Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Tentang:
PENYALAHGUNAAN DANA BOS YANG BERDAMPAK PADA SARANA DAN
PRASARANA PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
Tia Ayu Ningrum, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Windy Anggriyani
(20003099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PENYALAHGUNAAN DANA BOS YANG BERDAMPAK PADA SARANA DAN
PRASARANA PENDIDIKAN

A. Permasalahan
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya
yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka
semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai
dengan rencana.
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, Prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan dimaksudkan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 24 tahun 2007. Permendiknas dimaksud mengartikan sarana pendidikan
sebagai perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana
pendidikan diartikan sebagai fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah / madrasah.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang memainkan
peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah. Keberhasilan semua
program pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah sekolah sangat tergantung kepada
ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dan kemampuan guru dalam mengoptimalkan
penggunaan sarana dan prasarana pendidikan tersebut
Untuk meningkatkan sarana dan prasarana Pendidikan, dana BOS berperan penting
terhadap hal tersebut. Program atau dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan
realisasi atau implementasi kebijakan dalam perluasan dan pemerataan akses pendidikan.
Pemerintah secara umum memberikan dana BOS untuk mewujudkan layanan pendidikan
yang lebih baik dan lebih terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Dengan adanya
bantuan dana BOS diharapkan sekolah dapat membebaskan biaya pendidikan atau
meringankan tagihan biaya sekolah, dan juga peningkatan fasilitas-fasilitas sekolah yang
mendukung dalam proses belajar mengajar agar kualitas pendidikan semakin meningkat.
Namun tidak bisa dipungkiri masih ada beberapa instansi Pendidikan yang
menyalahgunakan dana tersebut, untuk kesenangan pribadi, sehingga berdampak buruk
pada sarana dan prasarana. Jika sarana dan prasarana Pendidikan bermasalah, maka akan
berdampak langsung pada proses belajar siswa.

B. Penyebab
Penyebab penyalahgunaan dana BOS tersebut ialah karena keserakahan petinggi-petinggi
yang ada di sekolah yang bersangkutan. Masalah muncul ketika pihak sekolah telah lalai
atau menyalahgunakan dana tersebut. Selain itu kurangnya keterlibatan masyarakat dalam
pembahasan mengenai pengelolaan dana BOS juga menjadi salah satu masalah akibat
kurangnya transparansi pihak sekolah kepada masyarakat.
Ada beberapa kasus tentang penyalahgunaan dana BOS seperti kejadian di Jawa Tengah.
“Kejaksaan Negeri Brebes, Jawa Tengah menahan Kepala dan Wakil SMK Krabat Kita
Bumiayu, Suhrman dan Sugiarto. Mereka diduga melakukan tindak pidana korupsi dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Mereka ditahan setelah menjalani pemeriksaan
selama 3 jam di kantor Kejaksaan Negeri Brebes. Kejari Brebes, Transiswara adhi, kepada
wartawan menjelaskan, kedua orang ini ditahan karena tersangkut penyalahgunaan dana
BOS yang disalahgunakan sebanyak Rp. 4.963.680.000,-. “Kami melakukan penahanan
dua orang ini, karena diduga melakukan tindak pidana korupsi dana BOS selama 3 tahun
berturut-turut,” tutur transiswara, Senin (15/10/2018)”. Dikutip dari (https://detik.com,
pada tanggal 15 Oktober 2018).
Kasus yang sama juga terjadi di Bangka. “Jaksa Cabjari Belinyu, Kabupaten Bangka,
Selasa (17/07/2018) menangkap dan menahan seorang oknum Kepala Sekolah (Kepsek)
SMPN 5 Belinyu, Andika Bani Prabowo (40). Ia ditangkap dalam kasus dugaan korupsi
dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) tahun anggaran 2016 dan 2017, sebesar Rp.
349.000.000,-. Dana tersebut diselewengkan tersangka untuk membayar utang dan bermain
judi online”. Dikutip dari (https://tribunnews.com, pada tanggal 18 Juli 2018).
Kasus diatas merupakan salah satu contoh dari banyaknya kasus penyalahgunaan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Ini membuktikan bahwa masih kurangnya rasa
tanggungjawab dari pihak sekolah. Keadaan seperti ini sering dimanfaatkan oleh orang
yang tidak mempunyai rasa tanggungjawab dan karena keadaan yang mendukung. Kasus
ini terjadi karena tidak adanya akuntabilitas maupun transparansi yang merupakan suatu
bentuk kewajiban pertanggungjawaban dan keterbukaan sekolah kepada masyarakat dan
pemerintah tentang berhasil atau tidaknya pengelolaan dana tersebut.
C. Solusi Permasalahan
Agar tidak terjadi penyalahgunaan pada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini maka
pihak sekolah harus terbuka khususnya kepada masyarakat sekitar tentang penggunaan dan
kebijakan-kebijakan sekolah dalam pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Dengan kata lain pihak sekolah harus memiliki Akuntabilitas dan Transparansi yang jelas.
Akuntabilitias adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas
ini merupakan suatu prinsip penting dalam menciptakan tata kelola yang lebih baik karena
banyak digunakan pada sektor publik. Sedangkan Transparansi merupakan keterbukaan
atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh Instansi sekolah. Transparansi yang
menjadi salah satu aspek penting mendasar demi terwujudnya tata kelola yang baik khusus
nya di lingkungan sekolah. Tata kelola yang baik disini berarti adanya keterbukaan kepada
masyarakat mengenai informasi keuangan maupun bijakan sekolah. Adanya keterlibatan
dan kemudahan akses bagi masyarakat juga bagian dari transparansi yang harus dilakukan
oleh pihak sekolah.
Dari penjelasan di atas bisa dikatakan bahwa akuntabilitas dan transparansi merupakan dua
aspek penting bagi pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dimana suatu
pertanggungjawaban dan keterbukaan harus dijalankan sebaik mungkin agar permasalahan
seperti pada contoh kasus tersebut tidak terjadi lagi. Maka dari itu, pemerintah khusus nya
dalam hal ini yaitu sekolah di tuntut untuk akuntabel dan transparan dalam segala kebijakan
dan tindakan yang di ambil. Keefektivitasan dalam pengelolaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) tentunya menjadi tolak ukur apakah output yang dihasilkannya sudah sesuai
dengan target atau belum. Efektif disini berarti bahwa pelaksanaanya sudah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika pengelolaannya telah sesuai dengan
rencana atau target dan pencapaiannya tepat maka pengelolaan tersebut dapat dikatakan
efektif.
Selain cara tersebut, Cara yang paling efektif untuk meminimalisir terjadinya
penyalahgunaan keuangan ialah diperlukan sebuah sistem pendidikan antikorupsi yang
berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta
pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan
secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Pendidikan antikorupsi ini sangat penting bagi perkembangan psikologis siswa. Pola
pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal yang
berkenaan dengan korupsi temasuk sanksi yang akan diterima jika melakukan korupsi.
Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-
bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika melakukan korupsi. Sehingga,
masyarakat akan mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama
memberikan sanksi moral bagi koruptor.
Pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi
berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan
sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi. Mentalitas antikorupsi ini akan
terwujud jika kita secara sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk mampu
mengidentifkasi berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan
memperbaharui sistem nilai warisan dengan situasi-situasi yang baru.
Pendidikan antikorupsi melalui jalur pendidikan lebih efektif, karena pendidikan
merupakan proses perubahan sikap mental yang terjadi pada diri seseorang, dan melalui
jalur ini lebih tersistem serta mudah terukur, yaitu perubahan perilaku antikorupsi.
Perubahan dari sikap membiarkan dan memaafkan para koruptor ke sikap menolak secara
tegas tindakan korupsi, tidak pernah terjadi jika kita tidak secara sadar membina
kemampuan generasi mendatang untuk memperbaharui sistem nilai yang diwarisi untuk
menolak korupsi sesuai dengan tuntutan yang muncul dalam setiap tahap pernjalanan
bangsa kita.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikaln antikorupsi ini adalah membuat siswa
mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi sehingga tercipta generasi yang
sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi, dan mengerti sanksi yang
akan diterima jika melakukan korupsi, serta menciptakan generasi muda bermoral baik
serta membangun karakter teladan agar generasi muda tidak melakukan korupsi sejak dini.
DAFTAR RUJUKAN

Melani, S., Afriansyah, H., & Hadiyanto, H. (2019). Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan. 15–62. https://doi.org/10.31227/osf.io/brfcm

Minuchin. (2019). Akuntabilitas dan Transparansi Penggunaan Dana Bantuan Operasional


Sekolah (BOS). 4(20), 147–173.

https://dindik.jatimprov.go.id/pak//blog/3/pendidikan-anti-korupsi-sejak-dini

https://text-id.123dok.com/document/lq5ngde3q-fasilitas-sarana-dan-prasarana-sekolah.html

https://student-activity.binus.ac.id/himpgsd/2017/03/saranadanprasaranapendidikan/

Anda mungkin juga menyukai