Masakan Jepang (日本料理 nihon ryōri, nippon ryōri?) adalah makanan yang dimasak dengan
cara memasak yang berkembang secara unik di Jepang dan menggunakan bahan makanan yang
diambil dari wilayah Jepang dan sekitarnya. Dalam bahasa Jepang, makanan Jepang disebut
nihonshoku atau washoku.
Sushi, tempura, shabu-shabu, dan sukiyaki adalah makanan Jepang yang populer di luar Jepang,
termasuk di Indonesia.
Definisi
Masakan dan makanan Jepang tidak selalu harus berupa "makanan yang sudah dimakan orang
Jepang secara turun temurun." Makanan orang Jepang berbeda-beda menurut zaman, tingkat
sosial, dan daerah tempat tinggal. Cara memasak masakan Jepang banyak meminjam cara
memasak dari negara-negara Asia Timur dan negara-negara Barat. Di zaman sekarang, definisi
makanan Jepang adalah semua makanan yang dimakan orang Jepang dan makanan tersebut
bukan merupakan masakan asal negara lain.
Dalam arti sempit, masakan Jepang mengacu pada berbagai berbagai jenis makanan yang khas
Jepang. Makanan yang sudah sejak lama dan secara turun temurun dimakan orang Jepang, tetapi
tidak khas Jepang tidak bisa disebut makanan Jepang. Makanan seperti gyudon atau nikujaga
merupakan contoh makanan Jepang karena menggunakan bumbu khas Jepang seperti shōyu,
dashi dan mirin. Makanan yang dijual rumah makan Jepang seperti penjual soba dan warung
makan kappō juga disebut makanan Jepang. Makanan yang mengandung daging sapi sering
dianggap bukan masakan Jepang karena kebiasaan makan daging baru dimulai sejak Restorasi
Meiji sekitar 130 tahun lalu. Menurut orang di luar Jepang, berbagai masakan dari daging sapi
seperti sukiyaki dan gyudon juga termasuk makanan Jepang. Dalam arti luas, bila masakan yang
dibuat dari bahan makanan yang baru dikenal orang Jepang ikut digolongkan sebagai makanan
Jepang, maka definisi masakan Jepang adalah makanan yang dimasak dengan bumbu khas
Jepang.
Masakan Jepang sering merupakan perpaduan dari berbagai bahan makanan dan masakan dari
berbagai negara. Parutan lobak yang dicampur saus sewaktu memakan bistik atau hamburg
steak, dan salad dengan dressing parutan lobak merupakan contoh perpaduan makanan Barat
dengan penyedap khas Jepang. Saus spaghetti yang dicampur mentaiko, tarako, natto, daun shiso
atau umeboshi merupakan contoh makanan Barat yang dinikmati bersama bahan makanan yang
memiliki rasa yang sudah akrab dengan lidah orang Jepang. Bistik dengan parutan lobak
sebenarnya tidak dapat disebut sebagai makanan Jepang melainkan bistik ala Jepang (wafū
steak). Berdasarkan aturan ini, istilah wafū ( 和 風 ala Jepang?) digunakan untuk menyebut
makanan yang lazim ditemukan dan dimakan di Jepang, tetapi dimasak dengan cara memasak
dari luar Jepang.
Berdasarkan aturan wafū, beberapa jenis makanan sulit digolongkan sebagai makanan Jepang
karena merupakan campuran antara makanan Jepang dan makanan asing:
Makanan Barat yang dicampur bahan makanan yang unik Jepang, seperti sarada udon
(salad adalah makanan Barat tetapi dicampur udon yang khas Jepang), kari, dan anpan
(roti berasal dari Barat berisi ogura yang khas Jepang).
Makanan khas Jepang yang berasal dari luar negeri tetapi dibuat dengan resep yang sudah
diubah sesuai selera lokal, seperti ramen dan gyōza.
Makanan yang berdasarkan bahan dan cara memasak sulit diputuskan harus dimasukkan
ke dalam kategori makanan Barat atau makanan Jepang, misalnya pork ginger dan
butashōgayaki keduanya menunjuk pada makanan yang sama.
Sebagian besar ahli kuliner berpendapat masakan Jepang mudah sekali dibedakan dari masakan
negara tetangga seperti masakan Korea dan masakan Cina. Walaupun demikian, sejumlah
makanan Korea juga mendapat pengaruh dari masakan Jepang. Di Korea juga dikenal kimbab
(futomakizushi), sup miso, dan takuan (asinan lobak) yang merupakan makanan khas Jepang.
Ciri khas
Bahan makanan
Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang berupa: beras, hasil pertanian (sayuran dan
kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi yang dibuat dari konbu, ikan dan
shiitake, ditambah miso dan shōyu. Berbeda dengan masakan negara-negara lain, makanan
Jepang sama sekali tidak menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dari biji-bijian (merica)
atau penyedap yanng mengandung biji (seperti cabai) yang harus ditumbuk atau dihaluskan.
Masakan Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam seperti bawang putih.
Kacang kedelai merupakan bahan utama makanan olahan. Penyedap biasanya berupa sayur-
sayuran beraroma harum yang dipotong-potong halus atau diparut. Masakan Jepang umumnya
rendah lemak, tetapi mengandung kadar garam yang tinggi.
Bumbu
Masakan Jepang mengenal 5 bumbu utama yang harus dimasukkan secara berturutan sesuai
urutan sa-shi-su-se-so yang merupakan singkatan dari:
Penyajian makanan
Makanan utama di Jepang terdiri dari nasi (kadang-kadang dicampur palawija), sup dan lauk.
Lain halnya dari masakan Cina atau masakan Eropa, masakan Jepang tidak mengenal tahapan
(course) dalam penyajian. Dalam budaya makan Eropa atau Cina, makanan disajikan secara
bertahap, mulai dari hidangan pembuka, sup, hidangan utama, dan diakhiri dengan hidangan
penutup. Masakan Jepang dihidangkan semuanya secara sekaligus. Dalam hal penyajian
hidangan, dalam masakan Jepang tidak dikenal perbedaan antara tata cara penyajian di rumah
dengan tata cara penyajian di restoran. Jamuan makan dan kaiseki merupakan pengecualian
karena makanan disajikan secara bertahap.
Dalam hal menikmati makanan, masakan Jepang bisa dengan mudah dibedakan dari masakan
Eropa atau masakan Cina. Rasa dicampur sewaktu makanan Jepang berada di dalam mulut.
Asinan sayur-sayuran mungkin terasa terlalu asin kalau dimakan begitu saja, namun asinan
terasa lebih enak ketika dimakan dengan nasi putih. Dalam masakan Jepang, bahan makanan
tidak diolah secara berlebihan. Makanan harus mempunyai rasa asli bahan makanan tersebut.
Cara memasak atau penyiapan makanan hanya bertujuan menampilkan rasa asli dari bahan
makanan. Makanan juga sama sekali tidak dimasak dengan bumbu yang berbau tajam. Masakan
Jepang tidak mengenal teknik memasak yang bisa merusak penampilan bahan dan kesegaran
bahan makanan.
