Anda di halaman 1dari 19

BAB V

INTEGRASI NASIONAL DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA


A.     Kebhinnekaan Bangsa Indonesia
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa maksudnya adalah berbeda-beda
tetapi satu jua, tak ada hukum yang bersifat mendua. Artinya walaupun bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai macam Suku Bangsa, Agama, Ras, Antar golongan
(SARA), Bahasa, Budaya tetapi merupakan satu kesatuan bangsa yaitu Bangsa
Indonesia. Satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, satu hukum nasional, yaitu
Indonesia. Walaupun bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku
bangsa, beranekaragam bahasa, berlainan agama tetapi mereka patuh dan
tunduk pada hukum yang satu yaitu Hukum Nasional Indonesia.
Alat-alat pemersatu bangsa Indonesia, yakni:
a.  Dasar Negara Pancasila
b.  Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
c.  Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
d.  Lambang Negara Burung Garuda
e.  Semboyan Bhinneka tunggal Ika
f.   Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
g.  Lagu-lagu perjuangan

Indonesia merupakan Negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan dan
konflik. Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, etnik,
budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia
merupakan negara yang memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik,
bahasa, dan sebagainya dibandingkan dengan negara lain. Oleh karena itu
keberagaman ini jangan dijadikan alasan untuk memperlemah rasa persatuan dan
kesatuan bangsa tetapi justru harus menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam di
setiap warga negara Indonesia.

Persatuan dalam keberagaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam
keberagaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan
hal-hal sebagai berikut.
a.    Kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang.
b.    Pergaulan antarsesama yang lebih akrab.
c.    Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah.
d.    Pembangunan berjalan lancar.
Untuk menjaga komitmen persatuan, perlu adanya toleransi yang tinggi
antarkebudayaan. Sikap saling menghargai antargolongan, mengenali, dan mencintai
budaya lain adalah hal yang perlu dibudayakan. Contoh nyata implementasi hal
tersebut adalah dengan mempertunjukkan tarian suku-suku yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, setiap suku mempunyai rasa simpati satu sama lain
Contoh sikap dan perilaku yang mencerminkan komitmen persatuan dalam kehidupan
sehari-hari
-       Saling menghormati, mengahargai antar suku bangsa yang berbeda
-       Saling toleransi antar pemeluk agama yang berlainan
-       Tidak menghina terhadap teman yang berbeda SARA

B.     Pentingnya Integrasi Nasional dan Faktor Pembentuk Integrasi nasional


Pengertian Integrasi Nasional
-       Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “integrasi” dan “nasional”. Integrasi
berasal dari bahasa Inggris, integrate, artinya menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan
-       Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional.
-       Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat
dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.
a.    Secara Politis
Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan
wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
b.    Secara Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat

Syarat-syarat  keberhasilan integrasi di suatu negara sebagai berikut :


a.    Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu
dengan lainnya.
b.    Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman
c.    Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi sosial.

Faktor-faktor pendorong, pendukung dan penghambat  Integarsi Nasional


a.    Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional
1)    Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah
2)    Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara  yaitu Garuda Pancasila dan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika
3)    Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa indonesia seperti yang dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda.
4)    Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan muncul semangat nasionalisme dikalangan bangsa
Indonesia.
b.    Faktor pendukung integrasi nasional
1)    Penggunaan bahasa Indonesia
2)    Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam suatu bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia
3)    Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
4)    Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
5)    Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita.    
c.    Faktor penghambat integrasi nasional
1)    Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen
2)    Kurangnya toleransi antargolongan
3)    Kurangnya kesadaran dari masyarakat indonesia terhadap ancaman, gangguan dari luar
4)    Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan

C.     Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI


Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam merumuskan
tujuan pertahanan negara, yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan.
1)    Strata mutlak, dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan
bangsa Indonesia.
2)    Strata penting, dilakukan dalam menjaga kehidupan demokrasi politik dan ekonomi, keharmonisan
hubungan antar suku, agama, ras dan golongan (SARA), penghormatan hak asasi manusia dan
pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup dan
3)    Strata pendukung, dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban dunia.

Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) :


1)    Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara
konsepsional melalui tindak kriminal dan politis.
2)    Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.
3)    Hambatan adalah Usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk melemahkan
atau menghalangi secara tidak konsepsional.
4)    Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan melemahkan atau
menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).

-       Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari luar negeri.
Beberapa macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :
a.    Dari luar negeri
1)    Agresi
2)    Pelanggaran wilayah oleh negara lain
3)    Spionase (mata-mata)
4)    Sabotase
5)    Aksi terror dari jaringan internasional.
b.    Dari dalam negeri
1)    pemberontakan bersenjata
2)    konflik horizontal
3)    aksiteror dari dalam negeri
4)    sabotase dari dalam negeri
5)    Aksi kekerasan yang berbau SARA
6)    Gerakan separatis pemisahan diri membuat Negara baru
7)    Pengrusakan lingkungan.

-       Ancaman non militer adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata tetapi jika di biarkan akan
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa dan
negara Contohnya penyalahgunaan narkoba, korupsi

D.     Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (Menurut UU Nomor 3
Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara) Bukan hanya sebagai kewajiban dasar manusia,
tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud pengabdian dan rela berkorban kepada
bangsa dan negara

Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
a.    Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
b.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
c.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI.
Diubah oleh Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.
d.    Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e.    Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f.     Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2):
“Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara
dilaksanakan melalui system pemerintahan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Kepolisian
sebagai komponen utana, dan rakyat sebagai komponen pendukung”. Adapula pada Pasal 27 Ayat (3):
“Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara”.
g.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ayat 1: “Setiap
Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
Penyelenggaraan Pertahanan Negara”; ayat 2: “Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela negara
dimaksud ayat 1 diselenggarakan melalui:
1)    Pendidikan Kewarganegaraan
2)    Pelatihan dasar kemiliteran
3)    Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
4)    Pengabdian sesuai dengan profesi.
Pembelaan Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan, kesadaran,
keikhlasan dan ketulusan dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, menjaga harkat dan
martabat bangsa, mempertahankan keutuhan NKRI serta wewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
-       Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945: “Tiap-tiapiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan Negara”.
-       Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945: “Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
-        
Contoh bentuk usaha pembelaan negara oleh warga negara :
-       Mengikuti ronda malam (siskamling)
-       Pelatihan dasar kemiliteran
-       Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
-       Pengabdian sesuai dengan profesi
Bela negara yang bisa dilakukan oleh para siswa di sekolah :
-       Pendidikan Kewarganegaraan
-       Mengikuti organisasi yang menerapkan dasar-dasar kemiliteran, seperti Pramuka, Patroli Keamanan
Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), dan organisasi
lainnya.

BAB VI
ANCAMAN TERHADAP NEGARA DALAM  BINGKAI  BHINNEKA
TUNGGAL IKA
A.     Ancaman terhadap Integrasi nasional
Negara Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sangat strategis, baik dari aspek kewilayahan
maupun aspek kehidupan sosial :
-       Aspek kewilayahan :
Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua Samudra, yaitu samudra Hindia dan
Pasifik
-       Aspek kehidupan kehidupan sosial :
Indonesia diapit oleh negara berpenduduk padat (utara) dan jarang (selatan), ideologi komunisme dan
liberalisme, demokrasi rakyat dan demokrasi liberal, ekonomi sosialis (utara) dan ekonomi kapitalis
(selatan), masyarakat sosialis dan masyarakat individualis, kebudayaan timur dan kebudayaan barat,
sistem pertahanan continental (pakta warsawa) dan sistem pertahanan maritim (NATO)
1.      Ancaman Militer
Ancaman adalah segala sesuatu yang membahayakan kedaulatan nasional, kepribadian bangsa,
keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa dan negara, serta kehidupan demokrasi di Indonesia
Contoh ancaman militer :
a.    agresi/invansi
b.    sabotase
c.    spionase
d.    pelanggaran wilayah oleh negara lain,
e.    pemberontakan bersenjata,
f.     gerakan separatis bersenjata,
g.    aksi teror bersenjata,

2.      Ancaman Non Militer


Contoh ancaman non militer :
a.    ancaman di bidang ideologi : paham komunis, zionis, liberalisasi
b.    ancaman di bidang politik : adanya intimidasi, provokasi, blokade politik (eksternal), adanya separatisme,
pergerakan masa, aksi radikal, teroris (internal)
c.    ancaman di bidang ekonomi : free fight liberalism, etatisme, monopoli
d.    ancaman di sosial budaya : adanya budaya konsumtif, hedonisme, individualisme, westernisasi, KKN,
narkoba

3.      Strategi dalam mengatasi Ancaman Militer dan Non Militer


a.      Strategi dalam Mengatasi Ancaman Militer
Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta pada hakikatnya merupakan segala upaya menjaga
pertahanan dan keamanan negara dan seluruh rakyat serta segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana nasional serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan
menyeluruh

Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman militer adalah


1)    memperkuat sishankamrata, yaitu dengan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama (TNI
dan POLRI) , komponen cadangan (Sumber daya manusia, alam dan buatan) dan komponen pendukung
(rakyat)
2)    mendayagunakan dan mengerahkan seluruh kekuatan nasional dengan pertahanan berlapis yang
diwujudkan melalui fungsi-fungsi diplomasi dan perlawanan tanpa senjata

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 :


Pasal 27 ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”
Pasal 30 ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”

b.     Strategi dalam Mengatasi Ancaman Non Militer


Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman non militer, yaitu ancaman dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, dan sosial budaya) adalah :
1)    memperkokoh 4 pilar negara : Pancasila, UUD Negara RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI ,
memperkuat rasa nasionalisme dan patriotisme (ideologi)
2)    penegakkan demokrasi, kebebasan, keterbukaan, HAM, supremasi hukum (politik)
3)    memperkuat sistem ekonomi kerakyatan, memperkuat produk dan pasar domestik, memprioritaskan
pertanian, tidak tergantung pada IMF, WTO (ekonomi)
4)    meningkatkan iman dan taqwa warga negara, keselarasan pundamental antara manusia – Tuhan – alam
– masyarakat, gerakan ‘aku cinta Indonesia’ (sosial budaya)
Ideologi Pancasila tidak bisa dikatakan aman dari berbagai macam ancaman  dalam pengimplementasian
nilai-nilainya di masyarakat, karena pengaruh arus globalisasi melalui media informasi dan komunikasi
antara lain ideologi liberalis, komunis dan sikap individualis, hedonis, materialistis, konsumeristis. Oleh
karena itu, Pancasila harus menjadi landasan ideologi, falsafah, etika moral, serta alat pemersatu
bangsa.

B.     Ancaman di Bidang Poleksosbudhamkam


Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman non-militer atau nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, yaitu
tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer, karena ancaman ini berdimensi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta keselamatan umum. Berikut ini
berbagai ancaman bagi bangsa
1.    Ancaman di Bidang Ideologi
-       paham komunis dan zionis
-       pengaruh liberalisme, globalisasi
2.    Ancaman di Bidang Politik
-       intimidasi, provokasi dan blokade politik terhadap Indonesia
-       pengerahan masa untuk menumbangkan pemerintahan yang berkuasa
-       menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintahan
-       ancaman separatisme, provinsialisme
3.    Ancaman di Bidang Ekonomi
-       perdagangan dan pasar bebas dengan adanya penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa
-       penguasaan ekonomi oleh pihak aseng dan asing
-       pencabutan subsidi pada sektor ekonomi kerakyatan
-       free fight liberalism, etatisme dan monopoli
4.    Ancaman di Bidang Sosial Budaya
-       gaya hidup konsumeristik, materialistik dan individualistik
-       sifat hedonisme dan gejala westernisasi
-       isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal
timbulnya permasalahan, seperti premanisme, separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat
perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan
patriotisme.
5.    Ancaman di Bidang Hankam
-       masalah teror dan konflik SARA
-       lemahnya penerapan, penegakkan hukum dan keadilan.

C.     Peran serta masyarakat untuk mengatasi Berbagai Ancaman dalam Membangun Integrasi nasional
Kesadaran adalah sikap yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi hati ikhlas tanpa ada tekanan dari
luar. Konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari
kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas / rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak
yang umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya

Peran serta masyarakat untuk mengatasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional di
antaranya adalah sebagai berikut.
1)    Tidak membeda-bedakan keberagaman misalnya pada suku, budaya, daerah dan sebagainya
2)    Menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianutnya
3)    Membangun kesadaran akan pentingnya integrasi nasional
4)    Melakukan gotong royong dalam rangka peningkatan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara
5)    Menggunakan segala fasilitas umum dengan baik
6)    Mau dan bersedia untuk berkerja sama dengan segenap lapisan atau golongan masyarakat
7)    Merawat dan memelihara lingkungan bersama-sama dengan baik
8)    Bersedia memperoleh berbagai macam pelayanan umum secara tertib.
9)    Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
10) Mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
11) Menjaga keamanan wilayah negara dari ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.
12) Memberi kesempatan yang sama untuk merayakan hari besar keagamaan dengan aman dan nyaman
13) Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat dan pemerintah
14) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
15) Bersedia untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia..

Kebhinekaan yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan. Dikatakan
sebagai sebuah potensi, karena hal tersebut akan membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan
memiliki kekayaan yang melimpah baik kekayaan alam maupun kekayaan budaya yang dapat menarik
minat para wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia. Kebhinekaan bangsa Indonesia juga
merupakan sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah
membuat penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, segenap warga negara mesti
mewaspadai segala bentuk ancaman yang dapat memecah belah bangsa Indonesia dengan senantiasa
mendukung segala upaya atau strategi pemerintah dalam mengatasi berbagai acaman tersebut.

Invasi pada dasarnya merupakan bentuk agresi yang berskala paling besar dengan menggunakan
kekuatan militer bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang dan menduduki wilayah Indonesia.
Bangsa Indonesia pernah merasakan pahitnya diinvasi atau diserang oleh Belanda yang ingin kembali
menjajah Indonesia sebanyak dua kali, yaitu 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.

BAB VII
WAWASAN NUSANTARA DALAM KONTEKS NKRI
A.   Wawasan Nusantara

1.    Pengertian Wawasan Nusantara


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal
dari kata wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan
adalah pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan cara
melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan
Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan sebagai pengganti nama
Indonesia.
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Sedangkan terminologis, wawasan menurut beberapa pendapat sebagai berikut.


a.      Menurut Prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri
dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”
b.      Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya, dengan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
c.      Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap. MPR, yang dibuat Lemhannas
tahun 1999, yaitu “cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.”
2.    Hakikat Wawasan Nusantara
Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap
warga masyarakat dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh
demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan
Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan
Nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat
Wawasan Nusantara diwujudkan dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

3.    Asas Wawasan Nusantara


Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan atau kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia terhadap
kesepakatan bersama. Adapun, asas Wawasan Nusantara tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Kepentingan yang sama.
b.      Keadilan.
c.      Kejujuran.
d.      Solidaritas.
e.      Kerja sama.
f.       Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan Negara Indonesia.

B.   Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi bangsa
yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan
Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula. Kedudukan
Wawasan Nusantara sebagai salah satu konsepsi ketatanegaran Republik Indonesia.
1.    Kedudukan
Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat Indonesia agar tidak terjadi penyesatan atau penyimpangan dalam
upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, wawasan Nusantara menjadi
landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.
2.    Fungsi
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara di
tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3.    Tujuan
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok
golongan, suku bangsa atau daerah..

C.   Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara


Konsepsi wawasan nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara pandang dan pengaturan yang
mencakup segenap kehidupan bangsa yang dinamakan astagatra, yang meliputi aspek alamiah (trigatra)
dan aspek sosial (pancagatra).
1.    Aspek Trigatra
Yang termasuk aspek Trigatra (aspek alamiah) wawasan Nusantara, antara lain :
a.    Letak dan Bentuk Geografis
Negara Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago) yang sangat strategis, yaitu terletak antara
Benua Asia di sebelah utara dan Benua Australia di sebelah selatan serta Samudra Indonesia di sebelah
barat dan Samudra Pasifik di sebelah timur
b.    Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk adalah sekelompok manusia yang mendiami suatu tempat atau wilayah. Adapun faktor
penduduk yang mempengaruhi ketahanan nasional adalah jumlah penduduk dan distribusi penduduk
c.    Keadaan dan kekayaan alam
Sumber daya alam harus diolah atau dimanfaatkan dengan berprinsip atau asas maksimal, lestari, dan
berdaya saing
1)    Asas maksimal
Artinya sumber daya alam yang dikelola atau dimanfaatkan harus benar-benar menciptakan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat
2)    Asas lestari
Artinya pengolahansumber daya alam tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan, menjaga
keseimbangan alam.
3)    Asas berdaya saing  
Artinya bahwa hasil-hasil sumber daya alam harus bisa bersaing dengan sumber daya alam negara lain.

2.    Aspek Pancagatra
Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan pergaulan hidup
manusia dalam bermasyarakat dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma
tertentu. Hal-hal yang termasuk aspek pancagatra adalah sebagai berikut.
a.    Ideologi
Ideologi suatu negara diartikan sebagai guiding of principles atau prinsip yang dijadikan dasar suatu
bangsa. Ideologi adalah pengetahuan dasar atau cita-cita. Ideologi merupakan konsep yang mendalam
mengenai kehidupan yang dicita-citakan serta yang ingin diiperjuangkan dalam kehidupan nyata. Ideologi
dapat dijabarkan ke dalam sistem nilai kehidupan, yaitu serangkaian nilai yang tersusun secara
sistematis dan merupakan kebulatan ajaran dan doktrin. Dalam strategi pembinaan ideologi berikut
adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan.
1)    Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.
2)    Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.
3)    Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.
4)    Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan kedinamisan.
5)    Ideologi Pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa dan dijadikan alat untuk
menyejahterakan dan mempersatukan masyarakat.
6)    Kalangan elit eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus harus mewujudkan cita-cita bangsa dengan
melaksanakan GBHN dengan mengedepankan kepentingan bangsa.
7)    Menyosialisasikan Pancasila sebagai ideologi humanis, relijius, demokratis, nasionalis, dan berkeadilan.
Menumbuhkan sikap positif terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi untuk mewujudkan
cita-cita bangsa.

b.    Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang diguna-kan untuk mencapai tujuan dan
kekuasaan. Kehidupan politik dapat dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang memberikan
input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai output. Sistem politik yang diterapkan dalam suatu
negara sangat menentukan kehidupan politik di negara yang bersangkutan.

c.    Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam mengelola faktor produksi
dan distribusi barang dan jasa untuk kesejahteraan rakyat. Ekonomi kerakyatan harus menghindari free
fight liberalism, etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli.
Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi. Ketahanan di
bidang ekonomi dapat ditingkatkan melalui pembangunan nasional yang berhasil.

d.    Sosial Budaya
Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya bangsa yang berisi keuletan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, halangan,
dan gangguan (ATHG). Gangguan dapat datang dari dalam maupun dari luar, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang membahayakan kelangsungan hidup sosial NKRI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
e.    Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ATHG yang membahayakan
identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Ketahananan Nasional. Prinsip-prinsip Sistem Ketahanan Nasional antara lain adalah sebagai berikut.
1)   Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
2)   Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945,
dan landasan visional wawasan nusantara.
3)   Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang melibatkan segenap potensi dan kekuatan
nasional.
4)   Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem pertahanan dan keamanan nasional
(Sishankamnas) dan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).

Astagatra dalam pendekatan kesejahteraan dan keamanan mempunyai peranan tergantung dari sifat
setiap gatra.
1)    Gatra alamiah mempunyai peranan sama besar baik untuk kesejahteraan maupun untuk keamanan.
2)    Gatra ideologi, politik dan sosial budaya mempunyai peranan sama besar untuk kesejahteraan dan
keamanan.
3)    Gatra ekonomi relatif mempunyai peranan lebih besar untuk kesejahtera-an daripada peranan untuk
keamanan.
4)    Gatra pertahanan dan keamanan relatif mempunyai peranan lebih besar untuk keamanan daripada
peranan untuk kesejahteraan.

D.   Peran Serta Warga Negara Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaaan


Wawasan nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntutan bagi setiap warga negara
Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa daripada kepentingan
pribadi atau golongan. Dengan kata lain, wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai masalah
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Adapun peran serta dalam penerapan asas-asas wawasan nusantara dalam tata kehidupan nasional
memerlukan kesamaan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam seluruh proses penyelenggaraan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam mengisi pembangunan. Peranan siswa dalam
mendukung implementasi wawasan nusantara adalah sebagai berikut.
1.    Mendukung persatuan bangsa.
2.    Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3.    Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu atau
golongan.
4.    Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat.
5.    Mempunyai kemampuan berfikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas sebagai intelektual.
6.    Mempunyai wawasan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk membela negara yang dilandasi oleh
rasa cinta tanah air.
7.    Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8.    Memanfaatkan secara aktif ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
berbangsa dan bernegara.
9.    Mewujudkan kepentingan nasional.
10.  Memelihara dan memperbaiki demokrasi.
11.  Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.
12.  Menciptakan kerukunan umat beragama.
13.  Memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
14.  Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.
15.  Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.
16.  Merubah budaya negatif yang dapat menciptakan perselisihan.
17.  Mengembangkan kehidupan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik.
18.  Memelihara nilai-nilai positif (hidup rukun, gotong-royong, dll) dalam masyarakat.

Integrasi adalah proses sosial di mana subyek yang awalnya dibagi menjadi
satu. Suatu entitas dapat terdiri dari berbagai aktor. Dalam studi sosial, entitas
yang dimaksud seringkali manusia. Lebih tepatnya, orang-orang dari
minoritas.
Kelompok minoritas diminta untuk membentuk kelompok yang lebih besar.
Artinya, integrasi sosial adalah proses sosial di mana kaum minoritas bersatu
dengan komunitas yang lebih besar menjadi satu kelompok.

Definisi Integrasi Nasional


Integrasi nasional adalah masalah upaya menyatukan bangsa Indonesia
tanpa pemisahan, demikian pula dengan kata nasional itu. Ini berarti bahwa
ini berlaku untuk seluruh bangsa Indonesia.
Kita harus bersatu, meskipun kita berbeda. Suku yang berbeda, agama, ras
dan sejenisnya berbeda, tetapi kita harus menggunakan integrasi nasional
agar Indonesia utuh dan tidak terpecah.
Banyak hal yang mengarah pada integrasi nasional adalah perlombaan
memperjuangkan unifikasi, sejarah kolonialisme, yang membuat kita bangkit
dari resesi masa lalu, mencintai tanah air kita, dan siap berkorban demi
mempertahankan tanah air kita.
Namun, di sisi lain, ada juga hambatan untuk integrasi nasional, yaitu orang-
orang heterogen yang perlu beradaptasi lama untuk perbedaan di setiap
wilayah, wilayah dan lautan yang luas, ketimpangan pembangunan, ancaman
di dalam negeri dan seterusnya.

Definisi Integrasi Berdasarkan Para Ahli


Safaredin Bahar
Sementara itu, menurut Safroedin Bahar, integrasi didefinisikan sebagai
penciptaan atau peningkatan dengan menggabungkan unsur-unsur negara
yang pada awalnya terfragmentasi.
Yron Weiner
Yang dimaksud dengan integrasi Weiner adalah proses menggabungkan
berbagai kelompok budaya dan sosial menjadi satu unit regional dalam
konteks pembentukan identitas nasional.
Dr. Nazaruddin
Menurut Nazaruddin Szamsuddin, konsep integrasi adalah proses penyatuan
bangsa, yang mencakup semua akses ke kehidupan, seperti aspek sosial,
aspek politik, aspek ekonomi dan aspek budaya.
Sojati Jivadono
Menurutnya, integrasi didefinisikan sebagai cara menyelaraskan
keberlanjutan nasional dalam arti luas dengan hak untuk menentukan nasib
sendiri.

Proses Integrasi

Proses integrasi dapat dilihat melalui proses berikut.

Akomodasi
Adaptasi adalah proses keinginan manusia untuk meredakan oposisi dan
mencapai stabilitas. Perumahan masyarakat harus menyelesaikan
perselisihan atau konflik tanpa menghancurkan pihak yang bertikai.
Akomodasi akan meredakan konflik dan membuat interaksi lebih damai.
Hidup dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia harus membentuk
masyarakat yang damai tanpa perpecahan. Ketersediaan perumahan
memungkinkan berbagai kelompok sosial untuk beradaptasi dengan
kelompok sosial lain, sehingga pembentukan integrasi sosial diharapkan.

Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi ketika kelompok sosial dengan
budaya tertentu bertemu dengan budaya yang berbeda. Proses sosial akan
berlanjut sampai elemen budaya asing diterima oleh masyarakat dan diolah
menjadi budaya mereka sendiri.
Namun, akulturasi, sebagai suatu peraturan, terjadi tanpa hilangnya
kepribadian budaya itu sendiri. Dengan demikian, kita dapat mengatakan
bahwa akulturasi adalah proses perubahan, ditandai oleh penyatuan dua
budaya yang berbeda.
Asosiasi ini membuat satu budaya hampir menyerupai budaya lain. Namun,
masing-masing budaya masih mempertahankan karakteristiknya sendiri.
Proses akulturasi telah ada sejak zaman kuno dalam sejarah budaya
manusia. Ini karena orang selalu bermigrasi atau bergerak di wajah Bernie.
Migrasi menyebabkan pertemuan antara kelompok orang dengan budaya
yang berbeda. Akibatnya, setiap orang dalam kelompok akan menemukan
elemen budaya yang asing baginya.
Untuk pertama kalinya, elemen-elemen baru yang datang tidak langsung
diterima atau diadaptasi begitu saja, tetapi melalui proses pembelajaran sejak
awal. Jika ini membawa manfaat besar, budaya asing akan menerimanya.
Kalau tidak, jika tidak, itu akan ditolak. Adopsi ini dapat terjadi setelah
melewati perubahan tertentu (modifikasi) sesuai dengan struktur masyarakat
yang ada.

Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan upaya untuk mengurangi
perbedaan yang ada antara orang atau kelompok dalam masyarakat. Dalam
proses ini, setiap orang dalam masyarakat berusaha memperkuat kesatuan
tindakan, sikap dan proses mental, dengan memperhatikan kepentingan dan
tujuan bersama.
Pada saat itu, setiap anggota kelompok dan komunitas tidak lagi berbeda
dengan anggota lainnya. Batas-batas di antara mereka akan menghilang dan
bergabung menjadi satu. Asimilasi ditandai oleh perkembangan sikap yang
sama, meskipun terkadang emosional, untuk mencapai kesatuan (integrasi).
Budaya asing akan relatif mudah diterima jika memenuhi kondisi berikut.

 Ada kesamaan dengan unsur budaya lama.


 Kesediaan untuk pengetahuan dan keterampilan tertentu.
 Budaya adalah material.
 Tidak ada kendala geografis, seperti daerah yang tidak dapat diakses.
 Budaya yang datang menawarkan lebih banyak keuntungan daripada
budaya lama.

Syarat-Syarat Integrasi

Integrasi akan dibentuk jika mayoritas anggota masyarakat setuju dengan


struktur sosial yang dibangun, termasuk nilai-nilai, norma dan lembaga sosial.
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, kondisi untuk
mengimplementasikan integrasi sosial adalah sebagai berikut.
 Masyarakat telah mampu menciptakan konsensus (konsensus)
mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan
pedoman dalam hal-hal yang dilarang sesuai dengan budaya.
 Norma-norma dan nilai-nilai sosial ini telah diterapkan sejak lama, tidak
mudah diubah, dan diterapkan secara konsisten oleh semua anggota
masyarakat.
 Anggota masyarakat merasa berhasil dalam memenuhi kebutuhan satu
sama lain. Ini berarti bahwa kebutuhan fisik dan sosial mereka dapat
dipenuhi oleh sistem sosial. Memenuhi kebutuhan ini memaksa setiap
anggota masyarakat untuk tetap terikat satu sama lain.

Bentuk Integrasi

Integrasi dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut.

Integrasi Secara Paksa


Integrasi terakhir ini dibentuk atas dasar kekuasaan yang dimiliki pihak
berwenang. Dalam hal ini, pihak berwenang menerapkan tindakan
pemaksaan (kekerasan). Contoh integrasi paksa adalah kerusuhan yang
berhenti mengacau karena polisi melepaskan gas air mata.

Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena fungsi-fungsi tertentu ada dalam
masyarakat. Integrasi dapat dibentuk dengan memprioritaskan fungsi masing-
masing pihak dalam masyarakat.
Misalnya, Indonesia, yang terdiri dari suku-suku yang berbeda, berintegrasi,
dengan mempertimbangkan fungsi dari masing-masing suku yang ada,
seperti Boogie, yang suka melaut untuk bertindak sebagai pemasok makanan
laut, suku Minang yang pandai berdagang, adalah penjual makanan laut ini.
Dengan demikian, integrasi akan tercipta dalam masyarakat.

Integrasi Normatif
Integrasi peraturan bisa diartikan dalam tatanan integrasi yang muncul dari
norma-norma dimana berlaku dalam lingkungan masyarakat. Norma adalah
apa yang bisa menyatukan komunitas.
Misalnya, orang Indonesia dipersatukan oleh prinsip persatuan dalam
keberagaman. Bhinneka Tunggal İka telah menjadi norma yang berfungsi
untuk mengintegrasikan perbedaan yang ada di masyarakat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi

Integrasi dapat terjadi cepat atau lambat, tergantung pada faktor-faktor


berikut.

