap
dengan indera hanyalah khayalan atau ilusi belaka. Ide- ide tersebut saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, namun semuanya bersatu dalam
sebuah ide tertinggi yang diberi nama ide kebaikan atau The Absolute Good, yaitu
Yang Mutlak Baik. Yang Mutlak Baik itu yang disebut dengan Tuhan. Ontologi
kedua dicetuskan oleh St. Agustinus ( 354 – 450 SM ). Menurut Agustinus,
manusia dengan pengalamannya bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Namun,
terkadang akal meragukan kebenaran tersebut.
Akal dapat berpikir bahwa diatas kebenaran- kebenaran yang diragukan
tadi, ada kebenaran yang mutlak, tetap dan abadi. Dan kebenaran yang mutlak tadi
disebut juga dengan istilah Tuhan. Sedangkan menurut alGhazali, seorang filosof
Islam, jalan untuk mengetahui Tuhan dengan pengalaman dapat dilakukan jika
ada integrasi antara roh-jasad. Prosese integrasi roh-jasad ini disebut sebagai
proses percobaan atau pengalaman. Dengan ini manusia akan memperoleh
pengalaman lahir maupun batin. Bagi Imam Al- Ghozali, pengalaman memegang
peranan penting dalam usaha manusia mencapai pengetahuan yang tertinggi, yaitu
Ma’rifatullah.
2. Argumen Kosmologis
Argumen kosmologis, bisa juga disebut sebagai argumen sebab-akibat.
Sesuatu yang terjadi di alam ini pasti ada sebabnya. Sebab itulah yang menjadikan
adanya atau terjadinya sesuatu itu. “Sebab” lebih wajib dan ada daripada alam itu
12

sendiri. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya alam ini, bisa dipastikan “Yang
Kuasa”, “Maha Besar”. Atau disebut juga to aperion. Yang Kuasa ( Sebab
Utama ) ini tidak disebabkan oleh sebab yang lain. Dia bersifat qiyamuhu
binafsihi ( berdiri sendiri ). Argumen kosmologis ini dinyatakan pertama kali oleh
Aristoteles ( 384 – 322 SM ).
Dia adalah murid Plato, yang notabene penggagas argumen ontologis.
Menurut Aristoteles, setiap benda yang ditangkap dengan indera mempunyai
materi dan bentuk. Bentuk terdapat dalam benda dan membuat materi mempunyai
sebuah bentuk / rupa. Bentuk bukanlah bayangan atau ilusi, akan tetapi bentuk
adalah sebuah hakikat dari benda itu sendiri. Bentuk tidak dapat dilepaskan dalam
materi. Materi dan bentuk dapat dipisahkan dalam akal, namun tidak dapat
dipisahkan dalam kenyataan. Bentuk sebagai hakikat dari sesuatu tidak berubah-
ubah dan kekal, namun dalam inderawi terdapat perubahan. Antara materi dan
bentuk ada suatu penghubung yang dinamakan gerak. Yang menggerakkan adalah
bentuk dan yang digerakkan adalah materi. Dalam gerak itu tentunya ada yang
menggerakkan. Yang menggerakkan itulah yang disebut sebagai “Penggerak
Utama”.
Tuhan menggerakkan alam bukan sebagai penyebab efisien ( penyebab
karena ada potensi ), melainkan Dia menggerakkan karena sebab tujuan.
Aristoteles mengatakan bahwa Tuhan menggerakkan karena dicintai (He produces
motion as being love). Semua yang ada di alam ini bergerak menuju ke Penggerak
yang sempurna itu. Penggerak Pertama, menurut Aristoteles, adalah zat yang
immateri, abadi dan sempurna.
Al-Kindi (796 – 873 M), filosof Islam, berargumen bahwa alam ini
diciptakan dan penciptanya adalah Allah. Segala yang terjadi di alam ini pasti ada
sebab akibatnya. Semua rentetan sebab musabab ini berakhir pada sebab utama,
yakni Tuhan pencipta alam. Pencipta alam adalah Esa dan berbeda dengan alam.
Tiap benda, menurut Kindi, mempunyai dua hakikat, yakni hakikat pertikular
(juz’i) dan hakikat universal (kulli). Namun, Tuhan tidak mempunyai hakikat
partikular maupun universal. Dia bersifat Esa, Yang Benar, Yang Satu. Selain
Dia, semuanya bersifat banyak.
3. Argumen Teleologis
Berasal dari kata “telos”, yang berarti tujuan. Dengan kata lain, alam ini
berproses dengan adanya menuju ke suatu tujuan tertentu. Dan segala yang ada
didalamnya bekerjasama untuk mencapai tujuan tersebut. William Paley (1743 –
1805 M), seorang teolog Inggris, menyatakan bahwa alam ini penuh dengan
keteraturan. Langit yang biru dan tinggi. Bintang – bintang yang bertebaran. Dan
di atas itu semua ada Pencipta Yang Maha Kuasa.Tuhan menciptakan itu semua
ada tujuan tertentu.
Seperti halnya Tuhan menciptakan mata bagi makhluknya. Dalam paham
teleologi, segala sesuatu dipandang sebagai organisasi yang tersusun dari bagian-
13

bagian yang mempunyai hubungan erat dan saling bekerjasama.Tujuan dari itu
semua adalah untuk kebaikan dunia. Alam ini beredar dan berevolusi bukan
karena kebetulan, tetapi beredar dan berevolusi kepada tujuan tertentu, yaitu
kebaikan universal, dan tentunya ada yang menggerakkan menuju ke tujuan
tersebut dan membuat alam ini beredar maupun berevolusi ke arah itu. Zat inilah
yang dinamakan “Tuhan”.
4. Argumen Moral
Argumen moral dipelopori pertama kali oleh Immanuel Kant (1724 – 1804
M). Kant, dalam tesis awalnya menyatakan bahwa manusia mempunyai moral dan
yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Dalam hati sanubari, tentu adanya
bisikan-bisikan yang bisa saja kita namakan perintah. Perintah ini bersifat absolut
mutlak dan universal.
Perbuatan baik/jahat dilakukan karena perintah mengatakan demikian.
Kant berpendapat bahwa perbuatan baik semakin baik bukan karena akibat dari
perbuatan itu dan tidak pula agama yang mengajarkan bahwa perbuatan itu baik.
Perasaan manusia yang menyatakan bahwa ia harus berbuat baik ataupun untuk
menjauhi larangannya, tidak didapatkan di dunia ini, namun dibawa sejak lahir.
Manusia lahir dengan perasaan itu.
Antara apa yang ada dalam sanubari (perintah) dan praktik di dunia, selalu
terjadi kontradiksi. Begitulah apa yang Kant gambarkan. Tetapi sungguhpun
demikian, manusia tetap merasa wajib mendengarkan perintah sanubari ini. Dalam
kontradiksi ini (yang baik tidak selamanya membawa kebaikan dan yang buruk
tidak selamanya mendapat hukuman sewajarnya di dunia), mesti akan ada hidup
kedua di alam kedua setelah alam sekarang. Di dalam alam kedua ini, semua
perbuatan akan mendapat balasannya masing-masing. Dari kedua perasaan ini
timbul perasaan ketiga. Kedua perasaan itu berasal dari suatu Zat Yang Maha
Adil.
Zat inilah yang dinamakan “Tuhan”. Perintah hati sanubari yang bersifat
mutlak ini bukan hanya mengandung arti bahwa manusia wajib patuh kepada
perintah tersebut. Akan tetapi perintah tersebut juga mengandung arti bahwa pada
akhirnya perintah tersebut akan membawa kepada “Summum Bonum” atau
kesenangan yang tertinggi yang terdiri dari persatuan antara kebajikan dan
kesenangan yang timbul dari keadaan manusia yang dapat memenuhi keinginan-
keinginannya.
Summum Bonum ini sebenarnya membawa kepada adanya Tuhan.
Summum Bonum tidak tercapai dalam alam ini karena ada perintah sanubari dan
perintah manusia yang selalu kontradiksi. Artinya, dalam alam moral (sanubari)
dan alam materil (keinginan manusia) terdapat suatu pemisah. Manusia akan
mencapai kebahagiannya jika dapat melenyapkan pemisah ini. untuk memisahkan
pemisah ini dibutuhkan kekuatan yang besar daripada kekuatan manusia.
Kekuatan inilah yang disebut sebagai Tuhan. Kant juga berpendapat bahwa logika
14

tidak dapat membawa keyakinan tentang adanya Tuhan. Oleh karenanya, dia
berpendapat bahwa perasaanlah yang mampu membawa manusia kepada
keyakinan akan adanya Tuhan. Akal, hanya memberi kebebasan untuk percaya
atau tidak adanya Tuhan, sedangkan sanubari/perasaan memberi perintah
kepadanya untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Manusia diberi perintah untuk
melaksanakan hal baik lewat hati sanubari. Perbuatan-perbuatan itu tentu ada
nilai-nilainya. Perasaan itu diperoleh bukan dari pengalaman, tetapi telah ada
dalam diri manusia. Perintah ini tentunya ada / berasal dari suatu Zat yang tahu
baik dan buruk. Zat inilah yang dinamakan Tuhan. Nilai-nilai tersebut tidak
terdapat dalam manusia, melainkan terdapat dalam diri Tuhan.
Selain empat argumen di atas (ontologis, kosmologis, teleologis dan
moral), ada beberapa dalil yang menyatakan atau menegaskan bahwasannya
Tuhan itu ada. Walaupun dalil-dalil ini intinya sama dengan argumen-argumen
diatas, namun bahasa yang digunakan sedikit berbeda dengan yang diatas. Dalil –
dalil tersebut antara lain :
a) Preuve Metaphisique.
(Dalil akal semata). Menurut akal, alam yang besar dan luas ini, tentu tidak
akan terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan. Dan dialah
yang disebut sebagai Tuhan. Manusia, walaupun kuat dan pintar, namun
tetaplah tidak sempurna. Sedangkan Tuhan, yang notabene sebagai
pencipta, tentu Dia adalah sempurna, dan tentu dia tidak diciptakan.
b) Preuve Phisique.
(Dalil yang terdiri dari alam).66 Dalil ini pertama kali dipakai oleh Abul
Huzail Al- Allaf. Dia memulai dalil ini dengan teori atom. Menurutnya semua
yang ada di alam ini dapat dibagi-bagi sampai ke bagian yang terkecil yang
dinamakan dengan istilah molekul.Tiap molekul terdiri dari atom-atom. Atom ini
berputar disekitar atom lainnya. Dari perputaran ini menimbulkan daya tarik
menarik antara molekul – molekul. Dan yang menggerakkan itulah yang
dinamakan dengan istilah Tuhan.
c) Preuve Teleologique.
(Dalil yang diambil dari susunan dan keindahan alam) Di dalam alam ini,
ada semacam susunan dan peraturan yang bagus. Bintang-bintang maupun planet-
planet beredar sesuai dengan garis edarnya dan tidak saling bertabrakan. Begitu
juga darah yag ada dalam manusia. Beredar dengan teratur sesuai jalannya
sendiri-sendiri. Dari fenomena itu semua, tentu ada yang dinamakan Dieu
Organisateur, Yang Maha Mengatur. Dialah yang disebut dengan Tuhan.
d) Preuve Moral.
(Dalil yang diambil dari moral) Walaupun alam ini sudah diciptakan
dengan baik dan indah, namun tetap saja ada yang tidak beres dalam kehidupan
kecil didalamnya ( manusia ). Seakan tidak ada keadilan dalam kehidupan
15

manusia di dunia ini. suatu saat, pasti akan ada yang membereskan dari
ketidakadilan – ketidakadilan tersebut. Dialah Sang Maha Pemberes segala
sesuatu, yang dinamakan “Tuhan”.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.      Tauhid (Arab :‫)توحيد‬, adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan

keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya

mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad

yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan

Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada

Tuhan melainkan Allah. ( al-Baqarah:163, Muhammad 19 ). Tauhid merupakan

inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga oleh karenanya

Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan.

2.      Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh muslim untuk mengesakan Allah dan

mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedudukannnya sangat

penting karena tauhid inilah yang merupakan tujuan pertama diciptakannya

manusia, diutusnya rasul dan tujuan pokok kehidupan manusia. Tauhid dibagi

menjadi tiga jenis yaitu tauhid rububiyah, uluyiah dan tauhid asma wa sifat.
3.      Tauhid sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang muslim, yaitu menjadi
landasan kuat dalam menjalankan segala aktivitas, baik aktivitas keagamaan
maupun aktivitas duniawi lainnya. Dengan tauhid seorang muslim akan menjalani
kehidupannya dengan tenang, tawakal dan sabar. Oleh karena itu tauhid
merupakan modal dasar bagi suksesnya seorang muslim baik di dunia maupun di
akherat.
Analisis yang didapat dalam pembuktian adanya Tuhan oleh kedua tokoh tersebut
adalah mereka sama-sama mengakui akan adanya Tuhan. Akal dan wahyu mereka
jadikan sumber pengetahuan dan alat untuk mencapai kebenaran khususnya dalam
membuktikan adanya eksistensi Tuhan. Kemudian pola pemikiran filsafatnya secara
tidak langsung sama-sama lebih banyak dipengaruhi oleh filsafat Aristoteles, mereka
berdua berhasil mendamaikan dunia filsafat dengan dunia Theologi dan lewat
argumen kosmologis, mereka telah membuktikan adanya eksistensi Tuhan.
17

B.     Saran

Setelah mengkaji masalah tauhid di atas, maka saran dari penulis

khususnya bagi penulis sendiri, bahwa memegang teguh tauhid yaitu meyakini

secara mutlak keesaan Allah merupakan modal utama dalam mengarungi

kehidupan modern dewasa ini. Oleh karena itu, mempelajari tahuid yang

sebenarnya merupakan keharusan bagi seorang muslim/Kedudukan Tauhid dalam

Islam.Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling

agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat

merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan

tuntunan rasulullah.

Sebagai orang Muslim, hendaklah berusaha mempelajari dan mendapatkan

gambaran dan informasi tentang figur kedua tokoh dan pengaruh pemikirannya

dapat dijadikan motivasi untuk mengembangkan pemikiran dalam dunia ilmu

pengetahuan maupun dalam kehidupan beragama dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5363/1/094111012.pdf

https://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-tauhid.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai