FILSAFAT HUKUM

NURUDDIN HADY
 MAHASISWA DIHARAPKAN MEMILIKI KOMPETENSI ATAU
KEMAMPUAN BERFIKIR LOGIS, KRITIS, KONTEMPLATIF DAN RADIKAL,
SEHINGGA DAPAT MENEMUKAN HAKEKAT HUKUM, YAITU NILAI-NILAI
KEBENARAN, KEADILAN, KEPANTASAN,
G KESEIMBANGAN DAN LAIN-
LAIN.
NO. LEVEL POKOK BAHASAN
KOMPETENSI
1. PEMAHAMAN 1. APA ITU FILSAFAT, DAN APA ITU FILSAFAT HUKUM.
FLSAFAT 2. MENGAPA FILSAFAT HUKUM DIPERLUKAN DALAM STUDI
HUKUM.
HUKUM (25 %, 4
3. DIMANA KEDUDUKAN FILSAFAT HUKUM DALAM DISIPLIN
X PERTEMUAN) HUKUM;
4. KEGUNAAN FILSAFAT HUKUM;
1. KEMAMPUAN MEMAHAMI SECARA FILOSOFIS, TENTANG
KONSEPSI DARI PENGERTIAN HUKUM.
2. TENTANG TUJUAN HUKUM: APA SEBENARNYA YANG HENDAK
DICAPAI OLEH HUKUM.
1. KENSEPSI TENTANG MENGAPA ORANG MENTAATI HUKUM.
2. BEBERAPA PERSOALAN DAN PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG
MUNCUL DI BIDANG FILSAFAT HUKUM
1. LINTAS SEJARAH HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM;
NO. LEVEL KOMPETENSI POKOK BAHASAN
2. PENALARAN FLSAFAT ALIRAN HUKUM ALAM DAN ALIRAN POSITIVISME HUKUM
HUKUM (75 %, 10 X
PERTEMUAN)

ALIRAN-ALIRAN DALAM ALIRAN UTILITARIANISME

FILSAFAT HUKUM PANDANGAN TEORI MURNI TENTANG HUKUM, DAN
REALISME HUKUM
ALIRAN HUKUM SOSIOLOGIS DAN HUKUM SEJARAH
HUKUM DAN MORAL, HUKUM DAN KEADILAN
HUKUM, KEBENARAN, DAN PERUBAHAN SOSIAL
 DAFTAR BACAAN
(LITERATUR)
- ANTONIUS CAHYADI, PENGANTAR FILSAFAT HUKUM, PENERBIT KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, JAKARTA, 2010.
- BERNARD ARIEF SIDHARTA, REFLEKSI TENTANG STRUKTUR ILMU HUKUM,
PENERBIT MANDAR MAJU, BANDUNG, 2000.
- M. ERFAN HELMI JUNI, FILSAFAT HUKUM, PENERBIT PUSTAKA SETIA
BANDUNG, 2012.
- I DEWA GEDE ATMADJA, FILSAFAT HUKUM, DIMENSI TEMATIS DAN
HISTORIS, PENERBIT SETARA PRESS, MALANG, 2013.
- JOHN RAWL, A THEORY OF JUSTICE, LONDON, OXFORD UNIVERSITY PRESS,
1971.
- J.J.H.BRUGGINK DAN ARIEF SIDHARTA, REFLEKSI TENTANG HUKUM,
PENERBIT CITRA ADITYA BAKTI, BANDUNG, 1999.
- SUEKARNO ABURAERA, FILSAFAT HUKUM, TEORI DAN PRAKTEK, PENERBIT
 DAFTAR BACAAN
(LITERATUR)
- ROSCOE POUND, PENGANTAR FILSAFAT HUKUM, PENERBIT BHRATARA KARYA AKSARA,
JAKARTA, 1982.
- R.M.DWORKIN, THE PHILOSOPHY OF LAW, OXFORD UNIVERSITY PRESS, 1982.
- RAYMOND WACKS, PHILOSOPHY OF LAW, A VERY SHORT INTRODUCTION, OXFORD
UNIVERSITY PRESS, 2006
- W. FRIEDMANN, TEORI DAN FILSAFAT HUKUM, TELAAH KRITIS ATAS TEORI-TEORI HUKUM,
PENERBIT RAJAWALI PERS, JAKARTA, 1990.
- SATJIPTO RAHARJO, ILMU HUKUM, PENERBIT CITRA ADITYA BAKTI, BANDUNG, 2000.
- JIMLY ASSHIDDIQIE, DAN ALI SAFA’AT, TERI HANS KELSEN TENTANG HUKUM, PENERBIT
KONSTITUSI PRESS, JAKARTA, 2012.
- NURCHLIS MADJID, PINTU-PINTU MENUJU TUHAN, PENERBIT DIAN RAKYAT, JAKARTA, 2008.
1. PENDAHULUAN
2. ISU HUKUM YANG DIANGKAT DALAM BAB ITU
3. ISI BAB/ PEMBAHASAN
4. PENUTUP (KESIMPULAN & GAGASAN KELOMPOK)
1. APA ITU FILSAFAT DAN APA ITU FILSAFAT HUKUM ?
2. MENGAPA FILSAFAT HUKUM DIPERLUKAN DALAM STUDI HUKUM.
3. DIMANA KEDUDUKAN FILSAFAT HUKUM DALAM DISIPLIN HUKUM;
4. KEGUNAAN FILSAFAT HUKUM;

?
 PENGANTAR

●FILSAFAT DIKENAL PADA SEKITAR 700 SM DI YUNANI

● FILSAFAT LAHIR KETIKA ORANG MULAI TIDAK PERCAYA DENGAN JAWABAN-JAWABAN MITIS (MITOS) THD
PROBLEM HIDUPNYA, PINDAH KE MODEL LOGOS/LOGIS : MENYELSAIKAN MASALAH DENGAN AKAL
SEHAT/RASIO.
● ETIMOLOGIS
• Bahasa Arab : FALSAFAH,
• Bahasa Inggris : PHILOSOPHY,
• Bahasa Latin : PHILOSOPHIA,
• Philoshopia (Yunani): Asal kata dari bahasa Yunani  “PHILOS” ATAU “PHILIA” = Cinta PERSAHABATAN dan
SOPHOS= Hikmah, KEBIJAKSANAAN : (wisdom), ATAU PENGETAHUAN ATAU INTELEGENSIA.
Mencintai hal-hal yang bijaksana, teman kebijaksanaan, usaha ke arah keutamaan mental/the porsuit of
mental exelence : CINTA KEBIJAKSANAAN ATAU KEBENARAN
1. FILOSOF ATAU AHLI FILSAFAT
- FILOSOF: BERPIKIR SENDIRI, REFLEKSI SENDIRI, BERKREASI SENDIRI,
BERNALAR SENDIRI, MEMPRODUKSI IDE SENDIRI (FILOSOF).
- AHLI FILSAFAT (BELAJAR APA ITU FILSAFAT, PEMIKIRAN PARA FILOSOF,
TOKOH A/B/C PEMIKIRANNYA APA DST.
2. FILSAFAT SBG SEBUAH METODOLOGI BERPIKIR ATAU ALAT BERPIKIR, DAN
FILSAFAT SBG PRODUK PEMIKIRAN.
GERBANG PEMIKIRAN FILSAFAT (1). BERPIKIR TERBUKA /
PENASARAN/HERAN (WONDER); (2) CURIOUS ( RASA INGIN
TAHU), MAKA BERTANYALAH (APAPUN PERTANYAANNYA),
ARGUMENTATIF; DAN (3) SOFIA/ WISDOM.
 CIRI-CIRI BERFIKIR
KEFILSAFATAN

1. KRITIS = MEMPERTANYAKAN SGL SESUATU, PROBLEMA-PROBLEMA ATAU

HAL-HAL YANG LAIN YANG SEDANG DIHADAPI OLEH MANUSIA.
2. MENDALAM = BUKAN HANYA BERFIKIR SAMPAI PADA FAKTA-FAKTA YANG
SIFATNYA SANGAT KHUSUS DAN EMPIRIS BELAKA NAMUN SAMPAI PADA
G
INTINYA YANG TERDALAM YAITU SUBSTANSINYA YANG BERSIFAT UNIVERSAL.
3. KONSEPTUAL = TIDAK SAMPAI PADA PERSEPSI BELAKA NAMUN SAMPAI PADA
PENGERTIAN YANG BERSIFAT KONSEPTUAL.
4. KOHEREN (RUNTUT) = BERUSAHA MENYUSUN SUATU BAGAN YANG
KONSEPTUAL YANG KOHEREN (RUNTUT).
5. RASIONAL = BAGAN YANG BAGIAN-BAGIANNYA BERHUBUNGAN SECARA
LOGISDIANTARA SATU DAN LAINNYA.
6. MENYELURUH = PEMIKIRAN KEFILSAFATAN BUKAN HANYA BERDASAR PADA
SUATU FAKTA YANG KHUSUS DAN INDIVIDUAL SAJA NAMUN HARUS SAMPAI
PADA SUATU KESIMPULAN YANG SIFATNYA PALING UMUM.
7. UNIVERSAL = PEMIKIRAN KEFILSAFATAN BERUSAHA MENEMUKAN KENYATAAN
KEBENARAN DENGAN BERUSAHA UNTUK SAMPAI PADA SUATU KESIMPULAN-
KESIMPULAN YANG BERSIFAT UNIVERSAL.
8. SPEKULATIF = DICIRIKAN DENGAN SIFATNYA YANG SPEKULATIF, YAITU
PENGAJUAN DUGAAN-DUGAAN YANG RASIONAL YANG MELAMPAUI BATAS-
BATAS FAKTA.
9. SISTEMATIS = PEMIKIRAN KEFILSAFATAN SENANTIASA MEMILIKI BAGIAN-
BAGIAN DAN DIANTARA BAGIAN-BAGIAN TERSEBUT SENANTIASA
BERHUBUNGAN ANTARA SATU DENGAN G YANG LAINNYA. HUBUNGAN
TERSEBUT TERJALIN DALAM KERJASAMA YANG SALING KETERGANTUNGAN.
10. BEBAS = BERFIKIR SECARA KEFILSAFATAN ADALAH BERFIKIR SECARA
BEBAS UNTUK SAMPAI PADA HAKEKAT YANG TERDALAM YANG UNIVERSAL.
1. FILSAFAT HUKUM MENGKAJI HUKUM DARI SEGI
HAKEKAT HUKUM.
2. FILSAFAT HUKUM MERUPAKAN FILSAFAT YANG
MENJADI INDUK DARI SEMUA REFLEKSI TEORITIK
TENTANG HUKUM.
3. DENGAN METODE KONTEMPLATIF, DAN SPEKULATIF
FILSAFAT HUKUM MENGKAJI SECARA KRITIS HAKIKAT
HUKUM SEBAGAI PERWUJUDAN
NILAI, HUKUM SEBAGAI
SISTEM KAIDAH, DAN HUKUM SEBAGAI ALAT UNTUK
MENGATUR MASYARAKAT.
1. FILSAFAT HUKUM ADALAH FILSAFAT. KARENA ITU IA MERENUNGKAN
SEMUA PERSOALAN FUNDAMENTAL DAN MASALAH-MASALAH
PERBATASAN YANG BERKAITAN DENGAN GEJALA HUKUM.
2. FILSAFAT HUKUM ADALAH FILSAFAT ATAU BAGIAN DARI FILSAFAT YANG
MENGARAHKAN (MEMUSATKAN) REFLEKSINYA TERHADAP HUKUM ATAU
GEJALA HUKUM.
3. FILSAFAT HUKUM TIDAK DITUJUKAN UNTUK MEMPERSOALKAN HUKuM
POSITIF TERTENTU, MELAINKAN MEREFLEKSI HUKUM DALAM
KEUMUMANNYA ATAU HUKUM SEBAGAI DEMIKIAN.
4. FILSAFAT HUKUM BERUSAHA MENGUNGKAPKAN HAKEKAT HUKUM
DENGAN MENGEMUKAKAN LANDASAN TERDALAM DARI KEBERADAAN
HUKUM SEJAUH YANG MAMPU DIJANGKAU AKAL BUDI MANUSIA.
 FILSAFAT SANGAT DEKAT DENGAN AKTIVITAS REFLEKSI DAN
KONTEMPLASI.
TIDAK HANYA SEKEDAR SESUATU YANG BERSIFAT ILMIAL, TETAPI
JUGA SESUATU YANG MELAMPAUI KEILMIAHAN.
FILSAFAT HUKUM ADALAH INDUK DARI SEMUA DISIPLIN YURIDIK,
KARENA FILSAFAT HUKUM MEMBAHAS MASALAH-MASALAH YANG
PALING FUNDAMENTAL YANG TIMBUL DALAM HUKUM.
TIAP FILSUF BERTOLAK DARI SUATU INTUISI DASAR, SUATU
“EXPERIENCE VECUE”, YANG MENJADI LANDASAN KESELURUHAN
FILSAFATNYA. BERDASARKAN INTUISI DASAR ITU, SELANJUTNYA
FILSUF ITU MEMBANGUN URAIAN KEFILSAFATANNYA.
FILSAFAT HUKUM MENURUT ROSCOE
POUND (1983: 4), MERUPAKAN
PERCOBAAN UNTUK MEMBERIKAN
SATU URAIAN YANG MASUK AKAL
MENGENAI HUKUM PADA SUATU
WAKTU DAN PADA SUATU TEMPAT,
ATAU DAYA UPAYA UNTUK
MERUMUSKAN SATU TEORI UMUM
TENTANG KETERTIBAN HUKUM GUNA
MEMENUHI KEBUTUHAN
PERKEMBANGAN HUKUM PADA
SUATU MASA TERTENTU.
 LINGKUP KAJIAN FILSAFAT
HUKUM

D.H.M. MEUWISSEN (1982: 23-24), OBYEK FORMALNYA ADALAH

HUKUM DIPANDANG DARI DUA PERTANYAAN FUNDAMENTAL YANG
SALING BERKAITAN, YAITU: (1) APA YANG MENJADI LANDASAN
KEKUATAN MENGIKAT DARI HUKUM; DAN (2) ATAS DASAR (KRITERIA)
APA HUKUM DAPAT DINILAI KEADILANNYA.
DALAM DWI-TUNGGAL PERTANYAAN TERSEBUT, TERKANDUNG MASALAH
TUJUAN HUKUM, HUBUNGAN HUKUM DAN KEKUASAAN SERTA HUBUNGAN
HUKUM DAN MORAL.
(EKSISTENSI MANUSIA DAN KEDUDUKANNYA DI ALAM SEMESTA, YAKNI OLEH
PANDANGAN HIDUP YANG MELIPUTI KEYAKINAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA
MANUSIA DAN ALAM, MANUSIA DAN SESAMANYA, SERTA MANUSIA DAN
TUHAN)
LINGKUP KAJIAN FILSAFAT HUKUM
DALAM FILSAFAT HUKUM, DIBAHAS PERTANYAAN-PERTANYAAN TERDALAM BERKENAAN
DENGAN MAKNA, LANDASAN, STRUKTUR DAN SEJENISNYA DARI KENYATAAN. (M. VAN
HOECKE : 1982: 87)
1. ONTOLOGI HUKUM (PENELITIAN TENTANG HAKEKAT HUKUM DAN HUBUNGAN ANTARA HUKUM DAN
MORAL.
2. AKSIOLOGI HUKUM (AJARAN NILAI), PENETAPAN ISI NILAI-NILAI, SEPERTI KEADILAN, KEPATUTAN,
PERSAMAAN, KEBEBASAN, DAN SEBAGAINYA.
3. IDEOLOGI HUKUM (AJARAN IDE), PENGEJAWANTAHAN WAWASAN MENYELURUH TENTANG MANUSIA DAN
MASYARAKAT.
4. EPISTIMOLOGI HUKUM (AJARAN PENGETAHUAN), PENELITIAN TERHADAP PERTANYAAN SEJAUH MANA
PENGETAHUAN TENTANG “HAKEKAT” HUKUM DIMUNGIKINKAN.
5. TELEOLOGI HUKUM (AJARAN TUJUAN), MENENTUKAN MAKNA DAN TUJUAN HUKUM.
6. TEORI ILMU DARI HUKUM, INI ADALAH FILSAFAT SEBAGAI META-TEORI TENTANG TEORI HUKUM DAN
SEBAGAI META-META TEORI DARI DOGMATIKA HUKUM.
7. LOGIKA HUKUM, PENELITIAN TENTANG KAIDAH-KAIDAH BERPIKIR YURIDIK DAN ARGUMENTASI YURIDIK.
BAGIAN INI SERING DIPANDANG SEBAGAI SUATU BIDANG STUDI TERSENDIRI, YANG TELAH MELEPASAKAN
DIRI DARIFILSAFAT HUKUM.
 SKEMA FILSAFAT HUKUM
(M. VAN HOECKE : 1982: 87)

FILSAFAT HUKUM
OBYEK LANDASAN DAN BATASAN-BATASAN KAIDAH HUKUM
TUJUAN TEORETIKAL
PERSPEKTIF INTERNAL
TEORI KEBENARAN TEORI PRAGMATIK
PROPOSISI INFORMATIF, TETAPI TERUTAMA NORMATIF DAN
EVALUATIF
KEDUDUKAN FILSAFAT HUKUM
DALAM KAJIAN FILSAFAT
 KEDUDUKAN FILSAFAT HUKUM DALAM KAJIAN FILSAFAT

FILSAFAT

FILSAFAT UMUM FILSAFAT KHUSUS

METAFISIKA EPISTIMOLOGI LOGIKA FILSAFAT PENDIDIKAN

(HAKEKAT KENYATAAN)

ONTOLOGI KOSMOLOGI HUMANOLOGI INDUKSI FILSAFAT HUKUM

TEOLOGI DEDUKSI FILSAFAT SEJARAH, DLL

 KEDUDUKAN FILSAFAT HUKUM DALAM DISIPLIN HUKUM LAINNYA

ILMU TENTANG KAIDAH

HUKUM
1. SEJARAH HUKUM.
2.ANTROPOLOGI
ILMU HUKUM.
HUKUM ILMU KENYATAAN
3. SOSIOLOGI HUKUM.
HUKUM
4.PSIKOLOGI HUKUM.
DISIPLIN FILSAFAT ILMU 5. PERBANDINGAN
HUKUM HUKUM HUKUM
PENGERTIAN
HUKUM

POLITIK HUKUM
KEGUNAAN FILSAFAT HUKUM

1.MEMBERIKAN RUANG PERSPEKTIF LEBIH HOLISTIK DAN

TERBUKA ATAS KENYATAAN, SEHINGGA MEMANDU
MEREFLEKSIKAN SEGALA SESUATUNYA.
2.MEMPERKUAT BASIS ARGMENTASI DALAM
MENGANALISIS KASUS HUKUM.
3.MELATIH SESEORANG BERPIKIR KREATIF, DAN INOVATIF,
SEKALIPUN ATAS SPEKULATIF DALAM MAKNA
MENYUSUN TINDAKAN YANG TERARAH DAN DAPAT
DIPERTANGGUNG JAWABKAN SECARA ILMIAH.
 KONSEPSI DAN
PENGERTIAN HUKUM
 APA ITU HUKUM ?

HUKUM ADALAH PIJAK MENDASAR UNTUK KEHIDUPAN

AGGOTA MASYARAKAT. HUKUM ALAM MERUPAKAN HUKUM
UNIVERSAL. (ARISTOTELES)
HUKUM MERUPAKAN PERATURAN YANG TERATUR DAN
TERSUSUN BAIK YANG MENGIKAT MASYARAKAT. (PLATO)
HUKUM SEBAGAI SATU SISTEM ASAS-ASAS YANG
DIDALAMNYA, DAN OELEHNYA GAGASAN TENTANG
KEBEBASAN DIJELMAKAN DI DALAM PENGALAMAN
MANUSIA. (HEGEL)
HUKUM ADALAH SEBUAH ATURAN TINDAKAN MORAL YANG
MEMBAWA PADA KEBENARAN. (GROTIUS)
 HUKUM ADALAH AKAL TERTINGGI YANG DITANAMKAN
OLEH ALAM PADA DIRI MANUSIA UNTUK MENETAPKAN
SESUATU YANG BOLEH DAN YANG TIDAK BOLEH
DILAKUKAN. (FILSUF ROMAWI/ TULLIUS CICERO).
HUKUM IALAH KESELURUHAN SYARAT BERKEHENDAK
BEBAS DARI ORANG YANG SATU UNTUK DAPAT
MENYESUAIKAN DIRI DENGAN KEHENDAK BEBAS DARI
ORANG LAIN, DENGAN MENGIKUTI PERATURAN
TENTANG KEMERDEKAAN BERKEHENDAK. (IMMANUEL
KANT)
HUKUM ADALAH SEBUAH KATA SESEORANG, YANG
DENGAN HAKNYA, TELAH MEMERINTAH PADA YANG
LAIN. (THOMAS HOBBES)
 HUKUM MERUPAKAN SUATU HIMPUNAN KAIDAH YANG
DITETAPKAN DAN DIPAKSAKAN OLEH KEKUASAAN
NEGARA, YANG DENGANNYA TERJAMIN UNTUK TIAP
ORANG MAKSIMUM KEBAHAGIAAN, YANG DIPAHAMKAN
SEBAGAI KEBEBASAN UNTUK MENGEMUKAKAN DIRI
DALAM MEMBELA HAK-HAK SENDIRI. (JEREMI BENTHAM )
HUKUM MERUPAKAN HIMPUNAN PERATURAN (PERINTAH
DAN LARANGAN) YANG MENGURUS TATA TERTIB
KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN HARUS DITAATI OLEH
MASYARAKAT. HUKUM MERUPAKAN HIMPUNAN PETUNJUK
HIDUP-PERINTAH DAN LARANGAN YANG MENGATUR TATA
TERTIB DALAM MASYARAKAT YANG SEHARUSNYA DITAATI
OLEH SELURUH ANGGOTA MASYARAKAT. (UTRECHT)
HUKUM ADALAH ATURAN TINGKAH LAKU PARA ANGGOTA
MASYARAKAT, ATURAN YANG DAYA PENGGUNAANNYA
PADA SAAT TERTENTU DIINDAHKAN OLEH MASYARAKAT
SEBAGAI JAMINAN DARI KEPENTINGAN BERSAMA DAN
JIKA DILANGGAR MENIMBULKAN REAKSI BERSAMA
TERHADAP ORANG YANG MELAKUKAN PELANGGARAN.
(LEON DUQIUT).

HUKUM MERUPAKAN INSTITUSI SOSIAL YANG TUJUANNYA

UNTUK MENYELENGGARAKAN KEADILAN DALAM
MASYARAKAT. (SATJIPTO RAHARJO: 120-121)
 MAX WEBER, MENDEFINISIKAN HUKUM SEBUAH
TATANAN YANG SECARA EKSTERNAL DIJAMIN OLEH
KEMUNGKINAN YANG NYATA BAHWA PAKSAAN (BAIK ITU
FISIK MAUPUN PSIKIS) DIADAKAN UNTUK SEMAKIN
MENYEMPURNAKAN KONFORMITAS TERHADAPNYA ATAU
SANKSI KEKERASAN AKAN DITERAPKAN ATASNYA
APABILA MENJAUHI KONFORMITAS OLEH SEORANG DARI
ORANG-ORANG YANG TELAH TERLATIH SECARA KHUSUS
UNTU TUJUAN TERSEBUT.
 PENGERTIAN HUKUM
MENURUT HANS
KELSEN

- HUKUM ADALAH TATA ATURAN (ORDER) SEBAGAI SUATU SISTEM

ATURAN-ATURAN (RULES) TENTANG PERILAKU MANUSIA.
- HUKUM TIDAK MENUNJUK PADA SATU ATURAN TUNGGAL (RULE),
TETAPI SEPERANGKAT ATURAN (RULES) YANG MEMILIKI SUATU
KESATUAN SEHINGGA DAPAT DIPAHAMI SEBAGAI SUATU SISTEM.
KONSEKUENSINYA, ADALAH TIDAK MUNGKIN MEMAHAMI HUKUM
JIKA HANYA MEMPERHATIKAN SATU ATURAN SAJA. (HANS
KELSEN: 2012, 13)
- HUKUM BUKAN MERUPAKAN MANIFESTASI DARI OTORITAS
SUPER-HUMAN, TETAPI MERUPAKAN SUATU TEKNIK SOSIAL YANG
SPESIFIK BERDASARKAN PENGALAMAN MANUSIA.
- HANS KELSEN (2012, 14), MEMBERIKAN PERTANYAAN:
1. APAKAH FENOMENA SOSIAL YANG UMUMNYA DISEBUT
‘HUKUM” MENUNJUKKAN KARAKTERSITIK UMUM YANG
MEMBEDAKANNYA DARI FENOMENA SOSIAL LAIN YANG
SEJENIS ?
2. APAKAH KARAKTERISTIK TERSEBUT BEGITU PENTING DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL, SEHINGGA BERMANFAAT SEBAGAI
PENGETAHUAN TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL?
HUKUM DAN KEADILAN ADALAH DUA KONSEP YANG BERBEDA,
HUKUM DIPISAHKAN DARI KEADILAN ADALAH HUKUM POSITIF.
KEADILAN DAPAT DIMAKNAI SEBAGAI LEGALITAS.
ADALAH ADIL JIKA SUATU ATURAN DITERAPKAN PADA SEMUA
KASUS DI MANA MENURUT ISINYA MEMANG ATURAN TERSEBUT
HARUS DIAPLIKASIKAN.
DEFINISI HUKUM YANG TIDAK MENENTUKAN HUKUM
SEBAGAI PERINTAH YANG MEMAKSA HARUS DITOLAK
MENURUT HANS KELSEN (2012: 27), KARENA:
1. HANYA DENGAN MEMASUKKAN ELEMEN SANKSILAH
HUKUM DAPAT DIBEDAKAN SECARA JELAS DENGAN
TATANAN SOSIAL LAINNYA;
2. PAKSAAN ADALAH FAKTOR YANG SANGAT PENTING
SEBAGAI PENGETAHUAN HUBUNGAN SOSIAL DAN
MENJADI KARAKTER UTAMA DARI HUKUM;
3. ADANYA SANKSI ADALAH KARAKTER UTAMA DARI
HUKUM MODERN DALAM HUBUNGANNYA ANTARA
HUKUM DAN NEGARA.
 PENGERTIAN HUKUM
MENURUT ROSCOE POUND

- AHLI HUKUM AMERIKA, LAHIR DI LINCOLN TAHUN 1870.

- ADA 12 KONSEPSI TENTANG HUKUM, YAITU:
1. GAGASAN TENTANG SATU KAIDAH ATAU SEKUMPULAN KAIDAH YANG DITURUNKAN
OLEH TUHAN UNTUK MENGATUR TINDAKAN MANUSIA, MISALNYA UU NABI MUSA, ATAU
UU HAMMURABI YANG DITURUNKAN OLEH DEWA MATAHARI.
2. SEBAGAI SATU TRADISI DARI KEBIASAAN LAMA YANG TERNYATA DAPAT DITERIMA OLEH
DEWA-DEWA DAN KARENA ITU MENUNJUKKAN JALAN YANG BOLEH DITEMPUH
MANUSIA DENGAN AMANNYA.
3. KEBIJAKSANAAN YANG DICATAT DARI PARA BUDIMAN MASA LALU, YANG TELAH
DIPELAJARI JALAN YANG SELAMAT ATAU JALAN KELAKUAN MANUSIA YANG
DISETUJI OLEH TUHAN.
4. SATU SISTEM ASAS-ASAS YANG DITEMUKAN SECARA FILSAFAT, YANG MENYATAKAN
SIFAT BENDA-BENDA, DAN KARENA ITU MANUSIA HARUS MENYESUAIKAN
KELAKUANNYA DENGAN SIFAT BENDA-BENDA ITU.
5. HUKUM DIPANDANG SEBAGAI SATU HIMPUNAN PENEGASAN DAN PERNYATAAN
DARI SATU UU KESUSILAAN YANG ABADI DAN TIDAK BERUBAH-UBAH.
6. HUKUM SEBAGAI SATU HIMPUNAN PERSETUJUAN YANG DIBUAT MANUSIA DI
DALAM MASYARAKAT YANG DIATUR SECARA POLITIK.
7. HUKUM DIPIKIRKAN SEBAGAI SATU PENCERMINAN DARI AKAL ILLAHI YANG
MENGUASAI ALAM SEMESTA INI. SATU PENCERMINAN DARI BAGIAN YANG
MENENTUKAN APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN OLEH MANUSIA SEBAGAI
SATUAN YANG BERKESUSILAAN, YANG BERBEDA DENGAN YANG MESTI
DILAKUKAN, YANG DITUJUKAN KEPADA MAKHLUK SELAIN MANUSIA. (THOMAS
AQUINO: ABAD KE-17)
8. SATU HIMPUNAN PERINTAH DARI PENGUASA YANG BERDAULAT DI DALAM
SATU MASYARAKAT YANG DISUSUN MENURUT SATU SISTM KENEGARAAN,
TENTANG BAGAIMANA ORANG HARUS BERTIDAK SATU HIMPUNAN
PERINTAH DARI PENGUASA YANG BERDAULAT DI DALAM SATU MASYARAKAT
YANG DISUSUN MENURUT SATU SISTM KENEGARAAN, TENTANG BAGAIMANA
ORANG HARUS BERTIDAK DI DALAM MASYARAKAT.
9. SATU SISTEM PEMERINTAHAN DITEMUKAN OLEH PENGALAMAN MANUSIA
MENUNJUKKAN BAHWA KEMAUAN TIAP MANUSIA PERSEORANGAN AKAN
MENCARI KEBEBASAN SESEMPURNA MUNGKIN YANG SEJALAN DENGAN
KEBEBASAN SENDIRI.
10. SATU SISTEM ASAS-ASAS, YANG DITEMUKAN SECARA FILSAFAT DAN
DIKEMBANGKAN SAMPAI PADA PERINCIANNYA OLEH TULISAN-TULISAN
SARJANA HUKUM DAN PUTUSAN PENGADILAN , YANG DENGAN PERANTARA
TULISAN DAN PUTUSAN ITU KEHIDUPAN LAHIR MANUSIA DIUKUR OLEH AKAL
ATAU KEMAUAN TIAP ORANG YANG BERTINDAK DISELERASKAN DENGAN
KEHENDAK ORANG LAIN.
11. SEHIMPUNAN ATAU SISTEM KAIDAH YANG DIPIKULKAN
ATAS MANUSIA DI DALAM MASYARAKAT OLEH SATU
KELAS YANG BERKUASA UNTUK SEMENTARA BUAT
MEMAJUKAN KEPENTINGAN KELAS ITU SENDIRI, BAIK
DILAKUKAN DENGAN SADAR MAUPUN TIDAK SADAR.
12. PERINTAH DARI UU EKONOMI DAN SOSIAL YANG
BERHUBUNGAN DENGAN TINDAK-TINDUK MANUSIA DI
DALAM MASYARAKAT, YANG DITEMUKAN OLEH
PENGAMATAN, DINYATAKAN DALAM PERINTAH YANG
DISEMPURNAKAN OLEH PENGALAMAN MANUSIA
MENGNAI APA YANG AKAN DIPAKAI DAN APA YANG TIDAK
TERPAKAI DI DALAM PENYELENGGARAAN PERADILAN.
FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM
 FUNGSI HUKUM

- FUNGSI HUKUM MENURUT LAWRENCE M. FRIEDMAN (1987), YAITU: (1) SOSIAL KONTROL;
(2) PENYELESAIAN SENGKETA; DAN (3) REKAYASA SOSIAL.
- FUNGSI HUKUM MENURUT THEO HUIJBERS (2006), YAITU: (1) MEMELIHARA KEPENTINGAN
UMUM DALAM MASYARAKAT; (2) MENJAGA HAK-HAK MANUSIA; (3) MEWUJUDKAN
KEADILAN DALAM HIDUP BERSAMA; DAN (4) SEBAGAI SARANA REKAYASA SOSIAL.
- FUNGSI HUKUM MENURUT SATJIPTO RAHARJO, YAITU: (1) MENGUKUHKAN POLA-POLA
KEBIASAAN DAN TINGKAH LAKU YANG TERDAPAT DALAM MASYARAKAT; (2)
MENGARAHKAN PADA TUJUAN YANG DIKEHENDAKI; (3) MENGHAPUSKAN KEBIASAAN
YANG DIPANDANG TIDAK SESUAI LAGI MENCIPTAKAN POLA-POLA KELAKUAN BARU.
- FUGSI HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TUGAS HUKUM, YAITU: (1) PENGAYOMAN; (2)
MENJAMIN KEADILAN; (3) MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM; DAN (4) PEDOMAN TINDAKAN
DAN SEBAGAI UKURAN TINDAKAN BAIK ATAU BURUK.
 TUJUAN
HUKUM

SECARA TEORITIS ADA 3 AJARAN TEORI HUKUM, YAITU: (1) TEORI ETIS;
(2) TEORI UTILITAS; DAN (3) TEORI CAMPURAN.
PERTAMA, TEORI ETIS. TEORI INI LEBIH MENEKANKAN TUJUAN HUKUM
PADA HAL-HAL YANG BERNUANSA MORAL-ETIS BAIK BAGI INDIVIDU
MAUPUN MASYARAKAT SECARA KESELURUHAN. BAGI TEORI ETIS,
TUJUAN HUKUM ADALAH KEADILAN. ISI HUKUM DITENTUKAN OLEH
KEYAKINAN ETIS KITA TENTANG YANG ADIL (JUSTICE) DAN TIDAK ADIL
(UNJUSTICE). BAHKAN, PENGANUT ALIRAN FILSAFAT HUKUM ALAM
MENGAJARKAN HUKUM BERTUJUAN UNTUK MENCAPAI “KEADILAN
YANG ABADI” (ETERNAL JUSTICE).
KEDUA, TEORI UTILITAS ATAU TEORI KEMANFAATAN, YANG DIANUT OLEH
ALIRAN UTILITARIANISME DENGAN TOKOHNYA (JEREMY BENTHAM). TUJUAN
HUKUM DARI TEORI INI ADALAH KEBAHAGIAAN YANG SEBESAR-BESARNYA
BAGI INDIVIDU YANG SEBANYAK-BANYAKNYA. (TUJUAN HUKUM AJARAN
UTILITAS INI DINILAI SANGAT INDIVIDUALISTIK)

KETIGA, TEORI CAMPURAN.

1. PAUL SCHOLTEN, TUJUAN HUKUM ITU ADALAH MENCARI
“KESEIMBANGAN”.
- KESEIMBANGAN ANTARA INDIVIDU DAN MASYARAKAT.
- KESEIMBANGAN ANTARA KESAMAAN MANUSIA & KEWIBAWAAN. DISINI
DIPERLUKAN KESEIMBANGAN ANTARA EQUALITY BEFORE THE LAW, DAN
KEWIBAWAAN DALAM ARTI PEMERINTAH YANG SAH HARUS DITAATI.
- MEMISAHKAN ANTARA YANG BAIK, DAN YANG JAHAT, ARTINYA
HUKUM HARUS BERPIHAK PADA KEBAIKAN DAN MENGHUKUM
YANG JAHAT.
 2. TUJUAN HUKUM DILIHAT DARI NILAI-NILAI DASAR
HUKUM, YAITU NILAI KEADILAN, NILAI KEGUNAAN, &
KEPASTIAN HUKUM. TOKOHNYA GUSTAV RADBRUCH,
KARENA ITU TUJUAN HUKUM, YAITU: (1) KEADILAN; (2)
KEGUNAAN ATAU KEMANFAATAN; DAN (3) KEPASTIAN
HUKUM. (SECARA TEORITIS, KETIGA TUJUAN HUKUM ITU
SANGAT IDEAL, TETAPI PRAKTEKNYA SULIT UNTUK
DIREALISASIKAN, BAHKAN KETIGANYA SERING
KONTROVERSIAL. ARTINYA, TUJUAN YANG SATU
MENGESAMPINGKAN YANG LAINNYA. MISALNYA,
“KEPASTIAN HUKUM” MENIADAKAN ATAU MENAFIKAN
TUJUAN HUKUM “KEADILAN”.
3. TUJUAN HUKUM DILIHAT DALAM ARTI FUNGSI HUKUM.
TOKOHNYA ROSCOE POUND, YAITU, HUKUM MEMILIKI
FUNGSI “SOCIAL ENGEENERING”, YAKNI HUKUM SEBAGAI
ALAT UNTUK MEREKAYASA MASYARAKAT MENJADI LEBIH
MAJU ATAU MODERN. MESKIPUN ADA PULA FUNGSI
HUKUM SEBAGAI : “SOCIAL CONTROL”, YAKNI
MENGENDALIKAN MASYARAKAT UNTUK KETERTIBAN DAN
JUGA FUNGSI PENYELESAIAN SENGKETA. TUJUAN HUKUM
ADALAH MEWUJUDKAN KETERTIBAN GUNA MENCAPAI
KEADILAN DAN HUKUM SEBAGAI ALAT PEMBAHARUAN
MASYARAKAT. (ROSCOE POUND: 1965: 60)
 TUJUAN HUKUM DEWASA INI
MENGEDEPANKAN “SOCIAL ENGEENEERING”,
DISAMPING ITU, DALAM AKAITANNAYA
DENGAN KEBIJAKAN PUBLIK, FUNGSI HUKUM
SEBAGAI INSTRUEN (SARANA) KEBIJAKAN,
MENGARAHKAN KEBIJAKAN PUBLIK DAN
FUNGSI HUKUM YANG BERSIFAT PREVENTIF
(MENCEGAH) PELANGGARAN ATAU
KEJAHATAN, SERTA FUNGSI REPRESIF
1. BAGI ARISTOTELES, EKSISTENSI HUKUM MERUPAKAN SUATU
HAL YANG MUTLAK BAGI NEGARA (MASYARAKAT POLITIK),
UNTUK MENJAGA KEUTUHAN DAN KEHIDUPAN YANG LEBIH
BAIK.
2. PLATO: PEMELIHARAAN KETERTIBAN SOSIAL DENGAN
HUKUM
3. TEORI UTILITAS DALAM MEMANDANG TUJUAN HUKUM.
(JEREMY BENTHAM). TUJUAN KEBERADAAN HUKUM ADALAH
MENJAMIN KEBAHAGIAAN YANG TERBESAR BAGI MAYORITAS
DARI JUMLAH MANUSIA YANG ADA.
 TUJUAN HUKUM
MENURUT ROSCOE POUND

1. BAHWA HUKUM ITU DIADAKAN SUPAYA TERJAGA KETENTRAMAN

DI DALAM SUATU MASYARAKAT TERTENTU, UNTUK MENJAGA
PERDAMAIAN DALAM KEADAAN BAGAIMANA SAJA DAN
DIPELIHARA DENGAN MENGORBANKAN APA SAJA. (TINGKATAN
HUKUM PRIMITIF)
2. SATU USAHA UNTUK MEMUNGKINKAN TIAP ORANG MEMPEROLEH
KEBEBASAN MAKSIMUM UNTUK MENGEMUKAKAN DIRI DAN
MEMBELA HAK-HAKNYA.
3. MENJAMIN PERSAMAAH ALAMIAH MENGENAI HAK-HAK ASASI.
4. KESADARAN PERSEORANGAN.
 TUJUAN HUKUM ADALAH UNTUK MEMUNGKINKAN PEMBERIAN
KEBEBASAN MAKSIMUM BAGI TIAP ORANG BUAT BERTINDAK
SESUAI DENGAN TINDAKAN PERSEORANGAN YANG BEBAS PADA
UMUMNYA. (JEREMI BENTHAM )

TUJUAN HUKUM UNTUK MENJAMIN HAK YANG SEBESAR MUNGKIN

BAGI TIAP ORANG DALAM MENGEMUKAKAN DIRINYA, UNTUK
MEMBOLEHKAN TIAP ORANG MELAKUKAN DENGAN BEBAS APA
YANG MUNGKIN SEJALAN DENGAN KEBEBASAN SERUPA ITU UNTUK
BERBUAT SEGALA SESUATU YANG DIBOLEHKAN OLEH SESAMANYA.
(SPENCER)
 TUJUAN HUKUM :
KEADILAN

GAGASAN TENTANG KEADILAN

- Virtue Ethics (Etika Keutamaan): Plato, Aristoteles, Aquinas
- Utilitarianism (Mill, Kant, Bentham) : MANFAAT, TINDAKAN
- Libertarianism (Rawls) : Kebebasan tindakan
PLATO (REPUBLIK), JHON RAWLS (A THEORY OF JUSTICE)
 MAKNA KEADILAN

PLATO DALAM “REPUBLIK” MEMBERI MAKNA KEADILAN DEMI

KEHIDUPAN YANG BAIK, MELALUI PRINSIP-PRINSIP, PEDOMAN-
PEDOMAN YANG BISA DIPAKAI BAIK OLEH MASYARAKAT
MAUPUN OLEH NEGARA UNTUK MEWUJUDKAN IDEAL
TERTINGGI.
- KEADILAN “DISTRIBUTIF”: PEMBAGIAN BARANG
DAN JASA KEPADA SETIAP ORANG SESUAI DENGAN
KEDUDUKANNYA DALAM MASYARAKAT; DAN
PERLAKUKAN YANG SAMA TERHADAP
KESEDERAJATAN DI HADAPAN HUKUM (Equality
before The Law). KEADILAN YANG MENITIK
BERATKAN PADA KENYATAAN FUNDAMENTAL.
- KEADILAN “KOREKTIF” ATAU “REMEDIAL”, YANG
PADA DASARNYA MERUPAKAN UKURAN TEKNIS DARI
PRINSIP-PRINSIP YANG MENGATUR PENRPAAN
HUKUM. (HUKUMAN HARUS MEMPERBAIKI
KEJAHATAN, GANTI-RUGI HARUS MEMPERBAIKI
KERUGIAN MASYARAKAT. GANTI-RUGI HARUS
MEMULIHKAN KEUNTUNGAN YANG TIDAK SAH.
SEORANG FILOSOF KUNCI DALAM TRADISI
FILSAFAT
ARISTOTELES ITU MURIDNYA PLATO, PLATO MURIDNYA SOCRATES,
ALEXANDER THE GREAT MURIDNYA ARISTOTELES
 ARISTOTELES, JUGA MEMBEDAKAN ANTARA KEADILAN MENURUT HUKUM,
DAN KEADILAN MENURUT ALAM. ANTARA HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM
ALAM.
KEADILAN MENURUT HUKUM, MENDAPATKAN KEKUASAAN DARI APA YANG
DITETAPKAN SEBAGAI HUKUM, APAKAH ADIL ATAU TIDAK.
KEADILAN MENURUT HUKUM ALAM, MENDAPATKA KEKUASAANNYA DARI
APA YANG MENJADI SIFAT DASAR MANUSIA, YANG DIBATASI OLEH RUANG
DAN WAKTU.
 ISTILAH “ADIL” YANG KITA PINJAM DARI BAHASA ARAB ITU
MEMPUNYAI MAKNA DASAR “TENGAH” ATAU “SEIMBANG”. MAKA
PIKIRAN DASAR KEADILAN IALAH KESEIMBANGAN (AL-MIZAN),
YAITU SIKAP TANPA BERLEBIHAN, BAIK KE KANAN ATAUPUN KE KIRI.
OLEH KARENA ITU, KEMAMPUAN BERBUAT ADIL SENANTIASA
DIKAITKAN DENGAN KEARIFAN ATAU WISDOM, YANG DALAM
BAHASA ARAB DISEBUT HIKMAH.
KEDILAN: MELETAKKAN SESUATU PADA TEMPATNYA.
(NURCHLIS MADJID: 2008, 43-44)
HANS KELSEN, MEMAKNAI KEADILAN SEBAGAI LEGALITAS. ADALAH
ADIL JIKA SUATU ATURAN DITERAPKAN PADA SEMUA KASUS DI
MANA MENURUT ISINYA MEMANG ATUAN TERSEBUT HARUS
DIAPLIKASIKAN. ADALAH TIDAK ADIL JIKA SUATU ATURAN
DITERAPKAN PADA SATU KASUS TETAPI TIDAK PADA KASUS LAIN
YANG SAMA. (HANS KELSEN: 1967, 25)
KEADILAN DALAM ARTI LEGALITAS ADALAH SUATU KUALITAS YANG
TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN ISI TATA ATURAN POSITIF, TETAPI
DENGAN PELAKSANAANNYA.
 1. LINTAS SEJARAH HUKUM DAN FILSAFAT HUKUM.
2. HUBUNGAN FILSAFAT HUKUM DAN ILMU LAINNYA (SOSIOLOGI
HUKUM, ANTROPOLOGI HUKUM, PSIKOLOGI HUKUM, SEJARAH
HUKUM DAN POLITIK HUKUM)

?
MASA SEJARAH FILSAFAT HUKUM, MENGGAMBARKAN
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN, DIMENSI MASA LAMPAU,
SEKARANG DAN MASA DEPAN, YANG DAPAT DIKELOMPOKKAN KE
DALAM 3 ZAMAN, YAITU:
1. ZAMAN PRA MODERN ( DIPERKIRAN SD ABAD KE-18.
2. ZAMAN MODERN ( ABAD KE-19 S/D ABAD KE-20)
3. ZAMAN POSTMODERN (AKHIR ABAD KE-20 S/D ABAD KE-21.
 DALAM PERSPEKTIF SEJARAH, FILSAFAT HUKUM, DISATU KAKI
BERTUMPU PADA “FILSAFAT” YANG FOKUS BERKENAAN DENGAN
MASALAH KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM JAGAT RAYA, YANG
BERSIFAT UNIVERSAL, DAN DIKAKI YANG SATU LAGI DITOPANG OLEH
“AJARAN POLITIK” YANG MENGIDEALKAN PENATAAN KEHIDUPAN
BERNEGARA DAN BERMASYARAKAT.
FILSAFAT HUKUM SEBELUM DAN SESUDAH ABAD 20
1. ZAMAN YUNANI-ROMAWI
PADA ABAD KE-6 DAN KE-5 SM BELUM ADA NEGARA YUNANI, TETAPI
TERDAPAT KOTA-KOTA YANG SUDAH MEMPUNYAI HIDUP MENEGARA,
SEPERTI MILETE, ATHENA, DAN SPARTA. KOTA PADA ZAMAN ITU SUDAH
SEPERTI NEGARA.
PUNCAKNYA PADA ABAD KE-4 SM, MUNCUL FILSUF YUNANI (PLATO DAN
ARISTOTELES), YANG MEMPENGARUHI SELURUH SEJARAH FILSAFAT
SAMPAI DENGAN SEKARANG.
TANTANGAN HUKUM SELAMA ZAMAN YUNANI-ROMAWI TERDIRI ATAS 4
PEMIKIRAN, YAITU: (1) ALAM PIKIR KUNO; (2) PLATO; (3) ARISTOTELES; DAN
(4) HUKUM ROMAWI.
1. ALIRAN PIKIRAN KUNO (ABAD VI DAN V SM)
DI PIKIRAN YUNANI KUNO, DIPENGARUHI OLEH
SEMANGAT RELIGIUS YANG MENDALAM, YANG
DIBEDAKAN ANTARA DUA ALIRAN RELIGI YANG SALING
BERTENTANGAN, YAITU: (1) ALIRAN RELIGI PRIMITIF,
YAKNI ORANG YANG MEMANDANG SEMESTA ALAM
SEBAGAI KEKUASAAN YANG MENGANCAM MANUSIA.
OLEH KARENA ITU, MANUSIA HARUS MENGHADAPI
ALAM SEBAGAI SESUATU YANG PENUH MISTERI DAN
SAKRAL. PANDANGAN RELIGIUS INI BERKAITAN
DENGAN SEGI MATERIIL HIDUP; DAN (2) ALIRAN RELIGI
DEWA-DEWI OLIMPUS (ZEUS, APOLLO, ATHENA DAN
APHRODITE). ORANG MEMAHAMI JALAN DUNIA DAN
HIDUP MELALUI MITOS TENTANG DEWA-DEWI,.
PANDANGAN RELIGIUS INI TERJALIN DENGAN SEGI
KEHIDUPAN SPIRITUAL DAN RASIONAL.
MASA MITOLOGI HUKUM, MITOLOGI “DEWI KEADILAN”,
SIMBOL “DEWI THEMIS”, WANITA CANTIK YANG DALAM
MITOLOGI YUNANI, DIGUNJINGKAN KEKASIH
GELAP DARI DEWA ZEUS.
- PANDANGAN HIDUP KEDUA ALIRAN TERSEBUT MEMPENGARUHI
FILSAFAT YUNANI, TERUTAMA FILSAFAT MANUSIA. MANUSIA
TERDIRI ATAS DUA BAGIAN, BAGIAN YANG GELAP, YAITU MATERI
ATAU BADAN, DAN BAGIAN YANG TERANG, YAITU ROH ATAU
JIWA. BADAN BERASAL DARI DUNIA, ROH DARI YANG ILAHI DARI
SURGA.
- PARA FILSUF PERTAMA, MEMANDANG MANUSIA SEBAGAI
BAGIAN DARI SEMESTA ALAM. DALAM SEMESTA ALAM, HAL-HAL
MUNCUL DAN LENYAP MENURU KEHARUSAN ALAMIAH.
TERJADINYA HIDUP MANUSIA JUGA. KEHARUSAN ALAM DAN
HIDUP DISEBUT HUKM (NOMOS).
- BAHWA KETERATURAN HIDUP BERSAMA HARUS DISESUAIKAN
DENGAN KEHARUSAN ALAMIAH. JIKA ITU TERJADI, MAKA
TIMBULLAH KEADILAN.
- BAHWA HIDUP MANUSIA HARUS SESUAI DENGAN
KETERATURAN ALAMIAH, NAMUN KEHARUSAN ALAMIAH TELAH
DIGABUNGKAN DENGAN PENGERTIAN YANG BERASAL DARI
LOGOS.
- LOGOS MEMBIMBING ARUS ALAM SEHINGGA ALAM DAN HIDUP
MENDAPAT KETERATURAN YANG TERANG DAN TETAP.
HUKUM TIDAK TERBATAS PADA MASYARAKAT MANUSIA. HUKUM
MELIPUTI SEMESTA ALAM. (AKAN TETAPI, BELUM DIBEDAKAN ANTARA
HUKUM ALAM DAN HUKUM POSITIF)
KEDUANYA DIANGGAP SEBAGAI BAGIAN DARI ATURAN ILAHI. ORANG YANG
MEMBERONTAK, YAKNI MELEWATI BATAS ATURAN, AKAN MENDAPAT BALAS
DENDAM KARENA KESOMBONGAN.
ZAMAN KLASIK, BERAWAL DARI PEMIKIRAN SOCRATES (470-399 SM), YANG
MEMANDANG HUKUM ALAM SEBAGAI PRINSIP MORALITAS YANG
MERUPAKAN PRODUK AKAL-BUDI YANG BENAR, YANG KEMUDIAN DIKENAL
SEBAGAI HUKUM ALAM.
1) SEJARAH HUKUM: OBYEK TELAAHNYA HUKUK DALAM
KONTEKS WAKTU, YANG LAMPAU.
2) SOSIOLOGI HUKUM: OBYEK TELAAH HUKUM SEBAGAI
“SEIN-SOLLEN” (FAKTA DAN NORMA).
- MENURUT WEBER, SOSIOLOGI HUKUM, MENGKAJI HANYA
TERHADAP PERBUATAN MANUSIA YANG MENJADI OBYEK
HUKUM SEBAGAIMANA DIA EKSIS DALAM PIKIRAN MANUSIA
SEBAGAI ISI IDENYA.
- DALAM PIKIRAN MANUSIA, HUKUM EKSIS SEBAGAI SUATU
FAKTA, SEBAGAI SUATU BADAN NORMA YANG VALID,
SEBAGAI SUATU SISTEM NORMATIF.
3). ANTROPOLOGI HUKUM: OBYEK TELAAH: “HUKUM DALAM
KONTEKS KULTUR” SUATU KOMUNITAS ATAU KELOMPOK
ATAU MASYARAKAT.
4). PSIKOLOGI HUKUM: OBYEK TELAAH: “HUKUM DALAM
KAITAN KEJIWAAN.
5) TEORI HUKUM: OBYEK TELAAH “TATANAN HUKUM POSITIF
SEBAGAI SISTEM”
6). ILMU PERBANDINGAN HUKUM: OBYEK TELAAH:
“PERBEDAAN DAN PERSAMAAN” BERBAGAI SISTEM HUKUM.
ALIRAN-ALIRAN DALAM
FILSAFAT HUKUM
DALAM PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM, TERDAPAT
BEBERAPA ALIRAN/MAZHAB, YAITU:
(1) ALIRAN HUKUM ALAM ATAU HUKUM KODRAT;
(2) ALIRAN POSITIVISME HUKUM;
(3) ALIRAN MURNI TENTANG HUKUM;
(4) ALIRAN HUKUM SEJARAH;
(5) ALIRAN REALISME HUKUM.
(6) ALIRAN UTILITARIANISME.
ISTILAH HUKUM KODRAT DAN HUKUM ALAM

ISTILAH: NATURAL LAW THEORY, DALAM BHS INDONESIA DIARTIKAN SEBAGAI

HUKUM ALAM DAN HUKUM KODRAT.
TEORI HUKUM KODRAT: PENDEKATAN THD HUKUM YANG MELIHAT BAHWA
KEBERADAAN HUKUM YANG ADA ADALAH PERWUJUDAN ATAU MERUPAKAN
FENOMENA DARI TATANAN HUKUM YANG LEBIH TINGGI YANG SEHARUSNYA
DITAATI.
PENDEKATAN : ADA YANG BERPIJAK DARI PANDANGAN TEOLOGIS DAN SEKULER.
TEOLOGIS: DIPENGARUHI OLEH PANDANGAN YANG MELIHAT BAHWA SELURUH
ALAM SEMESTA YANG ADA, DICIPTAKAN DAN DIATUR OLEH YANG MAHAKUASA
YAITU TUHAN YANG TELAH MELETAKKAN PRINSIP-PRINSIP ABADI UNTUK
MENGATUR BERJALANNYA ALAM SEMESTA. (KITAB SUCI YG MENJADI SUMBER
PEMIKIRANNYA).
SEMUA HUKUM YANG DICIPTAKAN OLEH MANUSIA HARUS SESUAI DENGAN HUKUM
TUHAN, SEPERTI YANG DIGARISKAN DALAM KITAB SUCI.
PANDANGAN SEKULER:
- DIDASARI KEYAKINAN BAHWA MANUSIA (KEMAMPUAN AKAL
BUDINYA) DAN DUNIANYA (MASYARAKAT) MENJADI SUMBER
BAGI TATANAN MORAL YANG ADA.
- TATANAN MORAL YANG ADA MENJADI MANIFESTASI TATANAN
MORAL DALAM DIRI DAN MASYARAKAT MANUSIA.
- KEUTAMAAN MORAL TIDAK ADA DALAM SABDA TUHAN YANG
TERTULIS DALAM KITAB SUCI, TETAPI DALAM HATI KEHIDUPAN
SEHARI-HARI.
 ASUMSI DASAR ALIRAN/MAZHAB HUKUM KODRAT

- TEORI HUKUM KODRAT DIDASARKAN PADA SEBUAH ASUMSI DAN PENILAIAN YANG
BERSUMBER DARI ENTITAS YANG ABSOLUT YANG SESUAI DENGAN KODRAT
ALAMIAH DAN RASIO YANG MENDASARINYA.
- TATANAN YANG MENGATUR SECARA OBYEKTIF KODRAT KEMANUSIAAN DAN ALAM
SEMESTA YANG ADA DAN YANG MENJADI PEDOMAN PENILAIN TERSEBUT.
- ALAM SEMESTA DAN MANUSIA MEMILIKI TUJUAN AKHIR. TUJUAN AKHIR ITU
ADALAH KEBAIKAN ATAU KEBAIKAN BERSAMA DALAM MASYARAKAT.
- DUNIA KEHIDUPAN MANUSIA BERGANTUNG PADA DAN DIATUR OLEH NORMA-
NORMA OBYEKTIF DI LUAR DUNIA MANUSIA.
- NORMA-NORMA OBYEKTIF DI LUAR MANUSIA IN DAPAT BERSIFAT TEOLOGIS,
METAFISIKA, DAN RASIONALIS, BERGANTUNG PADA WAKTU YANG DILALUINYA
ATAU KONTEKS KEBERADAANNYA.
- BERSIFAT TEOLOGIS, APABILA NORMA OBYEKTIF TERSEBUT BERASAL DARI TUHAN
YANG DIPAHAMI LEWAT AGAMA.
(1) ALIRAN HUKUM ALAM ATAU HUKUM KODRAT. TOKOHNYA
ANTARA LAIN: (THOMAS AQUINAS, JOHN SALISBURY, DANTE, PIERE
DUBOIS, MARSILIUS PADUA, DAN JOHN WYCLIFFE: ALIRAN HUKUM ALAM
IRASIONAL), ALIRAN HUKUM ALAM RASIONAL, YAITU: HUGO DE GROOT
(GROTIUS), CRISTIAN THOMASIUS, IMANUEL KANT, DAN SAMUEL VON
PUFENDORF.
- ALIRAN HUKUM ALAM IRASIONAL, YANG MENYATAKAN BAHWA: HUKUM
YANG BERLAKU UNIVERSAL DAN ABADI BERSUMBER DARI TUHAN
SECARA LANGSUNG.
- ALIRAN HUKUM ALAM RASIONAL, YANG MENYATAKAN BAHWA:
SUMBER HUKUM YANG UNIVERSAL DAN ABADI ADALAH RASIO
MANUSIA.
 ALIRAN/MAZHAB HUKUM
KODRAT
PEMIKIRAN HUKUM KODRAT TELAH LAHIR DAN BERKEMBANG SEJAK MASA YUNANI KUNO
YANG DIPENGARUHI OLEH AHLI PEMIKIR BESAR TENTANG NEGARA DAN HUKUM, SEPERTI:
KELOMPOK STOIK, SOCRATES, PLATO, DAN ARISTOTELES, SERTA FILSUF ROMAWI KUNO
(CICERO).
1. KELOMPOK STOIK, BENTUK DAN MATERI HUKUM ALAM DITENTUKAN OLEH “ALAM-FISIK”,
SEHINGGA AKAL BUDI MANUSIA HARUS HIDUP SECARA ALAMIAH MENGIKUTI HUKUM KODRAT.
2. SOCRATES (470 -399 SM), HUKUM ALAM MEMANDANG HUKUM MENURUT PRINSIP
MORALITAS YANG MERUPAKAN PRODUK AKAL BUDI YANG BENAR.
3. PLATO (428- 348 SM), IDE KEADILAN ABSOLUT, DALAM ARTI HUKUM YANG MEMILIKI
KUALITAS KEBENARAN. IDE KEBENARAN ABSOLUT BISA TEREALISASI JIKA NEGARA
DIPERINTAH OLEH FILSUF.

HUKUM KODRAT BERAKAR PADA IDE YANG RELIGIUS ATAU SUPERNATURAL, NAMUN DI
MASA MODERN, HUKUM KODRAT TELAH DIJADIKAN LANDASAN IDELOGIS DAN MORAL
DALAM MEMBENARKAN SETIAP SISTEM HUKUM, EKONOMI, MAUPUN SOSIAL YANG
ADA.
 PANDANGAN KAUM STOIK

ASUMSI STOIKISME TENTANG ALAM SEMESTA.

- DUNIA INI TERTATA BERDASARKAN SATU RATIONAL PRINCIPLE, SATU
LOGOS.
- TATANAN ITU BERASAL DARI ‘KANDUNGAN’ KETUHANAN DI
DALAMNYA. TUHAN ADA DALAM SEGALA SESUATU DAN SEGALA
SESUATU DALAM TUHAN (PANTHEISME).
- HUKUM TUHAN ADALAH SEGALA YANG TELAH PASTI SESUAI DIVINE
REASON DAN ITULAH YANG PASTI TERJADI.
- PRINSIP UTAMA DALAM KEHIDUPAN: MENJAGA HARMONI DENGAN
ALAM, DENGAN MENJALANKAN DIVIE REASON MASING-MASING.
ASUMSI STOIKISME TENTANG MANUSIA
- MANUSIA ADALAH BINATANG BERNALAR, NALAR (REASON) ITU
DIDAPATINYA DARI YANG ILAHI, DAN DENGAN NALAR ITU, MANUSIA
MENJADI ELEMEN TERPENTING BAGI SANG ILAHI UNTUK
MENYELENGGARAKAN KETERATURAN DUNIA.
- NAMUN, MANUSIA BUKAN SATU-SATUNYA ELEMEN, IA HANYA SALAH
SATU BAGIAN DARI SEMESTA, IA HANYA SALAH SATU ORGAN SAJA.
EKSISTENSI MANUSIA SELALU TERKAIT DENGAN EKSISTENSI PIHAK
LAIN, MERUSAK TATANAN SEMESTA BERARTI MERUSAK ATAU
MENGANCAM EKSISTENSI MANUSIA ITU SENDIRI.
- SESEORANG HARUS SADAR, BAHWA IA HANYA BAGIAN DARI
RANGKAIAN TAK TERPISAHKAN KETERATURAN DUNIA, BAHWA IA
SETARA POSISINYA DENGAN CIPTAAN LAIN, DAN KEPENTINGAN
DIRINYA HARUS TERINTEGRASI TERHADAP KEPENTINGAN ORANG
ATAU PIHAK LAIN ITU.
ASUMSI STOIKISME TENTANG KEBAJIKAN DALAM HARMONI.
- SATU-SATUNYA KEBAIKAN ADALAH : HIDUP SECARA HARMONIS
DENGAN ALAM, AKAL DAN TUHAN.
- TIDAK SEMUA HASIL DARI TINDAKAN BERADA DALAM KONTROL
SESEORANG, DAN YANG DIMAKSUD BERMORAL ATAU TIDAK ADALAH
APA YANG BENAR-BENAR BERADA DALAM KONTROL SESEORANG.
- KARENA KITA MEMILIKI TUGAS UNTUK MENYELARASKAN KEINGINAN
KITA DENGAN HUKUM ALAM, MAKA KITA HARUS MELAKUKAN
KEBAJIKAN.
- JIWA KITA HARUS SELARAS DENGAN TATANAN ALAM SEMESTA
MELALUI KEBAJIKAN YANG KITA LAKUKAN.
1. BAGI AGUSTINUS, TATANAN CINTA DALAM TATANAN HUKUM
(ORD AMORIS), MANUSIA HARUS MENDAHULUKAN HUKUM
YANG PALING DAN PALING AGUNG, YAITU HUKUM ILAHI.
2. HUKUM ILAHI ITU MEMPUNYAI NILAI KENIKMATAN (NILAI
ILAHIAH), BUKAN KEGUNAAN.
3. BAHWA ADA SUMBER DI LUAR DIRI MANUSIA, YANG MENJADI
DASAR KETAATAN MORAL MANUSIA DALAM TATANAN POLITIK.
4. SUMBER KETAATAN MORAL INI BRASAL DARI KONSEP YANG
ILAHI SIFATNYA, TENTANG KETERTIBAN ALAM SEMESTA.
5. SEMUA BENTUK HUKUM YANG DIWAJIBKAN SECARA MORAL,
MESTI BERAKAR PADA AKAL TUHAN, YAITU KEBIJAKSANAAN-
NYA.
THOMAS AQUINAS (1225)
- LAHIR DARI KELUARGA BANGSAWAN, DI ERA KERAJAAN NAPOLI.
- TOKOH INI MEMADUKAN PEMIKIRAN RASIONALITAS BUAH PIKIRAN ARISTOTELES DAN
TEOLOGI KRISTIANI. HASIL SINTHESIS RASIONALITAS ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA
MENGHASILKAN PEMIKIRAN HIRARKI HUKUM YANG DINAMAKAN LEX DALAM
PERTINGKATAN. (LEX AETERNA) HUKUM ABADI (ETERNAL LAW).
- ASAL MUASAL HUKUM BERSUMBER DARI 2 HAL, YAITU: (1) WAHYU ; (2) AKAL BUDI
MANUSIA.
- HUKUM YANG BERASAL DARI WAHYU ILAHI DISEBUT: “IUS DIVINUM POSITIVUM”, YANG
BERASAL DARI AKAL BUDI MANUSIA TERDIRI DARI BEBERAPA MACAM, DIANTARANYA:
IUS NATURALE, IUS GENTIUM (HUKUM BANGSA-BANGSA), DAN IUS POSITIVUM
HUMANUM (HUKUM POSITIF MANUSIAWI).
- PERIHAL HUKUM KODRAT, THOMAS AQUINAS (1225) MENDASARKAN PADA
GAGASAN ARISTOTELES. SEMUA MATERI YANG ADA DI DUNIA INI
MEMPUNYAI TUJUAN DI LUAR DIRINYA SENDIRI.
- BENDA MATI BERGUNA UNTUK TUMBUH-TUMBUHAN, ATAU MAKHLUK YANG
LEBIH TINGGI DARINYA, SEPRTI BINATANG ATAU MANUSIA, YANG PADA
AKHIRNYA BERPUNCAK KEPADA TUJUAN TERTINGGI, YAKNI BUDI ILAHI.
 THOMAS AQUINAS (1225)

1. OLEH KARENA ITU ALAM HARUS DIPELIHARA OLEH MANUSIA

UNTUK MENCAPAI TUJUAN TERSEBUT.
2. MANUSIA DIANGGAP MENGETAHUI DENGAN SADAR
PENTINGNYA HAL ITU, DIMANA YANG JAHAT HARUS
DIHINDARKAN, APA YANG SESUAI DENGAN KEPENTINGAN ALAM
ADALAH KEBAIKAN. ITU MERUPAKAN ATURAN ALAM SMESTA
YANG DICIPTAKAN OLEH TUHAN.
 PANDANGAN THOMAS AQUINAS (1225)

• HUKUM KODRAT YANG BERASAL DARI AKAL BUDI MANUSIA, ADA 2

GOLONGAN, YAITU:
(1) HK KODRAT PRIMER, YAITU SEMUA ATURAN HUKUM YANG
MENGATUR KEPENTINGAN BERSAMA MANUSIA, OLEH SEBAB ITU IA
BERSIFAT UMUM. CONTOH: “BERIKANLAH SETIAP ORANG APA
YANG MENJADI HAKNYA”. “ATAU JANGAN MERUGIKAN ORANG
LAIN”.
(2) HUKUM KODRAT SEKUNDER, ADALAH SETIAP ATURAN HUKUM
YANG BERSUMBER DARI HUKUM KODRAT PRIMER, AKAN TETAPI
TERDAPAT KEKECUALIAN KARENA ADANYA SITUASI YANG
TERTENTU. MISALNYA: ADA NORMA MORAL YANG BERLAKU UMUM
TENTANG PERINTAH JANGAN MEMBUNUH, DAPAT DIKECUALIKAN,
KETIKA SEORANG PRAJURIT MEMBUNUH MUSUHNYA. HAL INI
DAPAT DITERIMA MENURUT HUKUM KODRAT SEKUNDER.
- HUKUM ALAM YANG MASIH BERSIFAT ABSTRAK HARUS
DIMANIFESTASIKAN DALAM PERATURAN YANG LEBIH KONGKRIT SEPERTI
UU. ATURAN YANG KONGKRET ITU DISEBUT HUKUM POSITIF, DAN BUKAN
BERSIFAT MANDIRI, TERHADAP HUKUM KODRAT, TETAPI HUBUNGANNYA
BERSIFAT HIERARKIS, DIMANA HUKUM KODRAT KERKEDUDUKAN LEBIH
TINGGI DARI PADA HUKUM POSITIF, DAN YANG TERTINGGI (LEBIH TINGGI
DARIPADA HUKUM KODRAT) ADALAH HUKUM ABADI YANG BERASAL DARI
TUHAN.
- NILAI KEUTAMAAN HUKUM MENURUT THOMAS AQUINAS ADALAH
KEADILAN. (KEADILAN DIPERLUKAN UNTUK MENGATUR HUBUNGAN
ANTARMANUSIA, 1. KEADILAN DSITRIBUTIF YANG MENGATUR HAL-HAL
UMUM; 2.KEADILAN KOMULATIF, YANG MENGATUR KEADILAN YANG
MUNCUL DALAM TINDAKAN TUKAR-MENUKAR; 3. KEADILAN LEGAL).
 LON FULLER (1902)
- LAHIR DARI KELUARGA BANGSAWAN,
- HUBUNGAN HUKUM DAN MORALITAS (ATURAN-ATURAN DARI SUATU SISTEM HUKUM HARUS
SESUAI DENGAN PERSYARATAN-PERSYARATAN SUBSTANTIF DARI MORALITAS AYAU SUATU
PATOKAN BAKU LAINNYA.
- MORALITAS KEWAJIBAN DAN MORALITAS GAGASAN.
- MORALITAS KEWAJIBAN: (MENGACU KEPADA SUATU MORALITAS HUKUM YANG BERSIFAT
EKSTERNAL, MORALITAS TERSEBUT TERDAPAT DALAM ATURAN-ATURAN FUNDAMENTAL, YANG
TANPANYA MASY TIDAK DAPAT ADA)
- MORALITAS GAGASAN: (MENDORONG MANUSIA MENCAPAI HAL-HAL YANG LOKAL UNTUK
MEMENUHI KEMAMPUANNYA).
- KONSEP HUKUM DALAM KEGIATAN MEMANDU CARA MEMBUAT PERATURAN YANG LEGAL.
HUKUM ADALAH SUATU KETRAMPILAN, SUATU SENI. (KETRAMPILAN MEMBUAT UU)
MERUPAKAN KEWAJIBAN MORAL DENGAN MEMPERHATIAKAN ASPIRASI MORAL. SISTEM
HUKUM ITU, TERIKAT PADA PRINSIP-PRINSIP MORAL.
- MEMANDANG HUKUM ALAM SEBAGAI METODE PEMBENTUKAN ATURAN HUKUM TIDAKLAH
LEBIH TINGGI DARI HUKUM POSITIF.
- HUKUM MENGANDUNG KONSEP KE LUAR DAN KE DALAM. (MORAL DUTY DAN MORAL VALUE)
 LON FULLER (1902)

8 KEBIJAKAN FORMAL DALAM SISTEM HUKUM: (1). BERSIFAT

UMUM; (2) PENETAPAN/PENYEBARAN; (3) TIADANYA PER UU-AN
BERLAKU SURUT; (4) TIADANYA PERATURAN YANG SALING
BERTENTANGAN; (5) KESESUAIAN NORAM DENGAN
PENERAPANNYA; (6) ADANYA KEJELASAN; (7) PENGHINDARAN
THD SERINGNYA PERBAHAN; DAN (8) TIADANYA HK YANG
MENUNTUT HAL YANG TIDAK MUNGKIN.
HUKUM ALAM TELAH MEMBERIKAN 3 ASAS UTAMA, YAITU: (1)
KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN KEWAJIBAN; (2) ASAS MORAL
BAGI HUKUM POSITIF YANG BAIK; DAN (3) ASAS TANGGUNG
GUGAT TINDAKAN MELANGGAR HUKUM DAN MENGHORMATI
OTORITAS PEMERINTAH.
- TOKOH-TOKOH POSITIVISME HUKUM (JEREMY BENTHAM, JOHN
AUSTIN,
- POSITIVISME HUKUM MELIHAT BAHWA HUKUM DICIPTAKAN
DAN DIBERLAKUKAN OLEH ORANG-ORANG TERTENTU DI
DALAM MASY YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN UNTUK
MEMBUAT HUKUM.
- HUKUM DIPAHAMI SEBAGAI PERINTAH DARI PENGUASA.
- KAUM POSITIVISME SEMENJAK AUSTIN, SANGAT
TERPENGARUH OLEH TEORI HUKUM DENGAN MENGUBAH
PENEKANAN DARI TEORI-TEORI KEADILAN MENJADI TEORI
NEGARA BERDAULAT NASIONAL SEBAGAI SUMBER
KEKUASAAN HUKUM.
 JEREMY BENTHAM

- LAHIR Di LONDON TAHUN 1748, AYAH DAN KAKEKNYA SEORANG JAKSA.

- BENTHAM, MENOLAK PANDANGAN HUKUM KODRAT YANG BEGITU YAKIN
ANAK NILAI-NILAI “SUBYEKTIF” DIBALIK HUKUM YANG HARUS DICAPAI.
- IA SANGAT PERCAYA, BAHWA HUKUM HARUS DIBUAT SECARA
UTILITARIANISTIK, MELIHAT GUNANYA DENGAN PATOKAN-PATOKAN YANG
DIDASARKAN PADA KEUNTUNGAN, KESENANGAN, DAN KEPUASAN
MANUSIA.
- DALAM HUKUM TIDAK ADA MASALAH KEBAIKAN ATAU KEBURUKAN, ATAU
HUKUM YANG TERTINGGI ATAU YANG TERENDAH DALAM UKURAN NILAI.
- HUKUM YANG SEMACAM ITU DICAPAI DENGAN MENGGUNAKAN SENI DARI
LEGISLASI ATAU SENI PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIHARAPKAN DAPAT
MEMAKSIMALKAN KEBAHAGIAAN DAN MEMINIMALKAN KEPEDIHAN
DALAM SUATAU MASYARAKAT.
- DENGAN MENGGUNAKAN ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
DIHARAPKAN DAPAT MEMBUAT HUKUM YANG EFEKTIF DAN
SESUAI DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT YANG AKAN
MENDUKUNG PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN
KEBAHAGIAAN DAN KESENANGAN, SEHINGGA PADA SAAT
YANG BERSAMAAN AKAN MENGURANGI PENDERITAAN
MASYARAKAT.
- HUKUM YANG BAIK, KATA BENTHAM, HUKUM YANG DAPAT
MEMENUHI PRINSIP MEMAKSIMALKAN KEBAHAGIAAN DAN
MEMINIMALKAN RASA SAKIT DALA MASYARAKAT.
- KONSEP-KONSEP KUNCI DARI TEORINYA BENTHAM, YAKITU:
SOVEREIGNTY, POWER, DAN SANCTION.
 JOHN AUSTIN (1790)

- DILAHIRKAN DI INGGRIS PADA TAHUN 1790 SEORANG HAKIM.

- HUKUM SEBAGAI ATURAN YANG DITENTUKAN UNTUK MEMBIMBING MAKHLUK
BERAKAL OLEH MAKHLUK BERAKAL YANG TELAH MEMILIKI KEKUATAN
MENGALAHKANNYA. (HUKUM DIPAHAMI SEBAGAI PERINTAH PENGUASA)
-JOHN AUSTIN MEMBAGI JENIS HUKUM MENJADI 2, YAITU: (1) HUKUM TUHAN,
MERUPAKAN MORAL YANG HIDUP ATAU HUKUM DALAM ARTI SEJATI. HUKUM TUHAN
MERUPAKAN HUKUM YANG DICIPTAKAN OLEH TUHAN UNTUK MAKHLUK CIPTAANNYA YANG
AUSTIN SEBUT SEBAGAI “HUKUM YANG MEMANG DEMIKIAN DISEBUT SEBAGAI HUKUM”;
-DAN (2) HUKUM MANUSIA, SEGALA PERATURAN YANG DIBUAT OLEH MANUSIA.
-HUKUM MANUSIA DIBEDAKAN LAGI, MENJADI: (1) HUKUM YANG SUNGGUH-SUNGGUH
(HUKUM YANG BERLAKU YANG BERASAL DARI KEKUASAAN POLITIK); DAN (2) HUKUM YANG
SEBENARNYA BUKAN HUKUM, SEPERTI HUIUM YANG BERLAKU BAGI KLUB SEPAK BOLA,
PABRIK, DLL. HUKUM INI BUKAN HUKUM HUKUM DALAM ARTI YANG SESUNGGUHNYA,
SEBAB TIDAK BERKAITAN DENGAN PEMERINTAH SEBAGAI PEMBENTUK HUKUM.
- JOHN AUSTIN DIKENAL SEBAGAI POSITIVISME ANALITIS, YANG
MELIHAT HUKUM DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTA-FAKTA
MENDASAR DARI HUKUM, ASAL-USULNYA, KEBERADAAN DAN
KONSEP YANG MELATARINYA.
- ILMU HUKUM NORMATIF MEMFOKUSKAN DIRI PADA
PERTANYAAN TENTANG KEBAIKAN DAN KEBURUKAN DARI
HUKUM YANG ADA.
- PEMISAHAN SECARA KAKU ANTARA HUKUM DAN MORAL.
AUSTIN MENGGANTI IDEAL KEADILAN YANG SECARA TRADISINAL
DIPANDANG SEBAGAI POKOK UTAMA SEGALA HUKUM, DENGAN
PERINTAH SEORANG PEGUASA. (FRIEDMEN: 1990
UNTUK DISEBUT HUKUM, MENURUT AUSTIN DIPERUKAN UNSUR-
UNSUR, (1) PENGUASA ; (2) PERINTAH; (3) KEWAJIBAN UNTUK
MENAATI; DAN (4) SANKSI BAGI MEREKA YANG TIDAK TAAT.
- TOKOHNYA HANS KELSEN.
- TEORI HUKUM MURNI DITUJUKAN UNTUK MEMBEBASKAN ILMU
HUKUM DARI UNSUR IDEOLOGIS. KEADILAN MISALNYA,
DIPANDANG KELSEN SEBAGAI SEBUAH KONSEP IDEOLOGIS,
BERSIFAT SUBYEKTIF, IDEAL-IRASIONAL, KARENA ITU TIDAK
MENJADI RANAH PENGKAJIAN ILMU HUKUM.
- KELSEN MEMISAHKAN PENGEERTIAN HUKUM DARI SEGALA
UNSUR YANG BERPERAN DALAM PEMBENTUKAN HUKUM,
SEPERTI UNSUR PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, SEJARAH, POLITIK
DAN ETIKA.
 HANS KELSEN

- LAHIR DI CEKO TAHUN 1881. PADA TAHUN 1921 MENJADI HAKIM

MAHKAMAH KONSTITUSI AUSTRIA.
- KELSEN, MENGEMUKAKAN PEMIKIRANNYA TENTANG
GRUNDNORM (NORMA DASAR) DAN STUFENBAU THEORIE (TEORI
TENTANG HIERARKI NORMA)
- PEMIKIRAN HANS KELSEN DIANGGAP ‘JALAN TENGAH ‘ DARI DUA
ALIRAN HUKUM SEBELUMNYA YAKNI MADZHAB HUKUM ALAM DAN
POSITIVISME EMPIRIS.
- EMPIRISME HUKUM MELIHAT HUKUM DAPAT DIREDUKSI SEBAGAI
FAKTA SOSIAL. SEDANGKAN KELSEN BERPENDAPAT BAHWA
INTERPRETASI HUKUM BERHUBUNGAN DENGAN NORMA NON
EMPIRIS. NORMA TERSEBUT MEMILIKI STRUKTUR YANG
MEMBATASI INTERPRETASI HUKUM. BAHWA HUKUM TIDAK
DIBATASI OLEH PERTIMBANGAN MORAL.
- TESIS UTAMA HUKUM ALAM ADALAH MORALITY THESIS.
- HANS KELSEN POSISINYA ADALAH PEMISAHAN ANTARA HUKUM
DAN MORALITAS DAN JUGA PEMISAHAN ANTARA HUKUM DAN
FAKTA.
- HUKUM ADALAH TATA ATURAN SEBAGAI SUATU SISTEM ATURAN-
ATURAN TENTANG PERILAKU MANUSIA.
- PERILAKU MANUSIA SEBAGAI OBYEK DARI ATURAN
- HUKUM DAN KEADILAN: (HUKUM DAN KEADILAN ADALAH 2
KONSEP YANG BERBEDA. HUKUM YANG DIPISAKAN DARI
KEADILAN ADALAH HUKUM POSITIF.
(MASALAH HUKUM SEBAGAI ILMU ADALAH MASALAH TEKNIK
SOSIAL, BUKAN MASALAH MORAL. TUJUAN DARI SUATU SISTEM
HUKUM ADALAH MENDORONG MANUSIA DENGAN TEKNIK
TERTENTU AGAR BERTINDAK DENGAN CARA YANG DITENTUKAN
OLEH ATURAN HUKUM.
- TEORI HUKUM MURNI: MENJAWAB PERTANYAAN:
1. APAKAH HUKUM ITU DAN BAGAIMANA HUKUM DIBUAT.
2. BUKAN PERTANYAAN, APAKAH HUKUM YANG SEHARUSNYA ATAU
BAGAIMANA SEHARUSNYA DIBUAT.
- TEORI HUKUM MURNI ADALAH ILMU HUKUM, BUKAN KEBIJAKAN HUKUM.
- TATA ATURAN YANG ADIL ADALAH TATA ATURAN YANG DAPAT MENJAMIN
PEMENUHAN KEBUTUHAN INDIVIDU SOSIAL TETENTU.
(KEADILAN DAPAT DIMAKNAI SEBAGAI LEGALITAS. ADALAH ADIL JIKA SUATU
ATURAN DITERAPKAN PADA SEMUA KASUS DI MANA MENURUT ISINYA
MEMANG ATURAN TERSEBUT HARUS DIAPLIKASIKANNYA)
(ADALAH TIDAK ADIL JIKA SUATU ATURAN DITERAPKAN PADA SATU KASUS
TETAPI TIDAK PADA KASUS LAIN YANG SAMA).
- HANS KELSEN TIDAK MENOLAK DALIL BAHWA HUKUM HARUS BAIKK DAN
SESUAI DENGAN MORAL. YANG DITOLAK OLEH HANS KELSEN ADALAH
PANDANGAN BAHWA HUKUM MERUPAKAN BAGIAN DARI MORAL DAN SEMUA
HUKUM ADALAH ARTI TERTENTU ATAU DERAJAT TERTENTU DARI MORAL
- DOKTRIN HUKUM ALAM MEMILIKI KARAKTERSITIK DASAR BERUPA
DUALISME ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM ALAM. DI ATAS HUKUM
POSITIF YANG TIDAK SEMPURNA, EKSIS HUKUM ALAM YANG SEMPURNA.
- HUKUM POSITIF HANYA DIBENARKAN SEPANJANG SESUAI DENGAN HUKUM
ALAM.
- SETIAP SISTEM NORMA DALAM PANDANGAN KELSEN SELALU BERSANDAR
PADA SANKSI. ESENSI DARI HUKUM ADALAH ORGANISASI DARI KEKUATAN,
DAN HUKUM BERSANDAR PADA SISTEM PAKSAAN YANG DIRANCANG
UNTUK MENJAGA TINGKAH LAKU SOSIAL TERTENTU.
- SETIAP NORMA DAPAT DIKATAKAN “LEGAL” APABILA DILEKATI “SANKSI”,
WALAUPUN NORMA ITU HARUS DILIHAT BERHUBUNGAN DENGAN NORMA
YANG LAINNYA.
- SANKSI YANG TERORGANISASI SECARA SOSIAL DAN SANKSI
TRANSENDENTAL. (SANKSI YANG RELIGIUS BERASAL DARI OTORITAS
DI ATAS MANUSIA: MISALNYA: HUKUMAN MATI TERHADAP PELAKU
PEMBUNUHAN)
- HUKUM SEBAGAI PERINTAH YANG MEMAKSA.
- HIRARKI NORMA: (NORMA HUKUM ITU BERJENJANG. SETIAP
NORMA HUKUM YANG LEBIH TINGGI ADALAH SUMBER BAGI
NORMA HUKUM YANG LEBH RENDAH).
- HANS KELSEN MENAMAKAN NORMA DASAR (GRUNDNORM);
- SEBAGAI NORMA HIPOTESIS ATAU ASUMSI, KARENA “NORMA
DASAR” TIDAK DICIPTAKAN MELALUI PROSEDUR HUKUM OLEH
ORGAN ATAU LEMBAGA PEMBENTUK HUKUM, IA BUKAN NORMA
HUKUM POSITIF, VALIDITASNYA JUGA BUKAN KARENA TINDAKAN
YANG DIATUR OLEH NORMA HUKUM, TETAPI VALIDITASNYA
KARENA DIASUMSIKAN SEBAGAI SUATU HAL YANG VALID.
 MAZHAB HUKUM SEJARAH

- GUSTAV HUGO (1768-1844), FRIEDRICH KARL VON SAVIGNY (1799-

1861), HENRY MAINE (1822-1888).
- INTI PEMIKIRANNYA, MENYERANG PANDANGAN YANG
BERKEMBANG DI ABAD KE – 19 BAHWA HUKUM ITU HANYALAH
PRODUK YANG BERASAL DARI LEGISLATOR BERUPA LEGISLASI
YAITU UU.
- JUSTRU SEBALIKNYA, GUSTAV HUGO (1768-1844) BERPENDAPAT
BAHWA HUKUM TERBENTUK DILUAR LEGISLASI, DI SEMUA
NEGARA KHUSUSNYA DI INGGRIS DAN ROMAWI, KITA
MENEMUKAN HUKUM BERKEMBANG BEBAS DARI OTORITAS
BADAN LEGISLATIF.
- TOKOHNYA AUGUSTE COMTE (1759-1857), HERBERT SPENCER,
DAN RESCOE POUND.
- HUKUM DIPANDANG SEBAGAI BAGIAN DARI KEHIDUPAN
MASYARAKAT. DENGAN DEMIKIAN, HUKUM BERSIFAT TERBUKA
BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT.
- AUGUSTE COMTE, YANG MENGGUNAKAN ISTILAH SOSIOLOGI
UNTUK MENAMAI ILMU-ILMU SOSIAL YANG BERMETODOLOGI
ILMIAH. BAGINYA PENELITIAN SOSIAL DILAKUKAN DENGAN
MENGADAKAN OBSERVASI, EKSPERIMEN, KOMPARASI DAN
PENELITIAN HISTORIS.
- INTI PEMIKIRAN RESCOE POUND: HUKUM SEBAGAI INSTITUSI
SOSIAL, DAN EKSISTENSI HUKUM DIPERLUKAN UNTUK
MEMAJUKAN KEPENTINGAN UMUM.
- KONTRIBUSI SPENCER ADALAH MEMBAWA PEMIKIRAN
EVOLUSI PADA FENOOMENA SOSIAL (PENGUSUNG
DARWINISME SOSIAL). IA PERCAYA BAHWA BERSAMAAN
DENGAN PROSES EVOLUSI BIOLOGIS AKAN TERJADI
PROSES EVOLUSI SOSIAL PULA YANG MERUPAKAN PROSES
YANG OTOMATIS DAN INDEPENDEN.
- SPENCER YAKIN BAHWA KESADARAN TIDAK DAPAT
BERPERAN BANYAK PADA PROSES EVOLUSI SOSIAL.
- SPENCER MELIHAT BAHWA KEMANUSIAAN YANG
MERUPAKAN BAGIAN DARI PROSES SOSIAL BUKANLAH
BARANG JADI YANG DAPAT DILIHAT DAN DIPREDIKSI, TETAPI
SESUATU YANG MASIH DALAM PROSES PEMBENTUKAN.
(BAHWA KITA SEBAIKNYA JANGAN TERLALU TENGGELAM
PADA KEYAKINAN BAHWA PERKEMBANGAN UMAT MANUSIA
DAN MASYARAKAT DAPAT DIATUR DENGAN LEGISLASI.
- SPENCER MELIHAT BAHWA MANUSIA TIDAK DAPAT
MENDETERMINASI DIRINYA. ALAM ADALAH FAKTOR YANG
DETERMINAN DARI HIDUP MANUSIA.
 PEMIKIRAN RESCOE POUND

PERTAMA, SUMBER HUKUM, MENCAKUP: (1). USAGE

(ADAT-ISTIADAT); (2) AGAMA; (3) MORAL; (4) IDE-IDE
FILOSOFIS; (5) AJUDIKASI; (6) DISKUSI ILMIAH; DAN (7)
LEGISLASI.
ARTI PENTING MENGENALI SUMBER-SUMBER HUKUM
ITU UNTUK MEMBANTU YURIS DALAM MENCATAT DAN
MENGANALISIS FAKTA-FAKTA SOSIAL BERKENAAN
DENGAN PENGUASAAN MERUMUSKAN ATAU
MEMFORMULASI, MENAFSIRKAN, DAN MENERAPKAN
ATURAN-ATURAN HUKUM.
 PEMIKIRAN RESCOE POUND

KEDUA, ADA 5 MODEL TAHAP PERKEMBANGAN HUKUM, YANG

DIKUALIFIKASIKAN KE DALAM TUJUAN, ALAT DAN KONTRIBUSINYA SECARA
PERMANEN, YAITU;
1.HUKUM PRIMITIF ATAU KUNO, TUJUANNYA UNTUK PERDAMAIAN, ALATNYA:
SIMBOL-SENI, KONTRIBUSINYA: PERDAMAIAN DAN KETERTIBAN
MASYARAKAT.
2.HUKUM POSITIF, TUJUANNYA: KEAMANAN, ALAT: ATURAN HUKUM GANTI
RUGI. KONTRIBUSINYA: KEPASTIAN DAN UNIFORMITAS.
3.HUKUM ALAM, TUJUANNYA: PERILKU ETIS DAN KEBAJIKAN. ALATNYA:
PENEGAKAN KEWAJIBAN DAN KONTRIBUSINYA: KEPERCAYAAN YANG BAIK
DAN PERILAKU MORAL DICAPAI OLEH MORAL.
4.HUKUM MODERN, TUJUANNYA, PERSAMAAN KESEMPATAN UNTUK
JAMINAN KEAMANAN BAGI ANGGOTA MASYARAKAT. ALATNYA: JAMINAN
PEMELIHARAAN HAK-HAK INDIVIDU. KONTRIBUSINYA: DAPAT
DILAKSANAKANNYA IDE HAK-HAK INDIVIDUAL.
5. SOSIALISASI HUKUM, TUJUANNYA: PEMENUHAN KEPUASAAN SECARA
MAKSIMAL. ALATNYA: PENGAKUAN ATAS KEPENTINGAN-KEPENTINGAN.
KONTRIBUSINYA: TERWUJUDNYA INDIVIDUALISME, SERTA JAMINAN
YANG LUAS BAGI KEPENTINGAN-KEPENTINGAN SOSIAL.
KETIGA, AJARAN REKAYASA SOSIAL (SOCIAL ENGINEERING):
BAHWA HUKUM SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUBAH ATAU
MELAKUKAN MASYARAKAT. HUKUM DITEMPATKAN DI DEPAN
PERILAKU MANUSIA, YAKNI MENGARAHKAN PERILAKU
MASYARAKAT KE ARAH KEMAJUAN.
DALAM AJARAN SOCIAL ENGINEERING, HUKUM BERORIENTASI
PADA PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN AGEN PEMBANGUNAN
YANG DAPAT MEMBENTUK HUKUM SEBAGAI SARANA
PEMBANGUNAN DALAM RANGKA : “LAW AS A TOOL OF SOCIAL
ENGINEERING”, LEGISLATOR MELALUI LEGISLASI DAN BADAN
YUDISIAL (PERADILAN).
 PEMIKIRAN RESCOE POUND

KEEMPAT, TEORI KEPENTINGAN. HUKUM

BERPERAN MENDAMAIKAN KONFLIK-KONFLIK
KEPENTINGAN, HUKUM DIMAKNAI SUATU
TATANAN BERPERILAKU YANG TERTIB,
SEHINGGA MENJADIKAN SEMUA BENDA DAN
ALAT YANG TERSEDIA UNTUK MEMENUHI
TUNTUTAN AKAN KEPUASAN DAPAT BERJALAN
DENGAN FRIKSI DAN KEMUBAZIRAN YANG
SEKECIL MUNGKIN.