OLEH:
PUSPITA PURWA KRASTANTI, A.Md.Kep
NIP. 199506262020122029
Kediri, 26-02-2021
Mengetahui,
Mentor Peserta
i
PAPER
Disusun oleh:
ii
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Perbedaan Kebijakan Pemerintah Pusat, Kabupaten Kediri dan Daerah
Lain Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 ........................................ 11
3.2 Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut UU No. 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan..................................................... 13
BAB 4 KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Kebijakan-kebijakan apa saja yang diterapkan pemerintah pusat dan Kabupaten Kediri
dalam menghadapi pandemi?
3. Apakaah kebijakan-kebijakan tersebut efektif diterapkan pada era pandemi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sinergitas peran pemerintah pusat dan daerah khususnya pada
Kabupaten Kediri dalam membuat kebijakan pada bidang kesehatan di tengah pandemi
COVID-19.
2. Umtuk memahami kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah pusat dan
Kabupaten Kediri dalam menghadapi pandemi COVID-19.
3. Untuk mengetahui keefektifan kebijakan yang diterapkan pemerintah pada era pandemi
COVID-19.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai referensi dan bahan
penelitian terkait sinergitas kebijakan pemerintah pusat dan Kabupaten Kediri dalambidang
pelayanan kesehatan terutama dalam kaitannya pada situasi tanggap bencana atau pandemi.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah studi dan nalisis tentang distribusi (siapa, kapan, dan dimana),
pola, dan penentu kondisi kesehatan dan penyakit pada populasi tertentu.
Epidemiologi merupakan landasan bagi kesehatan masyarakat, yang membentuk pengambilan
keputusan dalam kebijakan publik dan praktik berbasis bukti dengan mengidentifikasi faktor
risiko penyakit dan mengidentifikasi tujuan pencegahan penyakit. Ahli epidemiologi
membantu dengan desain studi, pengumpulan dan analisis statistik data, membuat interpretasi,
dan menyebarkan temuannya (termasuk sesekali tinjauan sejawat dan tinjauan sistematis).
Epidemiologi telah membantu mengembangkan metodologi yang digunakan dalam penelitian
klinis, penelitian kesehatan masyarakat, dan, pada tingkat lebih rendah, penelitian dasar dalam
biologi.
a. Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik (dari bahasa Yunani en- di dalam
+ demos rakyat) pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi
tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
b. Suatu pandemi (dari bahasa Yunani pan semua + demos rakyat) atau epidemi global
atau wabah global merupakan terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang
dalam daerah geografi yang luas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila
ketiga syarat berikut telah terpenuhi:
• timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
• agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius.
• agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemi hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal
sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan
sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
3
2.2 BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam danmengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alamdan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan
tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana
pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu
kejadian.
a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api
atau runtuhan batuan.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material
(pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu"berarti
lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang
ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa
bumi.
4
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng.
e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
karena volume air yang meningkat.
f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar
yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud
kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang
ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .
h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan
korban dan/atau kerugian.
i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api,
sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali
menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.
j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai
pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga
menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek
terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan
bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon
tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi
disertai hujan deras.
l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut
sebagai penyebab utama abrasi.
5
m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut
dan udara.
n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu perilaku
kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe
conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam
industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja,
kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri KesehatanRI
No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
p. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal yang
bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu olehkecemburuan
sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku,
agama, ras (SARA).
q. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasanateror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkanhilangnya nyawa
dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek
vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.
r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini
digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan
dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa
sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain- lain.
6
pemerintahan konkuren merupakan urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.
Pembagian tugas dan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah apabila
dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional, maka sinergi kinerja antara pemerintah pusat dan daerah
dapat tercapai secara optimal dan tentunya perlu didukung oleh sumberdaya manusia yang
memadai untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren tujuannya untuk mewujudkan
peningkatan kesejahteran masyarakat dengan adanya pemenuhan hak-hak masyarakat
untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat di pusat maupun daerah perlu menentukan dalam
kebijakannya kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat dan berupaya untuk
mencegah terjadinya konflik kepentingan di dalam masyarakat akibat adanya aspirasi yang
dapat segera dipenuhi dan kepentingan lainnya yang belum dapat dilaksanakan, karena
perlu dikaji dan di bahas oleh pemerintah secara cermat dan teliti agar bermanfaat bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Kepentingan rakyat tersebut akan dapat diselenggarakan
dengan baik, apabila wakil rakyat itu mengetahui aspirasi mereka yang diwakilinya dan
kemudian memiliki kemampuan untuk merumuskan secara jelas dan umum serta
menentukan cara-cara pelaksanannya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan diatur dengan
peraturan pemerintah. Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah angka 9 Inovasi Daerah. Majunya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh inovasi yang dilakukan bangsa tersebut. Untuk itu maka diperlukan adanya
perlindungan terhadap kegiatan yang bersifat inovatif yang dilakukan oleh aparatur sipil
negara di daerah dalam memajukan daerahnya. Perlu adanya upaya memacu kreativitas
daerah untuk meningkatkan daya saing daerah. Untuk itu perlu adanya kriteria yang
obyektif yang dapat dijadikan pegangan bagi pejabat Daerah untuk melakukan kegiatan
yang bersifat inovatif. Dengan cara tersebut inovasi akan terpacu dan berkembang tanpa
ada kekhawatiran menjadi obyek pelanggaran hukum.
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, angka 7 tentang Keuangan Daerah. Penyerahan
sumber keuangan daerah baik berupa pajak daerah dan retribusi daerah maupun berupa
7
dana perimbangan merupakan konsekuensi dari adanya penyerahan urusan pemerintahan
kepada daerah yang diselenggarakan berdasarkan asas otonomi. Untuk menjalankanurusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, daerah harus mempunyai sumber keuangan
agar daerah tersebut mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat di
daerahnya. Pemberian sumber keuangan kepada daerah harus seimbang dengan beban atau
urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Keseimbangan sumber keuangan ini
merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
daerah. Ketika daerah mempunyai kemampuan keuangan yang kurang mencukupi untuk
membiayai urusan pemerintahan dan khususnya urusan pemerintahan wajib yang terkait
pelayanan dasar, Pemerintah Pusat dapat menggunakan instrumen DAK untuk membantu
daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
d. Dasar Hukum
1. lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(C0VID-19)
2. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/7 /KPTS/013/2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat untuk Pengendalian Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (C0VID-19)
e. Sehubungan dengan Hal tersebut diminta kepada seluruh elemen masyarakat yang ada di
Kabupaten Kediri memperhatikan hal-hal berikut:
1. Membatasi tempat/kerja perkantoran dengan menerapkan WFH dan WFO yang
diatur tersendiri oleh Kepala Kantor/lnstansi sesuai dengan ridme kerjanya dengan
menerapkan protokol kesehatan dengan lebih ketat.
2. Membatasi waktu acara rapat paling lama 2 (dua) jam.
3. Kegiatan pembelajaran dan perkuliahan dilaksanakan secara dalam jaringan (daring)
/online.
4. Pelayanan konsultasi belajar siswa dilaksanakan secara terbatas.
5. Kegiatan pembelajaran pendidikan dalam bentuk lain harus mengajukan izin kepada
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Kediri.
6. Kegiatan sektor esensial yang berkaiatan dengan kebutuhan pokok Masyarakat tetap
beroperasi 100% denpan pengaturan jam operasional kapasitas dan penerapan
protokol kesehatan dengan lebih ketat.
7. Kegiatan perdagangan di pasar dan pusat perbelanjaan dilaksanakan dengan
pembatasan kapasitas pengunjung paling banyak 50% (lima puluh persen) dan
pengaturan jarak paling sedikit 1 (satu) meter.
8. Untuk warung makan, rumah makan, cafe, dan restoran pelayanan makan/minum
ditempat dibatasi paling banyak 50% (lima puluh persen) dan untuk layanan
makanan melalui pesan antar / dibawa pulang diizinkan sampai dengan jam
operasional.
9. Untuk pengelola toko, toko modern, warung makan, rumah makan, cafe, danrestoran
dibatasi jam operasional sampai pukul 20.00 WIB.
10. Untuk pusat perbelanjaan/mall dibatasi jam operasional sampai dengan pukul
19.00 WIB.
11. Kegiatan ditempat ibadah dilaksanakan dengan pembatasan kapasitas 50% (lima
puluh persen) dan dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.
10
12. Mengijinkan kegiatan konstruksi beroperasi 100% dengan penerapan protokol
kesehatan dengan lebih ketat.
13. Kegiatan masyarakat yang dilaksanakan di fasilitas umum seperti di taman, tempat
wisata, gedung/sarana olah raga, dan kegiatan sosial budaya seperti pagelaran seni,
resepsi, hajatan, dan lainnya dihentikan sementara.
14. Mengoptimalkan kembali posko Satgas Covid-19 di tingkat Kecamatan dan Desa.
15. Mengaktifkan kembali Kampung Tangguh di ma sing-ma sing Desa.
f. Sanksi
Kegiatan Masyarakat yang melanggar, akan dikenakan sanksi sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
3.1 Perbedaan Kebijakan Pemerintah Pusat, Kabupaten Kediri dan Daerah Lain Dalam
Menghadapi Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah menimbulkan berbagai persoalan di Indonesia. Pandemi ini
telah menimbulkan persoalan pada bidang kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan,
bahkan di bidang pemerintahan.2 Persoalan yang timbul dalam bidang pemerintahan yaitu
terkait administrasi pemerintahan, khususnya hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dalam menghadapi situasi penyebaran COVID-19 dikaitkan dengan urusan kesehatan
yang didesentralisasikan. Bentuk-bentuk kebijakan dalam penanganan COVID-19 baik
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yaitu: Presiden Joko Widodo
memutuskan untuk memilih Pulau Natuna sebagai tempat karantina bagi 238 orang Warga
Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Kota Wuhan, sebagai tempat penyebaran
COVID-19. Dipilihnya Pulau Natuna sebagai tempat karantina telah menimbulkan aksi
demonstrasi warga Natuna pada tanggal 1 Februari 2020. Permasalahan selanjutnya muncul
pada saat Presiden Joko Widodo tanggal 2 Maret 2020 mengumumkan dua orang WNI yang
tinggal di Indonesia positif terinfeksi COVID-19, tanpa menyebutkan identitas pasien. Namun,
tidak lama berselang Walikota Depok menyampaikan informasi pasien, lengkap dengan nama
dan alamat, yang telah merugikan pasien karena data pribadi pasien menjadi konsumsi publik.3
Perbedaan perilaku pemerintah pusat maupun daerah dalam memberikan informasi
pasien kepada publik memperlihatkan belum adanya satu pintu dari pihak pemerintah untuk
menyampaikan informasi kepada publik terkait COVID-19 di Indonesia. Menanggapi
pengumuman Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil segeramenyatakan
Jawa Barat Siaga I COVID-19. Bahkan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
11
mengeluarkan pernyataan Jakarta dalam keadaan genting serta mengeluarkan prosedur
tindakan yang harus dilakukan masyarakat dalam hal terindikasi terinfeksi COVID-19. 3
Selanjutnya beberapa daerah menempuh kebijakan lockdown atau karantina wilayah
dengan skala yang berbeda-beda Di Kabupaten Kediri sendiri, Bupati Kediri pun secara sigap
membentuk gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 sebagai upaya tanggap pandemi
yang telah menjadi permasalahan krusial. Tim Gugus COVID-19 yang dibentuk secara cepat
melakukan tracing pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan riwayat kontaknya.
Pemerintah Kabupaten Kediri juga sempat memberlakukan kebijakan bagi para pedagang dan
beberapa toko untuk tutup setelah pukul 19.00 WIB dan beberapa pusatperbelanjaan atau mall
juga sempat ditutup guna mencegah adanya kerumunan sebagai suatu cara penularan virus
Corona. Pemerintah Kabupaten Kediri juga mengisntrusikan lockdown bagi daerah yang
terjangkit COVID-19 dengan kasus yang tinggi. Bahkan Gedung DPRD Kabupaten Kediri
sempat di-lockdown selama 3 hari yaitu pada tanggal 13-15 November 2020 terkait adanya 5
anggota DPRD yang terkonformasi COVID-19 usai kunjungan kerja keCirebon, Jawa Barat.
Selain itu, 3 kantor SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yaitu Dinas Pendidikan, Dinas
Pertanian dan Perkebunan, serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sempat lockdown
selama 15 hari akibat adanya ASN yang terpapar COVID-19 Hal tersebut menandakan bahwa
keputusan lockdown dapat diambil oleh pemerintah daerah berdasarkan kondisi riil yang terjadi
pada daerah tersebut.
Sedangkan presiden dalam pernyataannya pada video yang disiarkan Sekretariat
Presiden pada tanggal 16 Maret 2020, menegaskan bahwa lockdown, baik skala nasional
maupun daerah, sepenuhnya kewenangan pemerintah pusat yang tidak boleh diambil
pemerintah daerah. Selain itu terdapat tumpang tindih kebijakan terkait pembatasan
pengangkutan orang pada transportasi ojek online. Di satu sisi ada pejabat pemerintah yang
berusaha melarang dan membatasi guna mencegah penyebaran COVID-19.3
Berbagai reaksi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah seperti yang telah
diuraikan sebelumnya menimbulkan perdebatan siapa sesungguhnya yang berwenang
menangani urusan COVID-19. Oleh karena itu, ketidakseragaman dalam merespons pandemi
ini perlu dikoordinasikan antara pemerintah pusat dan daerah. Menyikapi bahwa kasus
COVID-19 merupakan pandemi sehingga dinyatakan bahwa termasuk kejadian kesehatan
masyarakat yang bersifat extraordinary, menimbulkan bahaya kesehatan lintas wilayah atau
negara. Dengan demikian, hal tersebut telah memenuhi unsur kedaruratan kesehatan
masyarakat sehingga ketentuan yang diberlakukan yakni mengacu kepada UU Nomor 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.3
12
3.2 Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut UU No. 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan
Wewenang dan tanggung jawab mempunyai pengertian yang sama dalam arti luas, dan
dalam arti sempit, tanggung jawab lebih besar peranannya dari pada wewenang itu sendiri,
pemberian tanggung jawab selalu dibarengi dengan kewenangan. Pada Undang- Undang
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan antara lain mengatur terkait tanggung
jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hak dan kewajiban, Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat, penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk, penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan di wilayah, Dokumen Karantina Kesehatan, sumber daya
Kekarantinaan Kesehatan, informasi Kekarantinaan Kesehatan, pembinaan dan pengawasan,
penyidikan, serta ketentuan pidana.3
Ketentuan Pasal 4 UU Kekarantinaan Kesehatan menetapkan bahwa : “Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat dari
penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan”.
Kewenangan Pemerintah Pusat kembali ditegaskan dalam Pasal 10 yaitu : 3
1. Pemerintah Pusat menetapkan dan mencabut Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
2.Pemerintah Pusat menetapkan dan mencabut penetapan Pintu Masuk dan/atau wilayah di
dalam negeri yang Terjangkit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
3. Sebelum menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, Pemerintah Pusat terlebih dahulu
menetapkan jenis penyakit dan faktor risiko yang dapat menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan dan pencabutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah daerah bersama-sama dengan pemerintah pusat bertanggung jawab
terhadap ketersediaan sumber daya yang diperlukan, misalnya menyediakan fasilitas kesehatan
yang bermutu serta tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas. Pemerintah daerah juga
harus melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan COVID-
19. Hal ini sesuai dengan aturan Pasal 6 yang menyatakan bahwa : “Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap ketersediaan sumber daya yang diperlukan
dalam penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan”. Pemerintah pusat telah menyiapkan
pedoman manajemen dan dampaknya bagi pemerintah daerah. Dalam konteks korbinwas
umum, langkah-langkah yang dilakukan oleh pusat telah diinfokan kepada pemerintah daerah
melalui dokumen tertulis (pedoman). Tujuannya tentu agar pemerintah daerah mendapatkan
13
pemahaman terkait COVID-19. Oleh karena itu, Kemendagri telah menyiapkan lima strategi,
yaitu (a) strategi pencegahan penyebaran COVID-19; (b) peningkatan sistem kekebalan tubuh;
(c) peningkatan kapasitas kesehatan; (d) peningkatan ketahanan pangan dan industri alat
kesehatan; dan (e) memperkuat jaring pengaman sosial (social safety net).3
Sedangkan untuk membangun pola hubungan pusat dan daerah, Kemendagri memiliki
prinsip, yaitu (1) melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktor resiko
kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah (urusan
konkuren); (2) penentuan pelaksana urusan berbasis kriteria eksternalitas (dampak yang
dirasakan), efektivitas dan akuntabilitas; (3) kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah;
dan (4) Presiden sebagai komandan tertinggi dari seluruh urusan eksekutif. Untuk itu, saat ini
telah dibuat gugus tugas untuk menangani pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19
merupakan ujian desentralisasi. Artinya, pusat mengeluarkan kebijakan tetapi intinya ada di
daerah, karena pemerintah daerah yang paling paham betul bagaimana kondisi daerahnyapada
era pandemi.3
14
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dalam menanggapi pandemi COVID-19, undang-undang yang tepat
diberlakukan mengacu pada UU Kekarantinaan Kesehatan. Dalam undang-undang
tersebut mengatur bahwa COVID-19 ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai
kedaruratan kesehatan masyarakat. Selain itu pemerintah pusat bersama-sama dengan
pemerintah daerah melakukan upaya terhadap ketersediaan sumber daya yang
diperlukan dalam penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan melalui upaya antara lain
: membentuk gugus tugas penanganan COVID-19, menyediakan fasilitas kesehatan,
menyelenggarakan edukasi bahaya COVID-19 kepada seluruh masyarakat dengan
memobilisasi seluruh stakeholders untuk berpartisipasi menghadapi COVID-19,
menyediakan jaring pengaman sosial serta menangani dampak ekonomi. Masih banyak
terjadinya permasalahan koordinasi, komunikasi dan sinergi yang sangat dirasakan
pada awal pandemi ini. Sinergitas pemerintah pusat dan daerah dinilaimasih kurang.
Seharusnya pemerintah harus merespon cepat pandemi yang padaakhirnya berpengaruh
terhadap seluruh proses penanganan. Koordinasi sangat penting dilakukan demi
kepentingan bersama penanganan kedaruratan kesehatan pada era pandemi COVID-19.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
PAPER
Disusun oleh:
i
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................................i
Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Reformasi Birokrasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri .................... 6
BAB 4 KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
birokrasi. Seperti yang terdapat dalam misi pembangunan Kabupaten Kediri tahun 2016-
2021 yaitu mewujudkan aparatur pemerintah yang profesional dan melanjutkan reformasi
birokrasi.
1.3 Tujuan
Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi
implementasi reformasi birokrasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri memenuhi
aspek penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya manusia, akuntabilitas, dan
pelayanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Reformasi birokrasi menurut Effendi (2012) adalah perubahan signifikan elemen-
elemen birokrasi antara lain: kelembagaan, sumber daya manusia aparatur,
ketatalaksanaan, akuntabilitas aparatur,pengawasan dan pelayanan public. Beberapa
contoh reformasi birokrasi misalnya reformasi kelembagaan dan kepegawaian keuangan,
perbendaharaan, perencanaan dan penganggaran, kemigrasian, pertahanan dan
penanaman modal. Paling penting reformasi birokrasi adalah perubahan Mindset dan
Culture set serta pengembangan budaya kerja.
Tatalaksana birokrasi di Indonesia agar tidak semakin terpuruk perlu dilakukan
reformasi menyeluruh, reformasi harus di lihat dalam rangka teoritik dan empiric yang
luas. Menurut Prijono (2009), tujuan uama reformasi birokrasi adalah menghasikkan
pelayanan public responsive, tidak memihak, professional bertujuan mengurangi
rendahnya kepercayaan terhadap peran pemerintah memenuhi dan melayani kepentingan
masyarakat. Reformasi birokrasi merupakan bagian tak terpisahkan dalam upaya
konsolidasi demokrasi. Reformasi merupakan langkah perbaikan terhadap proses
pembusukan politik, termasuk buruknya kinerja birokrasi (Afdhal, 2011).
Memahami reformasi birokrasi perlu pemahaman tentang reformasi, pemahaman
birokrasi. Reformasi diarahkan perubahan masyarakat termasuk di dalamnya masyarakat
birokrasi dan perbahan dilakukan kearah kemajuan.
4
d. Publik berarti orang banyak (umum)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa
pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Pusat, di daerah
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
8) Mengembangkan koperasi sebagai salah satu soko guru pembangunan ekonomi
kerakyatan.
9) Mengoptimalkan pelayanan perizinan bagi kepentingan kehidupan masyarakat,
terutama dalam menggiatkan investasi dan dunia sehat.
10) Memantapkan pembangunan kependudukan, yang meliputi ketertiban sistem
pendapatan dan pemberdayaan warga masyarakat terutama di wilayah perdesaan,
khususnya kaum perempuan
11) Mewujudkan Aparatur pemerintah yang profesional dan melanjutkan reformasi
birokrasi.
12) Membangun infrastruktur penunjang pembangunan di berbagai bidang.
13) Membangun dan mengembangkan jaringan sistem informasi dan komunikasi.
14) Meningkatkan pebangunan lingkungan hdup yang sehat, serasi dan seimbang.
15) Pembangunan sektor ketenagakerjaan untuk kesejahteraan masyarakat
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi tersebut, Dinas Kesehatan sesuai
tugasnya yaitu membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kesehatan, mempunyai kesesuaian dalam misi kelima yaitu :
Mewujudkan Masyarakat yang Mandiri dan Berkeadilan di Bidang Kesehatan Di dalam
RPJMD Kabupaten Kediri Tahun 2016-2021 misi tersebut masuk sebagai prioritas
Pembangunan “Perwujudan Masyarakat Mandiri dan Berkeadilan di Bidang Kesehatan”.
Prioritas pembangunan tersebut dijabarkan dalam sasaran “Meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat” dengan arah kebijakan Penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
Kementerian Kesehatan yang mempunyai tujuan terselenggaranya pembangunan
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk itu, Kementerian Kesehatan
memiliki sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 sebagai
berikut :
1) Meningkatnya Kesehatan Masyarakat
2) Meningkatknya penegendalian penyakit
3) Meningkatnya akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan
4) Meningkatnya akses dan kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat
kesehatan
7
5) Meningkatnya jumlah, jenis, kualitas dan pemerataan tenaga kesehatan
6) Meningkatnya sinergitas antar kementrian/lembaga
7) Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri
8) Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-
evaluasi
9) Meningkatnya efektifitas penelitian dan pengembangan kesehatan
10) Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih
11) Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur kementrian kesehatan
12) Meningkatnya sistem informasi kesehatan integrasi..
8
manajemen modern agar cepat, akurat, singkat, dan pemanfaatan teknologi modern di
lingkungan instansi pemerintah.
Pegawai di Dinas Kesehatan mengatakan tingkat efektifitas dan efisiensi Dinas
Kesehatan dalam melaksanakan tugas sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yangterkait dengan pelaksanaan tugas pokok sudah dijalankan. Sudah terdapat
berbagai petunjuk teknis yang di koordinasi oleh setiap bagian tugas, standar yang di
tetapkan sudah sesuai dengan tandarpelayanan minimal (SPM), hubungan kerja dengan
pelaksana pelayanan di tingkat dasar terjalin kerjasama yang baik dan saling berinteraksi.
9
masyarakat, cara pencapaian sasaran suatu program atas suatu keputusan yang telah
dibuat dengan mengagendakan rapat konsolidasi perkembangan pelaksanaan program.
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri adalah
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Dalam konteks iini, kinerja
organisasi yang terukur mengacu pada persoalan bagaimana akuntabilitas kinerj itu
diaktualisasikan secara transparan, konsisiten, dan konsekuen.
10
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran yang sangat
penting dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa adanya dukungan
tata kelola yang baik, target-target pembangunan nasional tidak mungkin dapat dicapai
dengan baik pula.
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2016-
2021 ini merupakan dokumen perencanaan yang disusun berdasarkan RPJMDKabupaten
Kediri Tahun 2016-2021, yang merupakan rangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang
mendasar dan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu)
sampai 5 (lima) tahun ke depan. Renstra mengandung visi, misi, tujuan, sasaran,
kebijakan dan program yang harus diimplementasikan oleh seluruh jajaran organisasi
dalam rangka pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas
Kesehatan kabupaten Kediri.
Kondisi penataan kelembagaan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dinilai telah
memenuhi harapan. persoalan implementasi reformasi birokrasi dilingkunga Dinkes
Kabupaten Kediri mengacu pada tantangan manajemen sumber daya manusia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Afdhal, Ed (2011). Dinamika Birokrasi Lokal Era Otonomi Daerah. Jakarta: P2PLIPI.
Tachan. (2011). Teori Implementasi Kebijakan Publik. UNILA: Tugas Akhir Program
Sarjana.
Sinambela. (2014). Reformasi Pelayanan Publik: teori, Kebijakan, dan Implementasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Prasodjo, E & Kurniawan, T. (2012). Reformasi Birokrasi dan GoodGovenance: Kasus
Best Practice dari Sejumlah Daerah di Indonesia.
12