Anda di halaman 1dari 3

Tugas Analisis Pengeluaran Pemerintah Tahun 2014 - 2017

Di Susun Oleh :
Fithrotul Husna Sajidah
7111416031
Ekonomi Pembangunan
2016
Analisis pengeluaran pemerintah
Secara nominal jumlah belanja negara dalam empat tahun terakhir cukup meningkat. Dalam
APBN tahun 2014 jumlah belanja negara yang terealisasi sebesar 1.777.183 miliar. Kemudian
dalam APBN tahun 2015 jumlah belanja negara yang terealisasi sebesar 1.806.515 miliar.
Kemudian pada tahun 2016 jumlah belanja negara yang terealisasi sebesar 1.864.275 miliar.
Kemuadian pada tahun 2017 jumlah belanja negara yang terealisasi sebesar 2,007,325 miliar.
Adapun beberapa factor yang memperngaruhi naiknya belanja negara dari tahun ke tahun
yaitu :
1. Program penyehatan dan restruktualisasi perbankan yang dilakukan pada masa krisis
ekonomi, sehingga pemerintah harus menerbitkan surat utang dan obligasu yang
mengakibatkan kepada timbulnya beban bunga utang luar ngeri yang cukup besar
yang bahkan terasa pada beberapa tahun terakhir
2. Pemberian subsidi untuk menjaga stabilitas harga, membantu masyarakat yang
kurang mampu dalam menghadapi dampak krisis ekonomi akibat masih rendahnya
pendapatan rill masyarakat, misalnya pemberian bantuan langsung tunai (BLT)
3. Implikasi kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sesuai dengan Undang-
undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah dan Undang-undang No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ,
sehingga memalului APBN, pemerintah pusat mengalokasikan anggaran belanja untuk
daerah dalam jumlah yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Misi negara itu dapat direalisasikan dengan mengalokasikan anggaran pengeluaran untuk
belanja pegai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin
lainnya. Meskipun demikian perkembangan pengeluaran rutin tersebut sangat
dipengaruhi oleh perkrmbangan bebbagai variabel ekonomi makro, diantaranya nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat, suku bunga SBI-3 bulan, harga tingkat
produksi minyak mentah, laju inflasi, serta volume konsumsi BBM di dalam negeri.
Selain itu, besaran pengeluaran rutin juga dipengaruhi oleh berbagai langkah- langkah
kebijakan yang di lakukan oleh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara
dan menjaga stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur
pemerintah, penghmatan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih
tepat sasaran.
Dari sisi belanja, kualitas belanja menjadi penting yang dpaat dilihat melalui besaran untuk
capital spending. Namun selama ini belanja anggran lebih banyak digunkan untuk belanja
pegawai yang tidak memiliki multiplier effect yang besar. Ternyata peningkatan belanja
pegawai tidak di barengi dengan peningkatan kinerja. Oleh karena itu, kedepan senaiknya
pemerintah merubah postur anggaran yang lebih banyak di alokasikan untuk capital
spending yang diharapkan memiliki reaksi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penyusuanan postur APBN yang konvensional ini juga dapat dilihat melalui kebijakan
deficit anggran yang tidak memperhatikan urgensi dan prioritas yang jelas. Sementara jika
melihat realisasi baik dari sisi belanja maupun pendapatan, keduanya selalu menunjukan
hasil yang jauh dari harapan. Itulah sebabnya APBN tidak berfungsi optimal untuk
mengatasi persoalan perekonomian meskipun nomal APBN selalu meningkat.
Seharusnya, penyusunan APBN tentu tidak hanya didasarkan pada aspek pecapaian target
makro saja. Melainkan juga di dasarkan pada aspek ideologi sebagai bentuk penerapan
amanat konstitusi. Sehingga kebijakan anggaran pemerintah diharapkan mampu
menyelesaikan persoalan negara. Namun, tampaknya pemerintah belum mampu
menjadikan APBN sebagai instrument untuk mengatasi permasalahan dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai