Anda di halaman 1dari 20

BAHAN AJAR

SENSOR DAN TRANSDUSER

Disusun Oleh: Dafid Andi Hartono, S.T.

Mapel: Penerapan Rangkaian Elektronika


Instrumentasi Medis

Kompetensi Dasar:
3.1 Menganalisis karakteristik dan kerja
sensor dan tranduser pada
rangkaian elektronika.
4.1 Memilih sensor dan tranduser pada
aplikasi rangkaian elektronika
instrumentasi medik

1
1. Pengertian Sensor dan Tranduser
Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai
peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian
dalam memilih sebuah  sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan
secara otomatis. Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah besaran fisis
tertentu menjadi besaran listrik equivalent yang siap untuk dikondisikan ke elemen
berikutnya. Sensor dapat dianalogikan sebagai sepasang mata manusia yang bertugas
membaca atau mendeteksi data/informasi yang ada di sekitar. D Sharon, dkk (1982),
mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala
atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi
fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. Contohnya antara
lain yaitu, kamera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit
sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan
lainnya.
Tranduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa latin yang berarti
mengubah sehingga tranduser dapat didefinisikan sebagai suatu piranti yang dapat
mengubah suatu energy ke bentuk energy lain. Sedangkan William D.C, (1993),
mengatakan tranduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam
sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau
dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa
berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). Contohnya saja yaitu
generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor
adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya.
Transduser (Inggris: transducer) adalah sebuah alat yang mengubah satu bentuk
daya menjadi bentuk daya lainnya untuk berbagai tujuan termasuk pengubahan ukuran
atau informasi (misalnya, sensor tekanan). Transduser bisa berupa
peralatan listrik, elektronik, elektromekanik, elektromagnetik, fotonik, atau fotovoltaik.
Dalam pengertian yang lebih luas, transduser kadang-kadang juga didefinisikan sebagai
suatu peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi bentuk sinyal
lainnya.Contoh yang umum adalah pengeras suara (audio speaker), yang mengubah
beragam voltase listrik yang berupa musik atau pidato, menjadi vibrasi mekanis. Contoh
lain adalah mikrofon, yang mengubah suara kita, bunyi, atau energi akustik menjadi
sinyal atau energi listrik.

1
Suatu definisai mengatakan “transducer adalah sebuah alat yang bila digerakkan
oleh energi di dalam sebuah sitem transmisi, menyalusrkan energi dalam bentuk yang
sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi kedua”. Transmisi kedua ini
bisa listrik, mekanik, kimia, optik (radiasi) atau termal (panas).
Sebagai contoh, definisi transducer yang luas ini mencakup alat-alat yang
mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik. Alat-alat ini
membentuk kelompok transducer yang sangat besar dan sangat penting yang lazim
ditemukan dalam instrumentasi industri; dan ahli instrumentasi terutama berurusan
dengan jenis pengubahan energi ini. Banyak parameter fisis lainnya (seperti panas,
intensitas cahaya, kelembaban) juga dapt diubah menjadi energi listrik dengan
menggunakan transducer. Transducer-transducer ini memberikan sebuah sinyal keluaran
bila diransang oleh sebuah masukan yang bukan mekanis; sebuah transmistor bereaksi
terhadap variasi temperatur; sebuah fotosel bereaksi terhadap perubahan intensitas
cahaya; sebuah berkas elektron terhadap efek-efek maknetik, dan lain-lain. Namun dalam
semua hal, keluaran elektris yang diukur menurut metoda standar memberikan besarnya
besaran masukan dalam bentuk ukuran elektris analog.

Gambar 1. Gambaran Umum Masukan–Keluaran Transduser

2. Jenis – jenis Sensor


Sensor aktif dan pasif:
a. Sensor pasif merupakan sensor yang mendeteksi respon radiasi elektromagnetik dari
obyek yang dipancarkan dari sumber alami.
b. Sensor aktif merupakan sensor yang mendeteksi pantulan atau emisi radiasi
elektromagenetik dari sumber energi buatan yang biasanya dirancang dalam
rangkaian yang memakai sensor.

2
Contoh contoh sensor:
1) Sensor cahaya
Sensor cahaya adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran
cahaya menjadi besaran listrik. Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau
sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi
energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan
elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif
(fotoresistif) yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya,
semakin tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja berdasarkan
pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser)
ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan
penerima. Dipasaran sudah begitu luas penggunaan nya.
Komponen yang termasuk dalam Sensor cahaya yaitu :
a) LDR ( Light Dependent Resistor )
LDR adalah sebuah resistor dimana nilai resistansinya akan berubah jika dikenai
cahaya.

Gambar 2. Rangkaian sederhana LDR


b) PhotoDioda
Photo dioda adalah sebuah dioda yang apabila dikenai cahaya akan memancarkan
electron sehingga akan menalirkan arus listrik.

Gambar 3. Rangkaian sederhana Photodioda

3
c) Phototransistor
Phototransistor adalah sebuah transistor yang apabila dikenai cahaya akan
mengalirkan electron sehingga akan terjadi penguatan arus seperti pada sebuah
transistor.
2) Sensor suara
Sensor suara adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suara
menjadi besaran listrik, dan dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen
yang termasuk dalam Sensor suara yaitu: Microphone,Micropone adalah komponen
elektronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang digetarkn oleh gelobang suara
akan menghasilkan sinyal listrik.
3) Sensor suhu
Sensor suhu adalah sensor yang cara kerjanya yaitu merubah besaran suhu
menjadi besaran listrik dan dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen
yang termasuk dalam sensor suhu yaitu: a) NTC adalah komponen elektronika
dimana jika dikenai panas maka tahanan nya akan naik. b) PTC adalah komponen
elektronika dimana jika terkena panas maka tahannanya akan semakin turun. c)
Termokopel
Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu
thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor.
Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang
disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara
sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai
pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada
tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan
variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada
pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki
tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor
yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena
saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka
dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu
yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang
menggunakan chipsilikon untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi
output tegangan dan arus yang sangat linear.

4
Gambar 4. Contoh gambar rangkaian sensor suhu
4) Sensor Proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang dapat mendeteksi
adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini
tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari
pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity
dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu
kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.
5) Sensor Magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan
terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran.
Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan
magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang
hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.
6) Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara,
dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya
kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu
antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara
tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang
memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat,
cair, butiran maupun tekstil.
7) Sensor Tekanan
Sensor tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan
kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar

5
penginderaannya pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah
akibat perubahan panjang dan luas penampangnya.
8) Sensor Kecepatan (RPM)
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari
suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu generator akan
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object.
Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera
pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.
9) Sensor Penyandi ( Encoder )
Sensor Penyandi ( Encoder ) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau
putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari
suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama,
Penyandi rotari tambahan ( yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk
masing-masing putaran ) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek
yang diputar. Kedua, Penyandi absolut ( yang memperlengkapi kode binary tertentu
untuk masing-masing posisi sudut ) mempunyai cara kerja sang sama dengan
perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan
sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.
Persyaratan umum sebuah sensor adalah:
a) Linieritas
Linieritas adalah masukan(inputan) dan keluaran (output) harus berbanding lurus.
b) Sensitivitas
Sensitivitas adalah sesuatu hal yang akan menunjukan sensor kita itu peka atau
tidaknya.linieritas sebuah sensor biasanya akan mempengaruhi sensitivitas sensor
tersebut.
c) Tanggapan waktu
Tanggapan waktu pada sebuah sensor menunjukan seberapa cepat sensor kita cepat
tanggap terhadap perubahan masukan (input).
3. Jenis-Jenis Transduser
Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Tranduser pasif, yaitu tranduser yang dapat kerja bila mendapat energi tambahan
dari luar.
b. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar,
tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.
6
Untuk jenis transduser pertama, contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah
energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri
arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan
listrik dari thermistor juga berubah. Adapun contoh untuk transduser jenis yang kedua
adalah termokopel. Ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan
tegangan listrik tanpa membutuhkan energi dari luar.
Pemilihan Transduser
Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan
lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan
beberapa hal di bawah ini:
1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih.
2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran
yang linier.
3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan
bentuk dan besar yang sama.
5. Repeatability : yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama
ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan
yang sama.
6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya,
tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga
perlu juga dipertimbangkan. Diantara beberapa karakteristik transduser di atas, akan
dibahas lebih mendalamtentang linieritas.
Linieritas Transduser
Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu
transduser adalah linier, maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran
misalnya menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam memahami
dan memanfaatkan transdusertersebut.
Ketidaklinieran setidaknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu ketidaklinieran yang
diketahui dan yang tidak diketahui. Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat me-
nyulitkan, karena hubungan masukan keluaran tidak diketahui. Seandainya transduser
semacam ini dipakai sebagai alat ukur, ketika masukan menjadi dua kali lipat, maka
keluarannya menjadi dua kali lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain,tidak diketahui.
7
Sehingga untuk transduser semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk
mendapatkan hubungan masukan keluaran, sebelum memanfaatkannya. Adapun untuk
ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki watak semacam ini masih
dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya atau dengan melakukan
beberapa transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan masukan dengan
keluaran.
Transducer dapat dikelompokan berdasakan pemakaiannya, metoda pengubahan
energi, sifat dasar sinyal keluaran dan lain-lain. Tabel dibawah menunjukan suatu
pengelompokan transducer berdasarkan prinsip listrik yang tersangkut. Bagian pertama
tabel tersebut memberi daftar transducer yang memberikan daya luar. Ini adalah
transducer pasif, yang memberi tambahan dalam sebuah parameter listrik seperti halnya
tahanan, kapasitansi dan lain-lain yang dapat diukur sebagai suatu perubahan tegangan
atau kuat arus. Kategori berikutnya adalah transducer jenis pembangkit sendiri, yang
menghasilkan suatu tegangan atau arus analog bila dirangsang dengan suatu bentuk fisis
energi. Transducer pembangkit sendiri tidak memerlukan daya dari luar.

4. Perbedaan Sensor dan Transduser


Transduser itu adalah suatu alat yang fungsinya itu mengubah suatu energi ke
energi lain, salah satu contohnya adalah sensor.Transduser juga dibagi dua yaitu
transduser aktif dan pasif. Transduser aktif adalah transduser yang dapat bekerja
meskipun tidak energi dari luar, contohnya adalah potensiometer dia membutuhkan
energi listrik untuk mengubah volume (di speaker aktif), transduser pasif adalah
transduser yang bekerja apabila ada energi dari luar contohnya adalah termokopel yang
bekerja jika suhu sekitar berbeda dengan suhu pembanding maka termokopel akan
langsung menghasilkan arus listrik.(contoh2 transduser gambar). Contoh – contoh
transduser adalah:
a) Transduser temperature
Adalah transduser yang menghasilkan tegangan atau arus tertentu sesuai
perubahan suhu tertentu.

8
Gambar 5. Termokopel

b) Transduser Gaya / tekanan.


Adalah Transduser yang menghasilkan tegangan tertentu ketika tekanan
benda berubah.

Gambar 6. Strain gauge

c) Transducer Kelembaban
Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat
kelembapan ditentukan oleh perbandingan antara persentase uap air di
udara.Hygrometer adalah transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan
pada tingkat kelembapan.

9
Gambar 7. Higrometer

Sensor itu merupakan jenis transduser yang mengubah energi panas, suhu, sinar,
dll. menjadi energi listrik. Contohnya adalah pada termokopel (sensor suhu) yang
berfungsi sebagai pembanding antara suhu referensi sama suhu ruangan/suhu yang mau
dibandingkan dengan menggunakan sebuah konduktor dan jika suhu referensi dengan
suhu yang dibandingkan berbeda akan timbul tegangan listrik.

5. Aplikasi Sensor dan Transduser

Rangkaian sensor cahaya

Gambar 8. Rangkaian aplikasi sensor cahaya

 Pada rangkaian sensor cahaya ini menggunakan relay untuk pensaklaran


tegangan jala-jala PLN 220 volt. Beban yang ingin dikendalikan tidak hanya sebatas
lampu saja tetapi bisa digunakan beban lain sesuai kebutuhannya. Yang pasti dengan
cara pensaklaran relay diatas beban yang dikeandalikan adalah beban dengan tegangan

10
supply 220 V. Rangkaian diatas merupakan rangkaian sensor cahaya yang sederhana
dan sering ditemui, karena memang menurut saya rangkaian sensor cahaya bisa berkerja
dengan penggunaan kompenen yang relatif sedikit dan rangkaian yang sederhana.
Rangkaian sensor diatas menggunakan LDR sebagai alat perasa perubahan
intensitas cahaya. LDR (Light Dependent Resistor) adalah komponen elektronika yang
pada dasarnya mempunyai sifat yang sama dengan resistor, hanya saja nilai resistansi
dari LDR berubah-ubah sesuai dengan tingkat intensitascahaya yang diterimanya.
Rangkaian diatas bisa digunakan untuk pengaktifanlampu taman. Pada saat hari mulai
malam maka lampu tersebut akan menyala otomatis layaknya lampu taman. Pengaturan
kepekaan dari sensor digunakan potensio VR1 100 K. Adapun komponen yang
diperlukan sbb :
1. LDR
2. Q1 : Transistor BC107 atau BC 547
3. VR1 : Potensio 100 Kohm
4. RL1 : Relay 9 Volt
5. R1 : 1K
6. R2 : 47 Kohm
7. BL1 : Lampu taman

Prinsip kerja dari rangkaian sensor cahaya diatas sebenarya sangat sederhana.


Pembagian tegangan antara VR1 dan LDR merupakan inti dari rangkaian sensor cahaya
diatas. Kenaikan tegangan pada VR1 akan mengurangi tegangan yang jatuh pada LDR,
begitupun sebaliknya kenaikan tegangan pada LDR akan mengurangi tegangan jatuh
pada VR1. Pembagian tegangan sesuai dengan rumus pembagi tegangan yang berlaku
pada rangkaian seri, tegangan supply 9 volt sama dengan jumlah tegangan pada R1, VR1
dan LDR. VR1 digunakan untuk memposisikan tegangan pada LDR supaya berada pada
titik kritis dan tidak sampai membuat transistor Q1 menjadi aktif. Sehingga pada saat
kedaan cahaya semakin gelap tegangan pada LDR akan membuat transistor Q1 menjadi
aktif. Hal ini dikarenakan nilai resistansi LDR akan naik apabila
intensitas cahaya semakin gelap. Jika kita ingin membuat rangkaian sensoryang aktif
pada saat cahaya semakin terang maka kita tinggal menukar posisi antara LDR dengan
potensio VR1. Untuk prinsip kerjanya pada dasarnya sama dengan rangkaian sensor
cahaya aktif gelap diatas. Kesemua rangkaian memanfaatkan hukum pembagi tegangan
atau pengaturan arus ke basis transistor yang digunakan sebagai saklar.
Sebagai catatan anda bahwa sensor cahaya yang menggunakan LDR sebagai
komponen peng-indra atau perasa mempunyai respon yang relatif lambat. Sehingga jika
anda ingin membangun rangkaian yang mempunyai respon yang cepat seperti untuk
penghitungan pada rangkaian counter maka LDR tidak cocok untuk digunakan. Mungkin
anda bisa memanfaatkan sensor infra merah atau komponen sensor yang lain. Cahaya
infra merah bisa anda dapatkan dengan membuat rangkaian pemancar infra merah yang
terdiri dari led infra merah yang berfungsi sebagai pengahasil cahaya infra merahnya.

Sensor Pada Pintu Otomatis

11
Hampir di setiap mall dan pusat-pusat perbelanjaan kita akan menjumpai pintu
otomatis. Pintu ini akan membuka ketika anda mendekatinya dan menutup ketika anda
telah melaluinya. Pintu otomatis tampak sebagai pintu biasa yang sederhana namun
sebenarnya pintu otomatis tidak sesederhana yang terlihat. Pintu otomatis merupakan
rangkaian mesin yang rumit yang terdiri dari banyak bagian seperti sensor dan sistem
motor penggerak yang bekerja secara harmonis sehingga pintu otomatis dapat membuka
dan menutup dengan aman. Berikut Cara Kerja Pintu Otomatis.

