Anda di halaman 1dari 15

Proposal Konseling Kelompok Cognitive Behavior Therapy untuk

Mengatasi Kepercayaan Diri Peserta Didik yang Rendah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Konseling kelompok

Dosen pengampu : Ulya Makhmudah, M.Pd.

Oleh :

Nadifa Rahmatul Firdausya

(K3118053 / 6B)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2021
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik di sekolah pastinya banyak mengalami permasalahan
permasalahan yang beragam. Mulai dari bidang pribadi sosial, akademik,
karir dan spiritual. Permasalahan permasalahan tersebut dapat
mengganggu peserta didik dalam belajar sehingga dapat menurunkan
prestasinya. Maka dari itu guru bimbingan dan konseling perlu membantu
peserta didik dalam mengatasi permasalahan permasalahan yang di hadapi
peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan adanya guru
bimbingan dan konseling untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya
sehingga dapat mencapai perkembangannya dengan optimal. Guru
bimbingan dan konseling dapat mengetahui permasalahan permasalahan
yang sedang dialami peserta didik dengan cara melakukan asesmen. Dari
hasil asesmen dapat menunjukkan permasalahan yang banyak dialami oleh
peserta didik. Guru bimbingan dan konseling dapat menentukan prioritas
permasalahan mana yang harus segera di atasi. Sehingga permasalahan
tersebut dapat segera diatasi dan ditemukan solusinya.
Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh peserta didik
yaitu rendahnya kepercayaan diri. Kepercayaan diri merupakan hal yang
penting untuk dimiliki peserta didik. Menurut Larry (2003), Orang yang
percaya diri akan yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki
penghargaan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud,
mereka akan tetap berfikir positif dan dapat menerimanya. Jika peserta
didik memilki kepercayaan diri yang tinggi maka ia akan dapat
mengembangkan potensinya dengan baik. Contoh perilaku yang
menunjukkan peserta didik memiliki kepercayaan diri yang tinggi
diantaranya yaitu tidak ragu dalam menyampaikan pendapat, mau jika
dituntuk maju kedepan kelas, mau berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan,
memiliki keyakinan dalam membuat keputusan, mau mencoba hal hal
baru, dan lain lain. Sedangkan anak yang memiliki percaya diri yang
rendah diantaranya takut menyampaikan pendapat, pasif dalam kegiatan
kegiatan, pemalu, tidak yakin terhadap dirinya sendiri, dan lain lain.
Apabila peserta didik memiliki kepercayaan diri yang rendah maka ia akan
sulit mengembangkan potensi yang dimilikinya. Maka dari itu guru
bimbingan dan konseling perlu membantu peserta didik yang memiliki
permasalahan kepercayaan diri yang rendah.
Terdapat berbagai strategi bimbingan konseling yang dapat
dilakukan untuk membantu peserta didik mengatasi permasalahan
kepercayaan diri yang rendah. Strategi yang dapat dilakukan guru
bimbingan dan konseling yaitu dengan melakukan konseling kelompok.
Konseling kelompok menurut Prayitno (2013) adalah usaha pemberian
bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada orang-orang yang
membutuhkan untuk mengentaskan masalah yang sedang dihadapinya
dalam suasana kelompok. Strategi konseling kelompok dapat digunakan
dalam membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan
kepercayaan diri yang rendah. Konseling kelompok dapat dilakukan pada
3 sampai 8 peserta didik sehingga dapat membantu beberapa peserta didik
yang memiliki permasalahan yang sama dalam satu layanan. Hal tersebut
dapat menghemat waktu supaya lebih efektif dan efisien.
Pada layanan konseling kelompok guru bimbingan dan konseling
menggunakan pendekatan yang akan digunakan sebagai dasar konseling.
Pendekatan tersebut akan memudahkan dan menentukan arah
proses konseling. Salah satu pendekatan konseling yaitu cognitive
behavior therapy. Cognitive behavior therapy adalah pendekatan
konseling yang didasarkan pada pengonsepan atau pemahaman diri konseli
berdasarkan pada keyakinan khusus dan pola perilaku konseli (Muqodas,
2011). Corey (2013) menjelaskan bahwa konseling cognitive behavior
therapy pada hakikatya memiliki tujuan untuk mengubah cara berfikir
konseli yang maladaptive dengan membantu mereka menyadari automatic
thought (pikiran-pikiran otomatis) dan distorsi kognitif yang bersumber
pada core belief yang telah menetap. Maka dengan menggunakan
pendekatan cognitive behavior therapy diharapkan peserta didik yang
mengalami permasalahan rendahnya kepercayaan diri dapat mengubah
pemahaman dan cara berpikir yang menyebabkan dirinya tidak percaya
diri. Dalam Habsy (2018) cognitive behavior therapy tidak hanya berfokus
pada perubahan tingkah laku tetapi juga adanya distorsi kognitif pada
individu untuk menyelesaikan masalah. Sehingga setelah kognitif pada
peserta didik telah diubah ke arah yang lebih baik maka kedepannya
peserta didik diharapkan tidak akan menghadapi permasalahan yang
serupa.
Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah disampaikan
layanan konseling kelompok diperlukan untuk membantu peserta didik
dalam mengatasi permasalahan kepercayaan diri yang rendah. Maka
disusunlah “Proposal Konseling Kelompok Cognitive Behavior Therapy
untuk Mengatasi Kepercayaan Diri Peserta Didik yang Rendah”.
Harapannya dengan adanya layanan konseling kelompok ini peserta didik
mendapatkan solusi dari permasalahannya dan dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada proposal ini yaitu bagaimana prosedur
pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan cognitive behavior
therapy untuk membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan
kepercayaan diri yang rendah.

