BAB I-5 Plus Dafpus
BAB I-5 Plus Dafpus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
80,000,000
Mobil Penumpang
60,000,000 Mobil Bis
Mobil Barang
Sepeda motor
40,000,000
JeniskKendaraan
2014 2015 2016
Bermotor
MobilkPenumpang 12.599.038 13.480.973 14.580.666
MobilkBis 2.398.846 2.420.917 2.486.898
MobilkBarang 6.235.136 6.611.028 7.063.433
Sepedakmotor 92.976.240 98.881.267 105.150.082
Jumlahk 114.209.260 121.394.18 129.281.079
6
5
31.30433 33.29251 35.40316
Prosentasek
1.988174 2.110658
Peningkatan k
Sumber: BPS tahun 2017
Tabel 1.2: Data Kecelakaan Lalu Lintas dan Korban Tahun 2016
2014 2015 2016
Data kecelakaank 95.906 98.97 105.374
Korban MDk 25.859
Korban LBk 22.939
Korban LRk 120.913
Sumber: BPS tahun 2017
140
120.91
120
105.37
98.97
95.91
100
80
2014
2015
60
2016
40
25.86 22.94
20
0
Data kecelakaan Korban MD Korban LB Korban LR
S
Gambar 1.3: Histogram Data Kecelakaan Lalu Lintas dan Korban Tahun 2016
B. Batasan Penelitan
14
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, selanjutnya disajikan rumusan
masalah yaitu “Bagaimana manajemen Sekolah Tinggi Transportasi Darat Jawa
Barat”?
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Sekolah
1. Definisi Kinerja Sekolah
Menurut Usman (2013:13) manajemen pendidikan dapat diartikan
sebagai seni dan illmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien. Salah satu beberhasilan kinerja sekolah
ditentukan oleh berdasarkan kemampuan setiap individu dalam memberikan
dukungan kepada lembaga (sekolah) yang merupakan tempatnya bekerja.
Dukungan yang diberikan kepada sekolah sebagai berikut: all human beings
have five basic needs that influence the choices they make to behave in certain
ways: Survival, Power, Freedom, Belonging, and Fun. Glasser asserted that
the five basic needs are so powerful in influencing behavior choices that all
individuals choose behaviors that best attempt to meet their basic needs. The
institute offers personalized, long-term professional development to teams of
educators. Individual teams, consisting of two teachers, an administrator, and
a technology coordinator, form a local professional learning community that
attends three days of face-to-face meetings and also works online with an
experienced e-mentor between meetings. Through the course of the institute,
members of the learning communities. Knowledgeable and experienced
instructors and effective interactive instruction Collaboration in small groups
with classmates and cohort model Networking opportunities Practical direct
application Practical applications Professional with recent experiences
taught the classes (practical knowledge, expertise). Useful content Flexibility
(class schedules, course offering, and time) Course offering flexibility
Networking opportunities (Brown, 2007; Brooks 2007; Edmonds, 2007)
17
1). Faktor yang bersumber dari diri individu. Faktor ini meliputi inisiatif,
minat, persepsi karyawan terhadap pekerjaan, moralitas kerja karyawan
yang menyangkut semangat kerja dan keinginan untuk berpartisipasi
secara aktif serta keadaan fisik karyawan yaitu ketajaman penglihatan,
kekuatan fisik, motivasi karyawan, tingkat kecerdasan karyawan dan
sistem kerja karyawan.
2). Faktor yang bersumber dari luar individu. Faktor ini berhubungan dengan
lingkungan fisik tempat kerja, misalnya penerangan, radiasi ruangan,
tempat kerja, kebijaksanaan organisasi dan hubungan unit dalam sekolah.
4. Manfaat Penilaian Kinerja Sekolah
Pada umumnya, orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa penilaian kinerja para
22
1. Reputasi
2. Kepribadian personal
3. Jaminan hasil kerja
4. Sikap personel yang tenang dan efektif
5. Sikap personel yang informatif
e. Emphaty, kemampuan sekolah melalui karyawan dalam memberikan
perhatian yang sifatnya pribadi. Kepedulian yang tinggi terhadap
pelanggan yang mengalami kesulitan atau tidak dapat menggunakan
fasilitas yang diberikan atau mengalami permasalahan-permasalahan
dalam proses pembelajaran.
Indikator Emphaty: (Zulian Yamit, 2002:106)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini, yaitu “Studi Tentang Variasi Kinerja Pusdiklat Perhubungan
Darat Jawa Barat Diukur Dari Manajemen Sekolah Tinggi”, maka penelitian
yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu peneliti memahami
dan menghayati keefektifan, keberhasilan dan perkembangan sistem
pendidikan sekolah tinggi ini yang terfokus pada manajemen/pengelolaan
sekolah dalam meningkatkan kinerjanya. Penelitian kualitatif pada hakikatnya
ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, serta memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia dan
sekitarnya, dan karena itu peneliti harus turun di lapangan (S Nasution, 1988)
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Hal
senada diungkapkan oleh Furchan bahwa pendekatan kualitatif merupakan
“prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan
dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri”.
Furchan, 1994:45)
Di dalam penelitian ini teori yang dikumpulkan adalah data tentang peran
kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Tinggi
Transportasi Darat Jawa Barat. Kemudian dilakukan beberapa kali pengumpulan
data lagi. Hasilnya dianalisis dan dibandingkan dengan teori sementara hasil
pengumpulan data pertama, sehingga tersusun teori sementara lagi. Kemudian
dilakukan beberapa kali pengumpulan data lagi. Hasilnya dianalisis dan
dibandingkan dengan teori-teori sementara hasil pengumpulan data
sebelumnya sehingga tersusun teori sementara lagi. Begitulah seterusnya
29
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga kehadiran
peneliti di lapangan sangat esensial dan diperlukan secara optimal. Dalam
penelitian ini, peneliti sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul data
yang disebut key instrument.
Dalam hal ini, peneliti berusaha menjelaskan peran kepala sekolah dalam
peningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Tinggi Transportasi Darat Jawa
Barat.
B. Kehadiran Peneliti
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menggunakan
peneliti sebagai instrumen mempunyai keuntungan dan kekurangan. Adapun
keuntungan peneliti sebagai instrumen adalah subyek lebih tanggap dengan
30
ini peneliti tidak saja studying people, tetapi learning from people. Disamping
meneliti manusia juga belajar dari manusia.
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah dua tempat
yaitu: lokasi Sekolah Tinggi Transportasi Darat Jawa Barat. Pemilihan sekolah
ini didasarkan atas: 1) peneliti sudah mengetahui situasi dan kondisi sekolah, 2)
sekolah tersebut dari tahun ke tahun ada peningkatan prestasi dalam hal
meluluskan anak didiknya, prestasi akademik dan non akademik tingkat nasional
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 3) Peneliti ingi mengetahui Peran Kepala
Sekolah sebagai Administrator Dalam Meningkatan Mutu Pendidikan 4) Peneliti
ingin mengetahui Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sekurang-kurangnya
pengadakan penelitian selama 3 bulan dengan langkah-langkah yang telah
direncanakan sebelumnya.
D. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subjek dimana data diperoleh. (Arikunto, 2016:102) Sedangkan
menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.(Moleong 2002:112) Berkaitan dengan
hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, foto dan statistik.
Adapun jenis sumber data terdiri dari dua macam, yaitu: pertama, sumber
data primer. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah, dan
disajikan oleh peneliti dari sumber utama, yang dapat berupa kata- kata atau
32
tindakan. Dalam hal ini yang akan menjadi sumber data primer/utama adalah
hasil wawancara dengan kepala balai, staf pengajar, kepala tata usaha dan
beberapa karyawan lainnya.
Jenis Sumber data yang kedua adalah sumber data sekunder. Sumber data
sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data
yang diperlukan oleh data primer/data utama. Yaitu dapat berupa letak
demografis suatu daerah, buku-buku, makalah, arsip, dokumen pribadi serta
dokumen resmi (Suryabrata, 1998:84).
1) Narasumber (informan)
Dalam penelitian kualitatif, sumber data disebut narasumber, partisipan,
informan, teman, guru atau konsultan dalam penelitian. (Satori dan Komariah,
2009:48). Posisi narasumber sangat penting bukan sekedar ember respon,
melainkan juga sebagai pemilik informasi. Dalam penelitian ini, sebagai
sumber informasinya adalah 1) Pimpinan, 2) pengajar/dosen, dan 3)
Staf/karyawan.
1. Observasi partisipan
Observasi dilakukan untuk menggali data dari sumber data yang berupa
peristiwa, tempat, benda, serta rekaman dan gambar. 25 Cara ini dilakukan
dengan cara peneliti meibatkan diri secara langsung pada kegiatan yang
dilakukan oleh subjek penelitian dalam lingkungannya, selain itu juga
mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk catatan lapangan.
2. Wawancara mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
dua pihak.26 Metode ini digunakan dengan tujuan unuk mengetahui secara
detail dan mendalam dari informan terhadap fokus yang diteliti. Melalui
metode wawancara peneliti akan mendaapatkan berbagai data yang akurat dan
sangat diperlukan dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Data penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia
melalui observasi dan wawancara, namun data dari sumber non manusia
34
seperti dokumen, foto, dan bahan statistik juga perlu untuk disajikan guna
memperkuat hasil temuan penelitian.
!..................................................!
DATA REDUCTION
!....................!.............................................................!
Anticipatory Post
DATA REDUCTION
!.................................................................!
During Post
CONCLUTION DRAWING/VERIFICATION
!.................................................................!
Gambar 3.1
b) Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif berbentuk teks/kalimat
yang bersifat naratif. Selain itu bisa juga berupa grafik, matrik, network dan
chart. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, lalu merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut.
Reduksi Data
Kesimpulan
Kedua kasus ini dijadikan temuan sementara untuk kemudian pada tahap
akhir dilakukan analisis secara simultan untuk membentuk dan menyusun
konsepsi tentang persamaan kasus I dan kasus II secara sistematis. Pada proses
inilah dilakukan analisis lintas kasus antara kasus I dan kasus II dengan tehnik
38
Pengumpulan
Temuan SementaraKasus I Pengumpulan Kasus II
Temuan
Menyusun Sementara
Analisis Data Kasus I Temuan Sementara Kasus II
Temuan Akhir
39
1. Kredibilitas
Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang
berhasil dikumpulkan sesuai dengan dunia nyata serta terjadi
sebenarnya Untuk mencapai nilai kredibilitas ada beberapa teknik yang
disampaikan oleh Lincoln dan Guba sebagaimana dikutip Sri Rahmi,
yaitu teknik triangulasi sumber, pengecekan data, kehadiran peneliti di
lapangan, diskusi teman sejawat, pengamatan secara terus- menerus,
pengecekan kecukupan referensi. Kriteria ini dipergunakan untuk
membuktikan, bahwa data seputar manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru yang diperoleh dari beberapa data di
lapangan benar-benar mengandung nilai kebenaran (truth value)
selanjutnya merujuk pada pendapat Lincoln dan Guba, (1995:301).
Pengecekan kredibilitas derajat kepercayaan data perlu dilakukan
untuk membuktikan apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar
telah sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di
lapangan.
2. Dependabilitas
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan
terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan data sehinga
data dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Kesalahan banyak
disebabkan faktor manusia itu sendiri terutama peneliti sebagai
instrumen kunci yang dapat menimbulkan ketidak-percayaan kepada
peneliti. Mungkin karena keletihan atau karena keterbatasan mengingat
sehingga membuat kesalahan.
43
3. Konfirmabilitas
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang
dilakukan dengan cara mengecek data serta informasi dan interpretasi
hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan
audit (audit trail).
BAB IV
Salah satu aspek yang juga penting dalam perencanaan adalah pembuatan
keputusan, proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk
45
Perencaan mempunyai unsur-unsur yang jelas dan saling berkaitan satu sama
lain. Dalam hal ini kepala institusi juga memaparkan Identifikasi unsur-unsur
perencanaan yang dilakukan adalah:
3) Struktur keputusan.
Menurut salah satu dosen mata kuliah Metodologi Penelitian (Bapak Saroso)
memaparkan tentang sifat perencanaan manajemen yang dilakukan terkait beberapa
sifat perencanaan manajemen di Sekolah Tinggi Transportasi Darat laksanakan,
yaitu:
a. Bersifat menyeluruh.
b. Bersifat integrasi yang fragmentasi (merangkum berbagai unsur, seperti dana
dan tenaga).
c. Bersifat fleksibel.
d. Menggunakan sarana yang bersifat analitis, sehingga dapat diperoleh
pengukuran efisien.Ada tatanan struktur, ada proses komposisi dan
mempunyai sifat yang menetap (baku).
48
Berangkat dari visi, dan misi tujuan peningkatan mutu tersebut, institusi
bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka
panjang atau jangka pendek (tahunan) termasuk anggarannya. Program tersebut
memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok
dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan
program institusi ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan
dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan. Program
institusi yang disusun bersama-sama antara institusi, orang tua dan masyarakat ini
sifatnya berbeda satu institusi dengan institusi lainnya sesuai dengan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam
pengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu siswa, maka program yang
disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan memperhatikan
kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah-langkah untuk penyampaiannya
di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.
Merumuskan Tujuan
Perencanaan
Mengkaji Manfaat
Bentuk Perencanaan
Tujuan/Target/Sasaran Perencanaan
baru disebagian kecil dari unsur institusi yang mengalami peningkatan, hal ini
dapat dikatakan masih belum optimal.
Institusi pusat memiliki peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi
dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, harapan dan standar bagi siswa untuk belajar
dan menyediakan dukungan komponen pendidikan yang relatif baku atau
standar minimal. Konsep ini menempatkan pemerintah dan otoritas pendidikan
lainnya memiliki tanggung jawab untuk menentukan kunci dasar tujuan dan
59
pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan yang khas atau muatan lokal.
Demikian pula mengirim dosen untuk berlatih di institusi yang dianggap tepat.
Sebagai kepala sepertinya beliau lebih bersandar pada kerja sama dalam
menjalankan tugas di bandingkan bersandar pada kekuasaan dan
Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri dosen dan staf
administrasi, bukannya menciptakan rasa takut.
3. Beliau mampu mengupayakan team work yang kompak dan cerdas, serta
membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya,
menumbuhkan solidaritas/kerj asam a/kolaborasi dan bukan kompetisi
sehingga terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian
hasil/output institusi.
Beliau mampu dan sanggup memberdayakan institusinya, terutama sumber
daya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluesan dan sumber dayanya.
1) Dosen
Dalam pelaksanakan implementasi manajemen berbasis sekolah, dosen
memegang peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar, dosen
merupakan motor penggerak didalam kelas dan salah satu penentu bagi keberhasilan
peningkatan mutu berbasis sekolah. Secara umum para dosen yang ada di Sekolah
Tinggi Transportasi Darat sangat mendukung program MBS di Institusi ini.Hal ini
terlihat dari antusiasme mereka didalam memberikan pelajaran di kelas.
Deskripsi data di atas menjelaskan bahwa para dosen yang ada di Sekolah
Tinggi Transportasi Darat mempunyai antusiasme yang tinggi terhadap penerapan
65
implementasi MBS. Hal ini di dukung oleh penjelasan kepala institusi sebagai
berikut:
Respon dosen terhadap kegiatan MBS bagus, artinya saya lihat dari
semangat mereka untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan workshop
tentang pengajaran berbasis sekolah, dan hal-hal yang bersifat menambah
wawasan di institusi ini.
panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, para dosen yang
mengajar di Sekolah Tinggi Transportasi Darat telah mempersiapkan diri dengan
segala kewajiban, baik di dalam mengelola manajemen kelas maupun persiapan
isi materi pengajaran.
1) Mahasiswa
Formulasi peningkatan kualitas institusi yang dilaksanakan oleh manajemen
Sekolah Tinggi Transportasi Darat dapat dilihat dari output siswa-siswinya.
Peningkatan mutu, sejatinya merupakan interpretasi dari perencanaan implementasi
manajemen berbasis sekolah yang berorientasi bagi peningkatan kualitas pendidikan
yang berdasarkan visi dan misi serta, tujuan yang diputuskan Kepala Institusi secara
kolaboratif dan partisifasif dalam kebijakan peningkatan mutu pendidikan.Para
siswa-siswi yang belajar di Sekolah Tinggi Transportasi Darat berjumlah 577 siswa.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa elemen tugas-tugas yang tercakup dalam
bidang kurikulum sebagaimana observasi penulis terhadap dokumen renstra Sekolah
Tinggi Transportasi Darat tahun 2011 – 2015 bahwa manajemen kurikulum Sekolah
Tinggi Transportasi Darat berfungsi:
Bahwa saat ini yang menjadi fokus perhatian utama dalam implementasi
MBS di Sekolah Tinggi Kabanjehe mengacu kepada 1. Kurikulum 2.
Proses belajar mengajar 3. Lingkungan institusi.
Dari deskripsi data di atas menjelaskan bahwa yang menjadi target utama
Sekolah Tinggi Transportasi Darat mengembangkan kurikulum berbasis sekolah
mengacu kepada standar kurikulum nasional yang lebih menekankan kepada standar
isi dan standar kompetensi lulusan. Sejalan dengan hal itu sesuai dengan UU Nomor
20 Tahun 2003 dan berdasarkan observasi dokumen renstra tahun 2010/2011 pada
tanggal 09 Maret 2011, bahwa pengembangan kurikulum Sekolah Tinggi
Transportasi Darat disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk: 1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; 2) Belajar untuk memahami dan menghayati; 3) Belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif; 4) Belajar untuk hidup bersama dan
berguna untuk orang lain; dan 5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri
melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1) Laboratorium komputer.
Sarana laboratorium komputer yang ada di Sekolah Tinggi Transportasi
Darat di gunakan untuk meningkatkan sMU (kemampuan) siswa dihidang teknologi
informatika yang perangkatnya terdiri dari Monitor, CPU komputer yang ada,
jumlah keseluruhannya sebanyak 15 unit.42 Dan hal ini perlu mendapatkan apresiasi
yang tinggi dikarenakan Sekolah Tinggi Transportasi Darat saat ini adalah satu-
satunya Sekolah Tinggi di Kabupaten Karo yang memiliki laboratorium komputer
sebagai basis peningkatan mutu pendidikan. Karena biasanya pengelolaan
Laboratorium ini umumnya hanya berlaku pada sekolah menengah umum,
sementara untuk Sekolah Tinggi, laboratorium belum menjadi kebutuhan utama,
sehingga dalam kenyataannya banyak Sekolah Tinggi yang belum memiliki
laboratorium, namun secara umum pengelolaan laboratorium sebagai tempat praktek
73
siswa perlu ditata dengan menarik serta aman, sehingga siswa terdorong untuk
menggunakannya sebagai tempat kegiatan pembelajaran.
2) Perpustakaan.
Perpustakaan merupakan tempat yang penting bagi proses pembelajaran,
karen dapat mendorong pengembangan dan peningkatan minat, kemampuan dan
kebiasaan membaca, untuk itu disarnping penataan tempatnya yang harus menarik
dan nyaman juga ketersediaan buku-buku yang lengkap menjadi sangat penting,
sehingga siswa dalam memperoleh sumber informasi yang diperlukan berkaitan
dengan kegiatan belajarnya. Untuk mendukung proses peningkatan mutu berbasis
sekolah, pihak Sekolah Tinggi Transportasi Darat menyediakan dan terus
meningkatkan sarana pendukung yaitu perpustakaan. Perpustakaan ini didirikan
dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu dan menambah wawasan bagi para
siswa- siswi dengan cara menelaah buku-buku yang telah ada. Hingga saat ini
perpustakaan Sekolah Tinggi Transportasi Darat memiliki banyak buku bacaan,
yang terdiri dari 900 judul buku bersifat umum dan agama.
3) Majalah Kampus.
Majalah kampus merupakan salah satu cara siswa dalam menunjukkan
kreativitasnya sehingga banyak tampilan-tampilan di dinding yang terpampang
adalah hasil karya siswa yang menyajikan berita-berita yang bersifat umum yang
didapati dari berbagai tulisan majalah dan koran. Dengan cara demikian diharapkan
akan menumbuhkan pemikir kreatif dan produktif.
a. Pengawasan pendahuluan.
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan
tertentu diselesaikan.
b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan.
Merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus
disetujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kegiatan-kegiatan dapat dilanjutkan, untuk menjadi semacam peralatan
"double check" yang telah menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik.
Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Pengawasan
pendahuluan
Pengawasan Kegiatan
Pelaksanaan Tujuan/target
Pengawasa Umpan
Balik
Hal yang menjadi perhatian Kepala Institusi dalam tahap pengawasan dan
evaluasi di Sekolah Tinggi Transportasi Darat adalah perubahan konteks pada
personil institusi, kurikulum dan sarana dan prasarana pada waktu sebelum dan
sesudah melaksanakan MBS. Besar kecilnya perubahan komponen-komponen
tersebut (dari dan sesudah melaksanakan MBS) merupakan ukuran tingkat
keberhasilan MBS.Dalam bahasa nonstatistik, makin besar perubahan (peningkatan/
pengembangan) komponen-komponen tersebut dari sebelum dan sesudah
melaksanakan MBS, makin besar pula keberhasilan MBS.
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti selama observasi, yang
melihat langsung keterlibatan kepala institusi dalam hal monitoring dan evaluasi
dengan cara terjun langsung ke lapangan memperhatikan dan mengawasi aktivitas
sekolah dengan cara datang lebih awal setiap hari pada pukul 6.45 AM. WIB untuk
melihat langsung kegiatan institusi dan pulang pukul
17.00 WIB. Demikian juga beliau ikut langsung memonitoring proses belajar
mengajar di kelas dengan cara inspeksi ke lokal-lokal ketika jam belajar.
Hal ini sesuai dengan pemaparan bapak kepala institusi sebagai berikut:
79
Hal ini senada dengan pemaparan salah satu dosen kelas di Sekolah Tinggi
Transportasi Darat, beliau mengungkapkan sebagai berikut:
memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu institusi dalam
mengembangkan diri.
Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Kepala institusi sebagai berikut:
Sebagai Kepala institusi saya selalu mengingatkan dosen bahwa evaluasi
memiliki tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pengajaran dan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam belajar,
dan ini saya lakukan berulang-ulang agar tertanam didalam jiwa para
dosen.
Berdasarkan deskripsi data di atas menjelaskan bahwa evaluasi
peningkatan mutu pendidikan dilakukan melalui rapat-rapat akhir
pembelajaranbenar-benar dimanfaatkan dosen untuk perbaikan pengajaran dan
penentuan prestasi siswa. Untuk itu kepala institusi selalu mengingatkan dosen,
jika peserta didik belum menguasai bahan ajar yang esensial, maka perlu
dilakukan perbaikan. Bagi peserta didik yang mengalami kesulitan, maka perlu
83
E. PEMBAHASAN
Temuan pertama bahwa Perencanaan Implementasi Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah pada Sekolah Tinggi Transportasi Darat
terlebih dahulu melakukan identifikasi untuk melihat potensi dan kesiapan
institusi dalam implementasi MBS berdasarkan analisis SWOT. Sehingga
efektivitas MBS yang dilakukan dapat diperhitungkan segala konsekuensi dan
solusinya, karena perencanaan yang baik adalah salah satu unsur utama penentu
keberhasilan tujuan suatu organisasi.
Kemampuan dari kepala institusi dan dosen selaku aktor utama kebijakan
yang dipercaya untuk mengemban pelaksanaan kebijakan manajemen Sekolah
Tinggi Transportasi Darat dalam mendayagunakan seluruh potensi yang dimiliki,
termasuk mempertahankan dan memanfaatkan beberapa faktor pendukung di atas
akan sangat menentukan keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.
Sebagaimana pendapat Wahab, yang menyatakan bahwa besar kecilnya perbedaan
antara apa yang diharapkan (direncanakan) dengan apa yang senyatanya dicapai
dalam implementasi kebijakan, sedikit banyaknya akan tergantung pada apa yang
disebut Implementation capacity dari organisasi atau kelompok organisasi atau aktor
yang dipercaya untuk mengemban tugas mengimplementasikan kebijakan.
Implementation capacity tidak lain adalah kemampuan suatu organisasi/aktor untuk
86
Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, kebijakan manajemen Sekolah
Tinggi Transportasi Darat yang tengah dirintis di Sekolah Tinggi Transportasi Darat
ternyata tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan. Faktor-
faktor penghambat yang telah teridentifikasi perlu diperhatikan, sehingga kegagalan
implementasi kebijakan dapat dieleminir. Sesuai dengan pernyataan dari Wahab,
bahwa proses implementasi kebijakan perlu mendapat perhatian yang seksama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah jika ada yang berasumsi bahwa
proses implementasi kebijakan dengan sendirinya akan berlangsung tanpa hambatan.
88
Pelaksanaan suatu kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh
lebih penting dari pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan
berupa impian atau rencana yang bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan.
dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif, sarana mungkin tidak atau kurang
dipergunakan sebagaimana mestinya, isi dari kebijakan itu bersifat samar-samar,
ketidak pastian faktor intern dan atau faktor ekstern, kebijakan yang ditetapkan itu
mengandung banyak kelemahan, dalam pelaksanaan kurang memperhatikan
masalah teknis, adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu
(uang, waktu dan sumberdaya manusia).
Secara kualitas, dilihat dari profesionalisme yang harus dimiliki baik oleh
kepala institusi maupun oleh dosen dapat dikatakan belum siap, hal ini disebabkan
karena belum dimilikinya sikap kepemimpinan transformasional oleh kepala
institusi dan belum dimilikinya ciri dan kemampuan dosen efektif dan profesional,
serta adanya sikap dan budaya kerja yang telah terkondisi, yaitu bersikap pasif dan
tidak kreatif.
Sedangkan ketidaksiapan dari masyarakat dan orang tua wali murid lebih
besar disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan, tidak adanya waktu
dari masyarakat dan kurangnya informasi mengenai kebijakan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (manajemen Sekolah Tinggi Transportasi
Darat).
91
Sedangkan dosen yang profesional dan efektif adalah dosen yang dengan
resources, maupun psychological resources. Jika mengacu pada pendapat ini, maka
pada implementasi kebijakan manajemen Sekolah Tinggi Transportasi Darat,
kurangnya kesiapan dari kepala institusi dan dosen dapat disebabkan karena mereka
belum disuplai dengan ketiga resources yang terakhir yaitu financial resources,
technological resources, dan psychological resources, baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
Hal ini dapat dilakukan jika kepala institusi mampu melakukan fungsi-fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pangarahan dan
pengawasan dengan baik dan dosen mampu melaksanakan Pakem dengan baik dan
efektif.
d) menyediakan fasilitas.
Evaluasi yang digunakan meliputi jangka pendek dan jangka panjang dan
berkesinambungan.Komponen-komponen MBS yang menjadi perhatian di Sekolah
Tinggi Transportasi Darat dalam konteks, input, proses, output, dan outcome.Intinya
: memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai rencana, sehingga menghasilkan
perencanaan tertentu dan terjalin intruksi dan wewenang dari atasan kepada
bawahan. Prinsip lainnya adalah mengrefleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari
aktifitas yang harus dievaluasi, sehingga dapat dengan segera melaporkan
penyimpangan-penyimpangan, fleksibel, merefleksikan pola organisasi, ekonomis,
dapat dimengerti dan dapat menjamin diadakannya tindakan korektif. Berdasarkan
deskripsi data di atas secara umum pengawasan dan evaluasi implementasi MBS di
Sekolah Tinggi Transportasi Darat merupakan upaya untuk mengamati secara
sistematis dan berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan,petunjuk,
pembinaan, dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat, serta memperbaiki
kesalahan di dalam pelaksanaan MBS itu sendiri.
walaupun demikian di Sekolah Tinggi Transportasi Darat masih ada dosen yang
mempraktekkan Pakem ini secara tidak benar.
Tidak dipahaminya konsep dan tujuan kebijakan oleh pelaku atau aktor
kebijakan dapat disebabkan karena informasi yang disampaikan dan diterima
melalui penataran dan pelatihan saat sosialisasi, baru pada taraf pengenalan dan
tidak dilakukan secara berkelanjutan.
101
mempraktekkan Pakem tersebut dikaitkan dengan salah satu kemampuan yang harus
dimiliki dosen yaitu kemampuan dalam penguasaan materi setiap mata pelajaran,
maka menurut peneliti kesalahan tersebut dapat terjadi karena banyak hal, di
antaranya budaya kerja dosen yang masih rendah, sehingga tidak memiliki motivasi
yang tinggi untuk menguasai penggunaan strategi Pakem dalam pembelajaran.
secara formal merupakan kebijakan yang diturunkan dari atas (top down) dalam hal
ini adalah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) bekerjasama dengan
Unesco dan Unicef, dan institusi sebagai lembaga pendidikan khas agama Islam di
jajaran Departemen Agama, berkoordinasi dengan Depdiknas dalam penerapannya.
Sehingga petunjuk pelaksanaannya telah dirumuskan dengan jelas, dan unit-unit
pelaksana di bawahnya telah ditentukan dan harus bekerja dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dari atas, akan tetapi dalam prakteknya
implementasi kebijakan ini tidaklah berjalan secara linier.
Selain itu juga pelaksana kebijakan tidak mengikuti semua ketentuan yang
digariskan oleh penentu (pembuat) kebijakan (policy maker). Guna membahas dan
menjawab apakah proses implementasi kebijakan manajemen Sekolah Tinggi
Transportasi Darat ini telah berjalan efektif dan memberi dampak terhadap
peningkatan mutu pendidikan Sekolah Tinggi Transportasi Darat, dan dapat
mengatasi penurunan kualitas sumberdaya manusia, tentu bukan merupakan hal
yang mudah. Sebab untuk menilai dan membuktikan efektivitas dan keunggulan
model kebijakan manajemen Sekolah Tinggi Transportasi Darat ini tetap
membutuhkan waktu yang lama. Jika dipergunakan kriteria untuk melihat efektivitas
dan mutu proses implementasi yang dikemukakan Islamy, yaitu menyangkut kriteria
landasan demokratis, inklusif, partisipatif, transparansi, efisien dan akuntabel serta
menggunakan sepuluh pertanyaan mengenai mutu implementasi berikut:
Selain itu Graham dan Phillips, juga mengemukakan bahwa ada tiga
hal yang perlu diperhitungkan dalam persoalan keterlibatan (participation)
dan keikutsertaan (engagement) serta hubungannya dengan pemerintah
daerah yaitu: legitimacy, capacity dan vitality. Terkait dengan legitimasi,
Pemerintah Daerah perlu mempertimbangkan: Apakah keterlibatan dari
warga Negara atau masyarakat itu dapat memberikan kontri-busi bagi
perbaikan kegiatan daerah, apakah partisipasi masyarakat mampu
meningkatkan konsensus publik tentang tanggung jawab pemerintah daerah
dan apakah kontribusi masyarakat yang terlibat mengarah kepada
penjaminan bahwa pemerintah daerah memerlukan biaya dan sumberdaya
manusia untuk memegang mandat atau kepercayaan mereka. Hal ini adalah
merupakan tantangan yang dihadapi pemerintah daerah. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kemampuan (capacity) dan
kekuatan (vitality) adalah: Apakah keterlibatan masyarakat itu akan membuat
keputusan menjadi lebih baik dan akan memperluas kemampuan dalam
mengembangkan keputusan rasional yang mereka ambil, apakah partisipasi
masyarakat memberikan kontribusi berupa keuntungan sosial baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek dan apakah partisipasi masyarakat
dapat meningkatkan debat publik bagi anggota masyarakat untuk
mempengaruhi kebijakan dan proses perencanaannya.
yang peneliti temukan di lapangan, tidak terlepas dari usaha kepala institusi
untuk selalu berusaha menerapkan manajemen yang transparan kepada
masyarakat, terutama dalam manajemen keuangan.
Secara teoritis, hal ini didukung oleh pendapat Graham dan Phillips,
yang mengemukakan bahwa partisipasi tidak muncul secara alami, tapi perlu
diusahakan dan memerlukan beberapa syarat seperti: Keterbukaan,
fleksibilitas, responsibilitas, adanya birokrasi tradisional yang didasarkan
pada hirarhki dan otoritas top-down, secrecy, otonomi dan perencanaan yang
rasional. Hal ini membawa konsekuensi bagi pemerintah untuk
mempersiapkan diri melalui penciptaan beberapa institusi dan perubahan
sikap (Klingemann dan D. Fuchs, 1995:11). Partisipasi mayarakat terhadap
kebijakan pemerintah menurut Klingemann dan Fuchs, dipengaruhi oleh
modernitas yang dialami individu dipengaruhi oleh dua hal: yaitu
meningkatnya kemampuan personal dan adanya perubahan orientasi
nilai.Lebih lanjut dijelaskan bahwa adanya perubahan orientasi nilai
bermakna adanya perubahan dari masalah fisik ke arah adanya rasa memiliki,
pengungkapan diri dan kualitas hidup yang disebut juga perubahan dari
materialist ke post materialism.Perubahan ke arah kualitas hidup artinya ada
perubahan ke arah kompetensi kognitif seperti meningkatnya kemampuan
untuk menyerap informasi yang kompleks, meningkatnya pengetahuan
tentang lingkup kegiatan dalam bidang sosial kemasyarakatan.Sejalan
dengan pendapat tersebut di atas, Mubyarto, menegaskan bahwa partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh modernisasi dan
komersialisasi.
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.”
dan maksimal. Manajemen dalam hal ini berarti mengatur atau mengelola
sesuatu hal agar menjadi baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
B. Implikasi
Dengan mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana di
kemukakan di atas, terdapat beberapa implikasi yang perlu dicermati dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kompetensi
Dosen. Hal ini dikarenakan tantangan yang diakibatkan oleh perubahan yang
cepat di era global, dimana kemampuan daya saing bangsa pada akhirnya
akan ditentukan oleh kemampuan SDM bangsa untuk mampu bersaing. Dosen
sebagai perancang masa depan anak sudah barang tentu dituntut untuk
mendidik siswa ke arah yang demikian, dan hal ini hanya dapat dilakukan
secara efektif apabila Dosen melaksanakan peran dan tugasnya secara dengan
benar.
Instistusi perlu menjadi perhatian utama, dari mulai rekrutmen sampai pada
pengembangan profesi. Kepemimpinan kepala Instistusi perlu didorong
dan dikembangkan, mengingat kemampuan manajerial kepala Instistusi
akan sangat berpengaruh pada penciptaan dan perubahan Kompetensi
Paedagogik Dosen ke arah yang lebih adaptif, antisipatif, serta kebijakan
yang lebih dapat mendorong Dosen berkinerja prima/superior, proaktif
serta lebih terbuka pada perubahan yang pada akhirnya berdampak pada
kinerja/perilaku Dosen dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana
dikemukakan terdahulu, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa
rekomendasi:
4. Untuk penelitian lebih lanjut; Perlu peningkatan lebih jauh dan mendalam
tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas dan
Peningkatan Kualitas Pendidikan dengan pendekatan yang berbeda,
misalnya pendekatan kualitatif, agar dapat diketahui secara lebih cermat
dan mendalam tentang faktor penentu dari Peningkatan Kualitas
Pendidikan. Dan untuk pendekatan yang sama, yakni kuantitatif,
118
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Imron , 1992. Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu- Ilmu Sosial
dan Keagamaan, Malang: Kalimasada Press.
Arifin, Imron, 1994. Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu- Ilmu Sosial dan
Keagamaan, Malang: Kalimasada Press.
Bafadal, Ibrahim, 1995. Proses Perubahan di Sekolah Studi Multi Situs di Tiga
Sekolah Dasar yang Baik Di Sumekar, Malang: PPs IKIP Malang.
Donald Ary et al, 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, ter. Arief
Furchan, Surabaya: Usaha Nasional.
Donald Ary et al, 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, ter. Arief
Furchan, (Surabaya: Usaha Nasional,.
H.D Klingemann dan D. Fuchs, 1995. Citizens and The State: Beliefs In
Government (New York: Oxford University Press
Ibnu Katsir. Terjemahan Indonesia Tafsir Juz 28 hlm 161., file download: tafsir-
ibnu-katsir-surat-ash- shaf.pdf, 4.Inc.
Parsons, Wayne, 1997. Public Policy: An Introduction to the Theory and Practice
of Policy Analysis. UK Lyme, US: Edward Elgar, Cheltenham.
Robert L. Bogdan dan Sari Knoop Biklen, 1982. Qualitatif Reserch for
Education, an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allin and
Bacon.
Y.S. Lincoln & Guban E.G, 1985. Naturalistic Inqueiry, (Beverly Hill: SAGE
Publication.