DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL UMUM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah guna memenuhi
tugas mata kuliah Wawasan Kemaritiman berjudul “Ilmu dan Teknologi Maritim”.
Makalah ini membahas tentang Ilmu dan teknologi dalam bidang maritim, potensi
teknologi maritim di Indonesia, dan riset laut ilegal. Dalam menyelesaikan makalah ini telah
dilakukan untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna.
Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis
pribadi dan mahasiswa pada umumnya. Semoga pembahasan yang dikemukakan dapat
menjelaskan setiap materi dengan baik, sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh
pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dibutuhkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan tulisan selanjutnya.
Dewasa ini kita mengetahui bahwa maritime berhubungan dengan laut. Dimana
segala sesuatunya dibahas tentang hal positif dan negative yang terjadi dalam dunia
maritim. Maritim merujuk kepada kata maritime yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti
navigasi atau maritim.Pemahaman maritim yaitu segala aktifitas pelayaran dan perniagaan
yang berhubungan dengan kelautan atau biasa disebut dengan pelayaran niaga. Berdasarkan
terminologi maritim berarti ruang/wilayah permukaan laut yang terdapat kegiatan seperti
pelayaran, lalu lintas, jasa-jasa kelautan, dan lain sebagainya.
Laut merupakan sumber kehidupan manusia selain daratan dan udara. Khususnya di
Indonesia, perairan laut Indonesia mencapai 2/3 bagian. Manfaat laut bermacam-macam,
yaitu sebagai sarana transportasi, pertahanan keamanan, sumber energi, pertambangan,
perikanan dan protein hasil laut lainnya, obatobatan dan makanan, serta pariwisata dan lain
sebagainya. Dari situ pandangan tentang laut menjadi terbuka, bahwa laut juga menarik untuk
dimanfaatkan dan dipelajari.
Ilmu dan teknologi maritim adalah ilmu yang mempelajari tentang keseluruhan sarana
untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kelangsungan dan juga kenyamanan hidup
manusia. yang di pakai di bidang kelautan khususnya berhubungan dengan pelayaran
(navigasi) serta berfokus pada kegiatan ekonomi.
Perbedaan teknik maritim dan teknologi maritim (kelautan) Teknik kelautan pada
dasarnya mempelajari tentang rekayasa pada bidang Offshore ( Lepas pantai ) dan pantai.
Khususnya pelajari tentang pemanfaatan serta pengelolaan laut untuk sarana dan prasarana
transportasi laut , seperti pelabuhan, dermaga, kapal dan lain sebagainya serta mempelajari
sumber daya, seperti pencemaran laut, erosi dan lain sebagainya. Adapun akar dari teknik
kelautan yaitu berdasar pada mekanika, dinamika fluida, geologi, bangunan lepas pantai, dan
fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan seperti dermaga.
Sedangkan Teknologi Kelautan pada dasarnya adalah ilmu yang mepelajari rekayasa
yang ditujukan untuk memanfaatkan laut seperti media transportasi dan sumber daya dan
ruang. Teknologi kelautan ini merupakan turunan dari teknik perkapalan.
Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang kelautan pada bab 2 pasal dua
dijelaskan bahwa penyelenggaraan kelautan di laksanakan berdasarkan 11 asas, yakni:
1. keberlanjutan;
2. konsistensi;
3. keterpaduan;
4. kepastian hukum;
5. kemitraan;
6. pemerataan;
7. peran serta masyarakat;
8. keterbukaan;
9. desentralisasi;
10. akuntabilitas; dan
11. keadilan
Dalam pasal 266 Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982 disebutkan bahwa:
1. Negara-negara langsung atau melalui organisasi-organisasi internatsional yang
kompeten, harus bekerja sama sesuai dengan kemampuannya untuk menggalakkan
secara aktif pengembangan dan alih ilmu kelautan serta teknologi kelautan dengan cara
dan syarat-syarat yang adil dan wajar.
2. Negara-negara harus menggalakkan pengembangan ilmu pengetahuan kelautan dan
kemampuan teknologi Negara-negara berkmbang, termasuk Negara-negara tak berpantai
dan letak geografisnya tidak beruntung dalam hal eksplorasi, eksploitai, konservasi, dan
pengelolaan kekayaan laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan banyak berbatasan dengan berbagai
negara di sekitarnya merupakan lokasi yang sangat rawan akan konflik perbatasan. Terlebih
indonesia merupakan wilayah strategis yang terletak dekat dengan beberapa titik jalaur
pelayaran dunia, salah satunya adalah selat malaka, yang merupakan urat nadi perekonomian
yang menjadi tangung jawab tiga negara yaitu adalah indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Potensi besar yang dimiliki selat malaka sebenarnya sama pentinnya denan Terusan Suez dan
terusan Panama, karena selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan anara Samudra
Hindia dan Samudera Pasifik serta penghubung tiga dari negara-negara penduduk terbesar
seperti India, Indonesia dan Cina. Di samping itu potensi besar lainnya adalah sebanyak 1200
kapal melintasi selat malaka setiap harinya, 22 kapal super ultra large dengan mengangkut
antara sperlima dan seperempat perdanganan laut dunia. Potensi besar ini seharusnya menjadi
sebuah perhatian pemerintah dalam meningkatkan pertahanan laut indonesia.
Disamping Selat Malaka, Konflik Laut Cina Selatan merupakan isu hangat dan
memerlukan penyelesaian secara komperhensif dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
Makin pentingnya posisi indonesia dengan meningkatnya volume perdagangan merupakan
sebuah potensi besar yang seharusnya mampu di dukung dengan kekuatan maritim yang
memadai. Ini merupakan sebuah realita jika sampai saat ini indonesia merupakan negara yang
mempunyai potensi besar dalam jalur perdangangan di asia maupun di dunia. Tentunya hal
ini membutuhkan strategi dalam menjaga keamanan dan perbatasan indonesia melihat
potensi besar yang dimiliki indonesia. Diplomasi Indonesia akan lebih efektif jika didukung
dengan kekuatan militer yang handal dan memadai. Pasalnya kedepan konflik perbatasan
yang terjadi kian meningkat hal ini di sampaikan oleh Kasal Laksamana TNI Marsetio.
Sebuah pemaduan unsur antara kekuatan militer dan diplomasi guna mengamankan
kepentingan nasional merupakan kepentingan primer yang seharusnya mampu di sadari oleh
berbagai pihak yang berperan saat ini. Penggunaan kekuatan Angkatan Laut dalam masa
damai dan perang adalah praktik yang lumrah. Inilah yang dikenal dengan istilah gun
boat (diplomasi kapal perang) dan selanjutnya muncul istilah naval diplomacy. Melihat hal
ini keterbutuhan akan teknologi pertahanan merupakan sesuatu yang dijadikan sebuah
prioritas melihat keterbutuhan kedepan yang sangat mendesak. Tentunya kedepan indonesia
harus meningkatkan kekuatan pertahanan yang saat ini dimiliki, harapannya indonesia bukan
hanya menambahkan kuantitas Alusista sebagai penjaga pertahanan pertama, namun mamapu
meningkatkan kwalitas Alusista kedepannya. Dengan upaya membangun industri pertahanan
negara yang maksimal harapannya ketergantungan terhadap asing dan hobi membeli
peralatanbekas kedepannya mampu diminimalisir.
Melihat keterbutuhan yang sangat medesak tentang Alusista, angin segar pun datang
dengan di tetapkannya Undang-undang Industri Pertahanan Negara (IPH). Sebuah harapan
besar dalam bidang pertahanan diharapkan bukan hanya menjadi sebuah retorika semata
melainkan menjadi sebuah hal inplementatif yang mampu menjadikan indonesia menjadi
negara yang lebih bermartabat dalam permasalan keamanan dan pertahanan. Melihat grafik
APDN tentang Alusista terlihat kian membaik dari yang sebelumnya 72,54 Triliun pada
tahun 2012 saat ini menjadi 77 triliun pada tahun 2013 harapannya anggaran ini mampu
terserap semuanya untuk meningkatkan Alusista Indonesia kedepannya. Walaupun secara
kasat mata anggaran indonesia cukup tinggi namun, jika kita bandingkan dengan negara-
negara tetangga yang mempunyai wilayah lebih kecil ternyata indonesia memiliki anggaran
jauh lebih kecil dari negara-negara tersebut, menurut International Institute or Strategic
Studies (IISS), Singapura pada 2011 memiliki pengeluaran sebesar US$9,66 miliar untuk
belanja Alusista. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat ari negara tetangga lainnya seperti
Thailand (US$5,52 miliar), (Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar). Hal
ini menunjukkan bahwa negara sekelas singapura menjadikan Alusista sebagai sebuah priritas
yang layak di perhatikan. Sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai 54.700 km,
hal ini menjadi evaluasi besar jika indonesia menjadikan pertahanan sebagai prioritas kelas
dua kedepannya.