C. Tujuan
Tujuan pada proposal ini yaitu dapat melakukan layanan konseling
kelompok dengan pendekatan cognitive behavior therapy sesuai dengan
prosedur dalam membantu peserta didik mengatasi permasalahan
kepercayaan diri yang rendah.

D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini yaitu :
1. Guru bimbingan dan konseling dapat melakukan kegiatan konseling
kelompok dengan baik
2. Peserta didik dapat mengatasi permasalahan yang dialaminya
BAB 2 KAJIAN TEORI

A. Konseling Kelompok
Konseling kelompok menurut Prayitno (2013) adalah usaha
pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang konselor kepada orang-
orang yang membutuhkan untuk mengentaskan masalah yang sedang
dihadapinya dalam suasana kelompok. Pengertian lain mengenai konseling
kelompok yaitu bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam
situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan
diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya (Nurihsan, 2012). Menurut Corey (2012:28) kelompok
konseling berfokus untuk mencegah atau memperbaiki terkait bidang
pribadi, sosial, belajar dan karir. Pada konseling kelompok konselor
berperan sebagai pemimpin kelompok, yang dilakukan oleh konselor atau
guru bimbingan dan konseling kepada sejumlah individu yang sedang
mengalami permasalahan dalam hidupnya, dengan memperhatikan
perbedaan karakteristik dari anggota kelompok dan permasalahan yang
dialaminya, melalui dinamika kelompok yang dipimpin oleh konselor.
Konseling kelompok bertujuan mengungkap hal hal yang dapat
menghambat kemampuan sosialisasi dan komunikasi peserta didik
sehingga kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi peserta didik dapat
berkembang secara optimal. Mappiare (2011) bahwa konseling kelompok
mempunyai tujuan pokok menciptakan suasana bantuan antar pribadi yang
memungkinkan tiap individu mengembangkan insight pada dirinya sendiri
dan mencapai penyesuaian personal yang lebih sehat, dapat pula
menekankan masalah perkembangan, pelibatan pilihan dan nilai, sikap dan
emosi, bersifat pencegahan dan penyembuhan masalah.
Tahapan tahapan pada konseling kelompok menurut Corey dalam
Sutanti (2015) ada 4 yaitu, initial stage yang berisi perkenalan dan
membangun hubungan antar anggota, transition stage atau tahap peralihan
yang meningkatkan keikutsertaan anggota kelompok, working stage yaitu
anggota kelompok mendiskusikan topik dan memperoleh pemahaman dan
yang terakhir tahap terminating stage yaitu pemberhentian proses
konseling kelompok. Selain tahapan diatas juga terdapat tahapan konseling
kelompok menurut Yalom dan Corey (dalam Hasnida, 2016) tahapan
konseling kelompok yaitu :
1. Prakonseling
Prakonseling adalah tahap pembentukan kelompok. Pembentukan
kelompok dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling
dengan melakukan seleksi anggota dengan mempertimbangkan
homogenitas. Selain itu juga perlu memperhatikan kesamaan masalah
sehingga dapat difokuskan kepada satu inti masalah. Pada tahap ini
konselor atau guru bimbingan dan konseling menaruh harapan pada
anggota kelompok agar dapat mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tahap Permulaan/pembukaan
Pada tahap permulaan dibentuknya struktur kelompok yang bertujuan
agar anggota kelompok dapat memahami aturan yang ada dalam
kelompok. Selain itu juga dibahas mengenai tujuan yang akan dicapai
agar anggota dapat menyadari makna kehadirannya untuk terlibat
dalam kegiatan. Langkah pada tahap permulaan diantaranya yaitu
perkenalan, pengungkapan tujuan yang akan dicapai, penjelasan aturan
dan penggalian ide dan perasaan. Tahap permulaan ini bertujuan agar
anggota saling percaya, menjaga hubungan baik, saling memberi
umpan balik, dukungan, penguatan positif serta toleransi antar
perbedaan satu sama lain.
3. Tahap transisi
Pada tahap transisi biasanya terdpat ketidakseimbangan suasana dalam
diri masing masing anggota. Pada tahap ini juga dapat ditemukan
konflik, kecemasan, resistensi, ketidakmauan anggota kelompok untuk
membuka diri. Maka dari itu konselor atau guru bimbingan dan
konseling harus dapat mengontrol dan mengarahkan anggota serta
membuat anggota merasa nyaman selama konseling kelompok.
4. Tahap kerja
Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah dapat membuka diri
lebih jauh dan menghilangkan defensifnya serta melakukan modeling
dari apa yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta
belajar untuk bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya.
Pada tahap ini juga dapat terjadi konfrontasi antar anggota dan
transferensi. Peran konselor atau guru bimbingan dan konseling yaitu
menjaga keterlibatan dan kebersamaan anggota kelompok secara aktif.
5. Tahap akhir
Pada tahap akhir anggota kelompok telah memperoleh pemahaman
baru dan mencoba menerapkannya. Anggota kelompok juga
melakukan umpan balik untuk menilai dan memperbaiki perilaku
kelompok yang belum sesuai. Sebelum mengakhiri kegiatan konseling
kelompok konselor harus mempertimbangkan apakah sudah
menemukan solusi dan tujuan konseling telah tercapai.
6. Pascakonseling
Pada pasca konseling konselor atau guru bimbingan dan konseling
melakukan evaluasi dan tindak lanjut dari konseling kelompok yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hambatan
dan perubahan perilaku anggota kelompok setelah proses konseling
berakhir. Konselor atau guru bimbingan dan konseling kemudian
melakukan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi yang telah
dilakukan.

B. Pendekatan Cognitive Behavior Therapy


Cognitive behavior therapy merupakan pendekatan terapi yang
berpusat pada proses berfikir dan berkaitan dengan keadaan emosi,
perilaku, dan psikologi. Menurut Wilding dan Milne (2013) cognitive
behavior therapy berpusat pada ide bahwa orang tertentu mampu
mengubah kognisi mereka, dan mengubah dampak pemikiran pada
kesejahteraan emosi. Corey (2013) menjelaskan bahwa konseling
cognitive behavior therapy pada hakikatya memiliki tujuan untuk
mengubah cara berfikir konseli yang maladaptive dengan membantu
mereka menyadari automatic thought (pikiran-pikiran otomatis) dan
distorsi kognitif yang bersumber pada core belief yang telah menetap.
Tujuan dari konseling cognitive behavior therapy adalah dapat
membantu seseorang mengembangkan keterampilan yang berhubungan
dengan pekerjaan seperti komunikasi, hubunan interpersonal,
kepemimpinan dan manajerial serta peningkatan motivasi (Oemarjoedi,
2003). Kemudian Beck, et al (2015) mengemukakan tujuan konseling
cognitive behavior therapy yaitu untuk membantu anggota kelompok
menghilangkan perilaku maladaptif dan mempelajari pola perilaku baru
yang lebih efektif.

C. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri menurut Golemen dalam Aziza (2006) yaitu
kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri. Kemudian
Rini (2002) mengungkapkankepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi
yang dihadapinya.
Terdapat manfaat rasa percaya diri menurut Weinberg & Gould
(2003) yaitu: (a) Kepercayaan diri mengembangkan emosi positif. (b)
Kepercayaan diri mempermudah konsentrasi. (c) Kepercayaan diri
mempengaruhi sasaran. (d) Kepercayaan diri meningkatkan usaha. (e)
Kepercayaan diri mempengaruhi strategi pertandingan. (f) Kepercayaan
diri mempengaruhi momentum psikologis.
BAB 3 PENUTUP

Lampiran :

- RPL

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN


KONSELING KELOMPOK DARING
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Satuan Pedidikan : SMA Negeri 2 Surakarta


Komponen : Layanan Responsif
Bidang Layanan : Pribadi Sosial
Topik / Tema Layanan : Kepercayaan Diri yang Rendah
Kelas / Semester : X / Semester 1
Alokasi Waktu : 1 pertemuan x 45 menit

1. Tujuan Layanan
Tujuan Umum :
Peserta didik dapat mengatasi permasalahan kepercayaan diri yang rendah
Tujuan Khusus :
1. Peserta didik dapat menganalisis penyebab tidak percaya diri (C4)
2. Peserta didik dapat mengubah perilaku yang membuat dirinya
tidak percaya diri (A4)
3. Peserta didik dapat menerapkan kebiasaan baik yang dapat
membangun percaya diri (P2)
2. Metode, Alat dan Media
1. Metode : Konseling kelompok Cognitive Behavior Therapy
2. Alat dan media : laptop/HP, grup Whatsapp, zoom meeting,
googleform
3. Sasaran layanan
