Anda di halaman 1dari 21

Nama : Bena Korneliya

NIM : 4101419029
Prodi : Pendidikan Matematika
Matkul : Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika
MERINGKAS TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TEORI HUMANISTIK

A. TEORI ARTHUR COMBS


Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa
kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti
tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Combs memberikan lukisan persepsi diri
dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada
satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2)
adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin
berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator.
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas.
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Dalam teori Combs peranan siswa lebih dominan, karena guru terfokus pada
fasilitator yang coba memberikan arahan kepada siswa. Siswa berperan sebagai pelaku
utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri.
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

Kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistic


Kelebihannya adalah :

- Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
- Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.
- Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Kekurangannya adalah :

- Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses
belajar.
- Terlalu memberi kebebasan pada siswa

B. TEORI CARL RANSOM ROGERS


Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi
klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya
dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip
dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena
Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Carl Ransom Rogers
lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya
mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara
ilmiah.Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahuntahun pertama
Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Rogers terkenal sebagai seorang
tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis,
ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalamanpengalaman
terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam
diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat
adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh
peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet
trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers dikenal juga
sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti
bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–
pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field.
Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Dari buku Carl Rogers Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-
prinsip dasar humanistik yang penting, diantarany sebagai berikut :
a. Manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi dirasa memiliki relevansi tersendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya dianggap
mengancam dan cenderung ditolak.
d. Tugas-tugas yang mengancam lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan, apabila
ancaman dari luar semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan mudah
dengan berbagai cara yang berbeda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar bermakna diperoleh dengan melakukan.
g. Belajar diperlancar bila dilibatkan dalam proses dan ikut bertanggung jawab terhadap
proses.
h. Belajar atas inisiatif sendiri melibatkan manusia secar utuh, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kebebasan, dan kreativitas lebih mudah dicapai
jika setiap manusia dibiasakan mawas diri dan mengevaluasi diri sendiri serta
menerima penilaian dari orang lain.
j. Belajar yang berguna secara sosial didalam dunia yang moden ini adalah belajar
mengenai proses, yaitu suatu keterbukaan terhadap pengalaman dan penyatuan
terhadap perubahan.

Rogers mengamati bagaimana perubahan dan perkembangan pada manusia itu


terjadi. Terdapat tiga konstruksi yang menjadi dasar penting dalam teori Rogers ini,
yaitu :
1. Organisme Pengertian organisme mencakup tiga hal :
a. Makhluk Hidup
Organisme adalah makhluk hidup lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya
dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam
dirinya dan linkungannya.
b. Realitas Subjektif
Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Sebuah
realita adalah persepsi yang sifatnya subjektif dan dapat membentuk tingkah laku.
c. Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem sehingga perubahan dalam satu bagian
akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan
tujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya, sebagaimana persepsi
subjektifnya.
3. Diri Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potonganpotongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apakah ia
merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri sudah mulai terbentuk maka aktualisasi
diri juga mulai terbentuk. Menurut Carl Rogers, ada beberapa hal yang mempengaruhi
diri, yaitu :
a. Kesadaran, tanpa adanya kesadaran konsep diri dan diri yang ideal tidak akan ada.
Terdapat tiga tingkat kesadaran, yaitu : pengalaman dibawah ambang kesadaran
yang akan disangkal, pengalaman yang dapat diaktualisasikan, dan pengalaman
yang dirasaka dalam bentuk distorsi.
b. Kebutuhan, terdapat dua kebutuhan setiap diri manusia yang dijelaskan oleh
Rogers, yaitu : pemeliharaan tubuh dan peningkatan diri.
c. Penghargaan Positif (Positive Regard), begitu kesadaran diri muncul, kebutuhan
untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain akan dibutuhkan oleh setiap
manusia.
d. Penghargaan Diri yang Positif (Positive Self-Regard), berkembangnya kebutuhan
akan penghargaan diri adalah hasil pengalaman dan akan mencari kepuasan akan
penghargaan diri yang positif.
e. Stagnasi Psikis, akan terjadi bila terdapat ketidakseimbangan diri antara konsep
diri dan pengalaman, kemudian adanya ketimpangan ketidakseimbanagn diri yang
semakin besar, akan menyebabkan mudahnya manusia terkena serangan dan yang
terakhir adanya kesadaran diri tersebut hilang, muncullah kegelisahan tanpa sebab
dan berubah menjadi sebuah ancaman.

Rogers merumuskan dinamika kepribadian manusia menjadi tiga bagian,


yaitu sebagai berikut :

1. Penerimaan Positif (Positive Regard)


Orang merasa puas menerima suatu penerimaan secara positif, kemudian juga
merasa puas dapat memberi penerimaan kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Kesesuaian Diri (Self Coonsistensy and Congruence)
Organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi dari persepsi diri dan
kesesuaian antara persepsi diri dan pengalamannya.
3. Aktualisasi Diri
Rogers memandang organisme terus-menerus bergerak maju dengan tujuan dari
tingkah laku adalah bukan untuk mereduksi teganganya energi, melainka untuk
mencapai aktualisasi diri yaitu untuk mencapai pribadi yang utuh.
Pada tahun 1942, Rogers menulis buku pertamanya, Counseling And
Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkam konsep ClientCenterd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu Kognitif (kebermaknaan) dan Experiental
(pengalaman).
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru
perlu memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak bermakna.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Memperoleh sesuatu
yang bermakna dapat dilakukan dengan pengorganisasian ide baru bahan pengajaran
oleh guru.
c. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern atau belajar pada lingkungan yang
semakin berubah berati mempelajari proses.
C. TEORI ABRAHAM HAROLD MASLOW
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brookllyn, New York, pada tanggal 1
April 1908. Orang tuanya adalah imigran Yahudi Rusia yang pindah ke Amerika Serikat
dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagai anak yang tertua dari
tujuh bersaudara, Maslow oleh orang tuanya didorong dengan kuat agar mencapai
keberhasilan dalam pendidikan. Maslow memutuskan untuk belajar psikologi terutama
karena pengaruh behaviorisme Watson. Bagi Maslow saat itu, behaviorisme merupakan
sesuatu yang menarik, dan dengan mengikuti programprogramm yang diadakan oleh
Watson, Maslow berharap dirinya bisa merubah dunia.
Teori belajar dan pendidikan humanistik diawali oleh muncunya gerakan
mahapeserta didik pada tahun 1960an, karena mereka tidak menyukai proses dan hasil
pendidikan di Amerika Serikat yang telah mereka peroleh. Gerakan yang disampaikan itu
merupakan respon ketidakpuasan atas kompetisi, tekanan, kehidupan yang selalu diawasi,
dan ketidaksesuaian apa yang telah mereka pelajari dengan apa yang mereka amati ketika
belajar di sekolah. Gerakan itu dipelopori oleh Neill, John Holt, Jonathan Kozol, dan Paul
Goodman. Praktik pendidikan yang dilawan oleh para tokoh gerakan itu adalah
pendidikan di sekolah yang selalu diarahkan ole pendidik (direct instruction). Dalam
pendidikan humanistik, fokus utamanya adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif,
belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan meningkatkan krativitas dan
semua potensi peserta didik. Praktik pendidikan humanistik berkembang di Amerika
Serikat pada tahun 1960an dan mencapai puncaknya pada tahun 1990an dengan
muncunya tokoh-tokoh psikologi seperti Abraham Maslow dan Carls Rogers.
Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan peserta didik
mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu
yang mampu mengarahkan diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent). Dalam
praktik pembelajaran, pendekatan humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran
individual dan kelompok kecil. Namun, pendekatan humanistik mempersyaratkan
perubahan status pendidik dari individu yang lebih mengetahui dan terampil segala
sesuatu menjadi individu yang memiliki status kesetaraan dengan peserta didik.
Pendekatan humanistik selalu memlihara kebebasan peserta didik untuk tumbuh dan
melindungi peserta didik dari tekanan keluarga dan masyarakat.
Teori maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
(1.) Suatu usaha yang positif untuk berkembang (2.) Kekuatan untuk melawan atau
menolak hambatan untuk berkembang. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Maslow
adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran pada mazhab ketiga (Humanis). Dalam
teorinya Maslow berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang
kemudian disebut dengan teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori
kebutuhan yang berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah
kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih,
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam pandangan
Maslow, tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri, atau membantu individu menjadi yang
terbaik sehingga mereka mampu menjadi yang terbaik.
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan
observasi terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan
bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar
yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat
kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan
akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow memberi hipotesis bahwa
setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan
memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Menurut Maslow, pemuasan
berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan
(deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi
kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai
kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap
manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Hierarki kebutuhan Maslow:
1. Kebutuhan Fisiologis (Psychological Needs)
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan fisiologis
berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis
adalah satusatunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa
diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik
ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Kedua, yang khas dalam kebutuhan
fisiologis adalah hakikat pengulangannya.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety needs)
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah
apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-
kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas,
ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti
perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam.
Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini
tidak bisa terpenuhi secara total.
3. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang (Love needs/ Belonging-ness)
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi,
maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki
pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antar
pribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Maslow juga
mengatakan bahwa “kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta
yang menerima”. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya,
menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam
gelombang permusuhan dan kebencian.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem needs)
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk
mengejar kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang
yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang
lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk
menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan,
perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi
adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,
penguasaan, kecukupan prestasi, kemandirian dan kebebasan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self actualization needs)
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan,
tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow
berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan
untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa
banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-
kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa
mencapai aktualisasi diri.
Maslow juga memberikan ciri yang universal kepada mereka yang dapat
mengaktualisasikan dirinya adalah kemampuan mereka melihat hidup dengan jernih,
melihat hidup apa adanya bukan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak bersikap
emosional, justru bersikap objektif terhadap hasil-hasil pengamatan mereka.
Disamping itu cirri lain dari orang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik
dirinya yang rendah, ia tidak melawan dirinya sendiri tapi ia lebih bersifat produktif.
Dari hierarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan
sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada.
Individu yang beraktualisasi diri menampilkan karakteristik sebagai berikut:
a. Berorientasi secara realistik.
b. Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia alamiah sebagaiman adanya.
c. Bersifat spontan dalam berpikir, beremosi, dan berperilaku.
d. Terpusat pada masalah (problem entered) dan bukan terpusat pada diri sendiri
(self-centered).
e. Memiliki kebutuhan privasi dan berupaya memperolehnya, jika memiliki
kesempatan, serta memerlukan waktu berkonsentrasi untuk memperoleh sesuatu
yang menarik bagi dirinya.
f. Bersifat otonomi, independen, dan mempu memperhatikan kebenaran ketika
menghadapi perlawanan.
g. Kadang-kadang memiliki pengalaman mistik yang tidak berkaitan dengan
pengalaman keagamaan.
h. Merasa sama dengan manusia secara keseluruhan berkenaan bukan saja dengan
keluarga, melainkan juga kesejahteraan dunia secara keseluruhan.
i. Memiliki hubungan dekat dan secara emosional dengan orangorang ang dicintai.
j. Memiliki struktur karalter demokratis berkenaan dengan penilaian individu dan
mampu bersahabat bukan didasarkan pada ras, status, dan agama.
k. Memiliki etika yang berkembang terus.
l. Memiliki selera humor tinggi.
m. Memiliki selera kreativitas tinggi.
n. Menolak keseragaman kebudayaan.
Teori kepribadian Abraham Maslow terdiri di atas sejumlah asumsi dasar
tentang motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi pendekatan holistik terhadap motivasi,
yaitu: semua orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja yang termotivasi.
Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang bisa muncul dari
beberapa motif yang terpisah. Selain itu, motivasi tingkah laku tertentu bisa saja tidak
disadari atau tidak diketahui pribadi tersebut. Penerimaan Maslow terhadap pentingnya
motivasi yang tidak disadari adalah suatu pembeda utama dirinya dari Gordon Allport.
Jika Allport yakin seseorang yang bermain golf untuk mencari kesenangan main golf itu
sendiri. Namun, Maslow berpendapat lain dengan mencari berbagai alasan yang
melandasi dibalik kesenangan itu, yang sering kali lebih kompleks dari sekedar keinginan
untuk bermain golf. Ketiga adalah manusia termotivasi secara terus menerus oleh suatu
kebutuhan atau kebutuhan yang lainnya. Ketika suatu kebutuhan terpenuhi biasanya dia
kehilangan daya motivasinya, dan digantikan oleh kebutuhan lain. Keempat adalah
semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Cara
manusia diberagam budaya memperoleh makanan, mengungkapkan persahabatan, dan
seterusnya bisa sangat beragam namun, kebutuhan fundamental akan makanan, rasa
aman, dan persahabatan adalah fakta umum bagi seluruh spesies manusia.
Konsep perkembangan bagi Abraham Maslow adalah erat kaitannya dengan
gagasan-gagasannya tentang kemampuan. Hasilhasil penelitiannya membawanya sampai
pada kesimpulan bahwa perkembangan kearah aktualisasi diri merupakan sesuatu yang
wajar sekaligus perlu. Perkembangan diartikannya sebagai mekarnya bakatbakat,
kapasitas-kapasitas, kreativitas, kebijaksanaan dan karakter secara terus menerus.
Sedangkan pertumbuhan diartikan sebagai pemuasan secara progresif atas kebutuhan-
kebutuhan psikologis yang semakin meningkat. Maslow mengemukakan beberapa faktor
mengapa manusia itu gagal untuk berkembang dan tumbuh, diantarantaya adalah:
1) Naluri manusia itu cenderung lemah, akibatnya benih-benih pertumbuhan dengan
mudah dibuat tak berdaya oleh kebiasaankebiasaan buruk, lingkungan, budaya
yang kurang baik atau pendidikan yang kurang memadai atau bahkan keliru.
2) Lingkungan kebudayaan barat ada kecendrungan kuat untuk takut pada naluri-
naluri, kecendrungan untuk memandang semua naluri bersifat kebinatangan serta
hina.
3) Pengaruh negatif kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang rendah itu
ternyata kuat.
4) Kecenderungan pada orang dewasa untuk meragukan dan bahkan takut pada
kemampuan-kemampuan mereka sendiri, takut bahwa potensi mereka lebih besar
dari yang selama ini mereka sadari.
5) Lingkungan budaya dapat menghambat perkembangan manusia kearah aktualisasi
diri.
6) Sudah dikemukakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah
lebih fleksibel dari kebanyakan orang, lebih terbuka pada gagasan-gagasan dan
pengalaman-pengalaman baru. Tapi banyak dari manusia yang terkungkung
dengan masa lalunya, sehingga hal itu dapat menghambat proses perkembangan
manusia itu sendiri dan bahkan mereka tidak dapat mengaktualisasiakan dirinya.
Berikut ini ringkasan tentang beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di
sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow.
1) Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis
a) Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis.
b) Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur
yang tepat.
c) Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
d) Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif.
2) Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman
a) Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap
siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
b) Adanya ekspektasi yang konsisten.
c) Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem
pendisiplinan siswa secara adil.
d) Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/
ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas
perilaku negatif siswa.
3) Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan
a) Hubungan Guru dengan Siswa
 Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan
intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi
pendengar yang baik.
 Guru dapat menerapkan pembelajaran individua dan dapat memahami
siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar
belakangnya).
 Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif
dari pada yang negatif.
 Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan
keputusan setiap siswanya.
 Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan
kepercayaan terhadap siswanya.
b) Hubungan Siswa dengan Siswa
 Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja
sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa.
 Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum,
seperti olah raga atau kesenian.
 Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk
kepentingan pembelajaran.
 Sekolah mengembangkan tutor sebaya.
 Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
4) Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri
a) Mengembangkan Harga Diri Siswa
 Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang
dimiliki siswanya (scaffolding).
 Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa.
 Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa.
 Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi.
 Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan.
 Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung
jawab.
 Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara
pribadi, tidak di depan umum.
b) Penghargaan dari pihak lain
 Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap
siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling
mencemoohkan.
 Mengembangkan program “star of the week”.
 Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi
yang diperoleh siswa.
 Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa
untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
 Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan
yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri.
c) Pengetahuan dan Pemahaman
 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi
bidang-bidang yang ingin diketahuinya.
 Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual
melalui pendekatan discovery-inquiry.
 Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang
beragam.
 Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir filosofis dan
berdiskusi.
d) Estetik
 Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik.
 Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di
dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap
menarik.
 Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan.
 Memelihara sarana dan pra sarana yang ada di sekeliling sekolah.
 Ruangan yang bersih dan wangi.
 Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah.
5) Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri
a) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang
terbaiknya.
b) Memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah
kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
c) Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
d) Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif
siswa.
e) Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif.

D. TEORI KAREN HORNEY


Karen Danielsen Horney atau yang lebih dikenal Karen Horney lahir di Eilbek,
Jerman pada tanggal 15 september 1885. Dia anak ke-2 dari dua bersaudara dan anak
perempuan satu – satunya dari pasangan Berndt (Wackels) Danielsen dan Clothilda Van
Rozelen Danielsen. Ayahnya adalah seorang kapten kapal dengan berlatar belakang
Norwegia, sedangkan ibunya adalah orang Belanda. Ny. Danielson berusia 17 tahun lebih
muda dari suaminya dan wataknya sangat bertolak belakang dari suaminya. Psikologi
humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-
an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan. Psikologi humanistik menjadi dasar dari Teori humanistik.
Psikoanalitik Karen Horney mengembangkan salah satu teori yang paling
terkenal dari neurosis. Dia percaya neurosis yang dihasilkan dari kecemasan dasar yang
disebabkan oleh hubungan interpersonal. kondisi-kondisi sosial dan budaya, khususnya
pengalaman masa kanakkanak, sebagian besar bertanggungjawab bagi pembentukan
kepribadian manusia. Teorinya mengusulkan bahwa strategi yang digunakan untuk
mengatasi kecemasan seringkali digunakan secara berlebihan, menyebabkan mereka
mengambil bentuk kebutuhan. Menurut pandangan Karen Horney, manusia mengawali
hidupnya dengan perasaan tidak berdaya menghadapi kekuatan dunia yang secara
potensial penuh permusuhan (potentially hostile world) sehingga anak sepenuhnya
bergantung pada orangtua agar dapat bertahan. Secara alami, anak mengalami kecemasan
(anxiety), ketidakberdayaan (helpless) dan kerentanan (vulnerability) sehingga tanpa
bimbingan dari orangtua dalam membantu anak belajar mengatasi ancaman dari luar
dirinya, maka anak akan mengembangkan basic anxiety yang menjadi dasar dari
tumbulnya konflik-konflik di masa mendatang.
Basic anxiety adalah konsep utama Horney, yang mengacu pada perasaan
terisolasi dan tidak berdaya seorang anak dalam potentially hostile world. Secara umum,
Horney menyatakan bahwa segala sesuatu yang menggangu rasa aman dalam hubungan
anak dengan orangtuanya akan menghasilkan basic anxiety. Kecemasan dasar (basic
anxiety) berasal dari rasa takut; suatu peningkatan yang berbahaya dari perasaan tak
berteman dan tak berdaya dalam dunia penuh ancaman. Individu kemudian mengalami
proses melingkar, yang oleh Horney dinamakan lingkaran setan (vicious circle). Dimulai
sejak lahir, individu membutuhkan kehangatan dan kasih sayang untuk dapat menghadapi
tekanan lingkungan. Apabila kehangatan dan kasih sayang tidak cukup diperoleh, maka
individu menjadi marah dan muncul perasaan permusuhan karena diperlakukan secara
salah. Tetapi kemarahan harus direpres agar perolehan cinta dan rasa aman yang tidak
cukup itu tidak hilang sama sekali.
Terdapat banyak faktor dalam lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya
rasa tidak aman pada seorang anak, yaitu yang disebut oleh Horney sebagai basic evil,
yang meliputi dominasi langsung maupun tidak langsung, pengabaian, penolakan,
kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak, kurangnya bimbingan, penghinaan, pujian
yang berlebihan atau tidak adanya pujian sama sekali, kurangnya kehangatan, terlalu
banyak atau tidak adanya tuntutan tanggung jawab, perlindungan yang berlebihan,
diskriminasi, dan lain sebagainya. Rasa tidak aman (insecure) membuat anak
mengembangkan berbagai strategi untuk mengatasi perasaanperasaan isolasi dan tak
berdayanya. Horney (1942) via Olson (2013:232) mendeskripsikan 10 strategi untuk
meminimkan kecemasan dasar, yang disebut kecenderungan-kecenderungan neurotik atau
kebutuhankebutuhan neurotik yang disebut neurotic trends atau neurotic needs, yaitu:
1. Kebutuhan neurotik akan afeksi dan pengakuan.
Keinginan membabi-buta untuk menyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan
harapan orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima baik orang lain, sehingga
berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain, cenderung takut
berkemauan, dan sangat peka/ tergantung dengan tanda-tanda permusuhan dan
penolakan dari orang lain, dan perasaan permusuhan di dalam dirinya sendiri.
2. Kebutuhan neurotik akan pasangan yang dapat mengurusi dirinya.
Seseorang tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikat diri dengan partner
yang kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta, dan
ketakutan akan kesepian dan diabaikan.
3. Kebutuhan neurotik untuk membatasi hidupnya secara sempit.
Orang-orang neurotik seringkali berusaha untuk tidak menonjol, berada ditempat
kedua, dan merasa puas dengan stimulus yang sangat sedikit. Mereka menurunkan
kemampuan mereka ketingkat yang lebih rendah dan takut membuat permintaan yang
membebani orang lain.
4. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan.
Kekuatan dan kasih sayang memungkin dua kebutuhan neurotik yang terbesar.
Kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja
kekuatan dan melecehkan kelemahan, yang berwujud sebagai kebutuhan mengontrol
orang lain dan menolak perasaan lemah atau bodoh.
5. Kebutuhan neurotik untuk mengeksploitasi orang lain.
Neurotik sering mengevaluasi orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat
dimanfaatkan atau dieksploitasi, pada saat yang sama mereka takut dieksploitasi
orang lain.
6. Kebutuhan neurotik akan pengakuan sosial dan prestise pribadi.
Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi
nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian.
7. Kebutuhan neurotik untuk dikagumi.
Pengidap narkotik memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar
gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka. Inflasi harga diri yang terus
menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus menerus dengan penghargaan dan
penerimaan dari orang lain.
8. Kebutuhan neurotik untuk ambisi dan berprestasi.
Penderita neurotik sering memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik, contoh:
penjual terbaik, pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin menjadi yang
terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak
aman, harus mengalahkan orang lain untuk manyatakan superioritasnya.
9. Kebutuhan neurotik akan self-sufficiency dan kemandirian serta
Neurotik yang kecewa – gagal menemukan hubungan-hubungan yang hangat dan
memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan memisahkan diri tidak mau
terikat dengan orang lain, membuktikan bahwa mereka bisa hidup tanpa orang lain.
10. Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketaktercelaan.
Melalui perjuangan yang tidak mengenal lelah untuk menjadi sempurna, penderita
neurotik membuktikan harga diri dan superioritas pribadinya. Mereka sangat takut
membuat kesalahan dan mati-matian berusaha menyembunyikan kelemahannya dari
orang lain.

Selanjutnya, Horney mengklasifikasikan sepuluh kebutuhan tersebut menjadi tiga


orientasi menghadapi dunia, yaitu:

1. Moving toward people (kebutuhan nomor: 1,2,3)


Memiliki ciri-ciri seperti menganggap orang lain mempunyai arti yang sangat penting
dalam hidupnya, mempunyai sikap tergantung pada orang lain, ingin disenangi, dicintai
dan diterima, bersikap intrapunitif (suka menghukum/ menyalahkan diri sendiri) serta
mengorbankan diri sendiri dan tidak individualistis.
2. Moving against people (kebutuhan nomor 4,5,6,7,8)
Mempunyai ciri-ciri seperti bersikap agresif, oposisional (bertentangan dengan orang
lain), ingin menguasai dan menindas orang lain, tidak pernah memperlihatkan rasa takut
maupun rasa belas kasihan serta menjalin hubungan dengan orang lain berdasarkan
pertimbangan untung dan rugi. Sementara untuk orang yang memiliki orientasi.
3. Moving away from people (kebutuhan nomor 9 dan 10)
Mempunyai ciri-ciri seperti menjauh atau lari dari realitas, tidak mau mengadakan
keterlibatan emosi dengan orang lain baik dengan mencintai, berkelahi atau berkompetisi
dan individu ini selalu berusaha agar bisa hidup tanpa orang lain dan benar-benar tidak
ingin tergantung pada orang lain.

Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang sarat dengan dinamika diri, Horney
memaparkan empat macam konsep diri, yaitu diri rendah (despised real self), diri nyata (real
self), diri ideal (ideal self), dan diri aktual (actual self). Konflik intrapsikis yang yang
terpenting adalah antara gambaran diri ideal dengan diri yang dipandang rendah. Membangun
diri-ideal adalah usaha untuk memecahkan konflik dengan membuat gambaran bagus
mengenai diri sendiri. Diri rendah adalah kecenderungan yang kuat dan irasional untuk
merusak gambaran nyata diri. Ketika individu membangun gambaran diri ideal, gambaran
diri nyata dibuang jauh-jauh. Ini menimbulkan keterpisahan yang semakin jauh antara diri
nyata dengan diri ideal, dan mengakibatkan pengidap neurotik membenci dan merusak diri
aktualnya, karena gambaran diri aktual itu tidak bisa disejajarkan dengan kebanggaan
gambaran diri ideal. Kebanggaan neurotik adalah kebanggaan yang semu, bukan didasarkan
akan pandangan diri yang realistis, tetapi didasarkan pada gambaran palsu dari diri ideal.
Mekanisme percobaan Horney dalam teori belajar humanistik

1. Teknik Pemeriksaan
Metode yang Horney gunakan untuk memeriksa kedalam keberfungsian
kepribadian manusia secara esensi didukung oleh Freud—asosiasi bebas dan analisa
mimpi–walaupun dengan modifikasi tertentu.Mungkin kebanyakan dasar yang berbeda
dalam teknik antara Freud dan Horney adalah dalam hal hubungan antara analisis dan
pasien.Horney percaya bahwa Freud memainkan peranan yang terlalu pasif dan terlalu
jauh dan intelektual. Beliau percaya bahwa analisis seharusnya menjadi suatu “usaha
untuk memulai suatu kerja sama secara halus” antara pasien dan terapis, walaupun
analisis dengan sengaja memimpin proses yang ada.
2. Contoh Kasus Teori Horney
Anton dilahirkan di sebuah desa kecil dekat kota purwodadi. Ayahnya Sukardi
adalah seorang polisi, sedangkan ibunya Farida adalah seorang sekretaris di sebuah
perusahaan. Ibu Farida berusia 15 tahun lebih muda dari suaminya dan wataknya sangat
bertolak belakang dari suaminya. Ayah Anton adalah seorang yang taat beragama,
bersifat menguasai dengan keras sekali, angkuh, sering murung, dan pendiam, sementara
ibunya adalah seorang yang menarik, periang, dan berpikiran bebas. Ayahnya seringkali
berada di kantor tempat dia bekerja dalam waktu lama, dan ketika berada di rumah, sifat
menentang dan disiplin.
Saat Anton masih kecil dia sangat mengagumi ayahnya dan sangat merindukan
perhatian dan cinta kasihnya, tapi dia ditakut-takuti oleh ayahnya. Selalu teringat di
pikirannya “mata hitam ayahnya yang menakutkan” dan ketegangannya, serta sifat
banyak menuntut. Pada saat Anton masih kecil dia merasa ditolak oleh ayahnya. Ayahnya
seringkali melontarkan komentar-komentar bernada meremehkan tentang penampilan dan
intelegensinya. Dia merasa diremehkan dan tidak menarik. Hingga pada suatu saat Anton
mendekati ibunya untuk memperoleh cinta kasih dan rasa aman dari ibunya, namun hal
itu hanya sia-sia saja sehingga dia mengubah siasatnya.
Pada usia 10 tahun, Anton menjadi seorang anak yang ambisius dan suka
melawan. Dia memutuskan bahwa jika dia tidak dapat memperoleh cinta kasih dan rasa
aman, maka dia akan melakukan balas dendam kepada perasaan yang tidak mengenakkan
baginya. Beberapa tahun kemudian dia menulis, “Jika aku tidak bisa menjadi pemuda
yang tampan, maka aku harus menjadi pandai.” Dia berjanji untuk selalu menjadi yang
pertama di kelasnya.

Pembahasan mengenai implementasi dari teori humanistik yang dicetuskan Karen Horney
dalam pembelajaran dilaksanakan melalui tiga program, yaitu:

1. Confluent Education
Program ini memadukan atau mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif dengan
belajar kognitif di dalam kelas. Dalam program ini siswa dilibatkan secara pribadi di
dalam bahan pelajaran.
2. Open Education
Program ini disebut juga sebagai proses pendidikan terbuka. Menurut Walberg dan
Tomas (1972) Open Education memiliki delapan kriteria, yaitu:
a. Kemudahan belajar tersedia
b. Penuh kasih sayang, hormat, terbuka, dan hangat
c. Mendiagnosa peristiwa-peristiwa belajar
d. Pengajaran
e. Penilaian
f. Mencari kesempatan untuk pertumbuhan professional
g. Persepsi guru sendiri
h. Asumsi tentang para siswa dan proses belajar
3. Cooperative Learning
Belajar koperatif merupakan dasar yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi
siswa. Slavin (1980) menyatakan bahwa Cooperatif learning memiliki tiga karakteristik,
yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kecil (4-6 anggota), komposisi ini tetap selama
berminggu-minggu.
b. Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat
akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.
c. Siswa diberi reward atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

Cooperative learning dapat dilakukan melalui model pembelajaran kooperatif,


seperti:Team Game Tournament (TGT), Student Team-achievement Division (STAD),
Jigsaw, dll.
Di bawah ini terdapat beberapa saran yang mungkin dapat membantu memotivasi
siswa untuk menyiapkan diri dan melaksanakan test tanpa merasa cemas, yaitu:

1. Tes harus dimaksudkan untuk diagnosa, bukan untuk menghukum siswa yang gagal
mencapai harapan-harapan guru dan orang tua.
2. Hindari menentukan berhasil atau tidaknya siswa hanya dari hasil satu test.
3. Hindari pelaksanaan ujian tanpa pemberitahuaan.
4. Kurangi peranan ujian-ujian yang bersifat kompetitif bila siswa tidak sanggup
bersaing.
5. Jadwalkan pertemuan-pertemuan pribadi dengan siswa sesering mungkin untuk
mengurangi kecemasan dan untuk mengarahkan belajar apabila perlu.
6. Rahasiakan taraf dan nilai-nilai siswa dari siswa-siswa lainnya
Meskipun demikian, kritik dari teori Karen Horney mempunyai beberapa argumentasi:

1. Karen Horney dipandang sebagai penyumbang teori psikoanalisis yang penting


sepanjang hidupnya, tetapi sesudah ia meninggal (1952), karyanya banyak dilupakan
orang.
2. Kekuatan teori Horney ada pada deskripsi mengenai neurosis.
3. Dari sisi lain, dengan segala kekurangan metodologisnya, organisasi pengetahuan
tentang neurosis dari teorinya cukup signifikan.
4. Teori Horney dianggap lebih berhasil dalam fungsinya sebagai panduan pemecahan
masalah.
5. Teori humanistik ini dikritik karena sukar digunakan dalam konteks yang lebih
praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat daripada dunia
pendidikan.
6. Horney tidak memiliki pengikut yang dapat melanjutkan dan mengembangkan
teorinya.

Anda mungkin juga menyukai