Anda di halaman 1dari 10

Resume

RHEUMATIC HEART DISEASE

OLEH

Nama : Aiyuza Iqlima (18010001)


Sarah Faradilla (18010013)
Prodi : S1- Keperawatan
Dosen pembimbing : Ns. Nova Fajri, S.Kep. M.Kep. Sp.Kep.An

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIkes)

MEDIKA SERAMOE BARAT - MEULABOH

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2021/2022
RHEUMATIC HEART DISEASE

A. Definisi

Rheumatic heart disease (RHD) adalah penyakit jantung yang ditandai dengan kerusakan
pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali (Arif Mansjoer,
2002).

Penyakit jantung reumatik merupakan penyakit peradangan sistemik akut atau kronik
yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi streptococcus beta-hemolyticus grup A yang
mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
Polyarthritis Migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul Subkutan dan Eritema Marginatum
(Lawrence M. Tierney, 2002).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun yang
disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus beta-hemolyticus grup A pada
tenggorokan selalu mendahului terjadinya demam reumatik, baik serangan pertama maupun
serangan ulang. Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam reumatik terdapat beberapa
factor predisposisi antara lain:

Factor-faktor pada individu:

1. Factor genetic
2. Jenis kelamin
3. Golongan etnis dan ras
4. Umur
5. Keadaan gizi dan lain-lain
6. Reaksi autoimun
7. Serangan demam rematik sebelumnya
Factor-faktor lingkungan:
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
2. Iklim dan geografis
3. Cuaca

C. Patofisiologi
Demam reumatik adalah penyakit radang yang ditimbul setelah infeksi streptococcus
beta-hemolyticus grup A. penyakit ini menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah,
sendi dan jaringan subkutan. Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung.
Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman streptococcus beta-
hemolyticus grup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik
yang pasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam reumatik
termasuk dalam penyakit autoimun.

D. Manifestasi Klinik
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium yaitu:
 Stadium I
Berupa infeksi saluran napas atas oleh kuman streptococcus beta-hemolyticus grup A.
keluhan
1. Demam
2. Batuk
3. Rasa sakit waktu menelan
4. Muntah
5. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat

 Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea
yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
 Stadium III
Stadium ini adalah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya berbagai manifestasi
klinis penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan manifestasi spesifik penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum:
1. Demam yang tinggi
2. Lesu
3. Anoreksia
4. Berat badan menurun
5. Kelihatan pucat
6. Epitaksis
7. Arthralgia
8. Rasa sakit disekitar sendi
9. Sakit perut

 Stadium IV
Stadium ini disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung/penyakit jantung reumatk tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan
gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kalainan katup jantung
gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kalainan. Pada fase ini baik penderita
demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivitas
penyakitnya.

E. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit jantung reumatik (PJR) diantaranya adalah
gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan diseluruh bagian jantung), pneumonitis
reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark
(kematian sel jantung).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktif kembali diantaranya adalah:
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap
2. Pemberantasan terhadap kuman strepcoccus dengan pemberian antibiotic, penisilin atau
eritromisin. Untuk profiklasi atu pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin
atau sulfadiazine.
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada demam
reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung).

G. Pemeriksaan Diagnostic

 Pemeriksaan Darah
a) LED tinggi sekali
b) Lekositosis
c) Nilai hemoglobin dapat rendah
 Pemeriksaan Bakteriologi
a) Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya strepcoccus.
b) Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
 Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukkan terjadinya pembesaran pada jantung
 Pemeriksaan Echocardiogram
Menunjukkan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
 Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukkan interval P-R memanjang.
ASKEP RHEUMATIC HEART DISEASE

KASUS

Pasien bernama Nn. A berumur 25 tahun masuk ke rumah sakit dengan keluhan
mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri saat malam hari dan pagi
hari. Selain itu, pasien juga mengeluh dada berdebar-debar, kepala sakit dan cepat lelah saat
beraktvitas. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit yang pernah ia derita yaitu reumatik.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
pasien. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan yaitu TD: 110/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR:
20x/menit, Suhu: 36 Celcius. Skala nyeri : 4 (nyeri sedang), kesadaran composmetis,
konjungtiva anemis dan GCS: E4V5M6. Keadaan umum pasien tampak lemah, tidak terdapat
luka dan lesi pada kepala dan leher

1. PENGKAJIAN

a. Identitas Pasien

Nama : Nn. A

Usia : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

b. Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (nyeri
sedang), nyeri saat malam hari dan pagi hari. Selain itu, pasien juga mengeluh dada berdebar-
debar , kepala sakit dan cepat lelah saat beraktvitas.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit yang pernah ia derita yaitu reumatik.
d. Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama
dengan pasien.

e. Pemeriksaan Fisik

TTV: TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36 celcius. Kesadaran
umum tampak lemah, kesadaran composmetis dan GCS: E4V5M6. Tidak terdapat luka dan lesi
pada kepala dan leher

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Agen cedera biologis Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri dada dan
sakit kepala
Do:
- Pasien meringis kesakitan
- P: nyeri dada
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R: nyeri di daerah dada kiri
- S: skala nyeri 4
- T: nyeri muncul pada pagi dan
malam hari

2 Ds: Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas


- Pasien mengatakan pada saat
beraktivitas cepat lelah
Do:
- keadaan umum lemah
- aktivitas dibantu oleh keluarga.
- Hasil TTV:
- TD: 110/80 mmHg,
- N: 85x/menit,
- RR: 20x/menit.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan nyeri dada
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien cepat lelah
pada saat beraktivitas

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri akut b.d agen Tujuan: 1. Kaji secara komprehensif
cedera biologis Pasien tidak akan tentang nyeri meliputi lokasi,
mengalami nyeri selama karakteristik nyeri, durasi,
dalam perawatan frekuensi, dan factor pesipitasi
Kriteria hasil: 2. Berikan informasi tentang
1. mengontrol nyeri, nyeri, seperti penyebab berapa
mengenal factor lama terjadi, dan tindakan
penyebab nyeri pencegahan
2. menunjukkan tingkat 3. Ajarkan penggunaan tehnik
nyeri non-farmakologi: misalnya
(relaksasi, terapi music,
message).
4. Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik

2 Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Menentukan keterbatasan klien


b.d kelemahan fisik Klien dapat menunjukkan terhadap aktivitas
toleransi terhadap aktivitas 2. Dorong pasien untuk
Kriteria hasil: menggungkapkan perasaan
1. Klien dapat menentukan tentang keterbatasan
aktivitas yang sesuai 3. Motivasi untuk melakukan
dengan nadi, frekuensi periode istirahat dan aktivitas
napas dan tekanan darah 4. Bantu pasien untuk bangun dari
2. mempertahankan warna tempat tidur
dan aktivitas 5. Bantu pasien untuk
3. melaporkan peningkatan mengindentifikasi aktivitas
aktivitas harian yang lebih disukai
6. Evaluasi program peningkatan
tingkat aktivitas

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut b.d agen 1. Mengkaji secara komprehensif S: Pasien mengatakan masih
cedera biologis tentang nyeri meliputi lokasi, merasakan nyeri pada dada,
karakteristik nyeri, durasi, nyeri seperti ditusuk, skala
frekuensi, dan factor pesipitasi nyeri 4, nyeri tersebut tidak
2. Memberikan informasi menjalar, nyeri dirasakan saat
tentang nyeri, seperti pagi dan malam hari
penyebab berapa lama terjadi, O: Pasien tampak meringis
dan tindakan pencegahan kesakita
3. Mengjarkan penggunaan A: Masalah belum teratasi
tehnik non-farmakologi: P: Intervensi dilanjutkan
misalnya (relaksasi, terapi
music, message).
4. Mengevaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
5. Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik

2 Intoleransi aktivitas 1. Menentukan keterbatasan S: Pasien mengatakan saat


b.d kelemahan fisik klien terhadap aktivitas melakukan aktivitas ia
2. Mendorong pasien untuk merasa lelah.
menggungkapkan perasaan O: Keadaan umum lemah,
tentang keterbatasan aktivitas dibantu oleh
3. Memotivasi untuk melakukan keluarga. Hasil TTV: TD:
periode istirahat dan aktivitas 110/80 mmHg, N: 85x/menit,
4. Membantu pasien untuk RR: 20x/menit
bangun dari tempat tidur A: Masalah belum teratasi
5. Membantu pasien untuk P: Intervensi di lanjutkan
mengindentifikasi aktivitas
yang lebih disukai
6. Mengevaluasi program
peningkatan tingkat aktivitas

Anda mungkin juga menyukai