Jika kita menegok tentang pertahanan laut indonesia saat ini kita bisa melihat bahwa
sampai saat ini indonesia hanya memiliki dua kapal selam, terlebih lagi jika kita melihat
bagaimana kondisi pertahanan laut lainnya dari kapal-kapal yang dimiliki TNI AL saat ini
kurang lebih 148 kapal perang berbagai kelas dan jenis 2 kapal layar tiang tinggi, kapal
patroli yang panjangnya kurang dari 36 meter yang biasa disebut KAL atau kapal angkatan
laut yang berjumlah 317 unit. Kemudian dari beberapa kapal tersebut ternyata adalah kapal
ex Jerman dan kapal peninggalan perang dunia kedua. Tentunya melihat tersebut kondisi
kapal sudah di pastikan tidak dalam kondisi maksimal.Disamping itu untuk memantau
kondisi perairan indonesia memiliki 15 stasiun yang di kendalikan oleh Bakormala (Badan
Kordinasi Keamanan Laut Republik Indonesia), diantaranya Rescue Coordinating
Centre (RCC) yang terletak di Ttanjung Balai Karimun, Maritime Rescue Coordinating
Centre (MRCC) Batam, RCC Natuna, RCC Sambas, GS Bangka Belitung, RCC Bali, RCC
Tarakan, RCC Kupang, MRCC Ambon, RCC Jayapura, RCC Tual, RCC Merauke, (Ground
Station) GS MRCC Bitung dan Puskodal Jakarta. Dengan menggabungkan kekuaan
pertahanan laut yang ada dari segi peralatan tempur dan IT tentunya hal tersebut harus
senantiasa di tingkatkan untuk mendapatkan kekuatan pertahanan dan keamanan laut yang
kuat. Karena saat ini pertahanan dan keamanan merupakan hal yang sangat mendesak untuk
terus senantiasa di tingkatkan.
Harapan besar dengan ditingkatkannya anggaran pertahanan indonesia kedepan
indonesia akan mampu meningkatkan kekuatan pertahanan yang dimiliki saat ini. Hal
tersebut tentunya akan menjadi sebuah pendukung berbagai diplomasi yang terjadi pada
wilayah konflik antara indonesia dan negara sekitarnya. Dengan meningkatnya kondisi
pertahanan laut indonesia tentunya akan membuat indonesia menjadi lebih bermartabat di
mata negara tetangga
Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga
luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di
hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati
urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia.
Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini menempati
peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain
itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40
cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen
yang saat ini telah dieksplor dan dimanfaatkan.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum merasakan peran signifikan
dari potensi maritim yang dimiliki yang ditandai dengan belum dikelolanya potensi maritim
Indonesia secara maksimal. Dengan beragamnya potensi maritim Indonesia, antara lain
industri bioteknologi kelautan, perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi
kelautan, mineral laut, pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat
memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
kemakmuran rakyat. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa kekayaan alam
khususnya laut di Indonesia masih banyak yang dikuasai oleh pihak asing, dan tidak sedikit
yang sifatnya ilegal dan mementingkan kepentingan sendiri.
Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will) dibutuhkan untuk bisa menjaga
dan mempertahankan serta mengolah kekayaan dan potensi maritim di Indonesia. Untuk
mengolah sumber daya alam laut ini, diperlukan perbaikan infrastruktur, peningkatan SDM,
modernisasi teknologi dan pendanaan yang berkesinambungan dalam APBN negara agar bisa
memberi keuntungan ekonomi bagi negara dan juga bagi masyarakat. Sebagaimana halnya
teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan mengenai persyaratan yang harus
dipenuhi untuk membangun kekuatan maritim, yaitu posisi dan kondisi geografi, luas
wilayah, jumlah dan karakter penduduk, serta yang paling penting adalah karakter
pemerintahannya.
Selain perbaikan dan perhatian khusus yang diberikan dalam bidang teknologi untuk
mengelola sumber daya alam di laut Indonesia, diperlukan juga sebuah pengembangan
pelabuhan dan transportasi laut untuk mendorong kegiatan maritim Indonesia menjadi lebih
modern dan mudah digunakan oleh masyarakat. Diharapkan juga peran swasta untuk
mendukung jalannya pemberdayaan laut ini, supaya program-program ini tidak hanya
bergantung pada dana APBN saja.
Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan laut untuk
kepentingan nasional dan mencegah lawan menggunakan potensi laut yang kita miliki.
Pemerintah perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah laut agar dapat memberikan
memberikan kepastian atas batas wilayah negara dan dapat mempererat hubungan bilateral
antara negara yang berbatasan, serta mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan di
berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan kawasan perbatasan, misal terkait pelayaran,
kelautan dan perikanan.
Selain itu dengan adanya kepastian batas wilayah laut dapat terpelihara kedaulatan
suatu negara dan penegakkan hukum di wilayah perairan. Seperti yang diketahui, Indonesia
memiliki perbatasan maritim dengan 10 (sepuluh) negara yaitu dengan India (Landas
Kontinen, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)), Thailand (Landas Kontinen, ZEE), Malaysia
(Laut Wilayah, ZEE, Landas Kontinen), Singapura (Laut Wilayah), Vietnam (Landas
Kontinen, ZEE), Filipina (ZEE, Landas Kontinen), Palau (ZEE, Landas Kontinen), Papua
Nugini (ZEE , Landas Kontinen), Timor Leste (Laut Wilayah, Landas Kontinen, ZEE) dan
Australia (ZEE, Landas Kontinen). Dari sejumlah perbatasan itu, Indonesia telah
menyelesaikan sebagian penetapan batas maritim dengan India (Landas Kontinen), Thailand
(Landas Kontinen), Malaysia (sebagian Laut Wilayah, Landas Kontinen), Singapura
(sebagian Laut Wilayah), Vietnam (Landas Kontinen), Filipina (ZEE), Papua Nugini (ZEE,
Landas Kontinen) dan Australia (ZEE, Landas Kontinen).
Berbagai upaya lainnya perlu dilaksanakan untuk menuju Indonesia sebagai poros
maritim dunia, antara lain penyempurnaan RUU Komponen Cadangan dan Komponen
Pendukung, penyelarasan sistem pendidikan dan pelatihan kemaritiman, penguasaan
kapasitas industri pertahanan khususnya industri maritim, modernisasi armada perikanan,
penguatan armada pelayaran rakyat dan pelayaran nasional, pemantapan pengelolaan
pemanfaatan laut melalui penataan ruang wilayah laut, peningkatan litbang kemaritiman, dan
diversifikasi sumber energi terbarukan di laut.
Sebagai negara kelautan, Indonesia tentu saja menyimpan potensi sumber daya
maritim yang besar, serta menjadi tantangan tersendiri untuk mengelolanya. Deputi Bidang
Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melihat,
tantangan yang dihadapi pemerintah Indonesia saat ini dalam mengelola sumber daya
maritim adalah terkait batas maritim dan kriminalitas kelautan.Batas maritim bisa dicermati
dari beberapa batas laut yang belum terselesaikan dengan beberapa negara dan contoh
kriminalitas kelautan bisa dilihat dari illegal fishing atau pencurian ikan dan penangkapan
ikan secara besar-besaran yang merusak ekosistem laut.
Untuk menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya maritim ini, maka Indonesia
perlu mempererat kerja sama dengan berbagai negara untuk mencari solusi yang tepat.
Indonesia harus semakin aktif mengajak negara tetangga untuk kooperatif dan menghindari
perselisihan terkait batas teritori maupun permasalahan kelautan lainnya.
Di sisi lain, potensi maritim Indonesia juga terlihat dari potensi ikan laut Indonesia
yang mencapai 6,5 juta ton per tahun atau 7,2 persen dari total potensi di dunia. Awani
Irewati, Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI mencermati, besarnya potensi perikanan
Indonesia menarik nelayan negara lain untuk menangkap secara ilegal di perairan Indonesia.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) 2014, jumlah pencurian
ikan yang terjadi di Indonesia mencapai 11 – 26 juta ton yang nilainya sekitar 10-23 miliar
dolar Amerika Serikat. Fenomena eksploitasi ikan menyebabkan berkurangnya pasokan ikan
laut untuk kebutuhan nasional dan menyebabkan meningkatknya kebutuhan impor.
Solusi untuk mengatasi permasalahan itu selain penegakan hukum dari pemerintah
Indonesia, juga harus ada kerja sama dengan negara tetangga agar saling menjaga batas
teritori masing-masing supaya tidak aga pelanggaran pencurian ikan.
Terkait tantangan batas maritim, persoalan ini harus segera diselesaikan. Sebab jika
berlarut-larut, maka panjangnya proses negosiasi penentuan batas maritim akan menghambat
perencanaan pengelolaan sumber daya kelautan.Kemudian, efek lanjutan yang dihadapi akan
berdampak pada aktivitas nelayan. Bila aktivitas nelayan terganggu dan menurun akibat
ketidakjelasan batas laut, maka hasil tangkapan tentu terganggu dan berimbas pada
ketersediaan ikan nasional.
Selain itu, kapal survei asing yang akan digunakan di Indonesia juga harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan Kementerian Pertahanan. Karena kapal riset asing bukan sekadar
lewat, tetapi membawa data informasi kondisi laut Indonesia. Jika tidak berhati-hati data laut
Indonesia bisa berpindah tangan.
Birokrasi yang rumit serta panjangnya waktu untuk proses perizinan inilah yang
menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku (mitra kerja dan lembaga penjamin di
Indonesia) pemenang tender mencari jalan pintas dengan cara mengambil celah-celah hukum
agar survei laut tetap “legal”, tanpa melewati prosedur. Hal ini terjadi, karena bagi mereka
yang dipikirkan adalah benefit yang harus diperoleh. Memotong jalur birokrasi berarti
menghemat waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.Perusahan penjamin PT.HIE misalnya,
mitra pelaksana kegiatan survei migas lepas pantai asing yang beralamat di bilangan
Kuningan, Jakarta Selatan ini lebih senang memuluskan kegiatan survei melalui perizinan
dari Dirjen Migas dibandingkan melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Padahal untuk
urusan survei laut yang menggunakan tenaga ahli asing dan kapal asing diwajibkan
mendapatkan pertimbangan dari tim yang berada di bawah Kemenristek sebelum akhirnya
memperoleh persetujuan Security Clearance dari Kemenhan.
Kapasitas listrik yang dihasilkan PLPS sebaiknya untuk kapasitas besar, di atas 50
Mega Watt, agar bisa ekonomis seperti PLTA. Sumber energi PLPS ini banyak berada
wilayah timur Indonesia, mulai dari Ambon hingga ke Papua. Di wilayah ini kebutuhan
listrik masih kecil dan membutuhkan power cable bawah laut yang sangat panjang untuk bisa
membawa listrik ke pulau Sulawesi yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi maritime di Indonesia mempunyai potensi besar dalam jalur perdangangan
di asia maupun di dunia. Tentunya hal ini membutuhkan strategi dalam menjaga keamanan
dan perbatasan indonesia melihat potensi besar yang dimiliki indonesia. Diplomasi Indonesia
akan lebih efektif jika didukung dengan kekuatan militer yang handal dan memadai.
Pada dasarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan memberi kontribusi positif
bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Hal yang sangat disayangkan adalah
ketidakmampuan Indonesia memahami potensi laut Indonesa yang sangat besar sekali dan
metode serta teknis pengelolaan sumberdaya kelautan yang berbasis teknologi sangat sulit
diimplementasikan karena tingkat penguasaan teknologi kelautan yang belum berkembang di
Indonesia. Penguasaan teknologi yang belum berkembang itu merupakan peran masyarakat
terdidik yang akan sangat diperlukan guna menemukan dan memanfaatkan potensi-potensi
yang belum dikelola dengan baik.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Olehkarenaitu,Kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari dosen dan mahasiswa
untuk perbaikan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk mengetahui dan
menambahah wawasan yang lebih luas untuk kearah yan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA