1063 2382 2 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

POLA DAN NILAI LOKAL ETNIS DALAM PEMANFAATAN SATWA PADA

ORANG RIMBA BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI


(System and Ethnic Local Values in Wildlife Utilization of Rimba Tribe of Bukit
Duabelas Jambi Province)*
Novriyanti1, Burhanuddin Masy’ud2 dan/and M. Bismark3
1
Fakultas Kehutanan Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi-Muara Bulian KM.15, Mendalo
Darat Jambi 36361; Telp 0741-583051; Fax 0741582733
2
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB Jl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor
16680; Telp. +62 251 8622642, +62 251 8622708
3
Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi; Jl. Gunung Batu No. 5 PO Box 165;Telp.0251-8633234;
Fax 0251-8638111 Bogor
E-mail: 1novriyanti.mubarok@gmail.com; 2masyud06@yahoo.com;
3
bismark_forda@yahoo.com

*Diterima : 17 Juli 2014; Disetujui : 17 November 2014

ABSTRACT
Orang Rimba is one of the ethnic groups living in and outside of Bukit Duabelas National Park Jambi
Province. To support living in a group nomadically, orang rimba utilized many wildlife species and hold
diverse utilization patterns. Study on etnozoology was conducted to get information on wildlife utilization
especially on what species, what for, how to process and what is the value behind. Research was carried out
in September-October 2013. Data were collected by open and structured interview to Orang Rimba’s groups
in Makekal Tengah, Makekal Hilir, Air Hitam, and Terap. The results showed that there were 29 wildlife
species used by Orang Rimba for animal protein resource (consumption) (48.28%), local medicine
(20.69%)), protected by custom (24.14%), and for sale (6.90%). Meat is the main part used by Orang Rimba
(62%). According to customary law of Orang Rimba, wildlife hunting is permitted in the forest except inside
core forest which is the core zone of Bukit Duabelas National Park and prohibited to hunt indigenous
protected wildlife.
Key words : Orang Rimba, traditional utilization, wildlife, ethnozoology

ABSTRAK
Orang Rimba merupakan salah satu etnis yang tinggal di dalam dan di luar kawasan Taman Nasional Bukit
Duabelas, Provinsi Jambi. Untuk mendukung cara hidup berpindah dan berkelompok, Orang Rimba
memanfaatkan bermacam jenis satwa dan memiliki pola pemanfataan yang beragam. Penelitian etnozoologi
ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang jenis satwa yang dimanfaatkan Orang Rimba, peruntukan,
cara memanfaatkan dan nilai-nilai yang terkandung dalam upaya mendapatkan satwa tersebut. Penelitian
dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Data dikumpulkan dengan cara wawancara terbuka pada
Orang Rimba kelompok Makekal Tengah, Makekal Hilir, Air Hitam dan Terap. Hasil penelitian
menunjukkan ada 29 jenis satwa yang dimanfaatkan Orang Rimba sebagai sumber protein hewani (48,28%),
bahan obat (20,69%), terlindungi adat (24,14%) dan dijual (6,90%). Daging merupakan bagian tubuh yang
paling banyak dimanfaatkan (62%). Menurut aturan adat Orang Rimba, kegiatan berburu satwa boleh
dilakukan di dalam hutan, kecuali di dalam hutan inti, yaitu zona inti Taman Nasional Bukit Duabelas
Provinsi Jambi dan dilarang memburu satwa yang terlindungi adat.
Kata kunci : Orang Rimba, pemanfaatan tradisional, satwa liar, etnozoologi

I. PENDAHULUAN kebudayaan dan kepentingan ekonomi


subsisten. Ragam pemanfaatan satwa
Pemanfaatan satwa liar telah dilaku- merupakan implikasi dari beragamnya
kan oleh berbagai etnis di dunia sejak etnis, baik dalam hal jenis satwa yang
dulu untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimanfaatkan, bentuk pemanfaatan
antara lain sebagai sumber bahan maupun cara memanfaatkannya.
makanan dan obat, sarana ritual Beberapa contoh berikut menunjukkan
299
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

variasi pemanfaatan satwa untuk berbagai Sumber Daya Alam (BKSDA, 2004),
keperluan pada etnis tertentu. Di terdapat sekitar 65 spesies tumbuhan dan
Kalimantan Timur terdapat delapan 21 spesies satwa yang dimanfaatkan
kelompok etnis yang memanfaatkan Orang Rimba. Orang Rimba juga
macan dahan (Neofelis nebulosa memiliki aturan dalam memanfaatkan
(Griffith, 1821)) untuk kegiatan budaya tumbuhan. Pemanenan umbi-umbian dan
(Puri, 2001), sementara tiga etnis lain di umbut-umbutan berlaku aturan adat
DAS Malinau menggunakan satwa ‘ambil satu bayar satu’ dan pemanenan
herbivora untuk memenuhi kebutuhan buah-buahan berlaku aturan adat ‘pohon
protein (Meijaard et al., 2006). Sebanyak induk dilarang ditebang’ (BKSDA,
54 jenis satwa diketahui digunakan 2004). Berdasarkan informasi tersebut,
masyarakat Jawa Tengah sebagai obat maka pertanyaan yang muncul ialah
tradisional (Kartikasari et al., 2008). apakah Orang Rimba masih memiliki
Masyarakat Desa Serangan, Denpasar, spesies satwa lainnya untuk dimanfaatkan
Bali, memanfaatkan penyu untuk dan bagaimana pola pemanfaatannya?
keperluan ekonomi lokal, adat dan Nilai apakah yang terkandung dalam
upacara agama Hindu (Sudiana, 2010). upaya mendapatkan satwa tersebut?
Suku Maybrat di Papua berburu satwa Pertanyaan-pertanyaan ini penting bagi
liar untuk berbagai keperluan sesuai nilai konservasi satwa pada banyak etnis
tradisionalnya (Pattiselanno & terutama Orang Rimba, karena hubungan
Mentansan, 2010). Biawak digunakan antara manusia dengan alam membentuk
oleh Suku Yaur di Papua sebagai minyak nilai-nilai yang arif dan menyatu dalam
pijat dan obat tradisional (Iyai et al., mengelola alam lingkungan. Selain itu,
2011). informasi dan pengetahuan pemanfaatan
Keragaman dalam pemanfaatan satwa satwa oleh etnis pedalaman juga
mendorong terbentuknya pola dalam dijadikan dasar di dalam banyak bentuk
pemanfaatan satwa tersebut, yaitu sebuah teknologi dan pengobatan modern.
sistem atau cara kerja dan sebuah bentuk Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut,
(struktur) yang tetap dalam maka penelitian ini bertujuan 1)
memanfaatkan berbagai jenis satwa. Hal mendapatkan informasi tentang pola
ini berkaitan erat dengan proses interaksi pemanfaatan satwa pada Orang Rimba
yang berkembang antara etnis tertentu dan 2) memperoleh informasi mengenai
yang tinggal di sekitar hutan dengan alam nilai budaya yang terkandung di dalam
lingkungannya dari waktu ke waktu. perilaku dan kebiasaan Orang Rimba
Interaksi yang kuat tersebut melahirkan untuk mendapatkan satwa sebagai upaya
cara tersendiri pada komunitas konservasi satwa liar.
masyarakat dalam memperlakukan Dalam penelitian ini, pola
sumberdaya alamnya (Li, 1999). pemanfaatan yang dimaksud ialah
Salah satu etnis asli Provinsi Jambi, seperangkat unsur atau aspek yang saling
yaitu Orang Rimba diduga juga memiliki berkaitan dalam pemanfaatan satwa pada
keragaman dan pola tertentu dalam komunitas. Seperangkat unsur tersebut
pemanfaatan satwa seperti etnis lain yang ialah apa saja jenis yang dimanfaatkan,
telah dijelaskan. Orang Rimba yang bagaimana cara memanfaatkan,
hidup secara berkelompok dengan sistem bagaimana cara perolehannya (waktu,
egaliter di dalam dan di luar Taman tempat, teknik dan/atau teknologi) serta
Nasional Bukit Duabelas diketahui adakah aturan yang melandasi hal-hal itu.
memanfaatkan berbagai jenis Adapun nilai bermakna sebagai sikap
keanekaragaman hayati untuk kebutuhan kolektif komunitas terhadap pola
hidup (Sandbukt, 1984; Prasetijo, 2001; pemanfaatan satwa. Nilai dalam konteks
Sager, 2008). Menurut Balai Konservasi budaya didefinisikan oleh Marzali (2005)
300
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

sebagai cerminan dari hal yang kelompok Makekal (Hulu, Tengah dan
diinginkan (desirable) dan/atau tidak Hilir), Air Hitam dan Terab yang tinggal
diinginkan (non-desirable) seseorang di dalam dan di luar kawasan Taman
sebagai anggota masyarakat, bukan apa Nasional Bukit Duabelas (TNBD).
yang ia inginkan sebagai manusia Lokasi komunitas Orang Rimba disajikan
(individu). Nilai tersebut diperoleh dari pada Gambar 1.
analisis terhadap alasan atau tujuan
dilakukannya suatu aktivitas dan/atau B. Bahan dan Alat Penelitian
dibentuknya suatu aturan dalam
Bahan yang digunakan ialah panduan
pemanfaatan satwa.
wawancara yang terintegrasi dalam tally
Penelitian ini diharapkan dapat
sheet. Alat yang digunakan ialah alat
membawa manfaat dalam memperkaya
perekam suara, kamera dan alat tulis
bentuk riset etnografi mengenai interaksi
menulis.
masyarakat secara sosial budaya dan
tingkat ketergantungannya dengan satwa
C. Pengumpulan Data
atau sumber daya alam di dekat mereka.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat Data dikumpulkan dengan teknik
menambah ragam alternatif keputusan wawancara terbuka (Irianto & Bungin,
pemerintah dalam menentukan model, 2006). Panduan wawancara memuat
pola dan teknik pengelolaan satwa di informasi seperti pada Tabel 1.
dalam dan di luar kawasan konservasi Responden adalah Orang Rimba yang
berbasis kearifan lokal masyarakat. tinggal di Makekal Tengah, Makekal Hi-
lir, Air Hitam dan Terap. Responden di-
tentukan menggunakan metode kombinasi
II. BAHAN DAN METODE purposive dan kuota (Bungin, 2003),
terdiri dari tokoh adat/spiritual, pengurus
A. Waktu dan Lokasi Penelitian kelompok, yaitu Tumenggung (kepala
kelompok/pemimpin tertinggi), Menti
Penelitian dilakukan pada bulan
(penyidang orang secara adat) dan Orang
September sampai Oktober 2013 di
Rimba biasa. Berdasarkan pertimbangan
beberapa kelompok Orang Rimba, yaitu

Gambar (Figure) 1. Lokasi Orang Rimba yang menjadi subjek penelitian (lingkaran) (Location of the
studied orang rimba (circle))
301
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

Tabel (Table) 1. Jenis data berdasarkan aspek kajian (Type of data based on studied aspect)
Aspek kajian (Studied aspect) Data (Data)
Pola pemanfaatan satwa - Jenis satwa yang dimanfaatkan (Species utilized)
(Wildlife utilization pattern) - Peruntukan (Allocation species utilized)
- Cara mengolah (Processing or utilization method)
- Bagian tubuh yang diolah (Body parts that processed)
- Teknik mendapatkan (Taking techniques)
- Alat dan teknologi yang digunakan dalam mendapatkannya (Tools and
technology used)
- Waktu dan tempat (Time and place taking)
- Aturan yang melandasi (Underlying rule taking)
Nilai yang terkandung dalam - Alasan atau tujuan melakukan suatu aktivitas yang berhubungan
pemanfaatan satwa secara dengan pemanfaatan satwa liar (Reason or purpose performing an
umum (The value contained in activity related to wildlife utilization)
wildlife utilization generally) - Alasan dibentuknya suatu aturan dalam pemanfaatan satwa (Reasons
for establishing a rule wildlife utilization)

kesamaan sifat dan aktivitas hidup masing kelompok data disajikan dalam
komunitas Orang Rimba (Sager, 2008), bentuk histogram dan diagram lingkaran.
maka total responden yang diwawancarai
dari seluruh kelompok berjumlah 20
responden. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Selain wawancara, triangulasi data
juga dilakukan untuk menguji keabsahan A. Pola Pemanfaatan Satwaliar
data (Bungin, 2003). Ada dua triangulasi 1. Jenis satwa, Peruntukkan dan Ba-
yang dilakukan, yaitu : gian Tubuh yang Dimanfaatkan
1. Triangulasi data, yaitu jenis triangulasi
yang menggunakan sumber data Berdasarkan hasil wawancara,
beragam dengan melakukan cross- diketahui terdapat 29 jenis satwa berguna
check data dari Orang Rimba yang bagi Orang Rimba (Tabel 2). 29 jenis
ditemui secara sengaja di luar satwa tersebut, sebanyak 48,28% untuk
kelompok yang diteliti dan dari studi kebutuhan konsumsi (protein hewani),
literatur. 20,69% untuk pengobatan, 24,14% untuk
2. Triangulasi peneliti, yaitu jenis kebutuhan adat (dilindungi) dan sisanya
traingulasi yang menggunakan peneliti untuk dijual (6,90%) (Gambar 2).
dari latar belakang ilmu yang berbeda Satwa yang dijual oleh Orang Rimba
dengan peneliti (kehutanan). Peneliti biasanya diperuntukkan setelah
yang dipilih ialah peneliti dan kebutuhan konsumsi subsisten terpenuhi.
fasilitator Unit Rimba dari Komunitas Nasi et al. (2008) menyebut hal ini
Konservasi Indonesia (KKI) Warsi sebagai “bushmeat” sebab selain untuk
yang memiliki latar belakang ilmu memenuhi kebutuhan protein hewani,
antropologi. sebagian satwa hasil buruan juga ada
yang dijual. Hal ini dinilai wajar sebab,
D. Analisis Data menurut Casanova et al. (2012), saat ini
“busmeat” melibatkan hampir seluruh
Data dianalisis secara deskriptif etnis tradisional yang ada di dunia. Pada
dengan mengelompokkan jenis satwa masyarakat Papua yang tinggal di DAS
berdasarkan peruntukkan pemanfaatan, Mamberamo, sebagian hasil hutan yang
bagian tubuh yang dimanfaatkan dan cara dipungut secara subsisten juga dijual
memanfaatkan. Persentase masing- untuk mendapatkan uang (Boissière et
302
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

al., 2004). Hal itu menunjukkan bahwa terpisahkan dari kehidupan etnis
uang telah menjadi bagian yang tidak masyarakat.

Tabel (Table) 2. Jenis satwa dan pemanfaatannya oleh Orang Rimba (Species of wildlife used by Orang
Rimba)
Status perlindungan
Jenis satwa (Kind of wildlife) Peruntukkan (Allocation)
(Protection status)
No. PP CITES
Nama lokal Nama ilmiah
K O KA J No.7/ IUCN APPEN-
(Local name) (Scientific name)
1999 DICES
1. Bebi atau babi Sus barbatus √ - - - - VU -
hutan
2. Rusa Cervus unicolor √ - - - √ DD -
3. Kijang Muntiacus muntjak √ - - - √ LC -
4. Kancil Tragulus javanicus √ - - - √ DD -
5. Napu Tragulus napu √ - - - √ LC -
6. Trenggiling Manis javanica - - - √ √ CR II
7. Kuau Argusianus argus √ - - - √ NT II
8. Kura-kura Cyclemys dentate - - - √ - NT II
9. Landak Hystrix sumatrae - √ - - √ LC -
10. Beruang madu Helarctos malayanus - √ - - √ VU I
11. Harimau Panthera tigris sumatrae - - √ - √ EN I
12. Gajah Elephas maximus - - √ - √ EN I
sumatrensis
13. Telegu atau Mydaus javanensis - √ - - √ LC -
sigung
14. Buaya Crocodylus porosus - √ - - √ LC II
15. Burung (Kemungkinan) - - √ - - VU II
selelayat Pycnonotus zeylanicus
16. Tupai tanah Lariscus insignis - √ - - √ LC -
17. Siamang Symphalangus syndactylus - - √ - - EN -
18. Burung binti Streptopelia sp. - - √ - - LC -
19. Ikan kalus (kemungkinan) - √ - - - NT -
Oreochromis mossambicus
20. Biawak Varanus salvator √ √ - - - LC -
21. Tapir Tapirus indicus - - √ - √ EN -
22. Rangkong Rhinoplax vigil - - √ - - NT I
kecil
23. Lele (ikan) Clarias spp. √ - - - - LC -
24. Patin (ikan) Pangasius spp. √ - - - - LC -
25. Gabus/huloton Channa striata √ - - - - LC -
(ikan)
26. Biyung/kodok Rana sp. √ - - - - LC -
27. Ayam hutan Gallus gallus √ - - - - LC -
28. Musang Paradoxurus √ - - - - LC III
hermaphroditus
29. Labi-labi Tryonix cartilaginous √ - - - - - -
Keterangan (Remaks):
K : Konsumsi (Consumption); O : Obat (Medicine from animal); VU : Vulnerable; EN : Endangered; KA :
Kebutuhan adat (dilindungi) (Protected by customary culture); J : Jual (For sale); LC : Least Concern; DD :
Data Deficient; CR : Critically Endangered; NT : Near Threatened

303
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

(Percentage of species number)


Persentase jumlah jenis

Dijual (For sale) Dikonsumsi Pengobatan Kebutuhan adat


(Consumption) (Medicinal) (Dilindungi)
(Protected)
Bentuk pemanfaatan (Utilization form)

Gambar (Figure) 2. Persentase pemanfaatan satwa oleh Orang Rimba Bukit Duabelas, Jambi (Percentage of
wildlife utilization by Orang Rimba Bukit Duabelas Jambi)

(a) (b)
Gambar (Figure) 3. (a) Bagian tubuh satwa yang dimanfaatkan dan (b) cara memanfaatkan (Part of wildlife
body used and utilization method)

Di antara jenis satwa yang dimanfaat- kebutuhan konsumsi Orang Rimba


kan Orang Rimba untuk berbagai didominasi oleh mamalia (51,73%). Aves
keperluan terutama kebutuhan konsumsi hanya sebanyak 17,24%, reptil sebanyak
dan pengobatan, ada empat jenis bagian 17,24% dan pisces sebanyak 13,79%.
tubuh yang biasa dimanfaatkan yaitu Pada banyak etnis, mamalia memang
daging, bulu, empedu dan tulang termasuk satwa yang paling sering
(Gambar 3a). Daging merupakan bagian diburu, salah satunya seperti pada
tubuh yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat Arunachal Pradesh, India
(62%) kemudian disusul oleh empedu (Chutia, 2010). Pemanfaatan satwa pada
(19%), bulu (13%) dan tulang (6%). Ke Suku Maybrat di Papua secara umum
empat bagian tubuh tersebut ada yang juga untuk memenuhi protein subsisten
dimanfaatkan dengan cara dikeringkan, (Pattiselanno & Mentansan, 2010).
dimakan mentah atau dibakar. Cara yang Berbeda dengan masyarakat Bromo
paling umum dilakukan untuk menikmati Tengger dimana persentase jumlah satwa
satwa ialah dengan dibakar (75%), yang digunakan dalam kehidupan sehari-
sisanya dimakan mentah (12%) dan hari rumah tangga tergolong kecil, yaitu
dikeringkan (13%). Ke empat cara hanya 6% dari 110 jenis satwa yang biasa
tersebut ada pada Gambar 3b. dimanfaatkan untuk memenuhi
Berdasarkan penggolongan kelas, jenis kebutuhan pangan, ritual, obat-obatan
satwa yang dimanfaatkan terutama untuk dan lainnya (Batoro et al., 2012).
304
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

Perbedaan tersebut disebabkan oleh Sebagai contoh, Orang Rimba


kondisi terisolasinya masyarakat menggunakan bulu telegu atau sigung
pedalaman di Pulau Jawa tidak sama (Mydaus javanensis) yang dibakar
dengan di Pulau Sumatera. Pengenalan sebagai obat penyakit kulit yang sering
terhadap satwa hasil domestikasi juga diderita seperti campak, kudis dan gatal-
lebih cepat terjadi di Jawa. Menurut Li gatal. Berbeda dengan masyarakat di
(1999) distribusi informasi pada Jawa Tengah, penyakit kulit diobati
masyarakat di Sumatera tidak lancar menggunakan daging, empedu, kulit dan
seperti halnya di Jawa. Dari hal tersebut lemak atau minyak biawak (Kartikasari et
dapat dikatakan tingkat ketergantungan al., 2008). Orang Rimba menggunakan
Orang Rimba di Sumatera terhadap alam empedu biawak untuk menghilangkan
lebih besar daripada masyarakat di Jawa perih dan sakit pada mata anak-anak dan
karena perbedaan aksesibilitas. orang dewasa, sedangkan menurut Iyai et
Sebagian besar satwa yang dikonsumsi al. (2011) etnis Yaur memanfaatkan hati
(Tabel 2) ternyata berstatus dilindungi di dan gigi biawak untuk menjaga kesehatan
dalam UU No.7/1999 tentang dan lemaknya untuk minyak pijat. Hal ini
Pengawetan dan Pemanfaatan Satwaliar menunjukkan bahwa suatu jenis satwa
serta masuk ke dalam daftar baik dapat memiliki beragam manfaat.
Appendix I maupun Appendix II CITES. Penggunaannya pada etnis yang berbeda
Sementara itu, spesies yang dimanfaatkan bergantung pada pengalaman kearifan
sebagai obat tidak banyak yang dan bukti dari kebiasaan etnis itu di
dilindungi dalam undang-undang dan dalam praktek pengobatan berbagai jenis
daftar CITES. Jenis satwa yang penyakit yang sering diderita.
digunakan dalam pengobatan tradisional Dilihat dari kecenderungan praktek
Orang Rimba dan khasiatnya disajikan pengobatan tradisional secara
dalam Tabel 3. keseluruhan, ternyata Orang Rimba lebih
Beberapa khasiat pengobatan yang memilih menggunakan tumbuhan
berasal dari ke tujuh jenis satwa pada daripada satwaliar. Hal itu dikarenakan
Tabel 3 tidak bersumber dari penggunaan tumbuhan lebih mudah diperoleh dan
daging. Orang Rimba lebih diolah. Berbeda dengan masyarakat di
mengutamakan penggunaan daging untuk Afrika yang sejak dahulu lebih memilih
keperluan konsumsi. Beberapa etnis di menggunakan satwa di dalam pengobatan
DAS Malinau juga diketahui tradisional (TRAFFIC, 1999; Soewu,
memanfaatkan satwa liar paling tinggi 2008).
untuk kebutuhan protein hewani Adapun satwa yang berguna secara
(Meijaard et al., 2006). Berbeda dengan adat bagi Orang Rimba mengandung
masyarakat di Jawa Tengah yang lebih makna bahwa satwa tersebut dilindungi
memilih mengolah daging sebagai obat oleh adat mereka. Artinya, satwa tersebut
daripada bagian tubuh lainnya tidak boleh dibunuh kecuali dengan
(Kartikasari et al., 2008). Artinya alasan yang penting seperti sebagai obat
penggunaan satwa dan bagian tubuhnya atau jika satwa membahayakan nyawa.
sebagai obat oleh suatu komunitas Membunuh satwa yang dilarang oleh adat
bergantung pada prioritas kebutuhan Orang Rimba sama dengan membunuh
komunitasnya. dewa-dewa mereka. Harimau (Panthera
Selain itu, penggunaan satwa dan tigris sumatrae), gajah (Elephas maximus
bagian tubuh tertentu dari satwa sebagai sumatrensis), siamang (Symphalangus
obat oleh komunitas atau suku tertentu syndactylus), tapir (Tapirus indicus), bu-
juga ditentukan oleh jenis penyakit dan rung selelayat (Pycnonotus zeylanicus),
banyaknya penyakit yang diderita.

305
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

Tabel (Table) 3. Jenis satwa yang digunakan dalam pengobatan (Wildlife species used for medicine)
Jenis satwa (Species of animal) Khasiat (Virtue)
Nama lokal
No. Nama ilmiah Pada Orang Rimba Pada etnis/masyarakat lain (In other
(Local
(Scientific name) (In Orang Rimba) community)
name)
1. Landak Hystrix Menyembuhkan Mencegah kematian prematur pada
brachyuran batuk kering, anak-anak (Prevent premature death in
keracunan (Cure dry children); penambah stamina (Increase
cough, poisoning) stamina) (Kartikasari et al. 2008);
maag, usus buntu, sakit perut (Gastritis,
appendicitis, abdominal pain) (Hastiti
2011)
2. Beruang Helarctos Mengobati mules, Obat untuk luka dalarn akibat patah
madu malayanus campak, berak darah tulang, terkilir dan kecelakaan ringan
(Treating pain in the (Medicine for wounds in due fractures,
abdomen, measles, sprains and minor accidents) (Putra et
dysentery) al. 2008); lelah, capek badan, jatuh
(Body tired, falls) (Hastiti 2011)
3. Sigung Mydaus Mengobati penyakit Tidak ditemukan (Not found)
atau telegu javanensis campak (Treating
measles)
4. Buaya Crocodylus Keluarnya alat Meningkatkan stamina tubuh pria,
porosus reproduksi wanita mencegah atau mengobati penyakit
(Discharge of female asma, mencegah malaria, mengobati
reproductive organs) penyakit kulit, melembutkan dan
menghaluskan kulit (Increases male
stamina, prevent or treat asthma,
preventing malaria, treating skin
diseases, softens and smoothes the skin)
(Haryanto 2005).
5. Tupai Lariscus spp. Sakit maag atau Tidak ditemukan (Not found)
tanah lambung (Gastritis)
6. Ikan kalus (kemungkinan Sakit lambung atau Pemakan jentik nyamuk malaria
Oreochromis maag (Gastritis) (Malaria mosquito larvae eaters)
mossambicus) (mencegah penyakit malaria/prevent
malaria) (Tuti et al. 2009)
7. Biawak Varanus salvator Obat sakit mata, mata Mengobati penyakit kulit (Treating skin
merah, dan sakit diseases) (Kartikasari et al. 2008;
perut (Medication Hastiti 2011); Menjaga kesehatan dan
eye sore, red eyes, sebagai minyak pijat (Maintain health
and abdominal pain) and as a massage oil) (Iyai et al. 2011,
Putra et al. 2008)

burung binti (Streptopelia sp.) dan dalam kategori terlindungi adat istiadat
rangkong kecil (Rhinoplax vigil) adalah Orang Rimba pada Tabel 2, juga
satwaliar yang tidak boleh diburu (Tabel dilindungi oleh UU No. 7 tahun 1999 dan
2). Beberapa mamalia besar dan sedang beberapa diantaranya masuk ke dalam
tersebut bagi Orang Rimba merupakan daftar lampiran I dan II CITES. Hal ini
jelmaan dewa-dewa, sementara burung menunjukkan, dalam konteks konservasi,
ialah pengantar kabar ke dewa. Orang proteksi yang dibuat oleh adat Orang
Rimba meyakini bahwa jika aturan itu Rimba sejalan dengan kepentingan
(membunuh satwa yang dilindungi adat) perlindungan satwa.
dilanggar, maka mereka dapat terkena
kutukan Dewa. Dilihat dari status
perlindungan, satwa yang termasuk
306
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

2. Waktu, Lokasi dan Teknik sebagainya. Artinya, Orang Rimba tidak


Mendapatkan Satwa mengatur secara spesifik waktu berburu
satwa di hutan.
Satwa merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan Orang Rimba. Orang Rimba juga tidak mengatur
jumlah orang yang diperbolehkan
Untuk mendapatkan satwa yang ada pada
Tabel 2 kecuali hewan domestik, Orang mengambil satwa. Akan tetapi biasanya
kegiatan berburu dilakukan Orang Rimba
Rimba melakukan aktivitas berburu dan
me-nubo (menangkap ikan menggunakan dalam tim atau kelompok kecil sebanyak
dua sampai empat orang sedangkan me-
racun). Racun yang digunakan berasal
nubo memerlukan banyak orang.
dari akar tumbuhan yang tidak bersifat
merusak dan termasuk jenis yang mudah Pembentukan kelompok bertujuan agar
satwa hasil buruan berukuran besar
larut dan hilang ketika hujan datang.
Jenis racun yang biasa digunakan Orang mudah diangkut dan dapat dinikmati oleh
banyak orang. Hal ini sekaligus juga
Rimba ada dua kategori, yakni tubo
sebagai suatu indikator dari wujud
berisil dari kulit liana berkayu (Derris
sp.) dan tubo gantung dari akar atau umbi kesadaran kerjasama dan semangat saling
yang memabukkan (Dioscorea hispida). membantu pada komunitas Orang Rimba,
Kegiatan me-nubo hanya boleh sebagaimana juga cara perburuan yang
dilakukan pada musim kemarau. Me- dilakukan pada etnis lain di Papua
(Pattiselanno & Mentansan, 2010; Iyai et
nubo dilarang dilakukan pada musim
berbiak ikan. Adapun waktu yang al., 2011).
diperbolehkan untuk berburu tidak Jumlah satwa, jenis kelamin dan
peralatan termasuk teknik berburu juga
ditentukan. Berburu dapat dilakukan
tidak diatur oleh adat Orang Rimba,
kapan saja tergantung pada tanda atau
namun peralatan yang digunakan cukup
jejak yang ditinggalkan satwa seperti
sederhana. Peralatan tersebut disajikan
jejak kaki, bekas gesekan kayu,
pada Tabel 4.
renggutan daun muda, sodokan babi dan

Tabel (Table) 4. Alat tradisional yang digunakan untuk berburu satwa (Traditional equipment used for
wildlife catching)
Alat buru
Satwa sasaran Cara menggunakan Keterangan
(Hunting
(Targeted wildlife) (Method used) (Note)
equipment)
Tombak (Kujur) Babi atau mamalia herbivora Diarahkan menuju tubuh satwa (Be Jarang
(Lance) yang sedang tidak aktif directed toward animal's body) digunakan
bergerak (Pigs or other (Rarely used)
herbivores that inactive)
Jerat (Jorot) Rusa, kancil, kijang dan jenis Dipasang pada lokasi-lokasi yang -
(Meshes) herbivora lain yang aktif mengandung tanda keberadaan
bergerak (Elk, deer, antelope satwa pada pohon atau tanah (Be
and other herbivores active) assembled in locations that contain
sign of wildlife in trees or soil)
Teruk (Like meshes) Kura-kura (Turtle) Sifatnya seperti jerat (such as meshes) -
Serampang (Like Berbagai jenis ikan perairan Ditombakkan langsung pada ikan Diperlukan
lance) tawar (Various types of (Fired directly on fish) kemampuan
freshwater fish) khusus
(Required
special skills)

Di antara peralatan yang ada pada digunakan sampai saat ini. Tombak
Tabel 4, teruk dan serampang termasuk (kujur) sebagian telah digantikan oleh
perlengkapan berburu yang masih sering senjata api rakitan (kecepak), karena
307
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

dipandang tidak efektif dalam (pengawas), Menti (penyidang orang


mendapatkan buruan berukuran besar. secara adat), Mangku (penimbang
Hal demikian secara cepat mampu keputusan adat), Anak Dalam (orang
menguras populasi sumberdaya. Kondisi kepercayaan mangku), Debalang batin
yang sama juga ditemukan Chutia (2010), (pengawal Tumenggung), dan Tengganai
yakni pada beberapa etnis, penggunaan (pemegang keputusan tertinggi dalam
senjata api lebih dipilih karena mampu sidang adat; dapat membatalkan
menangkap dan membunuh satwa lebih keputusan Tumenggung). Institusi Rimba
banyak dibandingkan panah, tombak atau inilah yang melaksanakan dan
jerat, baik mekanik atau tradisional. mengawasi setiap keputusan adat pada
Berbeda dengan Suku Maybrat di Papua, Orang Rimba, termasuk implementasi
meskipun tingkat pemanfaatan satwa nilai-nilai dalam pemanfaatan satwa. Di
yang biasa dikonsumsi tergolong tinggi, samping itu, sampai saat ini kekuasaan
namun karena menggunakan alat yang (power) Tumenggung masih cukup kuat
masih tradisional, sehingga dapat dan dipatuhi oleh anggota kelompoknya.
membantu kelestariannya (Pattiselanno & Pihak luar yakni masyarakat desa
Mentansan, 2010). khususnya Melayu juga mengakui
Meskipun Orang Rimba tidak kepemimpinan ini dan melibatkan Orang
mengatur waktu perburuan, jumlah Rimba dalam kegiatan desa, seperti
pemburu, jenis kelamin, jumlah satwa pelantikan kepala desa pada Gambar 4.
yang boleh diburu dan peralatan atau
teknik berburu, ada dua hal yang tidak
boleh dilanggar Orang Rimba dalam
berburu. Sesuai kesepakatan dan
kebijakan adat, dua hal itu ialah lokasi
berburu dan jenis satwa. Kegiatan
berburu boleh dilakukan di dalam hutan,
tetapi tidak boleh dilakukan dalam hutan
inti karena di dalamnya terdapat kuburan
para leluhur Orang Rimba. Hutan inti
tersebut adalah zona inti Taman Nasional
Bukit Duabelas. Namun, biasanya Orang
Rimba juga berburu di sekitar desa, yaitu
diantara tanaman sawit milik masyarakat
setempat atau di sekitar sungai-sungai Gambar (Figure) 4. Salah satu keterlibatan
besar di desa. Adapun jenis satwa yang Orang Rimba dalam kegiatan di desa (One of
dilarang untuk diburu ialah satwa yang Orang Rimba involvement in village event)
terlindungi adat (Tabel 1) karena satwa Berdasarkan analisis terhadap hasil
tersebut mewakili penghargaan Orang wawancara, ditemukan dua nilai yang
Rimba terhadap kepercayaan mereka. terkandung dalam aktivitas pemanfaatan
satwaliar pada komunitas Rimba. Nilai
B. Nilai-Nilai Dalam Pemanfaatan tersebut meliputi nilai ‘perlindungan’ dan
Satwa ‘kesederhanaan atau tidak konsumtif’.
Satu kelompok Orang Rimba Marzali (2005) menyatakan bahwa ma-
beranggotakan sekitar lima sampai lima nifestasi dari suatu nilai dapat berwujud
belas jiwa. Setiap kelompok dipimpin materi, pemikiran yang diungkapkan
oleh Tumenggung. Dalam menjalankan dalam kata-kata, sikap dan tindakan
sistem sosialnya, Tumenggung (pemim- kolektif. Kedua nilai yang ada pada
pin tertinggi) dibantu oleh Depati Orang Rimba tersebut termanifestasikan

308
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

dalam sikap dan tindakan mereka dalam atau mengganggu kepercayaan mereka
memperlakukan alam. (Chutia, 2010).
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Berbeda dengan nilai perlindungan,
perlindungan bergantung pada keyakinan nilai kesederhanaan pada Orang Rimba
atau kepercayaan komunitas terhadap memiliki makna dan manifestasi yang
Sang Pencipta. Pada Orang Rimba yang berhubungan dengan sikap dan perilaku
sangat meyakini adanya Dewa, makna kulturalnya. Orang Rimba yang dikenal
nilai perlindungan ditunjukkan untuk sebagai komunitas pengumpul hasil hutan
‘melindungi sumber kehidupan (Dewa)’. (Sandbukt, 1984; Sandbukt & Warsi,
Nilai tersebut dimanifestasikan dalam 1998), cenderung mengandalkan stok
bentuk penghargaan terhadap hutan yang disediakan alam dalam pemanfaatan
dengan melarang mendekati wilayah satwaliar termasuk trenggiling. Adat
pekuburan ketika berburu dan melarang Orang Rimba juga tidak mengatur jumlah
membunuh satwa tertentu yang dianggap maupun jenis yang boleh diambil karena
memiliki penjelmaan dewa, seperti mereka hanya mengambil satwa sesuai
harimau (Pantera tigris sumatrae) dan kebutuhan konsumsi dan ekonomi sub-
gajah (Elephas maximus sumatrensis). sisten. Berdasarkan hal itu, maka Orang
Berbeda dengan etnis Monpas dan Rimba tidak akan membunuh satwa yang
Nyishis di India yang tetap memburu tidak digunakan secara sia-sia.
kucing besar karena tidak berpengaruh

Tabel (Table) 5. Nilai yang terkandung dalam aktivitas pemanfaatan satwa pada Orang Rimba (The value
contained in animals utilization of Orang Rimba)
Manifestasi nilai (Manifestation
Nilai (Value) Makna nilai (Value means)
value)
Nilai perlindungan Melindungi sumber-sumber yang - Aturan adat melarang Orang
(Protected value) berhubungan dengan penghidupan Rimba berburu di zona inti
Orang Rimba (Dewa) (Protecting Taman Nasional Bukit Duabelas,
sources related to Orang Rimba’s karena terdapat pekuburan
livelihood) moyangnya; lokasi lain
diperbolehkan (Customary rules
prohibit Orang Rimba to hunt in
the core zone of Bukit Duabelas
National Park, because there is a
graveyard ancestors; another
location permitted)
- Larangan membunuh satwa yang
dilindungi adat (untuk
kepentingan adat) (Prohibition to
kill protected wildlife the
customs (for indigenous
interests)
Nilai kesederhanaan Sebagai komunitas pengumpul hasil Jika satwa yang diinginkan tidak
atau tidak konsumtif hutan (Sandbukt dan Warsi 1998), Orang ditemui, maka satwa lain tidak
(Simplicity value or non Rimba memanfaatkan satwa sesuai dibunuh tanpa alasan (If the
consumptive value) kebutuhan (As a community gathering wildlife needed not found, the other
forest products, Orang Rimba utilized wildlife are not be killed without
wildlife as needed) cause)

Beberapa Orang Rimba sudah ada tap di luar hutan dan berasosiasi dengan
yang beralih dari animis ke penganut aga- masyarakat sekitar (melayu dan penda-
ma tertentu (Islam dan Kristen). Bahkan tang) (lihat Gambar 5). Meskipun demi-
di antara mereka telah tinggal atau mene- kian, Orang Rimba tetap menghargai dan
309
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

patuh terhadap larangan mengakses jenis memiliki aturan adat dalam kegiatan
satwa dan zona-zona tertentu yang berburu, kecuali mengatur lokasi dan
terlindungi adat. Menurut Shohibuddin jenis satwa yang dapat diburu.
(2003), agama tertentu (monoteis) me- 2. Nilai yang terkandung dalam upaya
mengaruhi pemanfaatan sumberdaya mendapatkan satwa dalam kehidupan
alam. Costa et al. (2013) menemukan sehari-hari Orang Rimba ialah nilai
bahwa penilaian terhadap manfaat satwa- perlindungan dan nilai kesederhaan.
liar pada etnis di Tombali, Afrika Barat, Ke dua nilai ini erat kaitannya dengan
dipengaruhi oleh agama yang mereka kepercayaan yang dianut. Orang
anut karena adanya larangan mengon- Rimba tetap patuh terhadap larangan
sumsi satwa tertentu. Pada satu sisi, kon- menembus zona inti dan memburu
disi ini dianggap mampu mengurangi pe- satwa yang terlindungi oleh adat
manfaatan sumberdaya, sehingga dapat mereka, meskipun telah berpindah
membantu mengonservasi satwa. Namun, kepercayaan dari penganut animisme
pada lain sisi berkembangnya interaksi menjadi monoteis (Islam atau Kristen)
dan kehidupan pasca berpindahnya keya- dan bermukim di desa.
kinan Orang Rimba, termasuk mulainya
mereka mengenal uang, harga dan pasar, B. Saran
menggerus perilaku asli mereka. 1. Pemanfaatan satwa yang berhubung-
an dengan atau berpotensi menjadi
komoditas ekonomi komersial namun
termasuk spesies penting/kunci/
dilindungi pada Orang Rimba perlu
mendapatkan perhatian.
2. Salah satu upaya yang dapat dilaku-
kan ialah mengingatkan kembali nilai-
nilai luhur yang dimiliki Orang Rimba
dan mengadvokasikan upaya
pemanfaatan secara lestari (memanen
riap) untuk memperkecil kemungkin-
Gambar (Figure) 5. Salah satu Orang Rimba an kelangkaan satwa yang mereka
yang bermukim di desa (One of Orang Rimba butuhkan.
who has been living in the village)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih disampaikan kepada
A. Kesimpulan NGO Komunitas Konservasi Indonesia
1. Orang Rimba memanfaatkan satwa (KKI) Warsi beserta para peneliti
sebanyak 29 jenis (mamalia 51,73%; dan/atau fasilitator Unit Rimba yang telah
Aves 17,24%; reptil 17,24% dan membantu dalam kemudahan berkomuni-
pisces 13,79%) untuk keperluan kon- kasi dengan Orang Rimba demi per-
sumsi, pengobatan, kebutuhan adat olehan data, cross-check data dan pe-
(dilindungi) dan dijual. Bagian tubuh nyajian data penunjang. Penelitian ini
dominan yang biasa dimanfaatkan dapat dilaksanakan berkat dana penelitian
yaitu daging (62%) dan cara peman- dari Direktorat Jenderal Pendidikan
faatan tertinggi, yaitu dibakar (75%). Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pen-
Satwa diperoleh dengan berburu dan didikan dan Kebudayaan, tahun 2012. Te-
meracun ikan. Orang Rimba tidak rima kasih diucapkan kepada Ditjen
Dikti.
310
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

DAFTAR PUSTAKA Costa, S., Casanova, C., Sousa, C. & Lee,


P. (2013). The good, the bad and
Batoro, J., Setiadi, D., Chikmawati, T. &
the ugly: Perceptions of wildlife in
Purwanto, Y. (2012). Pengetahuan
Tombali (Guinea-Bissau, West
fauna (etnozoologi) Masyarakat
Africa). J. Primatol, 2 (1): 110-107.
Tengger di Bromo Tengger
doi:10.4172/2167-6801.1000110.
Semeru, Jawa Timur. Biota 17 (1).
Haryanto, S. (2005). 30 jenis hewan
[abstrak]. Diakses tanggal 12
penakluk penyakit. Jakarta: Penebar
November 2013 dari:
Swadaya.
http://ojs.uajy.ac.id/index.php/biota
Hastiti, R.D. (2011). Kearifan lokal
/article/view/110.
dalam perburuan satwa liar Suku
[BKSDA] Balai Konservasi Sumberdaya
Dayak Kenyah, di Taman Nasional
Alam Provinsi Jambi (2004).
Kayan Mentarang, Kalimantan
Rencana pengelolaan Taman
Timur. (skripsi). Bogor: Institut
Nasional Bukit Duabelas
Pertanian Bogor.
(RPTNBD). Balai Konservasi
Irianto, H. & Bungin, B. (2006). Pokok-
Sumber Daya Alam Provinsi Jambi.
pokok penting tentang wawancara.
Jambi.
Di dalam: Bungin B., editor.
Boissière, M., van Heist, M., Sheil, D.,
Metodologi penelitian kualitatif,
Basuki, I., Frazier, S., Ginting,
aktualisasi metodologis ke arah
Liswanti, N. (2004). Pentingnya
ragam varian kontemporer. Jakarta:
sumberdaya alam bagi masyarakat
Rajawali Pers.
lokal di Daerah Aliran Sungai
Iyai, D.A., Murwanto, A.G. & Killian,
Mamberamo, Papua, dan
A.M. (2011). Sistim perburuan dan
implikasinya bagi konservasi.
etnozoologi biawak (Famili
Journal of Tropical Ethnobiology,
Varanidae) oleh Suku Yaur pada
1(2): 76-95.
Taman Nasional Laut Teluk
Bungin, B. (2003). Analisis data
Cenderawasih. Biota 16 (2).
penelitian kualitatif: pemahaman
[abstrak]. Diakses tanggal 12
filosofis dan metodologis ke arah
November 2013 dari
penguasaan model aplikasi.
http://ojs.uajy.ac.id/index.php/biota
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
/article/view/128.
Casanova, C., Sousa, C., & Costa, S.
Kartikasari, D., Masyud, B. & Kusrini,
(2012). Are animals and forests
M.D. (2008). Animal utilization as
forever? Perceptions of wildlife at
traditional medicine in Central
Cantanhez Forest National Park,
Java. Proceedings of AZWMC
Guinea-Bissau Republic. Memória-
Bogor : 19-22 Agustus 2008: 232-
Special issue in anthropology and
233.
environment, Sociedade de
Li, T.M. (1999). Transforming the
Geografia de Lisboa, Lisboa. 40.
Indonesian uplands marginalit,
Diakses tanggal 17 juni 2014 dari:
power and production. Singapore:
http://www.cesam.ua.pt/files/casan
Ed. Harwood Pantheon Books.
ova_et_al_2012_are_animals_and_
Marzali, A. (2005). Antropologi dan
forests_forevercasanovasousacosta
pembangunan Indonesia. Jakarta:
2012.pdf.
Kencana.
Chutia, P. (2010). Studies on hunting and
Meijaard, E., Sheil, D., Nasi, R., Augeri,
the conservation of wildlife species
D., Rosenbaum, B., Iskandar, D.,
in Arunachal Pradesh. Sibcoltejo,
Setyawati, T., Lammertink, M.,
05: 56-67.
Rachmatika, I., Wong, A.,
Soehartono, T., Stanley, S.,
311
Vol. 11 No. 3, Desember 2014 : 299-313

Gunawan, T. & O’Brien, T. Putra, Y.A.E., Masy’ud, B. & Ulfah, M.


(2006). Hutan pasca pemanenan: (2008). Keanekaragaman satwa
melindungi satwaliar dalam berkhasiat obat di Taman Nasional
kegiatan hutan produksi di Betung Kerihun, Kalimantan Barat
Kalimantan=life after logging: Indonesia. Media Konservasi, 13
reconciling wildlife conservation (1): 8-15.
and production forestry in Sager, S. (2008). The sky is our roof, the
Indonesian Borneo. Bogor: CIFOR. earth our floor; Orang Rimba
Nasi, R., Brown, D., Wilkie, D., Bennett, customs and religion in the Bukit
E., Tutin, C., vanTol, G., & Duabelas region of Jambi, Sumatra
Christophersen, T. (2008). (disertasi). Australia (AU):
Conservation and use of wildlife- Australian National University
based resources: the bushmeat [internet]. Diakses tanggal 12 Juni
crisis. Secretariat of the Convention 2013 dari:
on Biological Diversity, Montreal, http://digitalcollections.anu.edu.au/
and Center for International handle/1885/49351.
Forestry Research (CIFOR), Bogor. Sandbukt, O. (1984). Kubu conception of
Technical Series no. 33. reality. Asian Folklore Studies 43,
Pattiselanno, F. & Mentansan, G. (2010). 85-98.
Kearifan tradisional Suku Maybrat Sandbukt, O. & Warsi. (1998). Orang
dalam perburuan satwa sebagai Rimba: penilaian kebutuhan bagi
penunjang kelestarian satwa. pembangunan dan keselamatan
Makara, Sosial Humaniora, 14 (2): sumber daya. Laporan Bank Dunia,
75-82. disampaikan pada Lokakarya
Pemerintah Republik Indonesia (1999). JRDP, Jambi, 17-30 Oktober 1998.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Shohibuddin, M. (2003). Artikulasi
Tahun 1999 tentang Pengawetan kearifan tradisional dalam
dan Pemanfaatan Satwaliar. pengelolaan sumberdaya alam
Jakarta: Sekretariat Negara. sebagai proses reproduksi budaya
Prasetijo, A. (2001). Peran pasar bagi (studi komunitas Toro di pinggiran
perubahan sosial Orang Rimba. kawasan Taman Nasional Lore
Seminar Antropologi Globalisasi Lindu, Sulawesi Tengah) (tesis).
dan Kebudayaan Lokal: Suatu Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
Dialektika menuju Indonesia Baru, Soewu, D.A. (2008). Wild animals in
Jurnal Antropologi Indonesia. ethnozoological practices among
Kerjsama Antropologi UI dan the Yorubas of Soutwestern Nigeria
Universitas Andalas Padang, 18-21 and the implications for
Juli 2001. biodiversity conservation. African
Puri, R.K. (2001). Bulungan Journal of Agricultural Research, 3
ethnobiology handbook. A field (6): 421-427.
manual for biological and social Sudiana, I.G.N. (2010). Transformasi
science research on the knowledge budaya masyarakat Desa Serangan
and use of plants and animals di Denpasar Selatan dalam
among 18 indigenous groups in pelestarian satwa penyu. Jurnal
northern East Kalimantan. Bogor: Bumi Lestari, 10 (2): 311-320.
CIFOR.

312
Pola dan Nilai Lokal Etnis dalam Pemanfaatan Satwa.…(Novriyanti, dkk.)

TRAFFIC. (1999). Time to act on


traditional medicine and wild
resources: A challenge to the
health and wildlife heritage of
Africans. TRAFFIC Reports.
Tuti, S., Dewi, R.M., Nurhayati, N.
(2009). Pengendalian malaria
dengan peran serta masyarakat di
Lampung Selatan. Bul. Penelitian
Kesehatan, Supplement: 64-76.

313

Anda mungkin juga menyukai