Anda di halaman 1dari 16

S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

P-ISSN : 2442-9910 S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)


E-ISSN : 2548-642X DOI: http://dx.doi.org/10.32699/spektra.v6vi1i.132

ANALISIS KRITIS PENDIDIKAN SAINS DI INDONESIA:


(Problematika, Solusi dan Model Keterpaduan Sains Dasar)
Ahmad Khoiri1)*, Nasokah2), Tesya Amalia3), Hefi Slamet4)
1,3
Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
2,4
PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo

*akhoiri@unsiq.ac.id
Nomor Handphone: 08562566827

Dikirimkan: 06/05/2020. Diterima: 12/05/2020. Dipublikasikan: 30/05/2020.

Abstrak
Pendidikan Sains Indonesia memiliki permasalahan yang kompleks meliputi didaktik, kurikulum, content dan
fasilitas yang berbeda dengan negara pendidikan Sains maju. Metode pengumpulan data library research dari
berbagai sumber review untuk mengidentifikasi masalah; solusi atau upaya perbaikan dan model keterpaduan
efektif yang direkomendasikan dalam pembelajaran Sains dengan mempertimbangkan kemampuan dan potensi
yang dimiliki. Hasil Analisis deskriptif kualitatif menunjukan: 1) Analisis Kritis pendidikan Sains Indonesia
melalui Standar bahan ajar, proses pembelajaran dan penilaian (assessment) sarana laboratorium masih belum
optimal dibandingkan negara pendidikan Sains maju. Titik perbandingannya terletak pada orientasi tujuan
pembelajaran yang berbeda sehingga cara membelajarkannya baik model, teknik, assessment dan evaluasi
berbeda; 2) Analisis SWOT, seperti kesiapan Bahan atau sumber belajar, kebijakan kurikulum, SDM Guru yang
professional, dan pembelajaran dengan pendekatan STEM (Science Technologi, Engineering and Mathematic).
Analisis tersebut dapat digunakan sebagai upaya memperbaiki pembelajaran Sains di Indonesia; 3) Model
keterpaduan Sains integrated STEM yang direkomendasikan dengan mempertimbangkan kajian literature, potensi
dan kondisi Indonesia dapat mewujudkan generasi unggul dalam menghadapi tantangan dan isu-isu global serta
dapat bersaing dengan negara pendidikan Sains maju tanpa meninggalkan living value Pancasila sebagai ideologi
negara.
Kata Kunci: Analisis Kritis, Pendidikan Sains, Model Keterpaduan, STEM

Abstract
Science Indonesia's education has complex problems including didactics, curriculum, content, and facilities that
are different from developed science education countries. Research library data collection methods from various
review sources to identify problems; solutions or improvement efforts and effective cohesive models
recommended in SAINS learning by considering the capabilities and potentials they have. The results of the
qualitative descriptive analysis show: 1) Critical Analysis of Indonesian Science education through the standard of
teaching materials, learning process, and assessment of laboratory facilities is still not optimal compared to
developed science education countries. The point of comparison lies in the orientation of different learning
objectives so that the way to teach both models, techniques, assessment, and evaluation is different; 2) SWOT
Analysis are the readiness of learning Materials or resources, curriculum policies, professional Teacher and
learning with the STEM approach (Science Technological, Engineering, and Mathematics). This analysis can be
used as an effort to improve the learning of science in Indonesia; 3) The integrated STEM Science integrated
model recommended by considering literature studies, the potential and conditions of Indonesia can create a
superior generation is facing challenges and global issues and can compete with advanced science education
countries without abandoning Pancasila living values as the state ideology.
Keywords: Critical Analysis, Science Education, Integration Model, STEM

19
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

PENDAHULUAN diperhatikan mengingat problematika


permasalahan yang sangat kompleks.
Indonesia telah menjalankan beberapa Tujuan kajian kurikulum Sains adalah
kurikulum dalam upaya mencerdaskan kehidupan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam
bangsa sesuai dengan amanat pembukaan memahami dokumen Standar Isi (KI dan KD
Undang-Undang Dasar 1945. Terakhir diterapkan mata pelajaran SAINS); pengembangannya
kurikulum yang disebut kurikulum 2013. sebagai silabus dan RPP; hingga pada
Penerapan kurikulum 2013 merupakan perubahan pelaksanaannya dalam kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan pemerintah dalam rangka yang dipengaruhi oleh beberapa factor SDM dan
menghadapi tantangan zaman dengan era literasi fasilitas [7]. Pada akhirnya pendidikan di
untuk mencari solusi tepat dengan arus Indonesia belum dapat berkembang pesat karena:
globalisasi. Kurikulum dirancang untuk dapat terlalu banyak konten materi yang harus
mengantarkan peserta didik menguasai tiga dipelajari sehingga siswakurang fokus dalam
dimensi pengetahuan (sikap, pengetahuan dan belajar. Kompetensi yang diminat oleh siswa
keterampilan). Selain itu diharapkan dapat sebagian besar belum dapat terakomodir dengan
menguaasi berbagai keterampilan, 1) kreativitas, baik karena kurangnya system yang mendukung
2) produktivitas, 3) kritis, 4) mandiri, 5) baik SDM maupun fasilitas. Sehingga pada
kolaboratif, dan 6) komunikatif yang terangkum penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dalam keterampilan abad 21 siswa yang permasalahan pendidikan Sains di Indonesia
dibutuhkan [1]. meliputi diktatik, kurikulum, content dan fasilitas
Keterampilan abad 21 siswa sebagai luaran yang terangkum dalam system pendidikan;
pendidikan Sains Indonesia. Mengkaji kemudian solusi alternative yang tepat untuk
pendidikan terintegrasi STEM (Science menjawab permasalahan tersebut; serta model
Technology, Engineering and Mathematic) yang pelaksanaan keterpaduan Sains yang
merupakan topik update pada abad 21 dapat direkomendasikan dengan mempertimbangkan
digunakan untu bersaing secara global dan kondisi Indonesia saat ini
menyelesaikan isu-isu kehidupan melalui literasi
STEM [2]. Literasi STEM menunjukkan konsep, METODE
prinsip, dan teknik dari Sains, teknologi,
rekayasa, dan matematika yang digunakan secara Jenis penelitian kualitatif melalui library
terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, research dengan memanfaatkan sumber pustaka
dan sistem dalam kehidupan [3]. untuk memperoleh data penelitian Artinya
Rendahnya SDM berdasarkan TIMSS dan sumber data yang digunakan hanya dibatasi pada
PISA [4] disebabkan kurangnya keterampilan bahan-bahan koleksi perpustakaan, tanpa
karir yang mahir untuk mengisi lapangan kerja. memerlukan riset lapangan. Analisis data
Hal ini dikuatkan oleh [5] dan [6] bahwa menggunakan deskriptif dan systematic review
Pendekatan STEM terintegrasi dalam yaitu mendeskripsikan segala sesuatu yang
pembelajaran berpotensi untuk membekali berkaitan dengan objek penelitian. Sumber data
keterampilan bekerja abad 21 siswa melalui hasil primer yang digunakan melalui website dari
belajar. Berdasarkan hal ini studi analisis kritis berbagai negara: National science Teacher
pada pendidikan Sains terpadu di Indonesia perlu Assosiation (NSTA) http://www.nsta.org/
tentang Asosiasi guru sains di Amerika sebagai

20
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

pengendali mutu pendidikan di Amerika baik Problematika pendidikan Sains, Solusi perbaikan
tentang conten, perubahan kurikulum SAINS dan serta model keterpaduan Sains yang
sumber belajar. Selanjutnya Autralian Curiculum, direkomendasikan.
Assessment and Reporting Authority (ACARA), 1. Problematika Pendidikan Sains di
www.australiancurriculum.edu.au. tentang Indonesia
Kurikulum Australia ditayangkan secara online Keterlaksanaan pembelajaran adalah ketercapaian
untuk memungkinkan semua penduduk melihat standar isi dibandingkan dengan keadaan ideal.
apa yang diajarkan di seluruh Australia. Analisis Terdapat kelompok masalah yang nampaknya
data menggunakan deskriptif kualitatif kemudian sulit dilakukan oleh para guru dalam
dilakukan interpretasi data dan digeneralisasikan. melaksanakan hal-hal di atas. Masalah-masalah
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dijelaskan melalui tabel 1.
Berdasarkan tujuan penulisan terdiri dari tiga
komponen permasalahan yang dianalisis:

Tabel 1. Analisis kritis guru Sains di Indonesia


Sumber Fakta permasalahan
1) Guru sains terpadu masih sedikit jumlahnya, Guru mempunyai latar
belakang yang berbeda dengan tugas mengajarnya. 2) Beberapa layanan
pelatihan guru tidak efektif. 3) Beberapa guru tidak terbiasa dengan peralatan
laboratorium. 4) Fasilitas penunjang pembelajaran yang kurang memadai. 5)
Kebijakan resmi (tentang pendidikan dasar dan menengah) belum berafiliasi
terhadap rekomendasi Unesco.
Kurangnya kompetensi guru disebabkan: 1) Intensitas pelatihan laboratorium
untuk guru kurang. 2) Pemahaman guru terhadap konsep dan penggunaan alat
laboratorium masih rendah. 3) Guru belum mampu merancang LKS sendiri. 4)
Praktikum cukup memakan waktu sedangkan materi Sains cukup padat
sehingga guru lebih memilih metode ceramah. 5) Tidak ada laboran yang
membantu praktikum
Guru dan peserta didik mengalami ketertinggalan penguasaan karena fokus
pembelajaran yang tidak terlalu menekankan pada aspek tersebut.
Minimnya Penggunaan teknologi terutama berkaitan dengan penelusuran
sumber-sumber referensi terbaru baik yang bersifat keilmuan terkait ataupun
kolaorasi keilmuan yang sedang dipelajarai
Melakukan penelitian bahwa Guru Sains di Kota Banda Aceh belum
menerapkan pembelajaran SAINS terpadu. Berdasarkan hasil pengolahan data
ditemukan sejumlah kendala: 1) Sarana belajar seperti laboratorium kurang
lengkap, 2) motivasi belajar siswa rendah, 3) buku pelajaran yang menunjang
PBM kurang tersedia, 4) kompetensi guru yang kurang memadai, sehingga
guru mengalami kesukaran dalam mengaitkan konsep antar subdisiplin dalam
Sains, 5) rasio antara guru dan siswa rendah, jumlah siswa melampaui
kapasistas kelas, 7) alokasi waktu yang tidak efektif. Jam pelajaran yang

21
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

tercakup ke dalam bidang kajian Sains berkurang, padahal muatan kurikulum


Sains cukup banyak.
Berdasarkan tabel 1, ternyata masalah guru Sains saja sudah sangat kompleks belum ada solusi yang
tepat untuk mengatasinya, namun sebagian besar masalah muncul dari temuan masalah berdasarkan
pusat kurikulum Indonesia yang disajikan dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Temuan Masalah Pembelajaran Sains