Juru masak masakan Jepang dituntut serba bisa dalam berbagai bidang. Mereka dituntut
memiliki keahlian dalam pengolahan bahan makanan, pengetahuan tentang alat-alat makan, serta
pemilihan suasana yang tepat untuk menikmati makanan. Masakan Jepang sangat berbeda dari
masakan Perancis yang sangat maju dalam pembagian keahlian di dapur dan pelayanan terhadap
tamu di ruang makan.
Peralatan makan untuk masakan Jepang umumnya dibuat dari keramik, porselen, atau kayu yang
dipernis dengan urushi. Di rumah keluarga Jepang, setiap anggota keluarga memiliki mangkuk
nasi dan sumpit sendiri, dan tidak saling dipertukarkan dengan milik anggota keluarga yang lain.
Sumpit yang dipakai bisa berupa sumpit kayu, sumpit bambu, atau sumpit sekali pakai. Sebelum
teknik pembuatan keramik dikenal di Jepang, sebagian besar alat makan dibuat dari kayu yang
dipernis. Alat makan dari porselen umumnya diberi hiasan gambar-gambar yang berfungsi
sebagai penghias hidangan.
Masakan Jepang memiliki aturan yang sangat longgar menyangkut bentuk alat makan dari
keramik. Piring bisa saja berwarna gelap atau berbentuk persegi empat, sehingga sangat
mencolok dibandingkan piring makanan Eropa atau Amerika. Alat makan untuk makanan Jepang
terlihat sangat berbeda dengan alat makan untuk masakan Cina atau Korea. Masakan Cina
menggunakan piring bundar dari porselen dengan hiasan sederhana, sementara masakan Korea
memakai porselen putih tanpa hiasan atau alat makan dari logam.
Sejarah
Nihon Shoki adalah literatur klasik yang memuat sejarah tertua tentang masakan Jepang. Di
dalamnya dikisahkan tentang nenek moyang klan Takahashi bernama Iwakamutsukari-no-
mikoto. Makanan yang dihidangkannya berupa namasu ikan cakalang dan potongan kerang
(hamaguri) yang diacar dengan cuka. Hidangan istimewa tersebut dibuatnya untuk Kaisar Keiko
yang sedang mengunjungi Provinsi Awa ketika bersedih atas kematian Yamato Takeru.
Iwakamutsukari-no-mikoto bertugas sebagai juru masak istana dan kemudian dimuliakan sebagai
dewa masakan.
Orang Jepang mulai makan nasi sejak zaman Jomon. Lauknya berupa bahan makanan yang
direbus (nimono), dipanggang, atau dikukus. Cara mengolah makanan dengan menggoreng mulai
dikenal sejak zaman Asuka, dan berasal dari Semenanjung Korea dan Cina. Teh dan masakan
biksu diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan masuknya agama Buddha, namun hanya
berkembang di kalangan kuil. Makanan biksu adalah masakan vegetarian yang disebut shōjin
ryōri. Hewan peliharaan dan binatang buas seperti monyet dilarang untuk dijadikan bahan
makanan. Di dalam literatur klasik Engishiki juga diceritakan tentang ikan hasil fermentasi yang
disebut narezushi yang dipakai sebagai persembahan di Jepang bagian barat.
Pengaruh kuat kebudayaan Cina pada zaman Nara ikut memengaruhi masakan Jepang pada
zaman Nara. Makanan dimasak sebagai hidangan upacara dan ketika ada perayaan yang
berkaitan dengan musim. Sepanjang tahunnya selalu ada perayaan dan pesta makan. Teknik
memasak dari Cina mulai dipakai untuk mengolah bahan makanan lokal. Penyesuaian cara
memasak dari Cina dengan keadaan alam di Jepang akhirnya melahirkan masakan yang khas
Jepang.
Pada zaman Heian, masakan Jepang terus berkembang dengan pengaruh dari daratan Cina.
Orang Jepang waktu itu mulai mengenal makanan seperti karaage dan kue-kue asal Dinasti Tang
(tōgashi), dan natto. Aliran memasak dan etiket makan berkembang di kalangan bangsawan.
Atas perintah kaisar Kōkō, Fujiwara no Yamakage menyunting buku memasak aliran Shijō yang
berjudul Shijōryū Hōchōshiki. Sampai saat ini, rumah makan tradisional Jepang masih sering
memiliki altar pemujaan untuk Fujiwara no Yamakage dan Iwakamutsukari-no-mikoto.
Makanan olahan dari tahu yang disebut ganmodoki mulai dikenal bersamaan dengan makin
populernya tradisi minum teh dan ajaran Zen. Pada zaman Kamakura, makanan dalam porsi kecil
untuk biksu yang menjalani latihan disebut kaiseki. Pendeta Buddha bernama Eisai
memperkenalkan teh yang dibawanya dari Cina untuk dinikmati dengan hidangan kaiseki.
Masakan ini nantinya berkembang menjadi makanan resepsi yang juga disebut kaiseki, tetapi
ditulis dengan aksara kanji yang berbeda.
Chūnagon bernama Yamakage no Masatomo mendirikan aliran memasak Shijōryū. Aliran ini
menerbitkan buku memasak berjudul Shijōryū Hōchōsho (Buku Memasak Aliran Shijō).
Sementara itu, klan Ashikaga mendirikan aliran memasak Ōkusaryū. Orang mulai menjadi
cerewet soal cara memasak dan menghidangkan makanan. Makanan gaya honzen (honzen no
seishiki) dan gaya kaiseki merupakan dua aliran utama masakan Jepang zaman Muromachi.
Dalam gaya honzen, makanan dihidangkan secara individu di atas meja pendek yang disebut
ozen. Porsi yang dihidangkan cukup untuk dimakan satu orang. Dalam gaya kaiseki, makanan
dihidangkan dalam porsi kecil seperti makanan yang dihidangkan dalam upacara minum teh.
Namban adalah istilah orang Jepang zaman dulu untuk "luar negeri", khususnya Portugal dan
Asia Tenggara. Dari kata namban dikenal istilah nambansen (kapal dari luar negeri). Kedatangan
kapal-kapal dari luar negeri dari zaman Muromachi hingga zaman Sengoku membawa serta
berbagai jenis masakan yang disebut namban ryōri (masakan luar negeri) dan nambangashi (kue
luar negeri). Kue kastela yang menggunakan resep dari Portugal adalah salah satu contoh dari
nambangashi.
Kebudayaan orang kota berkembang pesat pada zaman Edo. Makanan penduduk kota seperti
tempura dan teh gandum (mugicha) banyak dijual di kios-kios pasar kaget. Pada masa itu, di Edo
mulai banyak dijumpai rumah makan khusus soba dan nigirizushi. Ōrusuichaya adalah sebutan
untuk rumah makan tradisional (ryōtei) yang digunakan samurai sewaktu menjamu tamu dengan
pesta makan. Makanan dinikmati secara santai sambil meminum sake, dan tidak mengikuti tata
cara makan formal seperti masakan kaiseki atau masakan Honzen. Masakan Ōrusuichaya disebut
masakan kaiseki (会席料理 kaiseki ryōri?, masakan jamuan makan), dan ditulis dengan aksara
kanji yang berbeda dari "kaiseki" untuk upacara minum teh.
Teknik pembuatan kue-kue tradisional Jepang (wagashi) berkembang pesat berkat tersedianya
gula yang sudah menjadi barang yang lumrah. Alat makan dari keramik dan porselen mulai
banyak digunakan dan diberi hiasan berupa gambar-gambar artistik yang dikerjakan secara
serius. Daging ternak mulai dikonsumsi orang Jepang dan daging sapi dimakan sebagai obat.
Sejak pertengahan zaman Edo mulai dikenalnya teknik seni ukir sayur, dan makanan mulai
dihias dengan hiasan dari lobak (wachigai daikon). Pada waktu itu juga mulai dikenal telur rebus
aneh dengan kuning telur berada di luar dan putih telur di dalam (kimigaeshi tamago).
Masakan Kanto
Masakan Jepang zaman modern adalah hasil penyempurnaan masakan zaman Edo. Daimyo dari
seluruh penjuru Jepang mengenal kewajiban sankin kōtai. Mereka wajib datang ke Edo untuk
menjalankan tugas pemerintahan bersama shogun. Kedatangan daimyo dari seluruh pelosok
negeri membawa serta cara memasak dan bahan makanan khas dari daerah masing-masing.
Bahan makanan yang dibawa rombongan daimyo dari seluruh pelosok Jepang menambah
keanekaragaman masakan Jepang di Edo. Semuanya ditambah dengan makanan laut segar dan
enak dari Teluk Edo yang disebut Edomae. Hasil laut dari Samudera Pasifik seperti ikan tongkol
sudah dijadikan menu tetap sewaktu membuat sashimi.
Ikan dari familia Sparidae yang dikenal di Jepang sebagai ikan tai merupakan lambang
kemakmuran di Jepang. Ikan tai yang dipanggang utuh tanpa dipotong-potong merupakan
hidangan istimewa pada kesempatan khusus. Makanan yang dihidangkan pada pesta makan
terdiri dari dua jenis: makanan untuk dimakan di tempat pesta, dan makanan yang berfungsi
sebagai hiasan. Panggang ikan tai termasuk dalam makanan hiasan yang boleh saja dimakan di
tempat pesta. Namun, ikan panggang di pesta sebenarnya lebih merupakan hiasan karena
dimaksudkan untuk dibawa pulang oleh para tamu sebagai oleh-oleh. Tradisi membawa pulang
makanan pesta sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah berasal dari zaman Edo dan terus
berlanjut hingga sekarang. Selain ikan panggang, tamu biasanya dipersilakan membawa pulang
kinton (biji berangan dan ubi jalar yang dihaluskan) dan kamaboko.
Masakan yang lahir dari berbagai keanekaragaman di daerah Kanto disebut masakan Edo atau
masakan Kanto. Sebutan masakan Kanto digunakan untuk membedakannya dari masakan Kansai
yang sudah dikenal orang lebih dulu. Ciri khas masakan Kanto adalah penggunaan kecap asin
(shōyu) sebagai penentu rasa, termasuk untuk makanan berkuah (shirumono) dan nimono.
Tradisi membawa pulang makanan pesta merupakan alasan penggunaan kecap asin dalam
jumlah banyak dalam masakan Kanto, maksudnya agar rasa tetap enak walaupun sudah dingin.
Berbeda dengan masakan Kanto, masakan Kansai justru tidak terlalu asin walaupun
mengandalkan garam dapur sebagai penentu rasa.
Masakan Kansai
Masakan Kansai adalah sebutan untuk masakan Osaka dan masakan Kyoto. Berbeda dari budaya
Edo yang gemerlap, masakan Kyoto mencerminkan budaya Kyoto yang elegan. Masakan Kyoto
dipengaruhi masakan kuil Buddha. Ciri khasnya adalah penggunaan banyak sayur-sayuran, tahu,
kembang tahu, namun sedikit makanan laut karena letak geografis Kyoto yang jauh dari laut.
Masakan Kyoto melahirkan cara memasak dengan bumbu seminimal mungkin agar rasa asli tahu
atau kembang tahu (yang memang sudah "tipis") tidak hilang. Kepandaian mengolah ikan kering
seperti bodara (ikan cod kering) dan migakinishin (ikan hering kering) menjadi hidangan yang
enak merupakan keistimewaan masakan Kyoto.
Osaka adalah kota tepi laut dengan hasil laut yang melimpah. Oleh karena itu, masakan Osaka
mengenal berbagai cara pengolahan hasil laut. Makanan laut diolah agar enak untuk langsung
dimakan di tempat dan tidak untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Masakan Osaka tidak
mementingkan rasa makanan kalau sudah dingin karena pada prinsipnya "makanan yang habis
dimakan". Prinsip masakan Osaka bertolak belakang dengan prinsip masakan Kanto yang
memikirkan rasa makanan kalau sudah dingin.
Pada awal zaman Meiji, masakan Eropa mulai dikenal orang Jepang yang melakukan kontak
sehari-hari dengan orang asing. Di kalangan rakyat tercipta makanan gaya Barat (yōshoku) yang
merupakan adaptasi masakan Eropa. Berbagai aliran memasak mengalami kemunduran, dan
aliran Hōchōshiki merupakan satu-satunya aliran yang terus bertahan. Pelarangan makan daging
dihapus sesuai kebijakan Pemerintah Meiji tentang Haibutsu Kishaku dan Shinbutsu Bunri
sehingga tercipta sukiyaki. Sementara itu, honzen ryōri yang merupakan aliran utama masakan
Jepang mulai ditinggalkan orang. Hidangan kaiseki telah menjadi makanan standar di rumah
makan tradisional (ryōtei) dan penginapan tradisional (ryokan).
Masakan vegetarian (shōjinryōri) berlanjut sebagai tradisi kuil agama Buddha. Hidangan porsi
kecil yang disebut kaiseki ryōri ( 懐 石 料 理 ?) bertahan hingga kini sebagai hidangan upacara
minum teh. Di bidang pertanian, sawi dan spinacia mulai ditanam secara besar-besaran. Di kota-
kota mulai banyak dijumpai rumah yang memiliki meja pendek yang disebut chabudai sebagai
pengganti nampan berkaki yang disebut ozen. Keberadaan chabudai yang bisa dipakai sebagai
meja makan untuk empat orang mengubah acara makan yang dulunya dilakukan sendiri-sendiri
dengan ozen pribadi menjadi acara berkumpul keluarga.
Akibat gempa bumi besar Kanto yang memakan korban jiwa besar-besaran, juru masak pewaris
tradisi masakan Edo ikut menjadi berkurang, dan tradisi masakan honzen mulai memudar. Etiket
makan mulai longgar, dan orang Jepang semakin menyukai suasana santai sewaktu makan.
Setelah Perang Dunia II, kemudahan transportasi dan kemajuan bidang komunikasi
menyebabkan tipisnya perbedaan antardaerah soal bahan makanan dan cara memasak untuk
makanan yang sama. Walaupun demikian, perbedaan mendasar dalam soal bumbu dan selera
masih tersisa.
Garam
Cuka
Miso
Shōyu
Wasabi
Jahe
Andaliman (sanshō)
Daun bawang (jenis daun bawang dengan lebih banyak bagian batang berwarna hijau
(aonegi) digunakan di daerah Kansai, sementara daun bawang dengan lebih banyak
bagian batang berwarna putih (nebukanegi) disenangi di daerah Kanto)
Daun shiso sebagai penyedap
Cabai merah dalam jumlah sangat sedikit, terutama untuk campuran bubuk shichimi
Dashi
Kategori
Masakan tradisional
Honzenryōri (本膳料理?)
Masakan yang mulai dikenal pada zaman Edo, dan mendapat pengaruh dari masakan
kalangan samurai tetapi akhirnya menghilang pada zaman Meiji.
Shōjinryōri (精進料理?)
Makanan jamuan pesta di rumah makan tradisional Jepang (ryōtei) yang dinikmati sambil
minum sake. Penyajian dilakukan secara bertahap seperti masakan kaiseki.
Makanan sehari-hari
Masakan nasi
o Nasi
Nasi putih, nasi merah (sekihan), kowameshi
Nasi dari beras yang belum disosoh
Nasi bercampur gandum (mugimeshi)
Onigiri
o Nasi berbumbu cuka
Sushi
Oshizushi
o Bubur (okayu), bubur dari nasi (zōsui atau ojiya)
o Ochazuke
o Takikomigohan (nasi yang ditanak dengan sedikit lauk)
o Donburi
o Kakegohan (nasi yang dituangi sesuatu): mugitoro (gandum yang ditanak dan
dituangi parutan umbi yamaimo atau nagaimo).
o Mochi dan dango
Nerimono: bentuk goreng-gorengan dari daging ikan yang dihaluskan dan ditambah
tepung.
Masakan Korea adalah makanan tradisional yang berdasarkan pada teknik dan cara memasak
orang Korea. Mulai dari kuliner istana yang aneh sampai makanan khas daerah serta perpaduan
masakan modern, bahan-bahan yang digunakan serta cara penyiapannya yang sangat berbeda.
Banyak sekali makanan Korea yang sudah mendunia. Masakan korea yang dijabarkan berbeda
dengan kuliner istana, yang sampai saat ini juga dinikmati sebagian besar masyarakat Korea.
Masakan Korea sebagian besar berbahan beras, mi, tahu, sayuran dan daging. Makanan
tradisional Korea dikenal dengan makanan sampingan yaitu banchan yang dimakan dengan nasi
putih dan sup atau kaldu. Setiap makanan dilengkapi dengan banchan yang cukup banyak.
Kimchi adalah makanan fermentasi yang berasal dari sayuran, utamanya sawi, lobak dan
Metimun. Setidaknya ada satu jenis kimchi yang disajikan sebagai banchan sepanjang tahun.
Kimchi juga adalah bahan dasar utama dalam berbagai resep masakan Korea.
Makanan Korea biasanya dibumbui dengan minyak wijen, doenjang, kecap, garam, bawang
putih, jahe dan saus cabai (gochujang). Masyarakat Korea adalah konsumen bawang putih
terbesar sedunia di atas Cina, Thailand, Jepang, serta negara-negara Laut Tengah seperti
Spanyol, Italia dan Yunani.
Makanan Korea berbeda setiap musimnya. Selama musim dingin, biasanya makanan tradisional
yang dikonsumsi adalah kimchi dan berbagai sayuran yang diasinkan di dalam gentong besar
yang disimpan di bawah tanah di luar rumah. Persiapan pembuatan masakan Korea biasanya
sangat membutuhkan kerja sama.
Makanan tradisional istana, yang dahulu hanya dinikmati oleh keluarga kerajaan Dinasti Joseon,
memerlukan waktu berjam-jam untuk pembuatannya. Makanan istana memiliki harmonisasi
yang menampilkan kontras dari karakter panas dan dingin, pedas dan tawar, keras dan lembut,
padat dan cair, serta keseimbangan warna.
Makanan istana seperti ini beberapa di antaranya dapat mencapai harga ₩240.000 (sekitar USD
265) per orang termasuk minuman juga layanan oleh pelayan eksklusif. Restoran yang
menyediakan makanan istana terdapat banyak di kota Seoul. Sejak meledaknya popularitas
drama Daejanggeum, semakin banyak pula masyarakat yang menyukai makanan istana.
Orang Korea biasanya makan dengan duduk di bantal (tanpa kursi) pada meja yang rendah
dengan posisi kaki menyilang. Makanan dimakan dengan sumpit dari stainless steel (jeotgarak)
dan sendok panjang (sutgarak); set sumpit dan sendok ini dinamakan sujeo (gabungan sutgarak
dan jeotgarak), namun sujeo dapat juga diartikan sebagai sendok saja. Tidak seperti bangsa
pengguna sumpit lain, orang Korea sudah menggunakan sendok sejak abad ke-5 Masehi.
Tidak seperti orang Tionghoa atau Jepang, mangkuk nasi dan sup tidak boleh beranjak dari meja
dan mereka memakannya dengan sendok. Banchan (lauk pauk) dimakan dengan sumpit.
Nasi untuk perorangan disediakan dalam mangkuk kecil yang lebih tinggi dari diameternya. Sup
hangat disediakan dalam mangkuk yang lebih besar dan lebar (di sebelah kanan nasi), seringkali
jjigae atau makanan berkuah lain dimakan bersama dari panci besar di tengah-tengah meja. Set
sendok panjang stainless steel untuk nasi dan sup, dan sumpit untuk banchan (di sebelah kanan
sup).
Hidangan banchan yang bervariasi disediakan dalam mangkuk-mangkuk kecil. Tergantung pada
setiap rumah tangga, minuman bisa saja disediakan atau tidak disediakan. Air es biasanya
disediakan saat makan bersama keluarga. Dalam lingkungan umum (misal restoran), disediakan
air atau minuman tradisional (“teh” biji-bijian seperti teh barley, sementara teh biasa kurang
disukai saat makan karena rasanya tidak cocok dengan nasi atau banchan yang pedas). Minuman
lain yang umum saat makan adalah soju. Setelah makan, minuman penyegar yang disediakan
contohnya soojunggwa atau shikhye. Minuman yang disajikan berbeda-beda berdasarkan musim
dalam setahun.
Orang tua, orang terhormat, dan tamu harus diperlakukan dengan hormat dan mempunyai hak
untuk memakan makanannya paling dulu. Bagi mereka ini, umumnya disediakan hidangan yang
terbaik. Orang Korea tidak mengangkat mangkuk nasi dan sup mereka dari meja. Etiket
mengharuskan mangkuk tetap di meja dan sendok/sumpit digunakan untuk menyuap makanan ke
mulut. Mengangkat mangkuk dengan tangan dianggap tidak sopan, kecuali dalam beberapa
keadaan yang cukup longgar, hal itu masih bisa diterima. Pada zaman dulu, kaum bangsawan
(yangban) makan dengan meja yang mewah sementara kebalikannya, petani menikmati
makanannya di tengah ladang.
Peraturan lain yang harus diingat adalah orang-orang tua atau yang dihormati tidak perlu harus
mengikuti tata-cara itu, namun orang lain diharuskan. Ini dikarenakan hal terpenting dalam
makan adalah menunjukkan rasa hormat dan sopan kepada yang berada diatas kita. Hal ini tidak
berlaku saat makan sendirian atau dengan teman-teman.
Dalam makan malam tidak diharuskan menghabiskan semua porsi lauk pauk yang disediakan,
namun nasi individual harus dihabiskan. Menyantap makanan terlalu cepat akan membuat tuan
rumah berpikir bahwa makanan yang disediakan tidak cukup. Selain itu menyisakan lauk dalam
jumlah banyak adalah tidak sopan karena dianggap membuang-buang makanan.
Pada saat di restoran, seorang Korea cenderung membayar semua makanan semua orang dalam
suatu kelompok. Biasanya yang dibayari akan membayar saat makan selanjutnya. Banchan yang
bermacam-macam biasa dipesan dan disajikan dalam porsi kecil dan akan dipenuhkan lagi jika
sudah habis. Tidak apa-apa untuk meminta tambahan lauk.
Jenis Makanan Korea
Kimchi
Setiap daerah di Korea memiliki masakan khas yang bervariasi menurut musim. Kuliner daerah
ini dinamakan "hyangto eumsik" (masakan daerah).
Beberapa jenis masakan daerah telah populer di seluruh negeri antara lain Bibimbap dari Jeonju,
naengmyeon dari Pyongyang, dan Jeonbokjuk dari Jeju.
Masakan daging
Galbi
Bulgogi
Makanan kerajaan
Gujeolpan ( 구 절 판 ): berarti "piring yang terbagi sembilan", ini terdiri atas beberapa
sayuran dan daging yang disajikan dalam lapisan panekuk. Biasa disajikan saat perayaan
dan pernikahan.
Sinseollo (신선로): sup rebusan berisi sayur-sayuran dan bakso daging dalam panci.
Budae jjigae (부대찌개, "sup militer"): sehabis perang Korea, daging sangat langka, jadi
orang-orang memanfaatkan kelebihan makanan dari basis militer tentara AS, seperti hot-
dog dan ham kaleng dan memasaknya dalam sup tradisional. Budae jjigae sangat terkenal
di Korea Selatan dan sering dimasak bersama ramyon (mi instan).
Doenjang jjigae (된장찌개): sup pasta kacang kedelai, disajikan sebagai hidangan utama
atau disajikan bersama hidangan daging. Isinya bervariasi dari sayuran, tahu, kerang,
udang, ikan dan sebagainya.
Cheonggukjang jjigae ( 청 국 장 찌 개 ): sup yang dibuat dari pasta kacang kedelai
fermentasi yang berbau menusuk.
Gamjatang (감자탕, "sup kentang"): sup pedas tulang babi, dengan sayuran dan kentang.
Haejangguk ( 해 장 국 ): sup tulang babi dengan sayuran, kol kering, dan puding darah
sapi. Cerita menyebutkan bahwa makanan ini ditemukan oleh sebuah restoran di Jongno
(Seoul) setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Janchi guksu ( 잔 치 국 수 ): mie yang disajikan dengan rumput laut, kimchi, telur dan
sayuran.
Jeongol (전골) : sup tradisional yang pedas, isinya terdiri dari makanan laut dan sayuran.
Samgyetang, sup ayam ginseng.
Kimchi jjigae ( 김 치 찌 개 ): Sup yang terdiri dari isi kimchi, daging babi/sapi. Sering
dijadikan sebagai santap siang atau sebagai hidangan sampingan makanan daging-
dagingan. Disajikan dalam panci batu dan masih mendidih saat tiba di meja.
Maeuntang (매운탕): sup ikan pedas.
Samgyetang ( 삼 계 탕 ): sup yang terbuat dari daging ayam utuh yang diisi ginseng,
hedysarum, nasi manis, jojoba, bawang putih dan kacang berangan. Samgyetang populer
dikonsumsi sebagai sumber nutrisi pada musim panas, dimana warga Korea kehilangan
banyak energi karena cuaca panas.
Seolleongtang ( 설 렁 탕 ): sup kaki sapi yang dimasak sampai 10 jam lebih sampai
berwarna putih susu. Biasa disajikan dalam semangkuk mie dan potongan daging sapi.
Sundubu jjigae (순두부 찌개): sup tahu (dubu) pedas.
Nasi campur
Bibimbap (비빔밥, "nasi campur"): makanan khas kota Jeonju, yaitu nasi yang dicampur
berbagai macam sayuran, daging sapi, telur, dan gochujang. Variasi: dolsot bibimbap (돌
솥 비빔밥), bibimbap yang disajikan dengan panci batu panas. Yukhoe bibimbap adalah
bibimbap dengan daging sapi cincang mentah (yukhoe), ditambah telur mentah di
atasnya. Bibimbap dimakan setelah nasi dan lauk diaduk dengan sendok hingga
tercampur.
Hoedeopbap (회덮밥): potongan ikan mentah yang dicampur dengan sayuran, nasi dan
gochujang.
Mie
Makanan ringan
Di Korea, makanan ringan dijual di gerobak-gerobak pinggir jalan di siang dan malam hari. Pada
malam hari pedagang makanan mendirikan tenda-tenda kecil yang menjual makanan ringan,
minuman dan arak (soju). Jenis-jenis makanan ringan yang biasa dijual adalah patbingsu, es krim
di saat musim panas, gimbap, tteokbokki, hotteok, eomuk, bungeoppang, dan sebagainya.
Gimbap
Gimbap (nasi rumput laut, 김 밥 ) sangat mudah dibuat. Terbuat dari nasi yang dibalut
rumput laut kering (Kim), isinya bervariasi dari sayur-sayuran, telur goreng, ikan, daging,
sosis, dan biji-bijian. Variasi isi gimbap lainnya: tuna, keju, bulgogi dan sebagainya.
Buchimgae/Jeon
Buchimgae atau Jeon adalah jenis kudapan yang dibuat dari kimchi atau makanan laut yang
dicampur dengan adonan tepung dan digoreng menjadi seperti pancake. Variasi:
Pajeon (파전): pancake yang terbuat dari campuran telur, tepung, bawang bombai, dan
kerang.
Bindaetteok ( 빈 대 떡 ): pancake yang terbuat dari campuran kacang hijau, bawang
bombai, dan kimchi.
Kimchi jeon (김치전)
Mineojeon (민어전 民魚煎), dibuat dengan burung yg menggaok
Daegujeon (대구전 大口煎), dibuat dengan ikan kod Pasifik
Guljeon (굴전), dibuat dengan tiram
Hobakjeon (호박전), dibuat dengan labu
Yeongeunjeon (연근전), dibuat dengan akar teratai
Gochujeon (고추전), dibuat dengan cabai
Dubujeon (두부전), dibuat dengan tofu
Pyogojeon (표고전), dibuat dengan jamur shiitake dan daging sapi
Bungeo-ppang/Gukwa-Ppang/Gyeran-ppang
Bungeoppang ( 붕 어 빵 ; "roti ikan mas") adalah jenis kue panggang yang diisi dengan
pasta kacang merah dengan cetakan berbentuk ikan.
Gukwa-ppang (국화빵) hampir sejenis dengan bungeoppang, namun berbentuk bunga.
Gyeran-ppang ( 계 란 빵 ) kue panggang yang berbentuk persegi/lingkaran. Jenis-jenis
ppang ini biasa dijual di pedagang kaki lima.
Ddeokbokki
Ddeokbokki (떡볶이): kue beras yang direbus dengan saus pedas gochujang.
Soondae (순대): sosis khas Korea yang terbuat dari campuran nasi, darah sapi/babi, mie
kentang, kecambah, bawang bombai, bawang putih.
Ho-tteok ( 호떡 ) : sejenis pancake, namun diisi dengan bahan sirup seperti gula merah,
madu, kacang parut dan kayu manis. Hotteok biasa dijual pada saat musim dingin untuk
menghangatkan tubuh.
Hobbang (호빵)
Beondegi (번데기) : adalah kepompong ulat sutera dikukus atau direbus yang dimakan
sebagai snack.
Bungeoppang (붕어빵; "roti-ikan mas") adalah nama Korea untuk Taiyaki, kue Jepang
berbentuk ikan yang biasanya diisi dengan pasta kacang merah manis dan kemudian
dipanggang dalam cetakan berbentuk ikan. bagian dalam yang sangat kenyal dan renyah
di luar.(Lihat pula taiyaki.)
Gukwa-ppang ( 국 화 빵 ) hampir sama dengan bungeoppang, tetapi berbentuk seperti
bunga.
Gyeran-ppang (계란빵, roti telur) memiliki bentuk persegi panjang bulat telur dan berisi
seluruh bagian dalam roti. Sering dijual oleh pedagang kaki lima.
Masakan Jokbal
Anju (안주) adalah istilah umum untuk makanan sampingan yang dikonsumsi bersama
minuman beralkohol (soju). Biasanya disajikan di bar-bar, noraebang dan restoran-
restoran yang menyajikan minuman keras. Cumi rebus dengan saus gochujang, dubu
kimchi, odeng/ohmuk, gimbap, samgagimbap (onigiri khas Korea), sora, dan nakji (gurita
kecil) adalah beberapa contoh makanan yang dihidangkan sebagai anju. Jenis anju
lainnya adalah soondae, samgyeopsal, dan dwejigalbi. Sebagian besar makanan Korea
disajikan sebagai anju, namun berbeda dengan banchan.
Jokbal (족발): kaki babi disajikan dengan saus udang merah asin yang disebut saeujeot.
Dessert
Tteok
Hahngwa
Tteok ( 떡 ): kue yang terbuat dari tepung beras ( 메 떡 , metteok), nasi ketan yang
ditumbuk (찰떡, chaltteok), atau nasi ketan tanpa ditumbuk (약식, yaksik). Tteok dapat
disajikan dingin, diisi atau dilapisi dengan pasta kacang hijau manis, pasta kacang merah,
kismis, biji wijen, kacang merah yang dihaluskan, labu, kacang atau madu.
Songpyeon ( 송 편 ): kue beras lembut yang disajikan pada hari raya Chuseok (Festival
Panen). Seongpyeon dapat berisi madu, manisan atau kacang merah.
Yaksik ( 약식 ) kue yang dibuat dari beras manis, kacang chestnut, kacang cemara, dan
jujube.
Chapssaltteok (찹쌀떡): sama dengan mochi, yaitu variasi tteok yang diisi dengan pasta
kacang manis.
Hahngwa ( 한 과 ): paket kue tradisional yang berisi kue-kue, tepung biji-bijian, madu,
yeot, buah-buahan atau akar-akaran yang dapat dimakan.
Yugwa (유과): kue beras yang digoreng.
Maejakgwa (매작과): kue berbentuk cincin yang terbuat dari campuran tepung, minyak
sayur, kayu manis, jahe, jocheong dan kacang cemara.
Variasi lainnya:
Suksilgwa (숙실과)
Gwapyeon (과편)
Dasik (다식)
Jeonggwa (정과)
Yeot gangjeong (엿강정)
Yeot ( 엿 ): permen khas yang dibuat dalam bentuk cairan atau padat, terbuat dari nasi,
kaoliang, jagung, kentang manis atau campuran biji-bijian, lalu difermentasikan dan
direbus di panci besar dalam waktu lama.
Masakan bunga
Sejarahnya, orang Korea pada masa kuno memanfaatkan bunga-bunga sebagai makanan
dikarenakan pada saat bencana kelaparan melanda, hanya sedikit yang bisa dimakan. [1]
Contohnya, sebelum sayuran kubis dipanen dari ladang, putik dan benang sarinya terlebih dulu
muncul, dan para petani akan mengambil kubis tersebut dan merebusnya bersamaan dengan
kelopak bunganya, lalu mengkonsumsinya sebagai lauk pauk.[1]
Jenis bunga yang paling banyak dimanfaatkan sebagai masakan adalah serbuk sari pohon tusam
(pollen).[1] Di awal musim semi, tunas kelopaknya muncul dan pada saat cuaca menjadi lebih
panas, pollen mulai mekar penuh.[1] Pollen mengandung protein yang baik untuk kesehatan.[1]
Rakyat Korea mengumpulkan pollen ini dengan saksama dan mengeringkannya.[1] Pada saat ada
festival-festival besar sepanjang tahun, pollen kering dicampur dengan madu dan dimakan
sebagai kue yang dinamakan songhwa dasik.[1]
Jenis bunga lain yang banyak dipakai untuk membuat panekuk jeon adalah bunga lonceng lebar
atau doraji, bunga akasia, bunga ginseng, bunga mawar liar, bunga labu, bunga rape dan
sebagainya.[1] Selain jeon, bunga-bunga ini juga dibuat menjadi salad dan berbagai jenis masakan
lain.[1] Dalam kuliner istana, kelopak bunga day lily yang mekar di awal musim semi dianggap
sebagai makanan yang mewah dan diperuntukkan untuk raja.[1]
Minuman
Minuman non-alkohol
Terdapat bermacam-macam jenis minuman berdasarkan daerahnya. Sebagian besar bahan
tehKorea bukanlah dari daun tanaman teh, melainkan bahan-bahan alami lain seperti beras,
rempah-rempah, gandum, atau buah-buahan. Penghasil teh hijau terbesar di Korea adalah kota
Boseong.
Minuman berakohol
Minuman keras khas Korea (arak; ju/sul) yang paling umum adalah soju (소주). Terdapat lebih
dari 100 jenis minuman berakohol seperti produk bir atau arak yang dikonsumsi warga Korea.
Jenis-jenisnya: Bir:
Cass, Hite, Hite Prime, Hite Prime Max, Cafri, OB lager beer dan sebagainya, serta
Taedonggang (대동강) yang merupakan bir produksi Korea Utara.
Jenis-jenis arak:
Soju adalah arak yang dibuat dari beras/gandum atau kentang yang difermentasikan
dengan kadar alkohol 22% ABV. Sebagian besar warga Korea sangat gemar minum soju.
Yakju adalah jenis lain yang dibuat dari beras fermentasi, jenis yang paling terkenal
adalah cheongju.
Takju adalah jenis arak kental, jenis yang paing terkenal ialah makgeolli ( 막걸리), arak
putih susu yang terbuat dari beras.
Anggur Korea terbuat dari sari-sari buah dan tanaman herbal seperti dari akasia, ginseng, plum
maesil, mogwa, cherry, buah cemara, dan buah delima. Anggur Majuang adalah minuman yang
terbuat dari campuran buah anggur Korea dengan buah anggur Perancis atau Amerika.
Inovasi kontemporer
masakan fusion semakin populer di Korea. Terdapat banyak restoran Cina, India, Italia, Jepang,
Amerika, Perancis dan lain-lain di Korea Selatan. Selain itu, para imigran dari Asia Tenggara,
Mongolia dan Asia Selatan yang banyak bekerja sebagai tenaga kerja asing, ikut pula memberi
warna pada keragaman jenis kuliner di Korea Selatan. Pada restoran Pizza Hut contohnya kita
dapat juga memesan kue tradisional Korea seperti Tteok.
Restoran vegetarian, seiring dengan menurunnya pengaruh Buddhisme, menjadi lebih sedikit
diminati, namun masih bisa ditemukan di setiap daerah.
Restoran yang dikelola oleh pemerintah Korea Utara juga dapat ditemukan di RRT, Mongolia,
Kamboja, Thailand, dan Vietnam.
Konsumsi daging anjing adalah bagian dari kuliner dan pengobatan tradisional Korea. Masakan
daging anjing yang biasa dikonsumsi adalah bosintang (sup daging anjing) dan pada obat-obatan
tradisional gaeju (개주) atau gaesoju (개소주 ). Daging anjing dipercaya dapat meningkatkan
energi yang hilang akibat cuaca panas dan stamina seksual. Sejarahnya, dahulu daging anjing
juga dikonsumsi karena kemiskinan. Setidaknya sekitar 2 juta ekor anjing disembelih per tahun
di Korea Selatan, atau dengan perkiraan 1,4 kg per orang.
Lihat pula
Masakan istana Dinasti Joseon
Tteok
Doenjang
Gochujang
Bap
Hoe
Pranala luar
Masakan Arab merupakan masakan yang berasal dari wilayah Dunia Arab yang lalu dipetahun.
Awal mula lahirnya masakan ini adalah ketika Bangsa Arab yaYaman), Hijaz dan Mesir datang
ke Indonesia untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Sejak abad 18 M di Jawa, kebanyakan
pedagang Arab menetap di pantai utara dan membaur dengan penduduk setempat sehingga
mempengaruhi budaya masakan lokal terutama dalam hal penggunaan daging kambing.
Martabak
Nasi kebuli
Rabeg
MASAKAN SUNDA
Masakan Sunda adalah masakan dari masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Ini adalah
salah salah satu makanan yang paling populer di Indonesia. Makanan Sunda memiliki ciri
kesegaran bahannya, lalap terkenal dimakan dengan sambal dan juga karedok menunjukkan
kegemaran orang Sunda terhadap sayuran mentah segar. Berbeda dengan masakan minangkabau
yang kaya rasa dan pedas dengan kandungan bumbu kari dan santan yang kental, masakan Sunda
menampilkan citarasa yang ringan, sederhana, dan jelas; berkisar antara gurih asin, asam segar,
manis ringan, dan pedas.
Sambal terasi adalah bumbu penyerta yang paling lazim dalam hidangan Sunda, dimakan dengan
lalab atau tahu dan tempe goreng. Sayur asem dengan kuah berbumbu asam jawa mungkin
adalah sayur yang paling populer dalam hidangan Sunda. Jenis sayuran populer lain adalah Soto
Bandung, sejenis soto dengan irisan daging sapi dan lobak, serta mie kocok, sejenis mi dengan
daging sapi dan kikil.
Bahan pangan
Ikan air tawar seperti ikan mas, gurami, ikan nila, dan lele lazim dikonsumsi dengan dimasak
secara dibakar atau digoreng, umumnya disajikan dengan sambal dan kecap manis. Orang Sunda
dikenal menggemari ikan asin dari hidangan laut. Berbagai hidangan ikan laut yang diasinkan
seperti ikan asin bulu ayam, teri, cumi-cumi, jambal, ikan peda asin, dan ikan pari asin lazim
ditemukan dalam hidangan Sunda sehari-hari. Pais atau pepes adalah cara memasak dengan
menggunakan daun pisang sebagai pembungkus bahan pangan. Metode pepes ini sangat lazim
ditemukan dalam seni memasak Sunda. Di antaranya, pais lauk emas atau pepes ikan mas adalah
jenis pepes yang paling digemari.
Daging ayam biasanya digoreng atau dipanggang, juga biasanya disajikan dengan sambal dan
kecap manis. Bakakak hayam adalah ayam bakar khas Sunda. Kadang kala ayam juga dapat
dimasak sebagai pepes atau sop. Daging merah seperti daging sapi, kerbau, kambing, dan domba
dapat dibumbui dengan campuran bumbu dan gula jawa dan digoreng menjadi empal gepuk yang
ditaburi bawang goreng. Daging sapi dan kentang kadang kala dimasak dalam bumbu kecap
manis sebagai semur daging. Hati sapi dan jengkol juga lazim dimasak semur. Daging kambing
dan domba biasanya dijadikan sate, sate khas Sunda adalah sate maranggi dengan bumbu
mengandung kecombrang. Gulai kambing dan empal gentong dari Cirebon juga populer sebagai
sup daging.
Jika tradisi masakan Jawa menggemari tempe, orang Sunda amat menggemari oncom, keduanya
adalah hasil fermentasi dengan jenis kapang yang berbeda; tempe dibuat dari kacang kedelai,
sedangkan oncom dibuat dari kacang tanah. Seni memasak Sunda mengembangkan cara
memasak dengan metode fermentasi, misalnya oncom, tauco (hasil adaptasi masakan Tionghoa
Indonesia), atau makanan ringan seperti peuyeum (tapai) baik dari beras ketan atau singkong.
Di rumah makan atau warung nasi Sunda, lazim makan dengan hanya menggunakan tangan.
Biasanya disediakan kobokan, semangkuk air bersih yang kadang diberi irisan jeruk nipis agar
memberikan aroma segar. Kobokan ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum dan
sesudah makan. Kobokan biasanya juga disediakaan di rumah makan Padang dan rumah makan
hidangan laut.
Rumah makan tradisional Sunda dan Jawa biasanya menyajikan cara bersantap secara lesehan;
yaitu makan sambil duduk di atas tikar. Makanan biasanya disajikan di atas meja rendah, atau
kadang di atas tikar. Cara makan ini sama dengan cara bersantap tradisional Jepang di atas
tatami. Rumah makan tradisional Sunda di daerah pedesaan ada yang bergaya saung, yaitu
beberapa bangunan rumah panggung kecil yang umumnya dibangun di atas kolam ikan. Kolam
ikan itu biasanya sekaligus memelihara ikan mas dan gurami yang dapat dipilih langsung oleh
pelanggan untuk langsung dimasak.
Dalam kebudayaan populer Indonesia, rumah makan Sunda biasanya dapat dicirikan dengan
nama "Kuring", sehingga muncul salah kaprah mengenai makanan istilah "masakan kuring".
Istilah kuring dalam bahasa Sunda berarti 'saya', 'aku' atau gue secara informal, santai, dan agak
kasar. Penamaan ini akibat berbagai rumah makan berusaha meniru nama rumah makan Sunda
terkenal Lembur Kuring (Bahasa Sunda: "Kampung Halamanku"). Beberapa contoh rumah
makan Sunda antara lain Lembur Kuring, Sari Kuring, Ponyo, Boboko, Mang Engking, Ma'
Uneh, Sindang Reret, Dapur Sunda, Bumbu Desa, Laksana, dan Ampera.
Hidangan
Nasi timbel dara goreng, nasi timbel dengan merpati goreng, tempe, tahu dan lalap.
Sayur asem, lalab, nasi merah, ikan asin, sambal, dan karedok.
Nasi timbel, merujuk kepada cara memasak dengan membungkus nasi panas di dalam
daun pisang. Panas nasi menjadikan aroma daun pisang luruh dan menambah aroma nasi.
Caranya hampir sama dengan membuat lontong; ditekan, dipadatkan, dan digulung
dengan daun pisang; biasnya disajikan bersama beberapa pilihan lauk-pauk teman nasi
seperti ayam, bebek, atau merpati goreng, empal gepuk, jambal roti, tahu, tempe, sayur
asem, lalab dan sambal. Nasi timbel pada perkembangannya mengilhami resep nasi
bakar.
Nasi Liwet Sunda, cara masak nasi dalam tungku dengan nasi dibumbui sereh dan laos
serta daun salam. Untuk menambah rasa ada yang menambahkan ikan asin.[1]
Nasi Tutug Oncom, nasi yang dinanak dengan campuran oncom, bawang merah, dan
kencur, biasanya disajikan dengan kerupuk, sambal terasi, dan teri asin.
Lalab, sayuran mentah disajikan dengan sambal
Sambal terasi, sambal ulek dengan terasi
Karedok, sayuran mentah dengan bumbu kacang
Gado-gado, Sayuran Mentah dan Matang (rebus) di siram dengan bumbu kacang,
Lotek, sayuran rebus dengan bumbu kacang
Sayur asem, sayur dengan citarasa asam jawa.
Oncom, fermentasi kacang tanah mirip dengan tempe. Oncom dapat digoreng, dijadikan
pepes, atau ditumis dengan sayuran seperti Ulukutek Leunca (leunca) atau Oncom
Peuteuy (dicampur petai).
Tumis Tauco, Tahu ditumis dengan tauco.
Tumis Kangkung, kangkung tumis.
Aneka Pepes, pepes adalah cara memasak dengan membungkus bahan pangan di dalam
daun pisang yang kemudian dimasak (dipanaskan), berbagai bahan pangan dapat
dijadikan pepes, seperti ikan mas, teri, oncom, leunca, jamur, telur asin, tahu, dan lain-
lain. Salah satu yang paling terkenal adalah Pais Lauk Emas (pepes ikan mas).
Aneka Ikan Bakar, aneka ikan bakar disajikan dengan cocolan sambal dan kecap. Ikan
mas, gurami, ikan nila, dan lele lazim disajikan.
Aneka Ikan Goreng, aneka ikan goreng disajikan dengan cocolan sambal dan kecap.
Ikan mas, gurami, ikan nila, dan lele lazim disajikan, tetapi Gurame Kipas adalah salah
satu yang paling populer.
Aneka Ikan Asin, ikan asin seperti peda, jambal, pari, ikan asin bulu ayam, teri, dan
cumi asin; juga ikan gabus.
Bakakak hayam, ayam panggang ala Sunda, atau ayam jago muda panggang
Empal Gepuk, daging sapi goreng bercitarasa manis
Soto Bandung, soto daging sapi dan lobak
Soto mie, soto dengan mi, bihun, lumpia, kikil atau urat sapi
Mie Kocok, mi dengan kikil dan urat sapi
Sate Maranggi, sate kambing atau domba khas Sunda dengan bumbu kecombrang, yang
lebih khas lagi bahan dasarnya daging sapi dengan bumbu bacem manis ketumbar, yang
terkenal maranggi dari Cianjur dan Purwakarta
Gulai Kambing, gulai daging kambing
Empal Gentong, daging dan jeroan kambing dari Cirebon
Laksa Bogor, sejenis variasi laksa dari Bogor
Doclang, ketupat, tahu dan telur rebus dengan siraman bumbu kacang dari Bogor
Kupat Tahu, ketupat, tahu, bihun, taoge, dengan bumbu kacang
Asinan, sayuran atau uah-buahan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diacar
Baso Tahu, mirip dimsum, tahu dan daging ikan kukus, sama dengan Siomay Bandung.
Batagor, Baso Tahu Goreng.
Geco, toge rebus, mie dan ketupat di siram kuah bumbu tauco Cianjur
Kudapan
Tahu Sumedang.
Surabi
Tahu Sumedang
Tahu Gejrot
Bala-bala
Cireng, Aci goreng (Bahasa Sunda: "gorengan tepung sagu")
Cilok, Aci dicolok (Bahasa Sunda: "tepung sagu dicolok")
Cimol, bola sagu
Ciwang, Aci dan goreng bawang, tepung sagu di masak di sajikan dengan bawang
goreng
Colenak, Dicocol enak (Bahasa Sunda: "dicelup enak")
Leupeut, nasi yang dibungkus daun pisang, dengan dan tanpa isian
Buras, Lontong isi dengan isian daging cincang ayam atau sapi di campur wortel dan
kentang iris
Peuyeum sampeu
Peuyeum ketan
Comro, Oncom dijero (Bahasa Sunda: "oncom di dalam")
Misro, Amis dijero (Bahasa Sunda: "manis di dalam")
Odading
Dodol Garut, dodol dari Garut.
Wajit Cililin, wajit dari Cililin, Bandung Barat.
Kolontong
Opak
Ranginang
Kalua
Ladu
Ulen, Uli bakar / panggang
Deblo, Perkedel talas, perkedel yang berbahan dasar talas
Minuman
Bajigur
Bandrek
Cendol
Es doger
Es goyobod
Es duren
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Sunda
https://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Arab-Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Korea
https://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Jepang