Gambar 9. Pintu geser otomatis

Pintu otomatis dapat bekerja untuk membuka dan menutup secara otomatis
dengan menggunakan teknologi sensor. Sensor merupakan suatu perangkat yang dapat
mendeteksi keberadaan seseorang atau objek lainnya ketika orang atau objek tersebut
mendekati pintu otomatis. Biasanya, sensor-sensor tersebut akan diletakkan di sekitar
pintu otomatis. Sensor-sensor ini juga akan diletakkan di kedua sisi yaitu sisi dalam dan
sisi luar pintu otomatis tersebut, sehingga pintu otomatis dapat bekerja dari kedua sisi.
Sensor kemudian akan mengaktifkan sistem yang akan menggerakkan motor yang akan
membuka dan menutup pintu otomatis.

Jenis-Jenis Sensor pada Pintu Otomatis dan Cara Kerjanya


1. Sensor Optik

12
Gambar 10. Area sensor
Sensor ini akan memancarkan tirai infra merah yang berupa cahaya yang tidak
tampak oleh mata pada jarak jangkauan tertentu. Sensor ini akan bereaksi jika
seseorang atau sesuatu menghalangi cahaya infra merah yang dipancarkan. Jika
seseorang memasuki area yang disinari dengan cahaya ini, maka pancaran cahaya
akan terganggu dan menjadi tidak utuh. Hal ini menyebabkan program perintah untuk
menutup pintu terganggu. Terganggunya program untuk menutup pintu akan
menyebabkan pintu otomatis akan terbuka. Jika objek telah menjauh dari jarak
jangkauan sensor dan sinar sensor kembali utuh, maka pintu otomatis akan menutup
kembali.

2. Sensor Gerakan

Gambar 11. Pembacaan gerakan


Sensor ini akan memancarkan radar gelombang mikro. Hampir sama seperti
pada sensor optik, jika seseorang atau sesuatu berada dalam jangkauan radar maka
sensor akan bereaksi membuka pintu otomatis.

3. Sensor Panas Tubuh

13
Gambar 12.Ilustrasi panas tubuh
Ketika seseorang berada di depan sensor panas tubuh, maka sensor panas
tubuh akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia
tersebut. Ketika orang tersebut berada dalam keadaan diam, maka panjang gelombang
yang dihasilkan berupa panjang gelombang yang konstan dan menyebabkan energi
panas yang dihasilkan digambarkan hampir sama dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Ketika orang tersebut melakukan gerakan, maka panjang gelombang yang
dihasilkan berupa panjang gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas
yang berbeda dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Panas yang dihasilkan ini
akan dideteksi oleh sensor dan dilanjutkan dengan reaksi untuk membuka pintu
otomatis.

4. Sensor Tekanan

Gambar 13. Sensor berat/tekanan


Sensor ini biasanya diletakkan di bawah keset yang berada di depan pintu.
Sensor ini akan bereaksi terhadap tekanan berat objek yang berada di atasnya. Dan

14
jika sensor telah menerima batasan minimal berat yang diperlukan untuk membuka
pintu, maka pintu otomatis pun akan terbuka.

5. Sensor Jarak Jauh

Gambar 14. Remote


Pada sensor ini dibutuhkan pengendali jarak jauh yang dioperasikan secara
manual untuk membuka dan menutup pintu. Sensor jenis ini biasanya dipakai pada
pintu garasi otomatis.

15
16
17
18
DAFTAR PUSTAKA

Modul Sensor dan Tranduser, Dr. Drs. Jaja Kustija, M.Sc., 2012.

Sensor dan Aktuator, Syaiful Karim, PPPPTK BOE Malang, 2013.

http://dhany1412.blogspot.com/search/label/Elektronika?updated-max=2014-10-
24T05:31:00-07:00&max-results=20&start=2&by-date=false (12/08/2019)

http://pemudagagal.wordpress.com/2013/07/04/apa-bedanya-sensor-dengan-transduser/
(12/08/2019)

http://id.wikipedia.org/wiki/Transduser (12/08/2019)

19

Anda mungkin juga menyukai