Sumber Masalah Uraian

Ruang lingkup Bahan - Sistematika kurangmemenuhi urutan logika yang benar


Ajar sains sedikit - Kedalaman dan atau keluasan kompetensi/ materi pada beberapa
SK/KD kurang jelas.
- Distribusi kompetensi/ materi pada setiap semester kurang merata
dan kurang sesuai konteks kemampuan/ kebutuhan.
- Hubungan antara pernyataan Standar Kompetensi dengan
Kompetensi Dasar kurang sesuai.
- Penggunaan bahasa yang kurang jelas dan atau kurang konsisten
Proses Pembelajaran - Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman
belum Sains seutuhnya langsung, kontekstual dan berpusat kepada siswa, sedangkan guru
bertindak sebagai fasilitator.
- Minimnya pembelajaran Sains secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomuni-kasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup.
Penilaian atau - penilaian kinerja atau penilaian otentik (authentic assessment) dan
assessment kurang tepat. pemecahan masalah (problem solving). Penilaian otentik
memerlukan bukti langsung dalam penilaian di lapangan atau pada
situasi yang sesungguhnya. Problem solving menuntut
pembelajaran yang berbeda dengan yang biasa berlangsung di
lapangan
Sarana Prasarana dan - Keterkaitan dengan sarana yang paling menonjol dalam
penggunaanya belum pembelajaran Sains adalah laboratorium sebagai tempat aktivitas
optimal siswa dalam melakukan eksperimen atau penemuan yang sesuai
dengan hakikat Sains.
- Laboratorium merupakan sarana vital. dalam pembelajaran Sains,
tanpa laboratorium aktivitas siswa melakukan praktikum akan
terhambat ketika memerlukan alat-alat laboratorium. Hal ini
menjadi perhatian bersama bagaiaman caranya mengemas
pembelajaran yang sesuai dengan hakikat Sains yang
sesungguhnya. Namun tidak menutup kemungkinan kurang
optimalnya penggunaan pun dapat terjadi atau keterampilan guru
yang belum memadai, meskipun terdapat fasilitas yang mendukung
pembelajaran Sains.

22
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Selanjutnya mengapa perlu benchmarking dan menjadi lingkungan yang lebih mendukung dan
membandingkannya dengan hasil-hasil studi lebih produktif (c) Studi komparasi internasional
internasional?. Seluruh stakeholders (orangtua, dapat memperluas dan memperkaya gambaran
siswa, para pengajar dan pengelola sistem nasional dengan menyiapkan konteks yang lebih
pendidikan perlu mendapat informasi yang cukup luas untuk menafsirkan hasil sebuah negara.
tentang seberapa baik sistem pendidikan di Berikut disajikan komparasi negara pendidikan
negaranya dalam mempersiapkan para siswa Sains maju dibandingkan dengan Indonesia
untuk dapat bertahan hidup. Asesmen dan dalam tabel 3.
evaluasi dibarengi dengan insentif yang tepat
dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik
(a), memotivasi guru-guru untuk mengajar secara
lebih efektif (b) dan memotivasi sekolah-sekolah

Tabel 3. Studi komparasi Pendidikan Sains Indonesia dengan Negara Pendidikan Sains Maju
NO Aspek yang Indonesia Amerika Serikat Australia
ditinjau

1 Filosofi Pancasila (multidimensi) Kapitalis Essensial berdasarkan


Kurikulum menyesuaikan kebutuhan siswa.
demografi lingkungan
sekitar
2. Aspek Aspek pedagogik dan aspek sekolah diperkenankan Diatur berdasarkan
didaktis mendesain program negara bagian territory
sesuai petunjuk yang serta kebijakan dalam
dikeluarkan negara across curriculum
bagian.
3. Tujuan Mengupayakan siswa untuk Hidup social, tingkah Kebutuhan esesnsial
kurikulum mencapai kompetensi laku dan penguasaan siswa yaitu inquiry
SAINS tertentu teknologi.
4. Penyusun KEMENDIKNAS sesuai Masyarakat lokal dan Masing-masing negara
kurikulum dengan BSNP untuk negara bagian (states), bagian mempunyai
SAINS sekolah umum, dan Pemerintah Daerah kebijakan kurikulum
dinaungi KEMENAG untuk (Distrik). terkandung dalam
sekolah berbasis agama Across Curiculum

5 Konten Materi pembelajaran kurikulum sangat Konten menuju pada


SAINS ditentukan oleh sekolah beragam, disesuaikan kebutuhan esensial
berdasarkan standar dengan keadaan siswa
kompetensi masyarakat dan negara
bagian tersebut.

23
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

6 Model Discovey Learning, PBL, A+ Scholarship Model Pembelajaran


Pembelajaran PjBL, Production Based Program lebih ditekankan pada
SAINS Training (PBT), Pendekatan Professional Studies inquiry (penemuan)
Saintifik Blended Learning
Clasroom Structure
7. Alokasi Waktu 6-7 jam alokasi waktu antara 6-7 jam, 6-7 jam dengan waktu
termasuk makan siang part time
dibagi dalam 4 kuartal
@ 9 minggu
8. Penilaian kognitif, psikomotorik, penilaian Penilaian berbasis
afektif, menggunakan kerja siswa yaitu
riset/penelitian project
9. Proses Guru sebagai fasilitator, Student center, dengan Penggunaan
pembelajaran Pembelajaran berpusat pada pembelajaran dapat pendekatan inquiry
siswa dan berdasar pada dilakukan dimanapun dalam proses
kompetensi dasar yang dan kapan pun. penemuan konsep.
harus dicapai.
10. Evaluasi UN ujian Nasional Tidak ada Ujian ujian National-
Pembelajaran Nasional hanya Assement Program
persyaratan uji Literacy and
kompetensi kenaikan Numeracy (NAPLAN)
level.

Dari kajian berbagai literatur diperoleh bahwa membelajarkannya baik model, teknik cara
pendidikan Sains di negara maju mengacu pada assessment dan evaluasi berbeda, meskipun
keterampilan teknologi bukan pedagogik untuk beberapa terdapat kemiripan pada adopsi negara
mendukung persaingan global sehingga Indonesia dengan diberlakukan kurikulum 2013.
pemberlakuan kurikulum di setiap daerah 2. Solusi perbaikan pendidikan Sains di
berbeda menyesuaikan demografi lingkungannya Indonesia
dengan beberapa program seperti: blended Upaya untuk memperbaiki berdasarkan masalah
learning, classroom structure, Profesional studies, menggunakan analisis sederhana SWOT untuk
Inquiry. Sedangkan di Indonesia mengacu pada melakukan strategi yang baik melalui: Strength
kerangka kurikulum Nasional, materi Sains yang (Kekuatan), Weakness (Kelemahan),
diajarkan diseluruh daerah adalah sama. Titik Opportunities (Peluang), dan Threats
perbandingan antar negara terletak pada orientasi (Tantangan).
tujuan pembelajaran yang berbeda sehingga cara

Tabel 4. Analisis SWOT Pembelajaran Sains


Strength Weakness Opportunities Threats
Filosofi pancasila Nilai-nilai Pancasila Integrasi pembelajaran Tidak semua guru
dalam melakukan dalam pendidikan Sains melalui sikap ilmiah akan menjalankan
kebijakan kurikulum sebagaian besar siswa sangat pembelajran yang

24
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

belum tercermin memungkinkan mengorientasikan


dalam pelaksanaan ditumbuhkan sikap siswa lebih
pembelajaran cenderung tpada
aspek kognitif.
Tujuan kurikulum Kompetensi yang Kompetensi siswa Cara mengetahui
berorientasi diinginkan dalam diarahkan pada kebutuhan kometensi dan
kompetensi sehingga kurikulum sama essensial siswa agar lebih kebutuhan siswa
akan focus outcome setiap siswa tanpa tepat guna terkadang sulit bagi
siswa melihat kondisi siswa guru
Konten SAINS yang Muatan materi sangat Manajemen waktu dalam Belum semua guru
dicantumkan dalam banyak dengan menyampaikan materi mengetahui cara
kurikulum sudah alokasi waktu yang memerlukan metode memilih metode yang
jelas sedikit belajar yang efektif efektif dengan
mempertimbangkan
materi, kondisi siswa
dll
Proses penilaian Kebiasaan menilai Penilaian berbasis kinerja Guru lebih kompleks
sudah tercantum menggunakan atau performance dalam pembelajaran
dengan 3 aspek kognitif saja, padahal assessment sangat yang tidak hanya
kognitif, afektif dan sikap dan dibutuhkan untuk mempersiapkan
psikomotorik keterampilan sangat meningkatkan kualitas materi namun
penting untuk diukur. capaian belajar siswa instrument penilaian
yang tepat .
Aktivitas Tidak adanya sarana Guru dapat menentukan Bagaiamana seorang
pembelajaran Sains laboratorium yang model pembelajaran yang guru bijaksana dalam
sangat ditentukan Mendukung tepat (penggunaan menyikapi kurangnya
melalui proes pembelajaran SAINS labotarory virtual) sarana laboratorium
penemuan/praktikum namun pembelajaran
tetap efektif melalui
aktivitas Sains.
Solusi yang hendaknya dilakukan
Kurikulum SAINS - menekankan pada pembelajaran Sains yang seimbang antara konsep,
proses dan aplikasinya;
- mengembangkan kemampuan kerja ilmiah yang mencakup proses Sains
dan sikap ilmiah;
Pembelajaran SAINS - Membelajarkan Sains tidak hanya membelajarkan konsep-konsepnya
saja, namun juga disertai dengan pengembangan sikap dan keterampilan
ilmiah (domain pengetahuan dan proses kognitif);
- Pembelajaran Sains memberikan pengalaman belajar siswa yang
bermakna.
- merevitalisasi ”keterampilan proses Sains” bagi siswa, guru, dan calon
guru sebagai misi utama Pembelajaran Sains di sekolah.

25
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Sistem Penilaian - direncanakan untuk mengukur pengetahuan dan konsep, keterampilan


(Asesmen) proses Sains (KPS) dan penalaran tingkat tinggi (berpikir kritis, logis,
kreatif);
- menggunakan penilaian portofolio dan asessment kinerja untuk KPS dan
kemampuan kerja ilmiah;
- mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA dan TIMSS untuk
mendorong dalam berkontribusi pada peningkatan literasi Sains siswa
dan sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan
inovatif;
- menekankan penguasaan konsep tingkat rendah dan tinggi dengan
variasi bentuk penilaian (pilihan ganda, pilihan ganda beralasan, uraian
terbatas);
Guru dan - Guru sebagai tolak ukur keberhasilan belajar siswa harus menguasai
Steockholder kompetensi pedagogic, professional dan sikap.
- Guru harus bijaksana dalam menentukan metode belajar dengan
mempertimbangkan egala sesuatunya baik materi, kondisi, alat
pendukung, sumber belajar dll.
Sarana prasarana - Adanya pelatihan guru professional dalam keamhiran menggunakan
(Laboratorium) sarana laboratorium Sains;.
- Keterbatasan alat tidak jadi hambatan utama dalam melaksanakan
pembelajaran Sains;
- Adanya laboratorium virtual sebagai salah satu alternative pelaksanaan
praktikum.

3. Model Keterpaduan Sains yang 3.1. Analisis kritis literature Pembelajaran


direkomendasikan Sains pada implementasi integrasi
Mengimplementasikan pembelajaran Sains secara STEM
holistic dan bermakna, sehingga model Kajian literature bertujuan untuk memetakan
keterpaduan yang direkomendasikan penulis hasil riset dari berbagai negara untuk mengetahui
adalah model integrasi (integrated), alasannya implementasi STEM dalam pembelajaran Sains
integrase multidispilin ilmu adalah jawaban dari yang dapat digunakan untuk memecahkan solusi
tantangan global di Indonesia. Tidak cukup hanya kritis Sains di Indonesia . Berdasarkan
menguasai satu disiplin ilmu saja, namun metode penelitian diperoleh 9 (sembilan) artikel
keterkaitan ilmu dengan yang lain menjadi yang dianalisis dan disintesis dengan beberapa
senjata untuk menyelesaikan isu-isu global. kategori yaitu: Jenis kompetensi siswa belajar
Sebelum menentukan model keterpaduan yang STEM terintegrasi keseluruhan atau sebagian.
diimplementasikan pada pembeajaran Sains di Selanjutnya untuk mengetahui informasi
Indonesia, penulis menjabarkan melalui kegiatan keberhasilan belajar melalui STEM terintegrasi
literature review dari model integrasi STEM yang dapat disajikan dalam tabel 5 berikut:
ditawarkan.

26
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Tabel 5. Rekapitulasi 9 Hasil Systematic Review Implementasi Integrasi STEM


KodeSumber Data Metode Penelitian Hasil Penelitian
A-1 Mixed Methode melalui data survei yang STEM dapat memberikan pemahaman
dianalisis secara deskriptif siswa secara utuh karena pembelajaran
yang berorientasi secara regulasi
STEM
A-2 Kuantitatif dengan pre-post experiment Pembelajaran STEM-PjBL melalui
desain kegiatan menggabungkan konsep-
konsep ilmiah dan matematika menjadi
bermakna, sehingga dapat
meningkatkan minat atau perhatian
siswa dan pemahaman siswa
A-3 Mixed methode dengan analisis co Pembelajaran berbasis proyek
variate dan regresi. menunjukkan adanya dampak positif
pada retensi dan kinerja siswa di
bidang STEM dengan mengendalikan
gender, major, semester berdiri, ras,
dan kinerja sebelumnya. Dimana
kinerja akademik siswa STEM dan Non
STEM mengalami perbedaan yang
signifikan.
A-4 Deskriptif kuantitatif Pembelajaran proyek menyediakan
peneliti mahasiswa termotivasi untuk
menyelesaikan pekerjaan secara
independen dan pengalaman belajar
mandiri di bidang STEM.
A-5 Mixed Methode (Kualitiatif dengan Keterlibatan STEM yang mempunyai
survei dan Kuantitatif dengan analisis banyak disiplin ilmu membuat Self
Chi Square dan Cronboach. Efficacy siswa sangat diperlukan.
Selanjutnya Motivasi ditandai dengan
self efficacy siswa melalui
pembelajaran STEM.
A-6 Deskriptif Kuantitatif dengan Penelitian Kemampuan memecahkan masalah
perbandingan tiga kelompok data (three dalam menyelesaikan kegiatan proyek
group Comparation) dalam belajar
A-7 Kualitatif dengan literature review Menumbuhkan motivasi belajar siswa
karena pembelajaran yang berorientasi
penemuan sehingga siswa tertarik
dengan kegiatan tersebut.
A-8 Kuantitatif dengan membandingkan Hasilnya terungkap bahwa motivasi
menghubungkan variable dan diri ditemukan paling berpengaruh
mengumpulkan data dengan cara cross- pada faktor minat siswa menjadi alasan

27
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

sectional survey paling penting untuk minat dalam karir


STEM siswa Amerika dan Turki.
A-9 Kuantitatif dengan analisis multivariate STEM berkontribusi untuk
dan survei menumbuhkan Kreativitas siswa.
Kreativitas siswa dalam pembelajaran
STEM dapat dibangun melalui kegiatan
proyek yang menuntut ide-ide baru
yang dapat menyelesaikan
permasalahan dalam belajar.

Kompetensi belajar dengan model terintegrasi yang dikaji terdapat berbagai jenis hasil belajar
dalam bidang STEM baik keseluruhan atau pada tabel 6 berikut:
sebagian. Berdasarkan hasil penelitian
mengungkapkan adanya peningkatan
hasil belajar dan ketekunan belajar dengan
pembelajaran STEM terintegrasi Science and
Mathematic (S-E) yang dikuatkan oleh
Adanya perbedaan hasil belajar antara
Science Mathematic (S-M), Science Technology
(S-T), Tecnology Mathematic (T-M).
Kompetensi siswa yang ditemukan dalam jurnal

Tabel 6. Jenis Kompetensi siswa dalam Implementasi Integrasi STEM


Kode Sumber Data Kompetensi siswa
B-1 B-2 B-3 B-4 B-5 B-6 B-7 B-8
A-1 X
A-2 X X
A-3 X
A-4 X
A-5 X X
A-6 X
A-7 X
A-8 X X
A-9 X

Keterangan
Kode Kompetensi siswa
B-1 Motivasi
B-2 Minat
B-3 Problem Solving
B-4 Self Effficacy
B-5 Kreativitas
B-6 Pemahaman Konsep
B-7 Keterampilan Tingkat Tinggi
B-8 Retensi

28
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Berdasarkan Tabel 6 menunjukan adanya 8 jenis Keterampilan tingkat Tinggi (1 B-7) dan 1
kompetensi siswa berupa: 4 Motivasi belajar (4 Retensi siswa (1 B-8), yang dapat disajikan
B-1), 2 Minat belajar (2 B-2), 1 problem solving dalam gambar 1 berikut:
(1 B-3), 1 Self Effficacy (1-B-4), 1 Kreativitas (1
B-5), 1 Pemahaman Konsep (1B-6), 1
5

4,5
4
4

3,5

3
Jumlah

2,5
2
2

1,5
1 1 1 1 1 1
1

0,5

0
Keterampil
Problem Self Pemahama
Motivasi Minat Kreativitas an Tingkat Retensi
Solving Effficacy n Konsep
Tinggi
Jumlah 4 2 1 1 1 1 1 1
Hasil Belajar

Gambar 1. Temuan 12 jenis kompetensi siswa dari 9 Penelitian

Berdasarkan Tabel 6 menunjukan menunjukan adanya kontribusi besar pada


keberhasilan belajar STEM tidak hanya berupa pembelajaran STEM-PjBL dalam meningkatkan
motivasi dan ketertarikan siswa motivasi siswa. Motivasi diri juga sangat
namun keterampilan berpikir tingkat berpengaruh pada minat siswa atau ketertarikan
tinggi juga ditunjukan dari hasil penelitian siswa pada pembelajaran. Kegiatan yang
tentang menghasilkan berpikir kreatif dan ditawarkan pada siswa berorientasi penemuan
mandiri oleh menghasilkan sehingga siswa akan belajar sendiri dan mandiri.
bahwa Kemampuan memecahkan
keterampilan problem solving. Artinya dengan
STEM dapat mempengaruhi hasil belajar bukan masalah dalam belajar bermakna sangat
hanya pemahaman saja namun keterampilan diperhitungkan, tanpa kemampuan yang bagus
berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa yang dapat siswa tidak akan berhasil dalam mencapai hasil
digali melalui karakteristik STEM itu sendiri belajarnya, selanjutnya diperlukan ide-ide kreatif
sebagai alat untuk mengatasi masalah dalam dalam menyelesaikan permasalahan yang ada
kehidupan secara global dengan berbagai situasi. Ketika pembelajaran bermakna siswa
STEM terintegrasi PjBL berbasis proyek terlibat langsung diasumsikan siswa akan dapat
dSainsndang lebih efektif dalam mempengaruhi mempertahankan retensi dan pemahaman konsep
hasil belajar siswa siswa meningkat. Orientasi kegiatan
dan Dari ke-8 jenis hasil pembelajaran STEM-PjBL yang menekankan
belajar motivasi mempunyai keterlibatan belajar pada kegiatan proyek dengan tools pembelajaran
paling banyak dibandingkan dengan yang lain, melalui 4 disiplin ilmu yang sangat

29
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

komprehensif diperlukan keterampilan berpikir direkomendasikan adalah model integrated,


tingkat tinggi (High Order Thingking Skills) karena konsep-konsep dalam KD Sains memiliki
dalam setiap aktivitas pembelajaran untuk karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
mencapai tujuan Pendidikan STEM. Tujuan memerlukan model yang sesuai agar
STEM yaitu menjadikan lulusan STEM yang memberikan hasil yang optimal dengan
siap untuk bekerja dengan segala keterampilan mengasumsikan ciri-ciri keterpaduan meliputi:
mahir. Tanpa HOTS akan sulit diraih Holistik yaitu Suatu peristiwa yang menjadi
kemampuan kerja yang professional. Namun hal pusat perhatian, dikaji dari beberapa bidang
ini juga tidak cukup dengan mengandalkan studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena
keterampilan berpikir saja, self efficacy diri siswa dari segala sisi. Bermakna, Keterkaitan antara
harus digali dan dialtih agar siswa mempunyai konsep menambah kebermaknaan konsep yang
keyakinan diri yang baik. dipelajari dan diharapkan siswa mampu
Berdasarkan kajian literature dapat menerapkannya untuk memecahkan masalah
direkomendasikan bahwa Implementasi nyata di dalam kehidupannya. Aktif,
Pembelajaran STEM terintegrasi dapat Pembelajaran terpadu dikembangkan melalui
mengukur kompleksitas kompetensi siswa yang pendekatan discovery-inquiry siswa terlibat
tidak bersebrangan dengan nilai-nilai Pancasila secara aktif dalam proses pembelajaran.
dan sangat sesuai dengan tujuan kurikulum 2013
serta menjawab dari permasalahan pembelajaran
sains di Indonesia. Pendidikan STEM perlu
menjadi kerangka-rujukan bagi proses
pendidikan di Indonesia ke depan.
3.2. Model Integrasi (Integrated)
Berdasarkan literature review dari
implementasi Integrasi STEM-PjBL dapat
dipertimbangkan model keterpaduan yang

a)Model Keterpaduan b) Type Integrated c) STEM Approach


Gambar 2. Model Keterpaduan Sains pada STEM Integrated

Model integrated merupakan pemaduan Terwujud dalam situasi tertentu ketika


sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, pembelajaran Sains atau matematika melibatkan
tetapi esensinya sama dalam sebuah topik akitivitas pemecahan masalah otentik dalam
tertentu. Pendekatan integrated, dimana setiap konteks sosial, kultural, dan fungsional yang
bidang STEM diajarkan seolah-olah terintegrasi juga dikuatkan oleh bahwa pembelajaran
dalam satu subjek Pendidikan STEM berbasis masalah dapat menumbuhkan sikap

30
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

ilmiah dan kreativitas siswa. STEM juga bagian DAFTAR PUSTAKA


dari media audio visual yang dapat memberikan
dampak pada keefektifan hasil belajar sains siswa Kurikulum, P., Pengembangan, B. P. D., &
. Nasional, D. P. 2007. Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum
PENUTUP SMK. Departemen Pendidikan Nasional:
Badan Penelitian dan Pengembangan.
Analisis Kritis pendidikan sains di Hanover Research. 2011. K-12 STEM
Indonesia melalui Standar Bahan ajar, proses education overview.
pembelajaran dan penilaian (assessment) sarana Bybee, R. W. 2013. The case for STEM
laobarorium masih belum optimal dibandingkan education: Challenges and opportunity.
negara pendidikan Sains maju. Titik Arlington, VI: National Science Teachers
perbandingan dengan negara maju terletak pada Association (NSTA) Press.
orientasi tujuan pembelajaran yang berbeda Roberts, A. 2012. A justification for STEM
sehingga cara membelajarkannya baik model,
education. Technology and Engineering
teknik, Waktu, assessment dan evaluasi berbeda.
Teacher, 74 (8), 1-7.
Upaya memperbaiki pembelajaran sains di
Apedoe, X. S., Reynolds, B., Ellefson, M.
Indonesia melalui Analisis SWOT adalah
R., & Schunn, C. D. (2008). Bringing
kesiapan Bahan atau sumber belajar, kebijakan
engineering design into high school
kurikulum, SDM Guru yang professional serta
science classrooms: The heating/cooling
fasilitas yang memadai melalui pendekatan
unit. Journal of science education and
STEM (Science Technologi, Engineering and
technology, 17(5), 454–465.
Mathematic).
Cachaper, C., Spielman, L. J.,
Model keterpaduan sains integrated
STEM yanng direkomendasikan dengan Soendergaard, B. D. Dietrich, C. B.
mempertimbangkan kajian literature, potensi dan Rosenzweig, M., Tabor, L., & Fortune, J.
kondisi Indonesia yang dapat mewujudkan C. (2008). Universities as Catalysts for
generasi unggul dalam menghadapi tantangan Community Building among Informal
dan isu-isu global. STEM educators: The Story of POISED.
American Educational Research
UCAPAN TERIMAKASIH ssociation Conference, New York, New
York.
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Tim Peraturan Menteri Pendidikan dan
Penelitian Dosen Program Studi Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia No. 104
Fisika dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil
serta tim mahasiswa yang telah menyelesaikan Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan
tugas penelitian dengan baik. Dasar dan Pendidikan Menengah.
Unesco. (1990). New Trends in Integrated
Science Teaching. Volume VI. 7 Place de
Fontenoy, 75700 Paris: Published in 1990
by the United Nations Educational,

31
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Scientific and Cultural Organization. Acara. (2012).The shape of Australian


ISBN 92-3-102665-8. Curiculum Version 4.0.
Jamaludin, Kade dan Nurjanah. (2015). [17] Peraturan Menteri Pendidikan dan
Analisis Pelaksanaan Praktikum Kebudayaan Republik Indonesia No. 104
Menggunakan KIT SAINS Fisika di SMP Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil
Sekecamatan Donggala. Ejournal Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan
Pendidikan Fisika Tadulako. Vol.3 No.1 Dasar dan Pendidikan Menengah.
(2015). 23-38. Acara. (2013). Curiculum desain paper
Yennita, Sukmawati & Zulirfan. (2012). version 3.1,Sydney, Acara, 2013 Sydney.
Hambatan Pelaksanaan Praktikum SAINS Acara. (2014).The Australian Curiculum
Fisika yang Dihadapi Guru SMP Negeri di Version 7.2.
Kota Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Rasinen, A. (2003). An Analysis of the
Universitas Riau. Volume 3 No.1.2012, 1- Technology Education Curriculum of Six
11 Countries. Journal of Technology
Hapsari, R. (2017). Perbedaan Pendidikan Education, 31-47.
Negara Indonesia dengan Negara Lain. Melbourne Declaration on Educational
Retrieved January 2, 2019, from Goals for Young Australians December
https://renihapsari13.wordpress.com/2017/ 2008.
07/22/perbedaan-pendidikan-negara- Park Hill School District Program
indonesia-dengan-negara-lain/.
Teaching And Learning. (2017). US
Wiryanti, S. P. (2017). Studi Perbandingan
Kingdom.
Kurikulum Indonesia Dengan Negara
[23] Bahri. 2015. Pendidikan sejarah di
Lain. Retrieved January 2, 2019, from
Amerika Serikat. Jurnal Pendidikan
http://subjekbelajar.blogspot.com/2017/06/
Sejarah. Vol 4. No. 1 Januari 2015. 69-82.
studi-perbandingan-kurikulum-
ISSN 2301-461X. Universitas Negeri
indonesia.html.
Jakarta Bybee, R. W. 2013. The case for
Taho, F. (2013). Perbandingan Kurikulum
STEM education: Challenges and
Indonesia, Malaysia, dan Korea Selatan.
opportunity. Arlington, VI: National
Retrieved January 2, 2019, from
Science Teachers Association (NSTA)
http://dokumenbelajarku.blogspot.com/
Press.
Soewarno, S dan A. Hidayat. (2012).
Imas Kurinarsih dan Berlin Sani. 2014.
Implementasi Pembelajaran SAINS
Implementasi Kurikulum 2013 Konsep
Terpadu di SMP Kota Banda Aceh. Jurnal
dan Penerapan.Kata Pena.Surabaya.
Pendidikan Serambi Ilmu. Hal 41-45.
[25] Khoiri A, Sunarno, W. (2018) Vol. IV
Volume 12 No.1 Juli 2012.
No. 02, September 2018. Pendekatan
Langton, K. P., & Jennings, M. K. (1968).
Etnosains Dalam Tinjauan Fisafat
Political socialization and the high school (Implementasi Model Pembelajaran
civics curriculum in the United STEM: Science, Technology, Enginering,
States. American political science review, and Mathematic. Spektra: Jurnal Kajian
852-867. Pendidikan Sains, 4 (02): 145-1523.

32
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Lawanto O, Deborah Butler, Sylvie C. Florida. Journal of STEM Education.


Cartier, Harry B. Santoso, 18(3), 30-38.
Wade Goodridge, Kevin N. Lawanto, Krehbiel. D and Jon K. Piper. (2017).
David Clark. (2013) Pattern of Task Recruiting STEM Students with Brief
Interpretation and Self-Regulated Summer Research Experiences: An
Learning Strategies of High School Opportunity for Colleges and Their
Students and College Freshmen during an Alumni. Journal of STEM Education.
Engineering Design Project. Journal of 18(4), 17-24.
STEM Education. 14(4), 15-27. Bahar, A. and Tufan Adiguzel. (2016).
Riskowski, J. L., Todd, C. D., Wee, B., Analysis of Factors Influencing Interest in
Dark, M., & Harbor, J. (2009). Exploring STEM Career: Comparison between
the effectiveness of an interdisciplinary American and Turkish High School
water resources engineering module in an Students with High Ability. Journal of
eighth grade science course. International STEM Education. 17(3), 64-69.
Journal of Engineering Education, 25(1), Knezek, G, Rhonda Christensen, Tandra
181–195. Tyler-Wood, David Gibson (2015).
Windsor. A, Anna Bargagliotti, Rachel Gender Differences in Conceptualizations
Best, Donald Franceschetti, John of STEM Career Interest: Complementary
Haddock, Stephanie Ivey, David Perspectives from Data Mining,
Russomanno. (2015). Increasing Retention Multivariate Data Analysis and
in STEM: Results from a STEM Talent Multidimensional Scaling. Journal of
Expansion Program at the University of STEM Education. 16(4), 13-19.
Memphis. Journal of STEM Education. 16 Koch R, Koch. R, J. Kucsera, K. B.Angus,
(2), 11-19. K. Norman, E.Bowers, P. Nair, H. S.
Zhan. W. (2014). Research Experience for Moon1, A. Karimi, and S. Barua. (2018),
Undergraduate Students and its Impact on Enhancing Learning Power through First-
STEM Education. Journal of STEM Year Experiences for Students Majoring
Education. 15(1), 32-38. in STEM Disciplines. . Journal of STEM
Icel. M and Davis, M (2018), Stem Education. 19(1), 22-30.
Focused High School And University Williams T.O.Jr. Jeremy,V. Ernst Toni,
Partnership: Alternative Solution For Marie Kaui. (2015). Special Populations
Senioritis Issue And Creating Students’ At-Risk for Dropping Out of School: A
Stem Curiosity. Journal of STEM Discipline-Based Analysis of STEM
Education. 19(1), 14-22. Educators. Journal of STEM Education.
Fox G. A. Scott Campbell, Arcadii 16 (1), 41-45.
Grinshpan, Xiaoying Xu, John Holcomb, Petros J. Katsioloudis . (2017). Impacts of
Catherine Bénéteau, Jennifer E. Lewis, Eff ective Temperature on Sectional View
Kandethody Ramachandran. (2017). Drawing Ability and Implications for
Implementing Projects in Calculus on a Engineering and Technology Education
Large Scale at the University of South Students. Journal of STEM Education.
18(2), 17-22.

33
S P E K T R A: Jurnal Kajian Pendidikan Sains 06 (1) (2020)

Ernst J. V. Thomas O. Williams Aaron C. [45] Jumini, S. (2016). Problem Based


Clark Daniel P. Kelly Kevin Sutton. learning berbasis inquiry ditinjau dari
(2018). K-12 STEM Educator Autonomy: sikap ilmiah dan kreativitas
An Investigation of School Influence and mahasiswa. Spektra: Jurnal Kajian
Classroom Control. Journal of STEM Pendidikan Sains, 2(01), 10-19.
Education. 18(5), 5-9. [46] Firdaus, F. (2016). Efektivitas
Kashyap U and S. Mathew. (2017) Penggunaan Media Audio-Visual Dalam
Corequisite Model: An Eff ective Strategy Pembelajaran Sains. SPEKTRA: Jurnal
For Remediation In Freshmen Level Kajian Pendidikan Sains, 2(01), 46-54.
Quantitative Reasoning Course. Journal of
STEM Education. 18(2), 23-29.
Nugent, G., Barker, B., Grandenett, N., &
Adamchuk, V. (2010). Impact of Robotics
and Geospatial Technology Interventions
on Youth STEM Learning and Attitudes.
Journal of Research on Technology in
Education, 42.
Moaveni .S and Karen C. Chou. (2016).
Using the Five Whys Method in the
Classroom: How to Turn Students into
Problem Solvers. Journal of STEM
Education. 17(4), 35-41.
Mativo J.M., Roger B. Hill, Paul W.
(2013). Godfrey Eff ects of Human Factors
in Engineering and Design for Teaching
Mathematics: A Comparison Study of
Online and Face–to-Face at a Technical
College. Journal of STEM Education.
14(4), 36-44.
Fogarty, R. (1991). How to integrate the
curricula. Palatine: IRI/Skylight
Publishing, Inc.
[44] Asmuniv. 2018. Pendekatan Terpadu
Pendidikan STEM Upaya Mempersiapkan
Sumber Daya Manusia Indonesia Yang
Memiliki Pengetahuan Interdisipliner
Dalam Menyosong Kebutuhan Bidang
Karir Pekerjaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Widyaiswara PPPPTK-
Malang. Online.

34

Anda mungkin juga menyukai