Anda di halaman 1dari 18

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KOGNITIVISME

Oleh:
Komalasari 192153064

Dosen Pengampu:
Ernita Susanti, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing manusia menuju
alam kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, keluarga beliau, sahabat-
sahabat serta orang yang istiqamah mengikuti jalan mereka dengan ahsan.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada ibu mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan kesempatan waktu sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
dengan judul “Teori Belajar Kognitivisme”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menemui beberapa kendala.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Tasikmalaya, 16 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Kognitivisme ..................... 2
B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitivisme ........................................... 2
C. Teori Belajar Kognitivisme Menurut Para Ahli .................................... 4
1. Teori Perkembangan Piaget ................................................................ 4
2. Teori Belajar Menurut Bruner ........................................................... 6
3. Teori Belajar Bermakna Ausubel ....................................................... 7
D. Implikasi Teori Belajar Kognitivisme dalam Pembelajaran ................. 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan manusia tidak dapat dipisahkan. Disadari atau tidak, setiap
individu tentu pernah melakukan aktivitas belajar karena aktivitas belajar
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang mulai sejak lahir sampai
mencapai umur tua. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanaan berbagai
peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk
landasan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.
Dalam membahas teori-teori tentang belajar, sudah banyak teori yang
muncul seperti teori behavioristik, teori kognitivisme, toeri humanistik dan
lainnya. Pada tulisan ini akan diuraikan tentang teori kognitivisme.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian belajar menurut teori belajar kognitivisme?
2. Apa prinsip-prinsip teori belajar kognitivisme?
3. Bagaimana teori belajar kognitivisme menurut para ahli?
4. Bagaimana implikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori belajar kognitivisme.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori belajar kognitivisme.
3. Untuk mengetahui teori belajar kognitivisme menurut para ahli.
4. Untuk mengetahui implikasi teori belajar kognitivisme dalam
pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini,
a. Bagi penulis, diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang
dalam, berpandangan yang lebih luas mengenai pengertian belajar menurut
teori belajar kognitivisme, pengertian menurut para ahli, implikasi teori
belajar behavioristic dalam pembelajaran fisika.
b. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
gambaran mengenai teori belajar kognitivisme dalam proses pembelajaran
dan untuk menambah wawasan yang lebih luas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Kognitivisme


Kognitivisme terkait kognisi (knowing) yaitu kegiatan untuk mengetahui
sesuatu yang mencakup perolehan, pengorganisasian dan pemakaian
pengetahuan. Artinya, kognisi fokus pada memori, atensi, persepsi, bahasa,
rasio, pemecahan masalah dan kreatifitas (Elliott,et.al.,1996:238) serta peran
struktur mental atau pengorganisasiannya dalam proses mengetahui sesuatu
(Lefrancois,1988:55). Tekanan utama pendekatan psikologi kognitif terletak
pada bagaimana informasi diproses dan disimpan; ini tentu berbeda dengan
pendekatan psikologi behavioristik yang fokus pada tingkah laku dalam
kontek lingkungan dan kosekuensinya.
Dengan demikian, psikologi kognitif, menurut Phye&Andre, adalah studi
tentang struktur kognisi dan komponennya dalam memproses informasi
(Elliott,et.al.,1996:238). Konsep kognitif pembelajaran, menurut Shuell, telah
berpengaruh besar pada pembelajaran berupa pemberian kesadaran yang
tinggi pada pendidik betapa pentingnya pengaruh pengetahuan awal (entry
behavior) siswa dan strategi penguatan memori mereka terhadap pembelajaran
mereka saat ini (Elliott et.al.,1996:241). Berikut dipaparkan beberapa teori
pembelajaran kognitif yang relevan dengan kurikulum

B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitivisme


Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada
perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya
untuk memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk
menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon
dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman
Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik
aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja,
kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang
pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih
dari sekedar menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu
mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman
mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka
dalam menanggapi peningkatan pemahaman. teori belajar kognitif
pandangan manusia sebagai "agen goal-directed yang aktif mencari
informasi.

2
3

2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa


yang telah mereka ketahui
Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja,
peserta didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang
mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anak-anak
tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan
bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar
permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan
bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan
yang datar tadi anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk
membantu mereka menjelaskan bagaimana orang dapat berdiri atau
berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita melihat
mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah
pemahaman peserta didik

3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan


Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam
ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru
mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya,
mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk
membangun pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau
membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk
membuat informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis dapat
memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan serabi
pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa
siswa membangun pemahaman mereka sendiri (greeno et al,1996).

4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang


Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur
mental seseorang yang atas kapasitas untuk menunjukkan perilaku
yang berbeda. Perhatikan kalimat "menciptakan kapasitas. Dari
perspektif kognitif, belajar dapat terjadi tanpa ada perubahan
langsung dalam perilaku, bukti perubahan dalam struktur mental
dapat terjadi dalam beberapa waktu kemudian. "struktur mental"
bahwa perubahan termasuk skema, keyakinan, tujuan, harapan dan
komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena randy misalnya
sadar walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat catatan, dan
Tanta, Rendy dan Juan membentuk hubungan, dalam pikiran mereka,
menghubungkan informasi dari grafik, transparansi, dan demonstrasi.
4

C. Teori Belajar Kognitivisme Menurut Para Ahli


1. Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori
adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus bcradaptasi
secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga
struktur pemikiran manusia. Manusia bcrhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala Baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara
kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema
pikiran lebih umum atau rind, atau perlu perubahan. menjawab dan
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Kaitannya dengan
perkembangan kognitif, Jean Piaget mengemukakan tahaptahap yang
harus dilalui seorang anal; dalam mencapai tingkatan perkembangan
proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam
bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang
pendidikan. Tahapan tersebut adalah :
1) Tahap Sensori Motor (0-2 taltun) Anak yang berada pada tahap ini,
pengalaman diperoleh melalui perubahan fisik (gerakan anggota
tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera). Pada mulanya
pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu
objek itu ada bila ada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya
ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat
kemudian menghilang dari pandangannnya, atau perpindahan
terlihat. Contoh : Anak tnulai bisa berbicara meniru suara
kendaraan.
2) Tahap Pra Operasi (2- 6 Winn) Pada tahap ini adalah tahap
pengorganisasian operasi kongkrit. lstilah operasi yang digunakan
disini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek. menata benda-benda
menurut Lyman tertentu dan membilang. Pada Wimp ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pengalaman konkrit dari pada
pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-objek yang
kelihatan berbeda, maka ia mengatakan berbeda pula. Contoh : Jika
ada lima kelereng yang sama besar di atas meja, lalu kelereng itu
diubah letaknya menjadi agak berjauhan maka anak pada tahap ini
akan mengatakan letak kelereng yang jauh lebih banyak.
3) Tahap Operasi Konkrit (6- 12 tahun) Anak-anak yang berada pada
tahap ini umumnya sudah berada di sekolah dasar. Ditahap ini
anak: telah memahami operasi logis dengan bantuan benda- benda
kongkrit. Kemampuan ini tenwujud dalam memahami konsep
5

kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi,


mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang bcrbeda
secara objektif dan berfikir ireversibel. Contoh : seorang anal:
diberi 20 bola kayu, 15 buah diantaranya berwarna merah. Apabila
ditanyakan manakah yang lebih banyak bola kayu atau bola
benvarna merah? Anak pada tahap pra operasional menjawab bawa
bola merah lebih banyak, sedangkan anak pada operasi kongkrit
menjawab bola kayu lebih banyak dari pada bola rnerah.
4) Tahap Operasi Formal (12 tahun ke atas) Tahap ini rnerupakan
tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada
tahap ini sudah mampu mengadakan penalaran dengan
menggunakan halhal abstrak. Penalaran yang terjadi dalam struktur
kottnitifnya telah mampu tnenggunakan simbol-simboi, ide- ide,
abstraksi dan generalisasi. la telah memiliki kemampuan-
kemampuan melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan memahami konsep.
Contoh : Anak dihadapkan pada dua gambar yaitu gambar "pak
pendek" dan "pak tinggi" anak disuruh mengukur tinggi kedua
gambar tersebut dengan menggunakan batang korek api dan
dengan klip. Disini anak diminta untuk membandingkan hasil dari
pengukuran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, Jean Piaget berpandangan bahwa pada


dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Menurut Sanjaya (2006),
"pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan
menjadi pengetahuan yang bermakna sedangkan pengetahuan yang
hanya diperoleh melalui proses pemberitalman tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk
diingat sementara, setelah dilupakan".
Kaitannya dengan proses belajar, Uno (2005:10-11) menjelaskan
bahwa Piaget membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu
asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah proses penyesuaian
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi
adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
6

2. Teori Belajar Menurut Bruner


Dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperanan secara aktif di dalam belajar di
kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
"discovery learning", yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan
reception learning atau expository teaching, dimana guru menerangkan
semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi .
Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu, di
antaranya : John Dewey (1933) dengan "complete art of reflective
activity" atau terkenal dengan problem solving. Ide Bruner tersebut ditulis
dalam bukunya Process of Education. Di dalam buku itu ia melaporkan
hasil dari suatu konferensi di antara para ahli science, ahli
sekolah/pengajaran dan pendidik tentang pengajaran science. Dalam hal
ini ia mengemukakan pendapatnya bahwa mata pelajaran dapat diajarkan
secara efektif dalam bentuk intelektual, sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya
diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin meningkat ke arah
yang abstrak.
Bruner mendapatkan pertanyaan, "bagaimana kita dapat
mengembangkan program pengajaran yang Iebih efektif bagi anak yang
muda?" Jawaban Bruner dengan mengkoordinasikan model penyajian
bahan dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu yang sesuai
dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat
representasi sensory (enactive) ke representasi kongkrit (iconic), dan
akhirnya ke tingkat representasi yang abstrak (symbolic). Demikian juaa
dalam penyusunan kurikulum.
Pernyataan lain dalam Process of Education ialah tentang
bagaimana mata pelajaran itu harus diajarkan. "Kurikulum dari suatu mata
pelajaran harus ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental
bahwa hal itu dapat dicapai berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan
struktur bagian mata pelajaran itu". Maka di dalam mengajar harus dapat
diberikan kepada murid struktur dari mata pelajaran itu, murid harus
mempelajari prinsipprinsip itu sehingga terbentuklah suatu disiplin. Sekali
murid mengetahui prinsip itu, ia menjadi problem solver di dalam disiplin
itu. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus rnemberikan kesempatan
kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist,
historian, atau ahli matematika. Biarkanlah murid-murid itu menemukan
arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk
mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka.
7

The act of discovery dari Bruner :


1) Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
2) Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3) Murid yang mempelajari bagairnana menemukan berarti murid itu
menguasai metode discovery learning.
4) murid lebih senang mengingat informasi.

3. Teori Belajar Bermakna Ausubel


Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan
pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian tidak
banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimiliasi
yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimiliasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk
struktur kognitif.
Struktur kognitif merupakan struktur organisasional yang ada
dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsurunsur pengetahuan
yang terpisali-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak
memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah
dimiliki siswa. Yang paling awal mengemukakan konsepsi ini adalah
Ausubel.
Advance organizers yang juga dikembangkan oleh Ausubel
merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitiI di dalam
merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai
kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari informasi baru karena merupakan kerangka dalam bentuk
abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari
dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif
siswa. jika ditata dengan baik. Advance organizers akan memudahkan
siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan
materi yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang
dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkan oleh para pakar teori
kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan schemata.
Sebagai struktur organisasional. schemata berfungsi untuk
mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisahpisah, atau
scbagai tempat untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Atau dapat
dikatakan bahwa schemata memiliki fungsi ganda, yaitu :
8

1) Sebagai skema yang menggambarkan atau merepresentasikan


organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli dalam suatu bidang
tertentu akan dapat digambarkan dalam schemata yang dimilikinya.
2) Sebagai kerangka atau tempat untuk mengkaitkan atau mencantolkan
pengetahuan barn.

Skemata memiliki fungsi asimilatif artinya skemata mcngasimilasikan


pengetahuan baru ke dalarn hirarkhi pengetahuan, yang secara progresif
lebih rinci dan spesifik dalam struktur kognitif seseorang. Oleh sebab itu
diperlukan adanya upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran
serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses
asimilasi pengetahuan baru ke dalarn struktur kognitif orang yang belajar.
Kegiatan pembelajaran berdasarkan teori kognitif mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1) Siswa bukan orang dewasa yang muda dalarn proses berpikirnya.
Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.
2) Anak usia prasekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar
dengan balk, terutama jika menggunakan benda-benada kongkrit.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan karena
hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan balk.
3) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi Baru dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki si belajar.
4) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola ataulogika tertentu, dari sederhana ke
komplit.
5) Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.
Agar bermakna, informasi Baru harus disesuaikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah
menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang telah diketahui siswa.
6) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan karena
faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan
tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir.
pengetahuan awal, dan sebagainya.
9

D. Implikasi Teori Belajar Kognitivisme dalam Pembelajaran


Willingham (dalam Danim dan Khairil : 2010 : 39) menyatakan bahwa
Hubungan psikologi kognitif untuk kepentingan pembelajaran di kelas adalah
seperti hubungan kognitif untuk kepentingan fisika untuk keperluan
pembangunan di bidang teknik, semisal jembatan. Memang, pengetahuan
tentang pikiran psikologi kognitif yang diperoleh dari percobaan tidak akan
memberitahu guru cara mengajar anak-anak secara baik. Namun demikian,
psikologi kognitif dapat menjelaskan prinsip-prinsip pikiran siswa beroperasi
sebagai pedoman latihan.
Danim dan Khairil (2010 : 39) menyatakan bahwa Guru-guru pada
umumnya sudah tahu fakta kunci aktivitas di kelas: perhatian sangat penting
bagi kepentingan siswa belajar. Karena itu guru harus mengetahui bahwa
anak-anak cenderung sama cara belajarnya, pengetahuan faktual berkaitan
dengan keterampilan berpikir, dan siswa tidak harus selalu didorong
menggunakan metode yang diterapkan para ahli. Pada sisi lain, tentu guru
harus memahami dimensi emosional, elemen motivasi, dan elemen sosial
anak didiknya.
Dalam membahas tentang implikasi perkembangan kognitif dalam
pembelajaran maka akan dijelaskan tentang implikasi teori Piaget dalam
pembelajaran dan akan dilanjutkan dengan implikasi teori Vygotsky dalam
pembelajaran.
Santrock (2008:61) menyatakan bahwa ada beberapa strategi mengajar
untuk menerapkan teori Piaget dalam pembelajaran:
a) Gunakan pendekatan konstruktivis. Senada dengan pandangan aliran
konstruktivis, Piaget menekankan bahwa anak-anak akan belajar dengan
lebih baik jika mereka aktif dan mencari solusi sendiri.
b) Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang
situasi yang membuat murid belajar dengan bertindak.
c) Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak
datang ke sekolah dengan kepala kosong. Mereka punya banyak gagasan
tentang dunia fisik dan alam.
d) Gunakan penilaian terus-menerus. Makna yang disusun oleh individu
tidak dapat diukur dengan tes standar. Penilaian matematika dan bahasa
(yang menilai kemajuan dan hasil akhir), pertemuan individual di mana
murid mendiskusikan strategi pemikiran mereka dan penjelasan lisan
dan tertulis oleh murid tentang penalaran mereka dapat dipakai sebagai
alat untuk mengevaluasi kemajuan mereka.
e) Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Menurut Piaget tingkat
perkembangan kemampuan intelektual murid berkembang secara
10

alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk berprestasi terlalu
banyak di awal perkembangan mereka sebelum mereka siap.
f) Jadikan ruang kelas menjadi eksplorasi dan penemuan. Guru
menekankan agar murid melakukan eksplorasi dan menemukan
kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat murid dan
partisipasi alamiah dalam aktivitas mereka untuk menentukan pelajaran
apa yang diberikan.
Berdasarkan penjelasan dari Implikasi teori Piaget di dalam pembelajaran
maka seorang guru harus dapat memakai teori tersebut untuk dilaksanakan
dalam proses pembelajaran peserta didik. Misalnya ada pendekatan
kontruktivis maka guru dapat memberikan tugas kepada murid untuk
mempelajari dan membuat ringkasan pelajaran yang datang. Murid bisa
mencari teori-teori untuk pelajaran yang akan datang di pustaka, internet,
dan lain-lain. Dengan adanya kegiatan dari murid untuk belajar maka
hasilnya akan lebih baik.
Teori-teori yang dijelaskan di atas tentang implikasi teori Piaget dalam
pembelajaran akan membuat siswa lebih banyak berperan dalam belajar.
Dengan banyak peran siswa dalam belajar maka hasil pembelajaran akan
lebih baik dan siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. Jika
siswa sudah memahami materi yang telah dipelajarinya maka dia akan lulus
dalam ulangan dan ujian.
Santrock (2008:64) menyatakan bahwa cara memakai teori Vygotsky
adalah sebagai berikut:
a) Gunakan zone of proximal development. Mengajar harus dimulai pada
batas atas zona, di mana murid mampu untuk mencapai tujuan dengan
kerja sama erat dengan pengajar. Dengan petunjuk dan latihan yang terus
menerus, murid akan mengorganisasikan dan menguasai urutan tindakan
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu keahlian yang diharapkan.
b) Gunakan teknik scaffolding. Cari kesempatan untuk menggunakan teknik
ini ketika murid membutuhkan bantuan untuk aktivitas yang merupakan
inisiatifnya sendiri.
c) Gunakan kawan sesama murid yang lebih ahli sebagai guru. Vygotsky
mengatakan bahwa Murid juga bisa mendapat manfaat dari bantuan dan
petunjuk dari temannya yang lebih ahli.
d) Dorong pembelajaran kolaboratif dan sadari bahwa pembelajaran
melibatkan suatu komunitas orang yang belajar. Baik itu anak maupun
orang dewasa melakukan aktivitas belajar secara kolaboratif.
e) Pertimbangkan konteks kultural dalam pembelajaran. Fungsi penting dari
pendidikan adalah membimbing murid dalam mempelajari keahlian yang
penting bagi kultur tempat mereka berada.
11

f) Pantau dan dorong anak-anak dalam menggunakan private speech.


Perhatikan perubahan perkembangan dari berbicara dengan diri sendiri
pada masa awal sekolah dasar. Pada masa sekolah dasar, dorong murid
untuk menginternalisasikan dan mengatur sendiri, pembicaraan mereka
dengan dirinya sendiri.
g) Nilai ZPDnya, bukan IQ. Vygotsky mengatakan bahwa penilaian harus
difokuskan untuk mengetahui ZPD si murid. Pembimbing memberi murid
tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi untuk menentukan level
terbaik untuk memulai pelajaran. ZPD adalah pengukur potensi belajar.
ZPD menekankan bahwa pembelajaran bersifat interpersonal.
Jika teori yang disampaikan oleh Vygotsky di atas diterapkan dalam proses
pembelajaran di kelas maka hasil pembelajaran akan bagus. Hal ini
disebabkan murid yang tingkat pengetahuannya masih rendah. Lalu dibantu
oleh murid yang pintar maka pengetahuan murid yang masih rendah ini
pelan-pelan akan meningkat. Dengan adanya bantuan dari teman sebayanya
maka murid akan lebih nyaman dan akan mudah untuk bertanya jika ada
sesuatu yang tidak dimegertinya dalam belajar.
Kemudian dengan memakai teori Vygotsky maka pembelajaran akan lebih
bermanfaat karena pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kebutuhan
daerahnya. Jika murid sudah tamat belajar maka sewaktu bekerja, keahlian
yang dimiliki oleh siswa akan dapat digunakan, sehingga antara teori dan
praktik dapat sejalan.
Ormrod (2009 : 271) menyatakan bahwa Implikasi teori psikologi kognitif
dalam proses pembelajaran adalah :
a) Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara yang
akan membantu mereka mengingatnya. Contoh ketika mengenalkan
konsep mamalia, minta siswa untuk memberikan banyak contoh.
b) Bantu siswa mengindentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka
untuk dipelajari. Contoh berikan pertanyaan kepada siswa yang harus
mereka coba jawab sementara mereka membaca buku teks mereka.
Masukkan pertanyaan yang meminta mereka menerapkan apa yang
mereka baca dalam kehidupan mereka sendiri.
c) Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topik-topik
yang mereka pelajari. Ketika mempelajari The Scarlett Letter karya
Nathaniel Hawthorne, bagilah siswa dalam kelompok-kelompok kecil
untuk membahas kemungkinan alasan Pendeta Arthur Dimmesdale
menolak mengakui bahwa ia adalah ayah bayi Hester Prynne.
d) Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini
siswa tentang dunia. Contoh Ketika mengenalkan kosa kata debut kepada
siswa-siswa MeksikoAmerika, kaitkan dengan quinceanera, sebuah pesta
12

“memperkenalkan kepada masyarakat (coming-out party)” yang dilakukan


banyak keluarga MeksikoAmerika untuk anak-anak perempuan mereka
yang menginjak usia 15 tahun.
e) Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan
kognitif siswa pada tingkat usia berbeda. Contoh Ketika mengajarkan
anak-anak TK keterampilan hitung dasar, bantulah rentang perhatian
mereka yang pendek dengan memberikan penjelasan verbal yang singkat
dan libatkan anak-anak dalam beragam aktivitas berhitung aktif dan
langsung.
f) Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif
berpikir dan menggunakan mata pelajaran di kelas. Contoh untuk
membantu siswa memahami garis lintang dan garis bujur, minta mereka
menelusuri jalur sebuah angin topan dengan menggunakan koordinat garis
lintang dan garis bujur yang diperoleh dari internet.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-
pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan
menyeluruh.
2. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan
manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam
konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir
yang kompleks dan mementingkan proses belajar.
3. Menurut teori belajar kognitif Jean Peaget mengemukakan bahwa secara
umum semua anak berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis
dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya.
Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap dari tahap
perkembangan moral berikutnya.
4. Menurut Jerome Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan
situasi agar individu dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman
dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru
yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara
yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan
adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap
jenjang belajar.
5. Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan
yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/
meaning full learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap
6. Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah dengan cara:
a) Dorong siswa untuk berpikir tentang materi pelajaran dengan cara
yang akan membantu mereka mengingatnya.
b) Bantu siswa mengindentifikasi halhal yang paling penting bagi
mereka untuk dipelajari.

13
14

B. Saran
Adapun saran penulis setelah menulis makalah ini, adalah: untuk
memperthatikan kembali point-point utama mengenai pengertian teori
kognitivisme menurut para ahli sehingga menjadi suatu pemahaman yang
lebih mudah dipahami, kemudian untuk dapat menerapkan teori-teori ini
dalam pembelajaran yang sesuai sehingga akan menciptakan pribadi anak
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Maulida. 2016. Prinsip Dasar Dan Tujuan Teori Kognitif. (Diakses Tan-
ggal 16 Oktober 2020)
Anidar, Jum. Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif Serta Implikasinya Dalam P-
embelajaran. (Diakses Tanggal 16 Oktober 2020)
Ekawati, Mona. 2019. TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI K-
OGNITIF SERTA IMPLIKASINYA DALAM PROSES BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN. (Diakses Tanggal 15 Oktober 2020)
Nurhadi. TRANSFORMASI TEORI KOGNITIVISME DALAM BELAJAR DA-
N PEMBELAJARAN. (Diakses Tanggal 16 Oktober 2020)
Unknown. 2009. Teori Kognitif. (Diakses Tanggal 16 Oktober 2020)

15

Anda mungkin juga menyukai