Anda di halaman 1dari 10

CYBERBULLYING SEBAGAI DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN TEKNOLOGI

INFORMASI

Flourensia Sapty Rahayu

Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari no 43, Jogjakarta, 55281, Indonesia

E-mail: sapty@staff.uajy.ac.id

Abstrak

Teknologi Informasi dapat membawa dampak positif dan negatif baggi kehidupan kita.
Salah satu dampak negatif dari Teknologi Informasi adalah munculnya Cyberbullying.
Cyberbullying adalah perlakuan yang ditujukan untuk mempermalukan, menakut-nakuti,
melukai, atau menyebabkan kerugian bagi pihak yang lemah dengan menggunakan sarana
komunikasi Teknologi Informasi. Di negara lain ada banyak kasus Cyberbullying yang
berakhir dengan kejaidan yang lebih serius seperti bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang fenomena Cyberbullying di Indonesia. Untuk mendapatkan
data digunakan kuesioner yang didistribusikan kepada siswa-siswi usia SMP dan SMA di
kota Magelang, Yogyakarta dan Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Cyberbullying telah terjadi dengan angka yang cukup besar (28%) namun dampaknya tidak
begitu serius. Dari jawaban-jawaban yang diberikan dapat disimpulkan bahwa banyak
remaja yang belum memahami tentang Cyberbullying dan potensi dampak yang dapat
ditimbulkannya. Dalam penelitian ini juga dieksplorasi tentang peranan, tanggung jawab,
dan hal-hal apa yang dapat dilakukan oleh remaja, orang tua, sekolah, penegak hukum, dan
masyarakat untuk mencegah dan menghentikan Cyberbullying.

Kata Kunci: Dampak Teknologi Informasi, Cyberbullying, Remaja

Abstract

Information Technology can bring postive and negative impacts to our lives. One of the
negative impact that emerge with the this technology development is Cyberbullying.
Cyberbullying is any cyber-communication or publication posted or sent by a minor online,
by Information Technology devices that is intended to frighten, embarrass, harass, hurt, set
up, cause harm to, extort, or otherwise target another minor. In other countries there are
many cases of Cyberbullying that ended with very serious event such as the suicide of the
victims. This study was conducted to gain insight into how this phenomenon occur in
Indonesia. We used questionnaires as a mean to get the informations about Cyberbullying
among Indonesian teenagers. We distributed these questionnaires to secondary and high
school students in Magelang, Yogyakarta and Semarang. The result shows that
Cyberbullying has already happened with a big enough number (28%) but the impact was
not very serious. From the answers we can conclude that many teens haveQ¶W XQGHUVWDQG
what Cyberbullying is and what its potential dangerous impacts may follow. We also
explored the roles, responsibilities, and things that can be done by teens, parents, schools,
law enforcements, and communities in order to prevent and stop Cyberbullying.

Keywords: Information Technology Impact, Cyberbullying, Teenagers

1. Pendahuluan Teknologi Informasi dapat mempermudah


manusia dalam menjalani tugas kehidupannya
Pemanfaatan Teknologi Informasi di serta meningkatkan kualitas hidupnya. Tetapi di
dunia sekarang ini memang bagaikan pisau sisi lain tidak sedikit kerugian dalam bentuk hal-
bermata dua. Di satu sisi banyak keuntungan dan hal negatif yang menyertai penggunaan Teknologi
manfaat yang bisa kita dapatkan, diantaranya Informasi ini. Salah satu dampak negatif yang

22
Flourensia Sapty Rahayu., Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif 23

timbul dengan adanya Teknologi Informasi ini dibagikan, yang kembali hanya 363 lembar saja
adalah munculnya fenomena Cyberbullying di (72,6%). Hasil kuesioner kemudian akan dianalisa
kalangan anak-anak maupun remaja. secara kuantitatif untuk memperoleh data
Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata statistiknya.
lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan Secara umum prosedur penelitian yang akan
kekerasan secara fisik. "Korban cyberbullying dilaksanakan meliputi penyusunan kuesioner,
sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan penentuan sampel penelitian, pengurusan ijin
tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner
diserang," ujar para peneliti. Intimidasi secara kepada responden, penarikan kuesioner, analisa
fisik atau verbal pun menimbulkan depresi. data, dan penyusunan laporan. Penyusunan
Namun, ternyata para peneliti menemukan korban laporan dilakukan dengan melibatkan juga studi
cyberbullying mengalami tingkat depresi lebih literatur. Literatur yang digunakan berasal dari
tinggi [5]. Dampak dari cyberbullying untuk para buku, jurnal, dan Internet.
korban tidak berhenti sampai pada tahap depresi
saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang 3. Hasil dan Pembahasan
lebih ekstrim yaitu bunuh diri. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hinduja dan Patchin [41] Internet dan teknologi-teknologi lain yang
mengungkapkan fakta bahwa meskipun tingkat berkaitan tumbuh menjamur dalam tahun-tahun
bunuh diri di AS menurun 28,5 % pada tahun- terakhir ini. Jutaan situs web tersedia dan
tahun terakhir namun ada tren pertumbuhan penggunaan email menjadi sesuatu yang biasa.
tingkat bunuh diri pada anak dan remaja usia 10 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pew
sampai 19 tahun. Internet and American Life Project [6] didapatkan
Melihat maraknya fenomena cyberbullying informasi bahwa 93% remaja (usia 12-17) sering
ini, penulis membuat penelitian tentang fenomena online. Dan dari anak-anak yang telah
cyberbullying di kalangan remaja kita di menggunakan Internet (usia 0-5), 80% nya
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk setidaknya menggunakannya seminggu sekali [3].
mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah
cyberbullying di kalangan remaja kita, untuk menyebabkan perubahan yang signifikan dalam
mengetahui tentang peran dan tanggung jawab pola jaringan sosial. Ada dua perspektif pada
orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah orientasi perubahan ini. Salah satunya adalah
dalam menyikapi fenomena cyberbullying, dan bahwa, semakin seorang individu menghabiskan
untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat lebih banyak waktu di Internet, semakin
ditempuh baik untuk mencegah maupun berkurang waktu yang tersedia untuk berinteraksi
mengatasi tindakan cyberbullying. Diharapkan dengan orang lain. Akibatnya, penggunaan
setelah kondisi yang sebenarnya diketahui, dapat Internet berdampak pada penurunan intensitas
diambil tindakan-tindakan untuk memberikan interaksi sosial di dunia offline. Perspektif kedua
kesadaran kepada masyarakat supaya perilaku adalah bahwa, Internet yang dapat memperluas
cyberbullying ini dapat dicegah dan dihentikan. kesempatan bagi orang untuk berinteraksi dengan
orang lain, memberikan kontribusi tidak hanya
2. Metodologi terhadap peningkatan intensitas interaksi tetapi
juga terhadap lingkup interaksi sosial ([34], [30],
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah [25], [15], [9]).
siswa remaja yang berusia 12-19 tahun (tingkat Orang dewasa melihat Internet sebagi tempat
SMP dan SMU) di Jawa Tengah dan Yogyakarta. untuk menemukan informasi sedangkan remaja
Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari lebih melihat Internet sebagai sarana untuk
siswa-siswa dari 7 (tujuh) sekolah yaitu SMP berkomunikasi dan bersosialisasi [10].
Bopkri 3 Yogyakarta, SMP Kanisius Gayam, Menganalisis survey di Amerika Serikat secara
Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, nasional dari 1995 sampai 2000, Katz et al. [17]
SMU Tarakanita Magelang, SMU Sedes melaporkan efek positif dari penggunaan Internet
Sapientiae Semarang, SMU Bopkri 2 Yogyakarta, pada interaksi sosial. Pertama, penggunaan
dan SMU Santo Thomas Yogyakarta. Internet meningkatkan atau setidaknya tidak
Untuk penggalian data digunakan instrumen menurunkan partisipasi dalam aktivitas demokrasi
berupa kuesioner. Kuesioner disebarkan ke 500 dan aktivitas sosial. Kedua, ada hubungan yang
remaja (12-19 th) di kota Magelang, Semarang, signifikan antara penggunaan Internet dan
dan Yogyakarta. Materi kuesioner menanyakan frekuensi percakapan telepon. Hal ini
tentang pengalaman remaja tentang akan menunjukkan bahwa teknologi informasi
fenomena bullying baik secara tradisional maupun memberikan kontribusi terhadap peningkatan
cyberbullying. Dari 500 lembar kuesioner yang komunikasi terlepas dari distribusi partisipan yang
24 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 1, April 2012

tersebar. Ketiga, yang lebih penting, kegiatan perlakukan tidak menyenangkan seperti dihina,
online tidak menurunkan jumlah waktu pengguna diancam, dipermalukan, disiksa, atau menjadi
yang dihabiskan dengan keluarga dan teman. target bulan-bulanan oleh anak atau remaja yang
Sebagai hasilnya, mereka menyimpulkan bahwa lain menggunakan teknologi Internet, teknologi
interaksi sosial akan diperluas dengan bantuan digital interaktif maupun teknologi mobile [8].
Internet di dalam lingkungan di mana kinerja Jika orang dewasa ikut terlibat tidak lagi disebut
perangkat digital dapat menghilangkan sebagai cyberbullying tetapi disebut cyber
penghambat dari interaksi. harassment atau cyber stalking. Cyberbullying
Beberapa penelitian lain difokuskan pada biasanya bukan hanya komunikasi satu kali, ini
bagaimana kecenderungan individu dan sikap ³WHUMDGL VHFDUD EHUXODQJ NDOL´, kecuali jika itu
terhadap interaksi sosial mempengaruhi adalah sebuah ancaman pembunuhan atau
penggunaan Internet. Nie [29] berpendapat bahwa ancaman serius terhadap keselamatan orang. Ada
frekuensi penggunaan Internet secara positif 3 macam metode cyberbullying yaitu direct
berhubungan dengan sosialitas. Menurut attacks (pesan-pesan dikirimkan secara langsung
penelitian ini, mereka yang bergabung dalam ke anak), posted and public attacks yang
kegiatan sosial lebih aktif memiliki dirancang untuk mempermalukan target dengan
kecenderungan kuat untuk menggunakan Internet, memposting atau menyebarkan informasi atau
dan frekuensi penggunaan Internet memiliki gambar-gambar yang memalukan ke publik, dan
hubungan negatif dengan frekuensi komunikasi cyberbullying by proxy (memanfaatkan orang lain
dan kontak sosial dengan orang lain. Beberapa untuk membantu mengganggu korban, baik
peneliti juga menyatakan kecemasan mereka dengan sepengetahuan orang lain tersebut atau
tentang efek negatif penggunaan Internet ([30], tidak) [33].
[13]). Mereka menyarankan bahwa Beberapa sarana yang digunakan untuk
interaksi sosial di ruang cyber bebannya lebih melakukan serangan Direct Attacks dan Posted
besar daripada interaksi offline. Interaksi online and Public Attacks antara lain dengan instant
memberikan beban pada aktor sosial secara nyata. messaging/email/text messaging harassment,
Blanchard dan Horan [1] melaporkan bahwa pencurian password, blogs, situs web,
kegiatan online dapat meningkatkan interaksi mengirimkan gambar-gambar melalui email dan
face-to-face dalam kegiatan sekolah termasuk ponsel, internet polling, interactive gaming,
kegiatan Asosiasi Guru Orangtua (PTA) pada mengirimkan kode-kode jahat, mengirimkan
sekolah dasar dan dalam kegiatan dewan materi pornografi atau junk email dan IMs,
informasi untuk penduduk lokal. impersonation/posing, social networking attacks,
Remaja yang sering berkomunikasi dengan dan misappropriation of cellphones.
teman mereka di dunia virtual mengatakan bahwa Cyberbullying by Proxy (Third Party
dampak dari komunikasi virtual membuat mereka Cyberharassment or Cyberbullying) dilakukan
PHUDVD ³OHELK GHNDW´ GHQJDQ WHPDQQ\D WHUVHEXW dengan memanfaatkan kaki tangan. Kaki tangan
[24]. Namun ada resiko yang berkaitan dengan ini, kadang tidak curiga kalau mereka
komunikasi Internet. Karena remaja merasa lebih dimanfaatkan sebagai kaki tangan. Mereka
nyaman mengungkapkan topik-topik personal tahu bahwa mereka mengkomunikasikan pesan
secara online daripada pada saat berkomunikasi yang provokatif, tapi tidak menyadari bahwa
secara riil, maka tidak heran mereka measa lebih sebenarnya mereka sedang dimanipulasi oleh
dekat dengan orang yang mereka ajak pelaku utama. Itulah hebatnya jenis serangan ini.
komunikasi. Saat remaja menemui teman mereka Penyerang hanya perlu memprovokasi dan
lagi, mereka akan merasa lebih terhubung menciptakan kemarahan atau emosi di satu pihak,
daripada kondisi yang sebenarnya, sehingga dan kemudian dapat duduk kembali dan
meningkatkan kemungkinan mereka melangkah membiarkan orang lain melakukan pekerjaan
terlalu jauh atau memiliki harapan yang palsu kotornya. Kemudian, ketika tindakan hukum
tentang hubungan mereka. Penelitian sebelumnya hukuman diambil terhadap para kaki tangan,
pada penggunaan Internet oleh remaja telah pelaku yang sebenarnya dapat mengklaim bahwa
cenderung berkonsentrasi pada kecanduan mereka tidak pernah menghasut dan tidak ada
Internet ([28], [20], [21], [23]). Implikasi yang yang bertindak atas nama pelaku. Kaki tangan
dapat ditarik dari penelitian-penelitian mereka menjadi satu-satunya yang bersalah di
tersebut adalah bahwa kita dapat memulai sebuah mata hukum.
kebijakan yang efektif untuk kecanduan Internet Dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa
dengan menganalisis lingkungan sekolah 28% siswa pernah mengalami cyberbullying dan
yang merupakan faktor penting bagi siswa. 1% siswa mengatakan sering mengalaminya.
Cyberbullying adalah istilah yang digunakan Angka 28% ini bisa dikatakan cukup besar
pada saat seorang anak atau remaja mendapat mengingat dampak yang bisa ditimbulkannya
Flourensia Sapty Rahayu., Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif 25

cukup berbahaya. Jika tidak diberikan informasi [16] yang menyatakan bahwa bullying bisa
dan sosialisasi tentang dampak negatif berbentuk fisik, verbal, dan psikologis (dengan
cyberbullying kepada para siswa bisa jadi angka menyebarkan gosip-gosip dan mengucilkan
ini akan semakin meningkat. seseorang dari pergaulan sosial), dengan beberapa
Selanjutnya berusaha didapatkan data bukti menyatakan bahwa anak laki-laki lebih
dimana cyberbullying ini kerap terjadi. 55% siswa menggunakan dan mengalami bullying dalam
mengatakan cyberbullying terjadi pada saat bentuk fisik, sedangkan anak perempuan lebih
mereka berada di lingkungan sekolah dan 45% mengalami bullying dalam bentuk psiklogis.
mengatakan cyberbullying terjadi pada saat Oleh karena itu, para peneliti menunjukkan
mereka berada di luar lingkungan sekolah. Dari bahwa cyberbullying lebih umum terjadi di
29% siswa yang pernah dan sering mengalami kalangan anak perempuan [45], [31] karena
cyberbullying didapatkan fakta 70% siswa cyberbullying ini berbasis teks dan anak
mengatakan bahwa serangan hanya terjadi satu perempuan cenderung lebih verbal daripada anak
atau dua kali saja lalu berhenti, 17% mengatakan laki-laki. Namun, beberapa penelitian
mendapatkan perlakuan tersebut beberapa kali menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Beberapa
dalam satu minggu, 6% mendapatkan perlakuan penelitian menemukan bahwa anak laki-laki lebih
tersebut satu minggu sekali, dan 6% siswa terlibat dalam cyberbullying daripada anak
mendapatkan perlakuan tersebut 2 atau 3 kali perempuan [14], [11], [44], dan anak-anak
setiap bulannya. Salah satu karakterisik dari perempuan lebih cenderung menjadi korban
cyberbullying adalah terjadi secara berulang kali. secara online ([14], [35]). Di sisi yang lain, Li
Pada data di atas, angka 70% yang mengatakan [37] melaporkan bahwa lebih banyak anak laki-
bahwa serangan hanya terjadi satu atau dua kali laki yang mengalami cyberbullying daripada anak
saja lalu berhenti, meskipun itu membawa perempuan. Peneliti yang lain ada yang
dampak yang menyakitkan juga untuk korban menemukan bahwa tidak ada perbedaan seks yang
tetapi belum bisa dimasukkan dalam kategori signifikan ([32], [46]).
cyberbullying. Pelaku cyberbullying menggunakan berbagai
Tentang pelaku cyberbullying terhadap sarana Teknologi Informasi untuk melakukan
siswa, 40% siswa mengatakan tidak tahu aksinya. Jejaring sosial (35%) dan pesan teks
pelakunya dan 60% mengatakan mengetahui (SMS) (33%) menduduki peringkat pertama dan
pelakunya yaitu: teman sekolah (37%), kakak kedua sebaga sarana yang banyak digunakan
kelas (6%), adik kelas (40%), dan teman luar untuk melakukan cyberbullying disusul dengan
sekolah (7%). Dalam satu penelitiannya, sarana-sarana yang lain. Menurut Common Sense
Kowalski dan Limber [38] mandapatkan data Media [4], 93% remaja di Amerika yang berusia
bahwa 47% korban cyberbullying mengatakan antara 12 sampai 17 tahun telah menggunakan
pelakunya adalah siswa lain di sekolah yang situs jejaring sosial. Dari angka tersebut sebanyak
sama. Sedangkan penelitian lain mengungkapkan 63% online setiap hari. 75% remaja memiliki
bahwa 43% korban menyatakan bahwa pelakunya ponselnya sendiri dan dari 75% tersebut 54%
adalah teman yang sudah dikenal dan 57% mengirimkan dan menerima pesan teks setiap
pelakunya hanya bertemu secara online dan tidak hari. 73% remaja telah menggunakan situs
dikenal secara langsung [19]. Dalam beberapa jejaring sosial dan 37% remaja yang berusia 10
kasus, pelaku cyberbullying terhadap remaja sampai 12 tahun telah memiliki akun Facebook
perempuan adalah bekas kekasih mereka. (meskipun Facebook telah menerapkan aturan
Perlakuan cyberbullying yang diterima seringkali penggunaan hanya bagi yang berusia 13 tahun
dalam bentuk panggilan nama yang merendahkan, keatas).
bahkan dalam beberapa kasus sampai dengan Seperti halnya bullying tradisional,
tindakan ancaman [2]. perlakuan cyberbullying yang paling banyak
Jenis kelamin pelaku cyberbullying yang diterima oleh korban adalah dalam bentuk
diketahui secara pasti oleh siswa yaitu 50% laki- diejek/diolok-olok/dimaki-maki (52%), kemudian
laki dan 25% perempuan. Sisanya tidak diketahui disusul dengan perlakuan difitnah/digosipkan
dengan jelas jenis kelaminnya. Dalam bullying (30,3%). Bentuk yang lain adalah disebarkannya
tradisional, penelitian menunjukkan bahwa anak gambar/ foto/video korban yang bertujuan untuk
laki-laki biasanya lebih terlibat dalam aksi mempermalukan korban (9,6%) dan dikirimi
bullying secara keseluruhan, namun anak materi pornografi (3%). Untuk frekuensi
perempuan lebih sering mengalami bullying yang cyberbullying, 5% siswa mengatakan menerima
bersifat tidak langsung dan psikologis seperti perlakuan cyberbullying seminggu sekali, 4%
gosip-gosip yang menyebar dan pengucilan dari mengatakan beberapa kali dalam satu minggu, dan
pergaulan sosial ([27], [47], [12], [18]). Fakta ini 3% menerima perlakuan cyberbullying 2 atau 3
didukung oleh Rigby [22] dan Whitney dan Smith kali setiap bulan.
26 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 1, April 2012

Para siswa yang pernah mengalami ditanyakan alasan mereka melakukan aksi
cyberbullying sebanyak 51,3% menceritakan tersebut. 49% siswa menjawab untuk iseng saja,
pengalamannya tersebut kepada teman-teman di 36% melakukan karena rasa jengkel dan benci
sekolah, 30,5% memilih tidak menceritakannya terhadap teman, 7% menyatakan karena ingin
kepada siapapun, 17,6% menceritakan kepada membalas dendam, dan 4% karena ikut-ikutan
orang tua, dan 0,5% menceritakan kepada teman yang lain. Seperti bullying tradisional,
guru/staf sekolah. Dari hasil tersebut kita dapat alasan melakukan cyberbullying kadang sulit
melihat bahwa siswa cenderung lebih untuk ditentukan, kadang-kadang cyberbullying
mempercayai teman-temannya daripada orang dilakukan sebagai respon terhadap putusnya
yang lebih dewasa (orang tua dan guru) sehingga persahabatan atau suatu hubungan, kadang-
memilih untuk menceritakan pengalaman kadang dilakukan karena kebencian, dan beberapa
cyberbullying kepada mereka. Bahkan 30,5% kasus online bullying dilakukan sebagai respon
memilih untuk tidak menceritakannya kepada terhadap offline bullying. Beberapa anak
siapapun. Dua hal ini bisa cukup berbahaya menganggap cyberbullying sebagai sebuah
karena teman-teman mereka sebagian besar tidak hiburan, sebuah permainan yang dimaksudkan
memiliki pengetahuan yang cukup juga mengenai untuk melukai orang lain [31]. Para pelaku
fenomena cyberbullying ini sehingga bisa-bisa bermaksud iseng saja sehingga mereka lebih
memberikan saran dan pendapat yang salah cenderung menggunakan teknologi daripada
kepada si korban. Jika korban memilih untuk PHODNXNDQQ\D VHFDUD ODQJVXQJ ´+DQ\D XQWXN
tidak menceritakannya kepada siapapun yang bersenang-VHQDQJ VDMD´ NDGDQJ-kadang dijadikan
ditakutkan adalah si korban akan mengalami alasan oleh orang-orang yang melakukan bullying
depresi karena terus memikirkan, terus merasa [36]. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa
takut, dan terus merasa tidak percaya diri akibat para remaja menganggap melakukan bullying itu
pengalamannya tersebut. VHVXDWX \DQJ ³PHQ\HQDQJNDQ´ [35]. Pada
Kepada semua siswa baik yang sudah pernah cyberbullying pelaku tidak bisa melihat respon
maupun belum pernah mengalami cyberbullying langsung dari si korban sehingga dapat
ditanyakan apakah mereka sudah pernah mengurangi kepuasan pelaku yang didapatkan
mendengar atau mengetahui teman-teman mereka dengan melihat sakit yang ditimbulkannya pada si
mengalami cyberbullying. Hasilnya 60% korban, namun hal ini juga dapat mengurangi rasa
mengatakan pernah mendengar atau mengetahui empati dari pelaku terhadap si korban. Pelaku
teman mereka mengalami cyberbullying di dalam mungkin akan mendapatkan penghargaan dari
sekolah, 54% pernah mendengar atau mengetahui teman-temannya dengan menceritakan aksi yang
teman mereka mengalami cyberbullying di luar dilakukan kepada korban (biasanya dengan
sekolah, 11% mengatakan sering mendengar atau memperlihatkan gambar/video aksinya) sehingga
mengetahui teman mereka mengalami membuat teman-teman di gang-nya menjadi
cyberbullying di dalam sekolah, dan 6% kagum dan membuat teman-temannya menjadi
mengatakan sering mendengar atau mengetahui ikut terlibat dalam cyberbullying )DNWRU ³fun´
teman mereka mengalami cyberbullying di luar GDQ ³social prestige´ PHQMDGL IDNWRU XWDPD
sekolah. Angka ini tidak berbeda jauh dari hasil pemicu cyberbullying VHODLQ IDNWRU ³EDODV
penelitian yang dilakukan oleh McAfee/Harris GHQGDP´ > ], atau bisa jadi seseorang yang
Interactive Survey [7] yang menyatakan bahwa pernah menjadi korban dan ingin membalas
29% dari remaja usia 10 sampai 17 tahun pernah dendam dan merasa puas jika melihat orang lain
mengalami cyberbullying, dan 52% mengatakan dipermalukan, dengan atau tanpa kehadiran
bahwa mereka mengetahui bahwa orang lain penonton. Hinduja dan Patchin [40] melakukan
mengalami cyberbullying. penelitian yang berusaha mencari kaitan antara
Pada penelitian ini juga berusaha dicari tahu faktor ketegangan/stres dan hubungannya dengan
apakah para siswa pernah terlibat dalam aksi cyberbullying. Dari hasil penelitian yang
cyberbullying sebagai pelaku. Hasilnya 32% melibatkan 2000 siswa sekolah menengah di
siswa mengatakan pernah melakukan Amerika Serikat terungkap fakta bahwa remaja
cyberbullying, dan 3% mengatakan sering yang merasa marah atau frustasi dan remaja yang
melakukannya. Sarana yang sering digunakan mengalami ketegangan/stres lebih cenderung
oleh siswa untuk melakukan cyberbullying adalah untuk melakukan bullying atau cyberbullying
menggunakan situs jejaring sosial (38,2%), pesan kepada orang lain. Sehingga remaja yang
teks/SMS (34,1%), gambar/foto/video clip mengalami stres yang berasal dari konflik dengan
(5,2%), chat room (3,8%), instant messaging sesama teman perlu mengatasi stres tersebut
(2,9%), email (2,9%), panggilan telepon/ponsel dengan cara yang sehat dan positif.
(2,9%), dan game online (1,7%). Kepada para Kami menanyakan pendapat siswa tentang
siswa yang melakukan cyberbullying juga cyberbullying apakah menurut mereka
Flourensia Sapty Rahayu., Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif 27

cyberbullying memiliki efek yang sama, lebih mengungkapkan bahwa 20% responden
banyak, atau lebih sedikit bila dibandingkan dilaporkan pernah berpikir secara serius untuk
dengan bullying tradisional. Hasilnya 37% siswa bunuh diri. Semua bentuk bullying secara
mengatakan cyberbullying memiliki efek yang signifikan berkaitan dengan meningkatnya
lebih banyak terhadap korban, 18% mengatakan keinginan untuk bunuh diri. Dan percobaan bunuh
efeknya sama, dan 14% mengatakan efeknya lebih diri yang dicoba dilakukan oleh korban
sedikit. Pengetahuan tentang efek cyberbullying cyberbullying jumlahnya hampir dua kali lebih
ini penting untuk diketahui oleh para remaja banyak daripada remaja yang tidak pernah
karena seringkali mereka menganggap remeh dan mengalami cyberbullying.
menganggap sudah biasa aksi seperti ini terjadi. Berdasarkan data yang diperoleh tentang
Mereka sering tidak mengetahui efek yang bisa lokasi dimana cyberbullying ini kerap terjadi
ditimbulkan dari aksi cyberbullying ini. Bullying dimana didapatkan fakta bahwa cyberbullying
dalam berbagai bentuk dapat menimbulkan lebih sering terjadi pada saat siswa berada di
dampak jangka panjang yang cukup serius lingkungan sekolah, kami menanyakan pendapat
termasuk turunnya kepercayaan diri, depresi, siswa tentang pelarangan penggunaan sarana
kemarahan, kegagalan di sekolah, dan di beberapa teknologi informasi seperti ponsel maupun
kasus yang tragis bisa berdampak pada menyakiti Internet di sekolah. Hasilnya 43% siswa
diri sendiri atau bunuh diri [31]. Penelitian yang mengatakan bahwa pelarangan penggunaan
dilakukan oleh Hinduja dan Patchin [39] yang perangkat TI di sekolah tidak akan mencegah atau
melibatkan 2000 siswa sekolah menengah di mengurangi terjadinya cyberbullying sedangkan
Amerika menunjukkan bahwa baik korban 29% siswa setuju dengan pelarangan penggunaan
maupun pelaku memiliki kepercayaan diri yang perangkat TI di sekolah untuk mencegah atau
lebih rendah daripada mereka yang tidak pernah mengurangi cyberbullying.
mengalami cyberbullying. Terhadap konsekuensi Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada
emosional, efek cyberbullying tidak hanya sampai para responden dapat dilihat bahwa fenomena
pada taraf menyakiti perasaan saja namum lebih cyberbullying sudah terjadi di kalangan remaja
jauh dari itu, cyberbullying dapat merusak jiwa kita di Indonesia. Namun sayangnya sebagian
dan kondisi psikologis dari banyak remaja [43]. besar remaja tidak menyadarinya dan
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan fakta menganggap bahwa perlakuan cyberbullying
bahwa korban merasa depresi, sedih, dan frustasi. adalah sesuatu yang wajar dilakukan oleh para
Juga ditemukan bahwa jumlah remaja perempuan remaja. Mereka belum mengetahui dampak yang
yang mengalami frustasi atau kemarahan akibat dapat timbul dari aksi tersebut terutama untuk
cyberbullying lebih banyak daripada remaja laki- para korban.
laki. Cyberbullying bisa menjadi lebih berbahaya Ada 2 macam tantangan yang ada saat ini
daripada bullying tradisional karena beberapa yang membuat aksi cyberbullying sulit untuk
alasan. Alasan pertama adalah mudah untuk dicegah [42]. Tantangan yang pertama adalah
GLPXODL +DQ\D GLSHUOXNDQ EHEHUDSD ´NOLN´ VDMD banyak orang tidak melihat bahaya atau dampak
dan anonimitas dari Internet bisa menghilangkan serius dari cyberbullying ini. Hal ini terjadi karena
banyak hambatan yang ditemui dalam aksi orang menganggap ada bentuk aksi agresi atau
tradisional. Alasan kedua adalah sulit untuk penyerangan yang lain yang lebih serius daripada
dihentikan. Kata-kata dan gambar-gambar yang cyberbullying. Meskipun benar bahwa ada banyak
dikirimkan secara online bisa tersebar ke seluruh masalah lain yang dihadapi oleh anak-anak,
dunia kapanpun juga dan kadang-kadang sulit remaja, orang tua, sekolah, dan penegak hukum
untuk dihapus. Alasan ketiga yaitu sangat jelas namun tetap harus bisa diterima bahwa
terlihat untuk anak-anak namun tidak jelas terlihat cyberbullying adalah satu masalah yang jika
oleh orang dewasa, karena orang dewasa diabaikan akan menjadi lebih serius dampaknya.
melakukan kegiatan online tidak sebanyak anak- Tantangan yang lain berkaitan dengan siapa yang
anak dan tidak berada di ruang online yang sama. akan bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan
Anak-anak juga ragu untuk memberitahukan apa teknologi. Orang tua kadang mengatakan bahwa
yang terjadi secara online maupun melalui ponsel mereka tidak memiliki cukup keterampilan untuk
mereka karena mereka mengalami trauma, takut, bisa terus memantau aktivitas online anak mereka,
atau khawatir aktivitas online mereka atau guru kadang takut untuk mencampuri masalah-
penggunaan ponsel mereka akan menjadi dibatasi masalah yang terjadi di luar sekolah, dan penegak
[31]. hukum bersikeras tidak mau terlibat jika tidak ada
Salah satu dampak yang paling bukti yang jelas dari sebuah kejahatan atau
mengkhawatirkan dari cyberbullying adalah ancaman yang signifikan terhadap keselamatan
kecenderungan untuk bunuh diri pada korban. seseorang. Masalah cyberbullying ini sebenarnya
Penelitian yang dilakukan Hinduja & Patchin [41] tidak hanya menjadi masalah remaja saja. Banyak
28 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 1, April 2012

pihak yang harus ikut peduli dan bertanggung cyberbullying maka orang tua harus mau
jawab atas terjadinya permasalahan ini. Pihak- mengingatkan dan mengajarkan sikap dan nilai
pihak lain tersebut mencakup orang tua, sekolah, moral yang positif kepada anak tentang
konselor, para penegak hukum, media sosial, dan memperlakukan orang lain dengan baik dan
masyarakat umum.Tantangan-tantangan di atas hormat dan menjelaskan konsekuensi negatif yang
inilah yang menyebabkan aksi cyberbullying terus dapat muncul dari tindakannya.
berlanjut dan semakin meningkat jumlahnya Sekolah juga memiliki tanggung jawab
karena tidak segera ditangani. Untuk mengatasi dalam ikut serta mencegah terjadinya
tantangan-tantangan ini dibutuhkan kerja sama cyberbullying. Langkah penting yang bisa diambil
dari pihak-pihak tersebut. sekolah adalah dengan memberikan edukasi
Untuk mencegah terjadinya cyberbullying, kepada komunitas sekolah tentang tanggung
orang tua harus memberikan edukasi kepada jawab dalam penggunaan Internet dan teknologi
anak-anak mereka tentang perilaku online yang digital yang lain. Murid-murid harus menyadari
benar dan aman. Orang tua juga harus melakukan bahwa semua bentuk bullying adalah salah dan
pemantauan terhadap aktivitas online anak-anak siapa saja yang terlibat akan mendapatkan
mereka yang bisa dilakukan baik secara informal tindakan disiplin. Secara umum penting untuk
maupun formal. Cukup menyedihkan melihat bisa menciptakan dan memelihara iklim sekolah
hasil kuesioner yang menyatakan bahwa para yang saling menghormati/menghargai dan penuh
remaja lebih cenderung untuk menceritakan integritas dimana jika ada pelanggaran akan ada
pengalaman mereka kepada teman-teman mereka sanksi baik formal maupun informal. Lingkungan
dari pada kepada orang tua mereka. Ini sekolah yang positif akan dapat membantu
menandakan bahwa kurang ada hubungan dan mengurangi frekuensi terjadinya kejadian-
komunikasi yang baik dan terbuka antara orang kejadian negatif di sekolah termasuk bullying.
tua dengan anak mereka. Untuk itu orang tua Untuk itu para pendidik harus bisa
harus dapat menumbuhkan dan memelihara mendemonstrasikan dukungan emosional,
komunikasi yang terbuka dengan anak sehingga atmosfir yang hangat dan penuh perhatian, fokus
saat mereka mengalami hal-hal yang tidak yang kuat pada proses pembelajaran dan
menyenangkan saat menggunakan komputer atau akademik, dan mendorong tumbuhnya
ponsel mereka dapat menyampaikannya kepada kepercayaan diri murid yang sehat. Selain itu
orang tua. penting juga bagi sekolah untuk menciptakan dan
Seringkali orang tua tidak mengetahui jika mempromosikan atmosfir dimana kejadian-
anak mereka mengalami cyberbullying. Oleh kejadian tertentu tidak bisa ditoleransi oleh murid-
sebab itu orang tua harus dapat melihat tanda- murid maupun oleh para staf. Di sekolah yang
tanda yang menunjukkan bahwa cyberbullying memiliki iklim positif, murid-murid bisa
telah dialami oleh anak mereka. Seorang anak mengetahui apa yang boleh dilakukan dan tidak.
mungkin menjadi korban dari cyberbullying jika Bagi anak sendiri, penting bagi mereka
mereka secara tiba-tiba berhenti menggunakan untuk terus menjalin komunikasi dengan orang
komputer atau ponselnya, terlihat gugup atau dewasa yang mereka percayai, baik itu orang tua,
kaget jika sebuah pesan instant atau email guru, maupun orang lain sehingga jika ada
muncul, kelihatan tidak nyaman untuk pergi ke pengalaman yang tidak menyenangkan mereka
sekolah atau keluar rumah, kelihatan marah, dapat menceritakannya kepada mereka. Jika
depresi atau frustasi setelah menggunakan anak/remaja mengalami cyberbullying penting
komputer atau ponsel, menghindari diskusi untuk menyimpan semua bukti sehingga orang
tentang apa yang telah mereka lakukan pada dewasa bisa membantu mengatasi situasi. Bukti
komputer atau ponsel, atau menjadi menarik diri ini bisa berupa catatan log atau catatan tanggal
dari teman-teman dan keluarganya. dan waktu dan isi dari pesan yang mengganggu
Jika anak mengalami cyberbullying hal itu sendiri. Untuk mencegah cyberbullying
terbaik yang dapat dilakukan orang tua adalah anak/remaja dapat memanfaatkan pengaturan
meyakinkan bahwa mereka merasa aman dan privasi yang ada di situs-situs jejaring sosial,
nyaman serta memberikan dukungan yang maupun social software (instant messaging,
dibutuhkan. Orang tua harus bisa meyakinkan email, chat program). Pengguna bisa
anak mereka bahwa mereka semua menginginkan menyesuaikan pengaturan untuk membatasi dan
akhir yang sama yaitu bullying akan berhenti dan memonitor siapa saja yang dapat berkomunikasi
hidup tidak akan menjadi lebih sulit lagi. Orang dengan mereka dan siapa saja yang dapat
tua bisa bekerjasama dengan guru/sekolah atau membaca konten online mereka.
menghubungi orang tua si pelaku atau pihak Orang-orang yang menjadi penonton juga
berwenang untuk mendiskusikan permasalahan memiliki peran yang sangat penting. Mereka yang
yang terjadi. Sebaliknya jika anak menjadi pelaku menyaksikan cyberbullying biasanya tidak mau
Flourensia Sapty Rahayu., Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif 29

ikut terlibat karena takut mereka akan Kebanyakan korban yang mendapat perlakuan
mendapatkan masalah meskipun mereka tahu cyberbullying menceritakan pengalaman yang
bahwa yang mereka saksikan itu salah dan mereka alami kepada teman-teman mereka
seharusnya dihentikan. Bagaimanapun juga, (51,3%). Kepada semua siswa ditanyakan apakah
dengan tidak melakukan apa-apa berarti mereka mereka pernah mendengar atau mengetahui orang
melakukan sesuatu yaitu membiarkan sesuatu lain mengalami cyberbullying, hasilnya 60%
yang salah terjadi. Penonton sebenarnya dapat responden mengatakan pernah mendengar atau
membuat perbedaan yang besar dalam mengetahuinya. Selain mencari tahu apakah siswa
memperbaiki situasi untuk korban cyberbullying pernah menjadi korban cyberbullying, ditanyakan
yang kadang-kadang merasa tidak berdaya dan juga apakah mereka pernah menjadi pelaku
membutuhkan seseorang yang bisa cyberbullying. Hasilnya 32% siswa mengatakan
menyelamatkannya. Penonton seharusnya bisa pernah melakukan cyberbullying dan sarana yang
bangun untuk membantu korban dan bisa paling populer untuk melakukan aksinya adalah
meminta bantuan kepada orang dewasa yang bisa dengan menggunakan situs jejaring sosial. Alasan
memperbaiki situasi ini. Penonton juga tidak mereka melakukan cyberbullying kepada teman-
boleh ikut-ikutan memanaskan suasana, misalnya teman mereka sebagian besar menjawab hanya
dengan ikut menyebarluaskan pesan yang karena iseng saja (49%). Selanjutnya kami
menyakitkan atau menertawakan konten-konten menanyakan tentang efek dari cyberbullying bila
atau gurauan-gurauan yang sifatnya dibandingkan dengan bullying tradisional.
menghina/merendahkan. Hasilnya lebih banyak siswa (38%) mengatakan
Para penegak hukum juga memiliki peran cyberbullying memilik efek yang lebih besar
dalam mencegah dan merespon terjadinya terhadap korban. Namun terlihat dari hasil
cyberbullying. Aturan-aturan dan hukum-hukum kuesioner dan komentar-komentar yang diberikan
yang berkaitan dengan penggunaan sarana online ROHK VLVZD EDKZD LVWLODK ´cyberbullying´ LQL
harus diketahui dan dikuasai dengan benar. Jika relatif masih baru untuk mereka dan masih banyak
terjadi tindakan cyberbullying mereka harus turun yang belum paham tentang bahaya dari
tangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Bahkan cyberbullying ini. Ini terbukti dari banyaknya
meskipun belum sampai pada level kriminal para siswa yang masih menganggap cyberbullying
penegak hukum harus bisa membantu dengan cara sebagai sesuatu yang wajar dilakukan oleh remaja.
memberikan kesadaran kepada masyarakat Cyberbullying bukan semata-mata masalah
tentang seriusnya tindakan cyberbullying ini. Para remaja saja namun juga menjadi tanggung jawab
penegak hukum dapat melakukan sosialisasi stakeholder yang lain termasuk orang tua,
kepada orang tua-orang tua tentang aturan-aturan sekolah, masyarakat, para penegak hukum dan
hukum yang berkaitan dengan cyberbullying ini lain sebagainya. Banyak hal yang dapat dilakukan
sehingga orang tua memiliki pengetahuan dan untuk mengatasi cyberbullying ini. Masing-
dapat mengambil tindakan yang benar dan cepat masing stakeholder memiliki tugas untuk
jika anak mereka mengalami tindakan yang tidak melakukan sesuatu sesuai dengan perannya agar
menyenangkan. cyberbullying ini dapat dicegah dan dihentikan.
Untuk itu dibutuhkan juga kerjasama dari semua
4. Kesimpulan pihak yang terkait ini. Dengan respon yang tepat
baik dari pihak korban, orang tua maupun
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan sekolah, aksi cyberbullying ini dapat dihentikan,
kepada siswa-siswi SMP dan SMU di kota namun jika salah memberikan respon bisa jadi
Magelang, Yogyakarta dan Semarang didapatkan aksi ini akan semakin meningkat dan akan sangat
informasi bahwa fenomena cyberbullying telah merugikan bagi korban.
terjadi di kalangan remaja kita. Meskipun belum
didapatkan kasus yang sangat serius namun sudah Referensi
cukup banyak remaja yang mengalami
cyberbullying yaitu sebanyak 28% dari 363 siswa. [1] A.Blanchard & T. Horan, Social Dimensions
Pelaku cyberbullying kebanyakan adalah teman of Information Technology: Issues for the
sekolah dan jenis kelamin terbanyak adalah laki- New Millennium, David Garson edt. Idea
laki (50%). Sarana teknologi informasi yang Group Publishing, p.6-22, 2000.
banyak digunakan untuk cyberbullying ini adalah [2] A.B. Proctor, S. Hinduja, and J.W. Patchin,
dengan menggunakan situs jejaring sosial (35%) Victimization of Adolescent Girls:
dan pesan teks (SMS) (33%). Sedangkan Cyberbullying Research Summary,
perlakuan cyberbullying yang paling banyak http://www.cyberbullying.us/
diterima oleh korban adalah diejek/diolok- cyberbullying_girls_victimization.pdf, 2009,
olok/dimaki-maki lewat sarana tersebut. retrieved Feb 20, 2011.
30 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 1, April 2012

[3] A . Gutnick, J. Kotler, M. Robb, and L. [15] + 3UXLMW ³Social Capital and The Equalizing
Takeuchi, Always Connected: The New Potential of The Internet´ Social Science
Digital Media Habits of Young Children, Computer Review 20(2): 109-115, 2002.
Joan Ganz Cooney Center, 2011. [16] I.Whitney, and 3 . 6PLWK ³A Survey of
[4] Anon, Cyberbullying-Damage in a Digital The Nature and Extent of Bullying in
Age, Common Sense Media, Junior/Middle and Secondary Schools´
http://www.ncta.com/PublicationType/White Educational Research, 35, 325, 1993.
Paper/Cyberbullying-Damage-in-a-Digital- [17] - ( .DW] 5 ( 5LFH DQG 3 $VSGHQ ³The
Age.aspx, 2010, retrieved July 15, 2011. Internet, 1995-2000: Access, Civic
[5] Anon, Kekerasan Dunia Maya dan Depresi, Involvement, and Social Interaction´ The
Mediaindonesia, American Behavioral Scientist 45(3): 405-
http://www.mediaindonesia.com/read/ 419, 2001.
2010/09/22/169941/78/22/Kekerasan-Dunia- [18] - 5DVNDXVNDV $ ' 6WROW] ³Involvement in
Maya-dan-Depresi, 2010, retrieved July 15, Traditional and Electronic Bullying Among
2011. Adolescents´ Developmental Psychology,
[6] Anon, Social Media and Young Adults, Pew 43, 564-575, 2007.
Internet and American Life Project, [19] J. Wolak, K.J. Mitchell, and D.
http://www.pewinternet.org/Reports/2010/So Finkelhor, ³Unwanted and Wanted
cial-Media-and-Young-Adults.aspx, 2010, Exposure to Pornography in A National
retrieved August 20, 2011. Sample of Youth Internet Users´
[7] Anon, The Secret Online Lives of Teens, Pediatrics,119(2): 247-257, 2007.
Mcaffee/Harris Interactive Survey, [20] .LP -HRQJ +ZDQ ³&K¶RÙQJVRQ\RÙQ XÙL
http://us.mcafee.com/en- LQW¶RÙQHW FKXQJGRN PXQMH ZD WDHFK¶DHN
us/local/docs/lives_of_teens.pdf, 2010, HNZDQDQ \RÙQ¶JX ´ (A Study on Problem
retrieved July 15, 2011. and Policy of Youth Internet Addiction),
[8] Anon, What is Cyberbullying, Exactly?, +DQ¶JXN NDMRN SRNFKLKDN .RUHDQ -RXUQDO
Stopcyberbullying.org, of Family Social Work) 9(2): 21-34, 2004.
http://www.stopcyberbullying.org/ [21] .LP .ZDQJ 6RR ³,QW¶RÙQHW FKXQJGRN NZD
what_is_cyberbullying_exactly.html, 2009, FK¶RÙQJVRQ\RÙQ VRRH XÙL NZDQ¶J\H ´ The
retrieved August 20, 2011. 5HODWLRQVKLS EHWZHHQ $GROHVFHQWV¶ ,QWHUQHW
[9] B. Wellman, A.Q. Haase, and J.W.K. Addiction and Alienation), Kyoyuk simni
+DPSWRQ ³Does The Internet Increase, \RÙQ¶JX .RUHDQ -RXUQDO RI (GXFDWLRQDO
Decrease, or Supplement Social Capital? Psycology) 16(1): 5-22, 2002.
Social Networks, Participation, and [22] K. Rigby, Bullying in Schools and What to
&RPPXQLW\ &RPPLWPHQW´, The American Do about it, London Jessica Kingsley, 1997.
Behavioral Scientist, 45(3): 436-455, 2001. [23] Lim Jin Sook, Park Jong O and Kim Seong
[10] C.Gengler, Teens and the Internet, 6LN ³&K¶RÙQJVRQ\RÙQ XÙL LQW¶RÙQHW FKXQJGRN
http://www.extension.umn.edu/ capacity/fd/ PXQMH NDHVRÙQ XÙO ZLKDQ VDQJGDP FKLZRÙQ
sites/parenting/programs/familiesWithTeens/ VLVXÙW¶HP PRK\RÙQJ NDHEDO ´ (Development
teenTalk/tt_internet_revised.pdf, 2006, of Counseling Support System Model for
retrieved July 15, 2011. ,PSURYLQJ 6WXGHQW¶V ,QWHUQHW $GGLFWLRQ
[11] C. Katzer, D. Fetchenhauer, and F. Belschak, Problem), &KRÙQJER N\R\XNKDNKRH
³Cyberbullying Who are The Victims? A nonmunji (Korea Journal of Information
Comparison of Victimization in Internet Education) 8(4): 523-536, 2004.
Chatrooms and Victimization in School´ [24] / 3\OH ³Teens and Internet
Journal of Media Psychology Theories, Communication: What's Normal and What's
Methods, and Applications, 21, 25-36, 2009. $ 3UREOHP"´ Alternative Journal of Nursing
[12] D. Olweus, Bullying at School. What We July 2008, Issue 17, 2008.
Know and What We Can Do, Malden, [25] 0 2UOHDQV DQG 0 & /DQH\ ³&KLOGUHQ¶V
MABlackwell Publishing, 1993. Computer Use in The Home: Isolation or
[13] D. Shenk, Data Smog: Surviving the Sociation?´ Social Science Computer Review
Information Glut, Infomedia, 1997. 18(1): 56-72, 2000.
[14] F. Dehue, C. Bolman, , T. Vllink, [26] 0 / <EDUUD DQG . - 0LWFKHOO ³2QOLQH
³CyberbullyingYoungsters' Experiences and Aggressor/Targets, Aggressors, and Targets
Parental Perception´ CyberPsychology A Comparison of Associated Youth
Behavior, 11, 217-223, 2008. &KDUDFWHULVWLFV´ Journal of Child
Psychology, 2004.
Flourensia Sapty Rahayu., Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif 31

[27] M.R. Kowalski, P.S. Limber, and W.P. 5HVHDUFK RI *HQGHU 'LIIHUHQFHV´ School
Agatson, Cyberbullying: Bullying in the Psychology International, 27, 157-170,
Digital Age, Malden, MABlackwell 2006.
Publishing, 2008. [38] R. M. Kowalski, and S.P. Limber,
[28] Na Dong Suk, ³<RÙQ¶JX QRQPXQ ³Electronic Bullying Among Middle School
&KRÙQJVRQ\RÙQ XÙL SLKDHQJ VRÙQJK\DQJ Students´ Journal of Adolescent Health, 41,
NZDVDKRHMRÙN FKLML ND LQW¶RÙQHW FKXQJGRN 522-530, 2007.
N\RÙQJK\DQJ H PLFK¶LQXÙQ \RÙQJK\DQJ ´ (A [39] S. Hinduja and J.W. Patchin, Cyberbullying
6WXG\ RQ $GROHVFHQW¶V ,QWHUQHW $GGLFWLRQ E\ and Self Esteem: Cyberbullying Research
Their Delinquent Proneness and Social Summary, http://www.cyberbullying.us/
Support), &K¶RÙQJVRQ\RÙQDN \RÙQ¶JX .RUHD cyberbullying_and_self_esteem_research_fa
Journal of Youth Studies) 11(3): 23-43, ct_sheet.pdf, 2010, retrieved August 20,
2004. 2011.
[29] 1 + 1LH ³Sociability, Interpersonal [40] S. Hinduja and J.W. Patchin, Cyberbullying
Relations, and The Internet: Reconciliating and Strain: Cyberbullying Research
Conflicting Findings´ The American Summary,
Behavioral Scientist 45(3): 420-435, 2001. http://www.cyberbullying.us/cyberbullying_
[30] N. H. Nie, and L. Erbring, Internet and and_strain_research_fact_sheet.pdf, 2010,
Society: A Preliminary Report, retrieved August 20, 2011.
http://www.stanford.edu/group/siqss, 2000, [41] S. Hinduja and J.W. Patchin, Cyberbullying
retrieved July 20, 2011. and Suicide: Cyberbullying Research
[31] N. Willard, (GXFDWRU¶V *XLGH WR Summary,
Cyberbullying and Cyberthreats, Eugene, http://www.cyberbullying.us/cyberbullying_
OR: Center for Safe and Responsible and_suicide_research_fact_sheet.pdf, 2010,
Internet Use, retrieved August 20, 2011.
http://new.csriu.org/cyberbully/docs/ [42] S. Hinduja and J.W. Patchin, Cyberbullying:
cbcteducator.pdf, 2007, retrieved July 20, Identification, Prevention, and Response,
2011. http://www.cyberbullying.us/Cyberbullying_
[32] 2 7 $U FDN ³Psychiatric Symptomatology Identification_Prevention_Response_Fact_S
as a Predictor of Cyberbullying Among heet.pdf, 2010, retrieved August 20, 2011.
Uuniversity Students´ Eurasian Journal of [43] S. Hinduja and J.W. Patchin, Emotional and
Educational Research, 34, 167-184, 2009. Psychological Consequences: Cyberbullying
[33] P. Aftab, What is Cyberbullying?, http:// Research Summary,
aftab.com/index.php?page=cyberbullying, http://www.cyberbullying.us/
2011, retrieved August 20, 2011. cyberbullying_emotional_consequences.pdf,
[34] 3 +RZDUG / 5DLQH DQG 6 -RQHV ³Days 2010, retrieved August 20, 2011.
and Nights on The Internet: The Impact of A [44] S. Shariff, Cyber-Bullying Issues and
Diffusing Technology´ The American Solutions for the School, the Classroom and
Behavioral Scientist 45(3): 383-404, 2001. the Home, New York Routledge, 2008.
[35] P.K. Smith, J. Mahdavi, M. Carvalho, S. [45] 7 $QGHUVRQ % 6WXUP ³Cyberbullying from
Fisher, S. Russell, and N. Tippett, Playground to Computer´ Young Adult
³Cyberbullying: Its Nature and Impact in Library Services, 5, 24-27, 2007.
6HFRQGDU\ 6FKRRO 3XSLOV´, Journal of Child [46] T. %HUDQ 4 /L ³Cyber-Harassment A Study
Psychology and Psychiatry 49:4 (2008), pp of a New Method for an Old Behavior´
376±385, 2008. Journal of Educational Computing
[36] P.K. Smith, L. Talamelli, H. Cowie, P. Research, 32, 265-277, 2005.
1D\ORU DQG 3 &KDXKDQ ³Profiles of Non [47] ; 0D ³Bullying in Middle School
Victims, Escaped Victims, Continuing Individual and School Characteristics of
Victims and New Victims of School Victims and Offenders´ School
Bullying´ British Journal of Educational Effectiveness and School Improvement, 13,
Psychology, 74, 565±581, 2004. 63 89, 2002.
[37] 4 /L ³&\EHUbullying in Schools A

Anda mungkin juga menyukai