Siswa Kelas X SMA
4. Tahap tahap kegiatan
1. Prakonseling
- Guru BK melakukan seleksi peserta didik yang mengalami
permasalahan kepercayaan diri yang rendah
- Guru BK membuat grup Whatsapp yang berisikan peserta
didik yang akan menjadi anggota konseling kelompok
- Guru BK membuat kesepakatan bersama peserta didik
mengenai waktu pelaksanaan, platform yang digunakan dan
aturan dalam konseling kelompok
2. Tahap pembukaan
- Guru BK membuka kegiatan dengan mengucap salam
- Guru BK mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum
kegiatan dimulai
- Guru BK menanyakan kabar peserta didik dan berterimakasih
atas ketersediaannya mengikuti kegiatan konseling kelompok
- Guru BK menjelaskan asas asas dan aturan dalam konseling
kelompok
- Guru BK mengajak peserta didik untuk saling
memperkenalkan diri masing masing
3. Tahap transisi
- Guru BK menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dalam
kegiatan konseling kelompok
- Guru BK menanyakan apakah peserta didik sudah siap
melakukan kegiatan konseling kelompok
4. Tahap kerja
- Guru BK menjelaskan permasalahan kepercayaan diri yang
rendah serta memberikan contoh contohnya
- Guru BK memberikan kesempatan bagi masing masing peserta
didik untuk mengemukakan masalah kepercayaan diri yang
rendah pada dirinya
- Guru BK bersama peserta didik menyepakati permasalahan
yang akan dibahas dan menjelaskan pentingnya untuk
mengatasi permasalahan tersebut
- Guru BK mengajak peserta didik untuk menganalisis
penyebab masalah tersebut muncul
- Guru BK beserta peserta didik mendiskusikan solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut
5. Tahap akhir
- Guru BK menyimpulkan kegiatan konseling kelompok yang
telah dilaksanakan
- Guru BK bertanya kepada masing masing peserta didik
mengenai pemahamaan, perasaan dan langkah yang akan
diambil kedepannya
- Guru BK meminta peserta didik untuk mengisi google form
evaluasi proses dan evaluasi hasil
- Guru BK berterimakasih kepada peserta didik atas waktunya
- Guru BK menutup kegiatan dengan berdoa dan mengucap
salam
6. Pascakonseling
- Guru BK melakukan penilaian berdasarkan hasil evaluasi
proses dan hasil yang telah diisi peserta didik
- Guru BK melakukan perbaikan untuk kegiatan selanjutnya
5. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Guru BK mempertimbangkan proses layanan konseling kelompok
meliputi keaktifan, ketersediaan sarana prasarana, dan
ketercapaian tujuan konseling kelompok daring dengan meminta
peserta didik untuk mengisi link google form yang dibagikan
2. Evaluasi hasil
untuk mengukur understanding, comfortable, dan action pada
peserta didik setelah mengikuti layanan konseling kelompok
daring. Evaluasi dilakukan melalui link google form yang
dibagikan.

Surakarta, 26 Februari 2021


Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Surakarta Guru Bimbingan Konseling

Nama kepala sekolah Nadifa Rahmatul


Firdausya
NIP. NIM. K3118053
- Poster
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Erman, A. 2013. Dasar-dasar bimbingan & Konseling. Jakarta:


Rineka Cipta.

Larry J.Koeing, Ph. D. 2003. Smart Dicipline Menanamkan Disipln dan


Menumbuhkan Rasa Percaya diri pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Anggota IKPI. hlm.72.

Fahmi, N. N., Slamet. 2016. Layanan Konseling Kelompok dalam Meningkatkan


Rasa Percaya Diri Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman. Jurnal Hisbah. Vol. 13,
No. 1 Desember 2016

Nurihsan, Achmad Juntika. 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.


Bandung: Refika Aditama.

Muqodas, I. (2011). Cognitive-Behavior Therapy: Solusi Pendekatanpraktek


Konselingdi Indonesia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Habsy, B. A. (2018). Model Bimbingan Kelompok PPPM Untuk


Mengembangkan Pikiran Rasional Korban Bullying Siswa SMK Etnis Jawa.
Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik), 91-99.

Jabbar, A. A., Purwanto, D., Fitriyani, N., Marjo, H. K., Hanim, W. 2019.
Konseling Kelompok Menggunakan Pendekatan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) untuk Meningkatkan Kematangan Karir. Jurnal selaras. Kajian bimbingan
dan konseling serta psikologi pendidikan volume 2, nomor 1, mei 2019 (35 – 45)

Corey, M., & Corey, G. (2012). Theory and Practice of Group Counseling, Eight
Edition. Belmont: Books/Cole.

Mappiare, A. 2011. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Wilding, C., & Milne, A. (2013). Cognitive Behavioural Therapy, Terjemahan.


Ahmad Fuandy. Jakarta: PT. Indeks.
Beck, A. T., Davis, D. D., & Freeman, A. (2015). Cognitive therapy of personality
disorders: Guilford Publications.

Oemarjoedi, A. K. (2003). Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi.


Jakarta: Kreativ Media.

Weinberg, Robert S.; Gould, Daniel. (2003). Foundation of sport exercise


psychology, third edition. Champaign, II.: Human Kinetics Publishers, Inc.

Rini, F, Jacinta. 2002. http://e-psikologi.com

Aziza, N., & Rissyo Melandy, R. M. (2006). Pengaruh Kecerdasan Emosional


Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel
Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 17-19.

Hasnida, N. L. L. 2016. Konseling Kelompok. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai