OLEH:
PUSPITA PURWA KRASTANTI, A.Md.Kep
NIP. 199506262020122029
Kediri, 29-01-2021
Mengetahui,
Mentor Peserta
Disusun oleh :
PUSPITA PURWA K., A.Md.Kep.
Salah satu tuntutan dalam Reformasi 1998 adalah reformasi di bidang birokrasi
pemerintahan. Reformasi birokrasi menjadi harapan baru masyarakat bagi terwujudnya birokrasi
pemerintahan yang bebas dari KKN dan dapat memberikan pelayanan secara tepat, cepat, dari
birokrasi yang baik dan akuntabel.
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai good
governance dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan khususnya yang menyangkut aspek-aspek kelembagaan
(organisasi), ketatalaksanaan, sumberdaya manusia aparatur, dan peningkatan pelayanan publik
(http://pemerintah.net/reformasibirokrasi/). Peningkatan pelayanan publik menjadi concern atau
perhatian utama dalam reformasi birokrasi karena pelayanan publik komponen dalam lembaga
pemerintahan baik kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia aparatur diarahkan.
Selain itu kepuasan atas pelayanan publik menjadi indikator yang kuat dalam mengukur kinerja
birokrasi.
Inovasi pelayanan membuat pelayanan publik lebih baik jika diselenggarakan dengan baik
pula, jangan sampai inovasi hanya mengikuti trend saja sehingga akan mati kemudian. Inovasi
harus berkelanjutan sehingga inovasi dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Inovasi pelayanan sangat dekat dengan kualitas pelayanan karena
dapat memperkuat nilainilai publik misalnya dalam kualitas pelayanan ataupun efisiensi. Inovasi
tidak sesederhana perubahan atau peningkatan ataupun melakukan sesuatu yang baru yang hampir
memenuhi kualifikasi inovasi. Inovasi merupakan transformasi yang orisinil, disruptif dan
fundamental dari tugastugas inti organisasi.
Inovasi pelayanan kesehatan di berbagai pemerintah daerah membuktikan bahwa
menghasilan perubahan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih baik. Inovasi mampu
menghadirkan perubahan di dalam organisasi dan memaksanya untuk berbuat lebih baik atau
sebaliknya organisasi yang baik akan mampu menciptakan berbagai inovasi pelayanan. Adanya
inovasi pelayanan kesehatan pada suatu institusi juga membuktikan adanya kemauan keras dari
dalam organisasi kesehatan untuk berbuat lebih baik, sebab menciptakan inovasi pelayanan
tidaklah mudah, organisasi yang mampu memandang diri sendiri sebagai pelayan masyarakatlah
yang mampu menciptakan inovasi yang sulit untuk dirinya sendiri akan tetapi bermanfaat bagi
masyarakat luas. Sulit bagi organisasi kesehatan jika hanya berorientasi pada tugas-tugas pokok
saja untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, akan tetapi dengan menciptakan inovasi
pelayanan kesehatan maka kualitas pelayanan yang didapat oleh masyarakat akan meningkat
dengan sendirinya jika inovasi pelayanan kesehatan dianggap berhasil oleh masyarakat sebagai
penerima jasa pelayanan kesehatan.
I. Inovasi Dari Dalam Negeri
Jawa Timur, pemerintah provinsi di Kota Surabaya merupakan salah satu pemerintahan
yang dapat dikatakan cukup responsif dan paling inovatif dalam mewujudkan good governance
melalui e-government yang dikembangkannya (Kurch, 2008:322). Hal ini terbukti dengan
adanya berbagai produk pemerintahan khususnya berupa produk pelayanan publik berbasis
internet yang mendapatkan pengakuan dan penghargaan baik secara nasional maupun
internasional.
Terkait e-government dengan yang dikembangkan dalam mewujudkan good governance
untuk tata kelola pemerintahan bersih dan akuntabel, pemerintah Kota Surabaya di bawah
kepemimpinan Tri Rismaharini telah mengembangkan berbagai pelayanan online baik terkait
dengan sistem pengelolaan keuangan daerah, perizinan, perkantoran SDM, kesehatan,
monitoring, pendidikan dan beberapa fasilitas lain terkait dengan pemerintahan dan masyarakat.
E-government ini merupakan bagian dari pengembangan teknologi informasi di Surabaya dalam
sebuah konsep besar yang menjadikan Kota Surabaya sebagai kota modern berbasis teknologi
informasi.
Salah satu yang cukup mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan di antara banyaknya
inovasi pelayanan pemerintahan yang dilakukan di Surabaya adalah inovasi pelayan kesehatan
melalui e-health. Kehadiran e-health bukan hanya menjadi solusi terhadap masalah pelayanan
kesehatan di Surabaya yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan, namun
juga menjadi model percontohan bagi banyak kabupaten atau kota lainnya yang ingin
menerapkan e-health di daerahnya masing-masing. e-health membuat pelayanan kesehatan
pada masyarakat lebih efisein, dapat mendaftarkan diri secara online untuk mendapatkan
kepastian waktu pelayanan dari manapun sepanjang terdapat akses internet. Sistem e-health
terintegrasi dengan sistem informasi kependudukan dan data pasien di puskesmas dan rumah
sakit di kota Surabaya. Hal ini tentu saja sangat memudahkan dalam setiap pelayanan terkait
dengan pasien dan pengurusan administrasi kependudukan. Ini merupakan kreasi sendiri hasil
dari keprihatinan terhadap layanan kesehatan, dan mungkin menjadi yang pertama di Indonesia.
Inovasi dari dalam negeri mengenai covid-19 yaitu didapat dari RSUP Jember yaitu dengan
diadakannya BUSY COVID-19 (Burning System Corona Virus Disease 2019). Bahwa BUSY
COVID-19 ini merupakan inovasi pelayanan publik tentang bagaimana cara mencegah dan
mengendalikan infeksi COVID-19 dengan cara membakar virus SARS COV-2, dimana secara
teori virus SARS COV-2 akan mati jika berada pada suhu di atas 56 derajat celcius. Inovasi ini
terbutkti efektif, terlihat dari tidak adanya pegawai RS Paru Jember yang terpapar COVID-19.
INOVASI SEDERHANA
Disusun oleh :
PUSPITA PURWA K., A.Md.Kep.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui cara akses masyarakat tentang ketersediaan tempat tidur di
rumah sakit
BAB II
LANDASAN TEORI
Saat Ini Mulai Marak Dikembangkan Sistem Aplikasi Dan Informasi Ketersediaan Tempat
Tidur Rawat Inap Rumah Sakit. Konon Katanya Merupakan Tuntutan Dari Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sehingga Sekarang
Banyak Daerah Yang Memasang Informasi Tersebut Pada Website Resmi Pemerintah
Daerahnya, Ada Juga Yang Sudah Berbasis Android Sehingga Siapapun Dapat Mengunduh
Dan Menggunakan Aplikasi Tersebut.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 Tentang Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan
Republik Indonesia,
PEMBAHASAN
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Integrasi secara digital melalui bed monitoring di ruang tunggu atau melalui
website Rumah sakit bahkan menyediakan media aplikasi berbasis yang dapat diakses
masyarakat tanpa mengurangi keamanan data dan hak pasien.
LAPORAN HASIL IMPLEMENTASI PENGENDALIAN GRATIFIKASIDI UPTD RSUD
SIMPANG LIMA GUMUL KEDIRI
Disusun oleh :
PUSPITA PUR[WA K., A.Md.Kep.
No Jenis Kegiatan Potensi Terjadinya Faktor Penyebab Sistem Pengendalian Rencana Perbaikan
Berpotensi Gratifikasi (Aktivitas (Faktor Internal Dan Dan Pengawasan Yang Ada
Gratifikasi Yang Berpotensi) Eksternal)
1 Dalam pemberian 1. Penerimaangratifikasi Faktor Internal : • UU no.28 tahun 1999 tentang 1. Pembentukan
pelayanan kesehatan dari pasien/ keluarga 1. Sifat tamak/rakus Penyelenggaraan Negara yang Tim Pengendalian
kepada petugas RS agar 2. Tidak puas dengan apa yang Bersih dan Bebas Korupsi, Gratifikasi
pasien didahulukan telah dicapai, selalu merasa Kolusi dan Nepotisme 2. Diadakan workshop
dalam pelayanan kurang sehingga • UU no 31 tahun 1999 yang mengenai gratifikasi yang
2. Penerimaangratifikasi menyebabkan tindakan telah diamandemen dilakukan di lingkungan RS
dari pasien/ keluarga gratifikasi berdasarkan UU no 3. Pemasangan banner / tulisan
dalam rangka 3. Moral yang kurang kuat 20 tahun 2001 tentang himbauan Anti Gratifikasi
mendapatkan fasilitas Seseorang yang moralnya Pemberantasan Tindak Pidana untuk satuan kerja di
ruang rawat inap kurang Korupsi Lingkungan RS
3. Penerimaan gratifikasi 4. kuat akan mudah tergoda • Uu no 30 tahun 2002 tentang 4. Penayangan anti gratifikasi
berupa uang/ makanan untuk melakukan gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi sebelum diadakan rapat
dari pasien/ keluarga 5. Kurangnya banteng agama • Permenkes RI no 14 tahun 5. Rapat rutin pengendalian
pasien sebagai tanda 6. Gaya hidup konsumtif yang 2014 tentang Pengendalian gratifikasi di RS
terimakasih dengan tidak dibarengi dengan Gratifikasi di Lingkungan 6. Sosialisasi melalui
pelayanan yang telah pendapatan yang cukup Kementrian Kesehatan computer billing di
diberikan 7. Ingin memperkaya diri • Keputusan Menteri Kesehatan lingkungan RS
4. Penerimaan gratifikasi sendiri RI no 7. Pekan anti korupsi dan
dalam bentuk pemberian HK.02.02/MENKES/306/2014 gratifikasi di RS
pulsa dan makanan dari Faktor Eksternal : tentang Petunjuk Teknis
rekan sebagai tanda 1. Factor ekonomi kurangnya Pengendalian Gratifikasi di
terima kasih gaji pegawai Lingkungan Kementrian
5. Penerimaan gratifikasi 2. Factor kekuasaan dan Kesehatan
dalam rangka pelayanan monopoli yang tidak
kesehatan kunjungan dibarengi dengan
rumah, penggunaan akuntabilitas
ambulans pada jam kerja 3. Factor kesempatan/
dengan tambahan biaya kelemahan system,
diluar tarif resmi pengawasan kurang
2 Pengurusan 1. Penerimaan gratifikasi Moral yang kurang kuat Jika mengetahui atau mengalami 1. Penataan system
kepegawaian dalam rangka pengurusan menganggap segalanya bisa praktik gratifikasi dilaporkan ke: manajemen SDM
kepegawaian (missal : tercapai dengan memberi 1. Tim pengendalian gratifikasi 2. Penguatan pengawasan
surat keputusan mutasi gratifikasi RS melalui whistle blowing
kepegawaian, penetapan 2. Website kementerian system dan penanganan
peserta tugas belajar dan Kesehatan RI= kepentingan
penetapan angka kredit) https://gratifikasi.ropeg- 3. Peningkatan kualitas
2. Penerimaan gratifikasi kemenkes.or.id/ pelayanan public
dalam rangka penerimaan 3. Website KPK: 4. Dilakukan public campaign
pegawai baru http://www.kpk.go.id/ dan pengaduan masyarakat
3 Penerimaan Potensi terjadinya Produsen atau distributor Jika mengetahui atau 1. Penataan system
gratifikasi dalam gratifikasi sangat mungkin obat/alkes/ susu ingin mengajak mengalami praktik gratifikasi manajemen SDM
bentuk pembiayaan terjadi dibagian farmasi, Kerjasama dengann pegawai dilaporkan ke: 2. Penguatan pengawasan
untuk mengikuti pengadaan alat elektromedic RS/ Perawat untuk 1. Tim pengendalian gratifikasi melalui whistle blowing
seminar atau RS, bagian instalasi gizi dan mendapatkan keuntungan / laku RS system dan penanganan
pelatihan, baik bagi di ruang neonates. banyak dari produk yang 2. Website kementrian benturan kepentingan
peserta maupun dipasarkan Kesehatan RI = 3. Peningkatan kualitas
naras umber yang https://gratifikasi.ropeg- pelayanan public
dibiayai atau kemenkes.or.id/ 4. Dilakukan public campaign
diseponsori secara 3. Website KPK: dan pengaduan masyarakat
individu oleh https://www.kpk.go.id/
produsen, distributor
obat/alat/kesehatan/
makanan