Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODELOGI STUDI ISLAM


“ISLAM DAN DUNIA KONTEMPORER
(TANTANGAN DAN HARAPAN)”
DOSEN PENGAMPU : MUH. SYAKIR, M.Pd

OLEH :

MUHAMMAD FIKRI IBRAHIM

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KAMPUS IV IAI QAMARUL HUDA BAGU
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah tuhan yang maha esa, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Islam dan Dunia Kontemporer (Tantangan dan Harapan)”

dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada Bapak Muh. Syakir, M.Pd selaku dosen

Pengampu mata kuliah Metodologi Studi Islam, dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesian penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Bagu, 19 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2

A. Islam Dan Tradisi di Indonesia Sekarang.................................... 3

B. Paham Fundamentalisme dalam Islam......................................... 5

C. Tendensi Kaum Modernis............................................................ 8

D. Islam, Jihad, dan Terorisme......................................................... 9

BAB III PENUTUP................................................................................ 11

A. Kesimpulan.................................................................................. 11

B. Saran............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam dan sejarah  terus bergulir mengikuti arus yang sedang


berkembang disekitarnya, islam adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
perjalanan yang panjang itu sendiri. Lebih jauh perkembangan itu
menghasilkan sesuatu perubahan yang diakibatkan oleh daerah dimana islam
berada. Pengenalan secara pelan namun pasti hingga islam dapat diterima oleh
semua golongan masyarakat yang ada diseluruh penjuru dunia ini.

Keanekaragaman tempat dan budaya suatu daerah sangat kental


memberi warna bagi islam itu sendiri, sehingga sampai saat ini akan kita
temukan berbagai bentuk perkembangan dari islam dalam artian pola
pengikutnya dalam suatu daerah yang sangat kental terpengaruh oleh tradisi
yang ada di daerah tersebut.

Dalam melaksanakan ajaran islam banyak para pengikutnya sendiri


diselimuti oleh tradisi atau adaptasi adat yang diyakininya, dan perilaku yang
melekat pada diri umat islam sebagai kebiasaan dari pemeluk islam itu sendiri.
Kita dapat mencermati beberapa contoh berikut tentang pemahaman
keislaman yang dimiliki oleh umat islam. Misalnya , kita melihat sejumlah
orang yang pengetahuan tentang keislamannya cukup luas dan mendalam,
namun tidak terkoordinsi dengan baik secara sistematik. Hal itu disebabkan
biasanya mereka belajar ilmu keislaman secara otodidak, atau kepada berbagai
guru yang antara satu dengan yang lainnya tidak pernah saling bertemu dan
tidak pula berada dalam satu acuan yang sama semacam kurikulum.

Dalam hubungan ini, Mukti Ali pernah mengatakan bahwa


metodologi adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan
ilmu. Oleh karena itu, metode memiliki peranan yang sangat penting dalam
kemajuan dan kemunduran untuk memahami islam. Lebih lanjut, Mukti Ali
mengatakan bahwa yang menentukan dan membawa stagnasi (tidak

1
mengalami kemajuan), kebodohan, atau kemajuan, bukan ada atau tidak
adanya orang yang jenius, melainkan karena metode dan cara melihat sesuatu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kaitannya Islam dan Budaya Indonesia?
2. Apa yang dimaksud Paham Fundamentalis dalam Islam?
3. Apa itu Tendensi Kaum Modernis?
4. Bagaimana Jihad dalam Islam?
5. Apakah sama, Teroris dengan Jihad?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui tentang Islam dan Tradisi di Indonesia sekarang.
2. Dapat Mengetahui pengertian Paham Fundamentalis
3. Dapat mengetahui tentang Tendensi Kaum Modernis
4. Dapat Mengatahui KAitan juga perbedaan antara Islam, Jihad, dan
Terorisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Dan Tradisi di Indonesia Sekarang

Meskipun islam datang dan berkembang di indonesia lebih dari 5


(lima) abad,pemahaman dan penghaytan keagamaan kita masih cenderung
sinkretik, tarik menarik antara nilai nilai luhur islam dan budaya lokal.

Meskipun banyak mendapat kritik dan banyak pihak, Clofford


Ceertz di pandang telah berhasil mengkategorisasi Islam di indonesia dalam
bukunya yg sering dirujuk para penulis sesudahnya, yaitu The Religion of
java.

Kategorisasinya yang banyak dikritik banyak peneliti sesudahnya


adalah priyayi,santri, dan abangan. Kategrisasi tersebut dipandang “keliru”
karena patokan (ugeran) yang d gunakan dinilai tidak konsisten. Priyayi
tidaklah sama dengan kategori santri dan abangan. Priyayi adalah kelas
sosial yang lawannya adalah wong cilik atau proletar. Oleh karena itu, baik
dalam golongan santri maupun golongan abangan priyayi (elite) maupun
wong cilik. Kritik tersebut,antara lain dikemukakan oleh Zaini Muchtarom
dalam karyanya, santri dan abangan di jawa(1998). Paling tidak, di Indonesia
terdapat dua penelitian yang dilakukan secara mendalam yang menjelaskan
hubungan tradisi lokal dengan Islam. Pertama, penelitian yang dilakukan
Califford geertz di Mojokuto yang hasil penelitiannya pertama kali diterbitkan
di Amerika pada tahun 1960. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Howard
M. Federspiel tentang Persatuan Islam (PERSIS) yag diterbitkan di New York
pada (1970). Buku yang kedua ini telah alihbahasakan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh Yudian W. Asmin dan Afandi Mochtar dengan judul
persatuan islam: Pembaharuan Islam di Indonesia Abad XX (1996).

Dalam dua karya tersebut dielaborasi tradisi yang berkembang


ketika itu Clifford Geertz (1964: 16-25), misalnya menggambarkan

3
kepercayaan pada masyarakat pada metafisik, seperti kepercayaan masyarakat
pada memedi, lelembut, dan demit (dedemit Sunda). Di samping itu, ia juga
menjelaskn tentang upacara atau slametan yang berhubungan dengan
kelahiran , yaitu : tingkeban ( upacara yang dilakukan ketika istri telah hamil
tujuh bulan), dalam tradisi orang Sunda, kebiasaan ini disebut nujuh bulan;
babarab atau brokokan ( upacara kelahiran itu sendiri); pasaran ( slametan
yang dilakukan lima hari setelah melhirkan); dan pitonan (slametan yang
dilakukan tujuh bulan setelah lahir).

Disamping itu masih ada upacara lain yang boleh dilakukan atau
tidak, yaitu telonan ( tiga bulan kehamilan pertama); selapanan ( uapacara
satu bulan setelah melahirkan); dan tauman ( upacara setelah satu tahun
melahirkan). ( Clifford Geertz, 1964 : 38 ).Sekarang ini, bak di desa maupun
di pedesaan kita masih menyaksikan upacara-upacara seperti yang disebutkan
oleh dua peneliti yang dilakukan pada awal abad XX, meskipun tidak
semuanya sama.Amaliah keagamaan kita di masyarakat dapat dilihat dari
upacara nujuh bulan dengan menyediakan makanan kecil yang yang
kemudian di bagikan kepada masyarakat sekitar.

Namun menurut pendapat kami, jika sesuatu yang tidak di dasari


dengan sunnah Rosul maka sebaiknya jangan dilaksanakan. Dikhawatirkan
orang-orang yang kurang faham (awwam) ,mengira bahwa tradisi seperti itu
dinilai sebagai ibadah,padaha tidak ada contoh dari Rosululloh SAW dan
hanya persangkaan belaka.

Dalam Al-qur’an “ Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali


persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna
untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan” (QS. Yunus; 36).

4
B. Paham Fundamentalisme dalam Islam

Belakangan ini istilah fundamentalisme cukup hangat dibicarakan di


media massa, tidak hanya di tingkat nasional tapi internsional juga. Hal ini
terjadi seiring merebaknya aksi terorisme yang berlindung di bawah paham
fundamentalis agama terutama islam. Sehingga istilah fundamentalis identik
dengan “fundamentalisme islam” atau “islam fundamentalis” yang memiliki
kesan negatif dan ekstrimisme.

Padahal kalau dilihat lebih dalam lagi fundamentalis yang berakar


pada agama ini tidak hanya islam saja tapi juga agama lain (Kristen, Katolik,
Hindu, Budha, Yahudi dan Konghucu). Bahkan istilah fundamentalisme itu
muncul pertama kalinya di dunia Barat oleh gerakan Kristen Protestan
Amerika. Mereka memerangi masyarakat sekuler yang baik maupun yang
buruk, mengisolasi dari kehidupan bermasyarakat dan memusuhi akal pikiran
hasil penemuan ilmiah.

Sementara itu dalam bahasa Arab istilah fundamentalisme tidak


dikenal, akan tetapi para peneliti barat menyebutkan istilah ‘ushuliyah’ yang
memiliki arti sama dengan fundamentalisme. Ushuliyah dalam bahasa arab ini
memiliki arti prinsip-prinsip dasar atau akar yang memiliki makna posistifm,
yaitu kelompok ulama yang paling menonjol dalam memberikan sumbangsih
dalam kajian-kajian akal atau mereka yang adalah ahli penyimpulan hukum,
pengambilan dalil, ijtihad dan pembaruan. Perbedaan persepsi dan substansi
penggunaan istilah yang sama ini, mengakibatkan timbulnya kesalahan dalam
proses komunikasi.

Terlepas dari semua itu, istilah fundamenetalisme yang


dipersepsikan masyarakat dunia saat ini merupakan pemaknaan yang
diproduksi oleh bangsa Barat. Fundamentalisme yang menunjuk pada sikap-
sikap yang ekstrem, hitam putih, tidak toleran, tidak kompromi, dan segalanya
yang asosiatif.

5
Agama dijadikan mereka sebagai alat untuk melakukan intimidasi,
penindasan kepada sekelompok orang yang bertentangan dengan paham
mereka. Padahal agama manapun tidak mengajarkan demikian. Nilai-nilai
kemanusiaan agama mereka tinggalkan.

Agama yang dibangun dari integrasi akal pikiran rasional dengan


non-rasional sehingga menciptakan pikiran yang masuk akal (rasional), telah
beralih peran yang mengarah kepada penciptaan rasionalitas untuk berindak
anarkhis. Agama yang berfungsi memenuhi kebutuhan rohani manusia
menjadi tenteram, damai, dan aman telah beralih pada kebencian, kegelisahan
dan ketakutan. Dan Agama yang memiliki prinsip nilai-nilai kemanusiaan
untuk meningkatkan kulaitas kemanusiaan manusia telah berganti dengan
nilai-nilai kekerasan dan fanatisme sempit.

Paham fundamentalisme agama yang demikian inilah, yang harus


dibenarkan dan diluruskan. Sebenarnya paham fundamentalisme agama ini
tidaklah harus dihapus keberadaannya. Paham fundamentalisme itu diperlukan
dalam kehidupan beragama, untuk menunjukkan eksistensi keyakinan
manusia. Sehingga agama dapat menyebar sampai saat ini tidak lain adalah
peran para fundamentalis agama untuk mengajarkan arti eksistensi manusia
hidup di dunia sesuai tatanan fitrahnya dan menanamkan norma-norma
moralitas kemanusiaan manusia. Akan tetapi melencengnya para
fundamentalis agama dari koridor-koridor aturan agama ini, telah
mengakibatkan berkembangnya paham fundamentalisme baru yang
berpandangan sempit.

Paham inilah yang berbahaya dan hraus dibenarkan dan diluruskan


untuk kembali kepada koridor-koridor fitrah agama yang benar. Paham seperti
ini sangat berbahaya tidak hanya akan menimbulkan kerusakan dan arkhis
saja, akan tetapi yang lebih berbahaya akan merusak fungsi dan peran agama
itu sendiri. Nilai moralitas yang timbul dari agama akan semakin ditinggalkan
para pengikutnya.

6
Untuk melawan fundamentalisme agama yang berpikiran sempit ini,
perlu diperlukan proses tashfiyah (pelurusan) dan tarbiyah (pendidikan) sesuai
dengan ajaran agama masing-masing. Proses pelurusan ini dilakukan dengan
meluruskan persepsi manusia akan agama untuk kembali kepada koridor yang
benar. Kesalahan perspesi ini telah menimbulkan paham-paham
fundamentalisme yang akan merusak nilai universalitas agama itu sendiri.
Pelurusan ini sebagai langkah untuk mengembalikan posisi paham
fundamentalisme agama ke jalan yang benar. Posisi fundamentalisme agama
yang mampu mengantarkan kebersamaan dan berdampingan hidup dalam
sebuah perbedaan. Dan posisi yang tetap memberi kebebasan untuk
menyebarluaskan ajaran agama dengan tetap memperhatikan ukhuwah atau
persaudaraan, kerukunan dengan penganut agama lainnya.

Setelah itu proses pendidikan juga diperlukan sebagai bentuk


pembinaan ditanamkannya nilai-nilai agama dengan benar untuk tidak
kembali kepada paham fundamentalisme sempit. Selain akan mengenalkan
nilai dan prinsip agama, proses pendidikan ini juga sebagai langkah untuk
membentuk kader-kader manusia yang religius dan memiliki spiritulisme yang
tinggi. Pendidikan ini dilakukan untuk melakukan optimalisasi kualitas
kemanusiaan manusia sesuai fitrahnya, dan nantinya akan dapat diaplikasikan
ke dalam kehidupan masyarakat yang kompleks.

Dalam proses pelurusan dan pendidikan ini perlu dilibatkannya para


pemuka dan tokoh agama sebagai pelaku utama dalam menyebarkan agama
secara benar dan meluruskan paham fundamentalisme. Sementara pemerintah
bersama masyarakat menegakkan pasal 29 dengan memberikan kebebasan
setiap umat beragama untuk memeluk suatu agama sesuai keyakinannya
masing-masing dan memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah.

Dengan demikian diharapkan fundamentalisme agama yang


mengarah kepada tindakan anarkhis dan teror dapat diluruskan dan dibenarkan
menuju paham fundamentalis agama yang humanistik dengan tetap

7
memperhatikan koridor-koridor prinsip agama. Pemahaman fundamentalis
yang dilandasi semangat kemanusiaan universal dan harkat martabat manusia.
Tidak ada satupun agama yang mengajarkan kejelekan dan permusuhan.
Hanya manusia saja yang salah mempersepsikannya. Alangkah Indahnya
melihat perbedaan sebagai rahmat Tuhan dalam khasanah beragama untuk
hidup bersama dan toleransi sehingga dunia ini akan damai terbebas dari
konflik-konflik negatif antar umat beragama.

C. Tendensi Kaum Modernis

Untuk mengejar ketertinggalan uamt islam ,perlu adanya perubahan


pola pikir di kalangan umat islam. Yakni, dari tradisi berpikir konvesional
yang jauh tertinggal dari kemajuan zaman, diubah menajdi pola pikir yang
berorientasi kepada kemajuan perekmbangan zaman dilandasi nilai islam.

1. Memberikan  pandanagan dan pengetahuan umat islam yang memiliki


ketrikatan kepada salah satu mazhab utnuk kembali pada sumber hokum
asli, yakni Al Qu’an dan hadis. Jangan sebaliknya,justru kaum intelektual
yang mensponsori kerikatan kepada salah satu mazhab.
2. Memeberikan pandangan dan pengetahauan bahwa ajaran islam
menekankan keseimbangan antara persoalan duniawi dan ukhrowi.
3. Memberikan pandangan bahwa untuk memahami prisip ajaran sosial
kemasyarakatan, bukan pada pilihan antara “islam harus menyesuaikan
dengan perkembangan zaman , atau perkembangan zaman yang harus
menyesuaikan islam”.
4. Menyesuaikan fikih islam terhadap kebutuhan masyarakat, sebab fikih
sebagai produk pemikiran manusia bukan sesuatu yang rigit terhadap
perubahan-perubahan. Oleh sebab itu,peluang kajain fikih harus seanniasa
terbuka dan harus dilakukan, dnegan mempertahtiakan implikasi social
dari penerapan produk  hokum. Namun tetap menajga relevansinya dengan
kehendak doktrin Al Qur’an dan hadis.

8
5. Memperhatikan dalam bidang pendidikan,sebab masyarakat merupakan
suatu proses dan memiliki hubungan timabal balik dengan berbagai aspek
kehidupan.
6. Memberikan pandangan bahwa pendidikan berfungdi sebagai inovasi dan
modernisasi bagi perubahan masyarakat.
7. Pendidikan Islam harus mampu berperan aktif,konstruktif, dan direktif
menuju kea rah pembinaan SDM. Serta selektif dalam menghayati tata
nilai baru.
8. Umat islam harus dibekali pemikiran-pemikiran teologi yang mendorong
untuk maju. Berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan hasilnya dengan
berdoa kepada Allah Swt.
9. Umat islam harus dibekali rasa ukhuwah islamiyah agar tidak saling baku
hantam. Dan, diberikan suri teladan yang baik kepada kalangan intelektual
atau pembaharu agar tidak saling mencerca dan memfitnah.

D. Islam, Jihad, dan Terorisme

Jihad adalah salah satu syi’ar Islam yang terpenting dan me-rupakan
puncak keagungannya. Kedudukan jihad dalam agama sangat penting dan
senantiasa tetap terjaga. Jihad fii sabiilillaah tetap ada sampai hari Kiamat.

Menurut istilah syar’i (terminologi) “Al-Jihad artinya memerangi


orang kafir, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh mencurahkan kekuatan
dan kemampuan baik berupa perkataan atau perbuatan.”

“Jihad artinya mencurahkan segala kemampuan untuk memerangi musuh.”

Jihad ada tiga macam:

1. Jihad melawan Musuh yang Nyata

2. Jihad melawan Syaithan

3. Jihad melawan hawa nafsu

9
Istilah Jihad digunakan juga untuk melawan hawa nafsu, syaithan,
dan orang-orang fasiq. Adapun melawan hawa nafsu yaitu dengan belajar
agama Islam (belajar dengan benar), lalu mengamalkannya kemudian
mengajarkannya. Adapun jihad melawan syaithan dengan menolak segala
bentuk syubhat dan syahwat yang selalu dihiasi oleh syaithan. Jihad melawan
orang kafir dengan tangan, harta, lisan, dan hati. Adapun jihad melawan
orang-orang fasiq dengan tangan, lisan dan hati.

Jihad menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu adalah:


“Mencurahkan segenap kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai Allah
Azza wa Jalla dan menolak semua yang dibenci Allah.” Kata beliau:
“Bahwasanya jihad pada hakikatnya adalah mencapai (meraih) apa yang
dicintai oleh Allah berupa iman dan amal shalih, dan menolak apa yang
dibenci oleh Allah berupa kekufuran, kefasikan, dan maksiyat.”

Definisi ini mencakup setiap macam jihad yang dilaksanakan oleh


seorang Muslim, yaitu meliputi ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla
dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-
larangan-Nya. Kesungguhan mengajak (mendakwahkan) orang lain untuk
melaksanakan ketaatan, yang dekat maupun jauh, muslim atau orang kafir dan
bersungguh-sungguh memerangi orang-orang kafir dalam rangka menegakkan
kalimat Allah dan selain itu

Jihad tidak dikatakan jihad yang sebenarnya melainkan apabila jihad


itu ditujukan untuk mencari wajah Allah, menegakkan kalimat-Nya,
mengibarkan panji kebenaran, menyingkirkan kebathilan dan menyerahkan
segenap jiwa raga untuk mencari keridhaan Allah. Akan tetapi bila seseorang
berjihad untuk mencari dunia, maka tidak dikatakan jihad yang sebenarnya.

Barangsiapa yang berperang untuk mendapatkan kedudukan,


memperoleh harta rampasan, menunjukkan keberanian, mencari ketenaran
(kehebatan), maka ia tidak akan mendapatkan ganjaran dan tidak akan
mendapat pahala.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam dan Tradisi atau Budaya di Indonesia sekarang masih cenderung


sinkretik, tarik menarik antara nilai-nilai luhur Islam dengan budaya lokal.
Kategorisasinya yang banyak di kritik banyak peneliti sesudahnya adalah
priyayi, santri, dan abangan.

Paham Fundamentalisme dalam Islam yaitu paham yang fitrahnya


adalah Islam yang lurus, namun banyak sekali orang-orang yang
berpemahaman ini kurang berfikir luas. Dalam arti masih berpandangan yang
sempit. Paham Fundamentalis ini, mengajarkan pada banyak orang tentang
eksistensi agama dalam kehidupan. Seolah-olah orang yang berpemahaman
fundamentalis ini adalah yang keras, bahkan dikaitkan dengan terorisme yang
kini sedang hangat dibicarakan di berbagai media massa. Padahal jika kita
paham dengan itu, maka akan mengetahui mana yang harus kita lakukan dan
mana yang harus kita tinggalkan, pastinya harus sesuai dengan Firman Alloh.
Jihad misalnya, sudah jelas perintah Alloh kepada kita tentang jihad, namun
kita masih enggan untuk berjihad. Memang sebagian orang mengatakan
bahwa jihad itu tidak selalu dengan peperangan namun dengan akal fikiran.

B. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

http://fanny.staff.uns.ac.id/meluruskan_paham_fundamentalisme_agama_html

http://michailhuda.multiply.com/journal/item/80/ARUS_PEMIKIRAN_DALAM_
ISLAM_html

Abd Hakim, Tatang dan Mubaruk,Jaih .2011. Metodologi Studi Islam: Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.

Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam: Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai