Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN

REPRODUKSI PADA NN. I 21 TAHUN DENGAN FLUOR ALBUS


FISIOLOGIS DI CIPERNA TAHUN 2020

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktik Kebidanan Komprehensif

Disusun Oleh :

Gita Ningtias
P2.06.24.6.17.022

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat serta berkat-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi
Pada Nn. I 21 tahun dengan Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.” dalam
rangka untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif.
Dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada yang terhormat :
1. Elfi SST., MPH selaku kepala program studi DIV Kebidanan Cirebon
2. Rinela Padmawati, SST., MPH selaku penanggung jawab praktik kebidanan
komprehensif
3. Neneng Marini, ST. Keb selaku dosen pembimbing
Penulis menyadari bahwa pada laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
di laporan yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
pembaca yang berminat dalam pelayanan kebidanan kasus kesehatan reproduksi.
Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Cirebon, Oktober 2020

Penulis

i 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
A. Kesehatan Reproduksi...................................................................................3
B. Keputihan......................................................................................................5
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................14
BAB V PENUTUP.................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
ii

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi-fungsinya
dan  prosesnya (Widyastuti, 2009).
Kesehatan reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ
intimnya. Tentu kita perlu sadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat
penting. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau
higienitas, terutama pada daerah sekitar vagina. Dalam vagina terdapat
mikroorganisme (flora normal) yang bila tidak di jaga dapat terganggu
keseimbangan. Bila hal ini terjadi maka akan timbul gangguan dan keluhan pada
daerah tersebut, salah satu gejala adanya gangguan adalah melalui timbulnya
keputihan (Purnama, 2011).
Keputihan merupakan istilah lazim digunakan oleh masyarakat untuk
menyebut penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada daerah kewanitaan.
Penyakit keputihan merupakan masalah kesehatan yang spesifik pada wanita.
Sebanyak 505 pelajar putri di sekolah menengah dan perguruan tinggi pernah
mengalami keputihan ketika berusia kurang dari 25 tahun.
Keputihan bisa dikategorikan normal yaitu berkaitan dengan siklus menstruasi,
yang terjadi menjelang ataupun setelah menstruasi atau bisa juga keluar saat kita
sedangmengalami stress atau kelelahan (Purnama, 2011).
Tetapi ada juga jenis keputihan akibat suatu gangguan seperti infeksi parasit,
bakteri, jamur atau virus pada vagina. Biasanya keputihan jenis ini bisa bervariasi
dalam warna, berbau, dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau terbakar di
sekitar vagina.

4
Oleh karenanya pada makalah ini, penulis akan membahas dan menganalisis
kasusu keputihan yang terjadi pada wanita dengan judul Asuhan Kebidanan
Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan Fluor Albus Fisiologis. 2

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada
1 Nn. I 21 tahun dengan Fluor Albus
Fisiologis.di Ciperna tahun 2020?”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21
tahun dengan Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian data subjektif secara terfokus pada
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan
Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
b) Mampu melakukan pengkajian data objektif secara terfokus pada
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan
Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
c) Mampu melakukan analisis yang tepat pada Asuhan Kebidanan
Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan Fluor Albus
Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
d) Mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai kebutuhan pada
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan
Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
e) Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis

5
Penyusunan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai menambah
wawasan yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan dan sebagai kontribusi untuk perkembangan ilmu pelayanan
kebidanan khususnya dalam hal kesehatan reproduksi, serta sebagai bahan
referensi dan studi pustaka dalam pendokumentasian asuhan kebidanan. 3
2. Manfaat Praktis
Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak Serta meningkatkan
asuhan kebidanan reproduksi dalam memberikan pelayanan serta asuhan
sehingga dapat ditangani secara cepat dan tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KESEHATAN REPRODUKSI
1. Definisi
Kesehatan reproduksi (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan
prosesnya (Dwi, 2013).
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan :
a) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b) Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk
PMSHIV/AIDS.
c) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
d) Kesehatan reproduksi remaja
e) Pencegahan dan penanganan infertile
f) Kanker pada usia lanjut
g) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik,
mutilasi genital, fistula, dll.
3. Hak-Hak Reproduksi

6
Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan, disepakati hal-
hal reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu
secara utuh, baik kesehatan rohani dan jasmani, meliputi (Dwi, 2013) :
a) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
d) Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
e) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan 5
f) Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
g) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual
h) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi 4
i) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
j) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
kehidupan kesehatan reproduksi
l) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
Menurut BKKBN tahun 2000, kebijakan teknis operasional di
Indonesia untuk mewujdkan pemenuhan hak-hak reproduksi :
a) Promosi hak-hak kesehatan reproduksi
b) Advokasi hak-hak kesehatan reproduksi
c) KIE hak-hak kesehatan reproduksi
d) System pelayanan hak-hak reproduksi

B. KEPUTIHAN
1. Definisi

7
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi
gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Ida, 2016).
2. Patofisiologi
Pada daerah kewanitaan terdapat bakteri yang baik yang disebut dengan
basil Doderlein. Dalam keadaan normal jumlah basil ini cukup dominan dan
membuat lingkungan vagina bersifat asam sehingga vagina mempunyai
daya proteksi yang cukup kuat. Disamping itu vagina juga mengeluarkan
sejumlah cairan yang berguna untuk melindungi diri terhadap infeksi (Ida,
2016).
3. Jenis-Jenis Keputihan
6
Jenis keputihan dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Bersifat FISIOLOGIS(keputihan normal) adalah keputihan yang
terjadi pada masa ovulasi yaitu kurang lebih 12 - 14 hari setelah
menstruasi. Pada saat terangsang seksual atau mengalami stres
emosional. Keputihan seperti ini wajar terjadi pada wanita.
Keputihan normal Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-
16 menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama proses
ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan vaskularisasi dari
endometrium yang menyebabkan endometrium menjadi sembab.
Kelenjar endometrium menjadi berkelok-kelok dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum sehingga
mensekresikan cairan jernih yang dikenal dengan keputihan (Ayu,
2016).
b)  Bersifat PATOLOGIS (Keputihan abnormal atau penyakit
keputihan) adalah gejala keluarnya lendir secara berlebihan,
berwarna putih dan berbau, gatal, jarang terjadi rasa nyeri. 

4. Tanda dan Gejala Keputihan

8
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa
mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-
ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening, kadang-kadang
putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan keluhan, seperti rasa
gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit (Ayu, 2016).
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala
keputihan tersebut dapat disebabkan oleh:
Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :
a.       Cairan yang keluar encer
b.      Berwarna bening/krem/tidak berwarna
c.       Tidak berbau
d.      Tidak gatal 7

e.       Jumlahnya sedikit atau cukup banyak


 Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :
a.       Cairan yang keluar bersifat keruh dan kental
b.      Berwarna putih susu, kekuningan, keabu-abuan atau kehijauan
c.       Terasa gatal
d.      Berbau tidak sedap, busuk atau amis
e.       Menyisakan bercak pada pakaian dalam
f.       Jumlahnya banyak

5. Etiologi Keputihan
Adapun penyebab terjadinya keputihan adalah sebagai berikut :
a) Jamur Candidas atau Monilia
Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
pada kemaluan.  Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Biasanya, penyakit kencing manis dan rendahnya daya
tahan tubuh menjadi pemicu.
b) Parasit Trichomonas Vaginalis
Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir
kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau

9
kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak
menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.
c) Bakteri Gardnella
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan
kebauan, berair, berbuih, dan berbau amis. Dapat memicu munculnya
penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoe.
d) Faktor hygiene yang jelek
Kebersihan yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal
ini terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri
patogen penyebab infeksi mudah menyebar.
e) Pemakaian obat-obatan (antibiotik) dalam waktu lama.
Pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat
menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh. wanita yang
8
mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.
f) Stres
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak
mengalami stress maka hormonal di dalam tubuh mengalami
perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya
keputihan. wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi /
keputihan yang disebabkan oleh stres.
g)  Alergi
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang
dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti
tampon, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana
dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan
atau iritasi yang berlangsung lama.
h) Penyakit organ kandungan
Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan,
misalnya peradangan, Tumor (misalnya papiloma, sering
menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau), kanker

10
rahim atau kanker serviks (leher rahim) (cairan yang keluar bisa
banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah).
i) Keluarnya mucus servix (tidak haid)
Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam
sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal.
Akibat rasa gatal divagina, maka garukan yang sering dilakukan
menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan
menyebabkan keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen karena
remaja putri masih mengalami ketidak seimbangan hormonal.
Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama beberapa
tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama).

6. Penanganan
a) Selalu menjaga kebersihan, diantaranya:
1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga
9

agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.


2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa
basah dan lembab.
3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah
timbulnya iritasi pada vagina.
4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang
mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena
hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat
merangsang munculnya jamur atau bakteri.
5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari
arah depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari
anus ke vagina.
6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi
Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang
tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat
mandi atau cebok.

11
b) Memperhatikan pakaian, diantaranya:
1) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya
segera diganti dengan yang kering dan bersih. Minimal sehari 2 kali.
2) Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang
terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ
kewanitaan.
3) Tidak duduk dengan pakaian basah(misalnya: selesai olahraga dan
selesai renang karena jamur lebihsenang pada lingkungan yang
basah dan lembab.
4) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun
menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap
terjaga.

c)  Mengatur gaya hidup, diantaranya:


1) Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom 10

2) Mengendalikan stres
3)  Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan
serangan infeksi.
4)  Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan
tinggi gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.Kegemukan dapat
membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi
udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina.
6) Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan
antibiotik oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik
tersebut sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri
tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 SOAP KESPRO

ASUHAN KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN


REPRODUKSI PADA NN. I 21 TAHUN DENGAN FLUOR ALBUS
FISIOLOGIS.DI CIPERNA TAHUN 2020

Hari, tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020


Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ciperna

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata

13
Nama : Ny. I
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Ciperna
:
2. Riwayat
Pasien datang dengan keluhan keputihan, telah dirasakan sejak 2-3 bulan.
Biasanya muncul 3 hari menjelang menstruasi. Jumlah sedang, warna
bening, tekstur cair. Tidak gatal, tidak ada benjolan di sekitar vagina dan
tidak berbau. Biasanya satu kali ganti celana dalam. Menstruasi normal
lamanya 5-8 hari setiap bulannya. Tidak sedang meminum antibiotic.
Sering mengonsumsi makanan instan, jungfood, berminyak seperti
gorengan. Jarang olah raga semenjak pandemic, mudah stress karena
tugas. 12
B. DATA OBJEKTIF
1. KU : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. TTV
- Nadi 11 : 79 x/menit
- TD : 100/80
- Pernapasan : 18 x/menit
- Suhu : 37,1oC
4. Status Gizi :
- BB : 46,5 kg
- TB 160 cm
5. Mata : Konjungtiva an anemis, sclera an
: ikterik
6. Dada : Irama jantung regular, paru-paru
tidak ada bunyi ronchi maupun
wheezing

14
7. Abdomen : Tidak ada masa, tidak ada nyeri
tekan
8. Genitalia : Pasien menolak

C ANALISIS
Nn. I 21 tahun dengan fluor albus fisiologis
D PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan pasien: Hubungan baik terbina
2. Melakukan informed concent sebelum pemeriksaanPasien bersedia
3. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien: Respon baik
4. Memberikan KIE tentang:
- Menganjurkan untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan, respon
baik
- Menganjurkan sering mengganti celana dalamjika sudah merasa
tidak nyaman, respon baik
- Menganjurkan untuk tidak menggunakan celana yang terlalu ketat 13
dengan waktu yang lama, respon baik
- Menganjurkan untuk tidak sering menggunakan pentiliner (gunakan
sewajarnya), respon baik
- Menganjurkan untuk memperbaiki pola makan dan asupan nutrisi,
respon baik
- Menganjurkan untuk melakukan aktivitas fisik, respon baik
- Mengnjurkan untuk mengelola stress, respon baik
- Menyampaikan tentang tanda tanda keputihan yang tidak normal,
respon baik
5. Mendidkusikan tentang control selanjutnya, atau periksa ke fasilitas
kesehatan jika keputihan berulang dan disertai tanda yang todak
normal, respon baik

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data subjektif, diperoleh bahwa Nn. I mengeluh


mengalami keputihan yang terjadi saat menjelang menstruasi, berwarna
bening, tidak berbau dan tidak gatal. Berdasarkan teori (Ayu, 2016)
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-ciri dari
keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening, kadang-kadang putih
kental, tidak berbau, dan tanpa disertai dengan keluhan, seperti rasa gatal,
nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit. Oleh karenanya keputihan yang
di alami oleh Nn. I termasuk ke dalam keputihan yang fisioligis.

16
Berdasarkan hasil data subjektif di peroleh bahwa Nn. I tidak sedang
mengonsumsi obat antibiotic apapun. Menurut (Ida, 2016) menyatakan
bahwa Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan
antibiotik oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut
sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan
keputihan tidak datang lagi. Oleh karennaya penyebab keputihan bukan dari
obat-obatan.
Berdasarkan hasil data subjektif di peroleh bahwa Nn. I jarang berolah
raga sejak pandemic. Menurut (Ida, 2016) Rajin berolahraga agar stamina
tubuh meningkat untuk melawan serangan infeksi. Oleh karenanya
kurangnya aktivitas fisik bisa menjadi faktor penyebab keputihan.
Berdasarkan hasil data subjektif di peroleh bahwa Nn. I sering
mengonsumsi makanan instan, dan siap saji sejak pandemic. Menurut (Ida,
2016) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi
gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri
yang merugikan. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.Kegemukan
15
dapat membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi
udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina. Oleh karenanya
mengonsumsi makanan jungfood atau siap saji terlalu sering dapat menjadi
faktor penyebab keputihan.
Berdasarkan hasil data subjektif di peroleh bahwa Nn. I mengeluh
mudah stress karena tugas. 14
Menurut (Ida, 2016) stress yang dialami
sesorang wanita dapat memicu keputihan karena merubah kadar hormone
dalam tubuh. Oleh karenanya Nn. I perlu mengelola stressnya dengan baik.
Berdasarkan hasil data objektif, semua termasuk ke dalam batas normal.
Oleh karennaya asuhan yang diberikan sebagai penatalaksanaan masalah
yang di alami Nn . I adalah dengan mengatur pola hidupnya. Karena
menurut (Ida, 2016) keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu
gejala. Gejala tersebut dapat diatasi dengan mengatur pola hidup sehat dan
menjaga personal hygine.

17
Secara keseluruhan tidak ada kesenjangan antara teori dan temuan
kasus di lapangan terkait dengan masalah keputihan yang sedang di alami
oleh Nn. I.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Nn. I dapat
disimpulkan bahwa penulis:
a) Mampu melakukan pengkajian data subjektif secara terfokus pada
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan
Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.

18
b) Mampu melakukan pengkajian data objektif secara terfokus pada
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan
Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
c) Mampu melakukan analisis yang tepat pada Asuhan Kebidanan
Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan Fluor Albus
Fisiologis di Ciperna tahun 2020.
d) Mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat sesuai kebutuhan pada
Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. I 21 tahun dengan
Fluor Albus Fisiologis.di Ciperna tahun 2020.
e) Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

B. SARAN
Diharapkan bidan maupun calon bidan dapat melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif sehingga mampu meningkatkan angka
kesehatan reproduksi khususnya pada wanita.

DAFTAR PUSTAKA
16

Ayu, G. M. (2016). Keputihan Pada Wanita. Earth, Moon and Planets, 100(3–4),
137–156. https://doi.org/10.1007/s11038-006-9134-2
Dwi, R. W. (2013). Modul Kesehatan Reproduksi. Kesehatan.Jurnal Kebidanan
Ida, B. (2016). SAP Keputihan Remaja. Kuliah Bidanku.Jurnal Kebidanan
Purnama. (2011). Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi.Jurnal Kebidanan

19
17

20

Anda mungkin juga menyukai