MAX. BONSAPIA
B012202009
tetapi, kiranya perlu dipahami bahwa Teori Hukum tidak sama dengan Ilmu
Hukum. Teori Hukum bukanlah ilmu hukum, begitupun sebaliknya. Hal ini
Hukum. Untuk memahami apa Teori Hukum harus diketahui lebih dulu apa Ilmu
Hukum itu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Ilmu hukum yang semula
dikenal dengan ajaran hukum (rechtsleer), sering disebut juga dogmatik hukum,
positif. Teori hukum menggunakan hukum positif sebagai bahan kajian dengan
telaah filosofis sebagai salah satu sarana bantuan untuk menjelaskan tentang
hukum.Teori hukum dipelajari sudah sejak zaman dahulu, para ahli hukum
2
Makalah ini disusun secara deskriptif dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Teori Hukum Pasca Sarjana Unhas . Metode penelitian adalah penelitian
kepustakaan.
3
B. Pembahasan
sampingan yang terpenting dari filsafat agama, etika atau politik. Para ahli
fikir hukum terbesar pada awalnya adalah ahli-ahli filsafat, ahli-ahli agama,
ahli-ahli politik. Perubahan terpenting filsafat hukum dari para pakar filsafat
atau ahli politik ke filsafat hukum dari para ahli hukum, barulah terjadi pada
Teori-teori hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori filsafat dan
politik umum. Sedangkan teori-teori hukum modern dibahas dalam bahasa dan
sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. Perbedaannya terletak dalam metode
dan penekanannya. Teori hukum para ahli hukum modern seperti teori hukum
ilhamnya datang dari luar bidang hukum itu sendiri.Teori-Teori Hukum Pada
zaman Yunani-Romawi.
4
“The Republik”, hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang teratur dan
yang baik.3) Dan pada karyanya yang telah diperbaharui Plato mulai
yang lebih baik, dengan konsepnya mengenai negara keadilan yang dijalankan
Agung. Menurut Aristoteles hukum harus ditaati demi keadilan, dan ini dibagi
menjadi hukum alam dan hukum positif. Hukum alam menurut Aristoteles
merupakan aturan semesta alam dan sekaligus aturan hidup bersama melalui
yang berlaku selalu dan dimana-mana karena hubungannya dengan aturan alam.
negara. Hukum itu harus selalu ditaati, sekalipun ada hukum yang tidak adil.
5
barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya didalam
hukum (equality before the law). Keadilan jenis ini menitikberatkan kepada
sehingga cita keadilan secara teoritis tidak dapat memiliki isi yang tertentu
sekaligus sah.
hukum harus ditemukan suatu standar yang umum untuk memperbaiki setiap
akibat dari setiap tindakan, tanpa memperhatikan pelakunya dan tujuan dari
yang obyektif.
6
2. Teori Hukum Abad Pertengahan.
yang lahir di Italia, belajar di Paris dan Kolin dibawah bimbingan Albertus
yang dijangkau oleh akal budi manusia sendiri. Hukum yang didapati dari wahyu
disebut hukum Ilahi (ius divinum positivum). Hukum yang diketahui berdasarkan
kegiatan akal budi ada beberapa macam. Pertama-tama ada hukum alam (ius
Tentang hukum yang berasal dari wahyu dapat dikatakan, bahwa hukum
itu sama isinya dengan norma-norma yang umumnya berlaku dalam hidup
manusia. Untuk dapat menjelaskan hukum alam, Thomas Aquinas bertolak dari
ide-ide dasar Aristoteles. Aturan alam semesta tergantung dari Tuhan yang
menciptakannya. Oleh karena itu aturan alam ini harus berakar dalam suatu
aturan abadi (lex aeterna), yang terletak dalam hakekat Allah sendiri. Hakekat
Allah itu adalah pertama-tama Budi Ilahi yang mempunyai ide mengenai segala
7
Semesta alam diciptakan dan dibimbing oleh Allah, tetapi lebih-lebih manusia
beserta kemampuannya untuk memahami apa yang baik dan apa yang jahat dan
kecenderungan untuk membangun hidupnya sesuai dengan aturan alam itu. Oleh
aturan hidup manusia , sejauh didiktekan oleh akal budinya. Hukum alam yang
terletak dalam akal budi manusia itu (lex naturalis) tidak lain daripada suatu
pertisipasi aturan abadi dalam ciptaan rasional. Hukum alam yang oleh akal budi
manusia ditimba dari aturan alam, dapat dibagi dalam dua golongan yaitu :
hukum alam primer dan hukum alam sekunder. Hukum alam primer dapat
dirumuskan dalam norma-norma yang karena bersifat umum berlaku bagi semua
manusia. Hukum alam sekunder dapat diartikan dalam norma-norma yang selalu
hukum alam primer, tetapi dapat terjadi juga adanya kekecualian berhubung
ditukar antara pribadi seperti misalnya jual beli. Keadilan legal menyangkut
8
3. Teori-Teori Pada Abad XIX dan Selanjutnya.
mengubah keadaan dalam segala bidang. Dalam abad ini pula muncul gerakan
positivisme dalam ilmu hukum. Oleh H.L.A Hart (lahir tahun 1907), seorang
pengikut positivisme diajukan berbagai arti dari positivisme sebagai berikut :6)
dilakukan. Analisis yang demikian ini berbeda dari studi sosiologis dan
peraturan yang sudah ada terlebih dahulu, tanpa perlu menunjuk kepada
positivisme ini.
9
Berbeda dengan John Austin (1790-1859), yang menyatakan bahwa hukum
adalah sejumlah perintah yang keluar dari seorang yang berkuasa didalam
John Austin mengartikan ilmu hukum sebagai teori hukum positif yang otonom
dan dapat mencukupi dirinya sendiri. Menurut John Austin, tugas dari ilmu
hukum hanyalah untuk menganalisa unsur-unsur yang secara nyata ada dari
sistem hukum modern. Sekalipun diakui ada unsur-unsur yang bersifat histeris
suatu negara.
bahwa manusia itu akan berbuat dengan cara sedemikian rupa sehingga ia
10
mengembangkan segi-segi positivisme dari John Austin dan menggabungkannya
yaitu bahwa tujuan adalah pencipta dari seluruh hukum, tidak ada suatu
peraturan hukum yang tidak memiliki asal-usulnya pada tujuan ini, yaitu pada
motif yang praktis. Menurutnya hukum dibuat dengan sengaja oleh manusia
teoritisi aliran sejarah, bahwa hukum itu tidak lain merupakan hasil dari
Hukum terutama dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan
John Stuart Mill berpendapat hampir sama dengan jeremy bentham, yaitu
berpendapat, bahwa asal usul kesadaran akan keadilan itu tidak ditemukan
11
mempertahankan diri dan perasaan simpati. Menurut John Stuart Mill,
kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri, maupun oleh siapa saja yang
melainkan lebih luas dari itu, sampai kepada orang-orang lainyang kita samakan
dengan diri kita sendiri. Hakikat keadilan dengan demikian, mencakup semua
adalah Reine Rechslehre (ajaran hukum murni).Teori hukum murni ini lazim
hukum pencarian pengetahuan yang murni, dalam arti yang paling tidak
Teori hukum murni juga tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi,
sejarah dan pembicaraan tentang etika. Dasar-dasar pokok teori Hans Kelsen
12
1. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk
seharusnya ada
5. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara
pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang
spesifik
6. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu
adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.
Salah satu ciri yang menonjol pada teori hukum murni adalah adanya suatu
memaksa. Negara dan hukum dinyatakan identik, sebab negara hanya suatu
memaksa ini tidak berbeda dengan tata hukum, dengan alasan bahwa didalam
13
suatu masyarakat hanya satu dan bukan dua kekuasaan yang memaksa pada
Bagian lain dari teori Hans Kelsen yang bersifat dasar adalah konsepsinya
mengenai Grundnorm, yaitu suatu dalil yang akbar yang tidak dapat ditiadakan
Bagi Hans Kelsen, norma merupakan produk pemikiran manusia yang sifatnya
meta yuridis. Sesuatu yang bersifat metayuridis tersebut bersifat das sollen,
dan belum menjadi hukum yang berlaku mengikat masyarakat. Singkatnya bagi
14
Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah system Norma. Norma adalah
norma adalah produk dari aksi manusia yang deliberatif. Kelsen meyakini David
Hume yang membedakan antara apa yang ada (das sein) dan apa yang
kesimpulan dari kejadian faktual bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya
Sebagai oposisi dari norma moral yang merupakan deduksi dari norm moral
lain dengan silogisme, norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak (act of
bagaimanapun, harus sesuai dengan norma hukum lain yang lebih tinggi dan
inilah yang dimaksud sebagai Basic Norm yang merupakan presupposition dari
15
dari Nrma Dasar adalah sebuah kepastian dan merupakan kognisi rasional. Bagi
Kelsen, Norma Dasar adalah bersifat optional. Senada dengan itu, berarti
orang yang percaya bahwa agama adalah normatif maka ia percaya bahwa
“setiap orang harus percaya dengan perintah Tuhan”. Tetapi, tidak ada dalam
normatif.
kepada kepatuhan aktual dari para pengikutnya. Tidak ada sanksi yang benar-
benar langsung sebagaimana norma hukum. Misalnya saja ketika seorang lupa
untuk berdoa di malam hari, maka tidak ada instrumen langsung yang
Dikatakannya bahwa “perturan legal dinilai sebagai sesuatu yang valid apabila
normanya efektif (yaitu secara aktual dipraktikkan dan ditaati)”. Lebih jauh
16
Kelsen, sebuah revolusi yang sukses pastilah revolusi yang mampu mengubah
pandangan skeptis David Hume atas objektifitasan moral, hukum, dan skema-
normatif yang tidak terhitung dari melakuan presuppose atas Norma Dasar.
Tetapi tanpa adanya rasionalitas maka pilihan atas Norma Dasar tidak akan
berdasar.
hukum melalui Pure Theory of Law, tetapi juga dalam positivisme hukum kritis,
filsafat hukum, sosiologi, teori politik dan kritik ideology. Hans Kelsen telah
17
hukum internasional termasuk kemungkinan adanya pelanggaran atasnya,
18
Daftar Pustaka
Ahmad Ali, 2002, Menguak Takbir Hukum Toko Gunung Agung Tbk, Jakarta
Jimly Asshiddiqie, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Kelsen, Hans, 2007 Teori Umum Hukum dan Negara BEE Media Indoneisa
Jakarta
19