Efisiensi Komunikasi
Efektivitas komunikasi yang baik di masyarakat juga akan mempercepat
integrasi sosial. Semakin efektif komunikasi, semakin cepat integrasi anggota
masyarakat tercapai. Sebaliknya, semakin tidak efektif hubungan antara
anggota masyarakat, semakin lambat dan semakin sulit untuk diwujudkan.
Mobilitas Geografis
Anggota baru kelompok harus secara alami beradaptasi dengan identitas
komunitas yang mereka perjuangkan (masyarakat adat / masyarakat adat).
Namun, semakin sering anggota masyarakat datang dan pergi, semakin sulit
proses integrasi sosial berlangsung.
Sementara itu, dalam masyarakat dengan mobilitas rendah, seperti daerah
atau suku yang terisolasi, integrasi sosial dapat dengan cepat terjadi dengan
cepat.

Kelompok Kecil Besar


Secara umum, dalam kelompok yang hidup, keragaman anggota relatif kecil,
sehingga integrasi sosial lebih mudah dicapai. Ini mungkin disebabkan oleh
fakta bahwa dalam kelompok-kelompok kecil, hubungan sosial antara
anggota sangat kuat, sehingga komunikasi dan pertukaran budaya akan lebih
cepat.
Dengan demikian, penyesuaian perbedaan dapat dibuat lebih cepat.
Sebaliknya, dalam kelompok besar, tingkat keanekaragamannya relatif tinggi,
sehingga integrasi sosial akan lebih sulit untuk dicapai.

Homogenitas Kelompok
Dalam kelompok atau komunitas di mana keragaman rendah, inklusi sosial
akan mudah dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau banyak masyarakat,
integrasi sosial akan sulit dipahami dan akan memakan waktu yang sangat
lama.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin suatu kelompok atau
komunitas lebih homogen, semakin mudah proses integrasi antar anggota
kelompok atau komunitas tersebut. Contoh kelompok atau komunitas yang
homogen adalah kelompok atau komunitas dengan kelompok etnis yang
sama.

Contoh Integrasi
Berikut ini adalah contoh integrasi berdasarkan integrasi nasional dan sosial
di lingkungan masyarakat dan negara.

Contoh Integrasi Nasional Di Suatu Negara dan


Bangsa
Pembangunan TMII (Taman Mini Indonesia Indah) sebenarnya adalah
miniatur bentuk kekasih Indonesia, di mana ada pulau-pulau Indonesia mulai
dari Sumatera hingga Papua. Dibangun dengan kebiasaan berbeda dari 33
provinsi di Indonesia, karakteristik masing-masing provinsi. Toleransi
beragama, bukan pembentukan kelompok asing, tunduk pada hukum yang
dibuat oleh pemerintah.
Sekarang, dari penjelasan integrasi di atas, kita dapat menyimpulkan itu.
Integrasi adalah pertanyaan yang ditujukan untuk menyatukan unsur-unsur
masyarakat dari berbagai ras, suka, agama dan budaya. Integrasi tidak
menghalangi siapa pun yang siap, tetapi bersaing dalam mega-sim, toleransi,
saling menghormati, tidak menciptakan elemen baru, keterbukaan, cinta
bersama, saling peduli.
Mari kita melakukan irigasi nasional, menghindari hal-hal buruk, melakukan
hal-hal positif sehingga bangsa Indonesia tetap utuh tanpa perbedaan
pendapat karena perbedaan etnis atau ras. Ingat moto kami “Bihineka
Tunggal Ika”, yang berarti lain, tetapi masih satu.

Contoh Integrasi Sosial Di Lingkungan Keluarga


Saling membantu anggota keluarga untuk membangkitkan rasa peduli dan
rasa perlindungan, rasa hangat keluarga, sehingga jika ibu sibuk menyiapkan
dan mencuci piring, kami membantu ibu menyiapkan dan mencuci piring. Jika
ayah menyiram banyak bunga, kita harus membantu menyelesaikan
pekerjaan dengan cepat.
Rajin beribadah, berdoa di rumah, merasakan dalam keluarga yang hangat,
untuk menghormati pendapat satu sama lain, tidak untuk berkelahi, berbagi,
selalu membantu, jika ada anggota keluarga yang berkelahi, menghormati
ayah dan ibu, patuh kepada orang tua.
Demikian Pembahasan kita pada kali ini di edmodo.id tentang Integrasi
Adalah. Nantikan Artikel Menaraik Lainya, tetap bersama kami. Terimaksih
Semoga Membawa Manfaat.
“Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Anda mungkin juga menyukai