Anda di halaman 1dari 19

BAB I

UJI KARBOHIDRAT

Karbohidrat adalah molekul berbasis karbon yang kaya akan gugus hidroksil.
Rumus empiris untuk banyak karbohidrat adalah (CH2O)n. Karbohidrat sederhana disebut
monosakarida. Gula sederhana ini tidak hanya berfungsi sebagai molekul bahan bakar
tetapi juga sebagai konstituen mendasar dari sistem kehidupan. Misalnya, DNA dibangun
dari tulang punggung (backbone) yang berupa gugus fosforil dan deoksiribosa, sebuah gula
dengan susunan lima atom karbon siklik. Monosakarida adalah aldehida atau keton yang
memiliki dua atau lebih gugus hidroksil. Monosakarida terkecil, terdiri dari tiga karbon
atom, adalah dihidroksiaseton dan D- dan L-gliseraldehida.

Dihidroksiaseton disebut ketosa karena mengandung gugus keto. Sedangkan


gliseraldehida disebut aldosa karena mengandung kelompok aldehida. Mereka disebut
sebagai triosa (tri-untuk tiga, mengacu pada tiga atom karbon yang dikandungnya).
Demikian pula, monosakarida sederhana dengan empat, lima, enam, dan tujuh atom karbon
disebut tetrosa, pentosa, heksosa, dan heptosa. Monosakarida di antaranya yang paling kita
sadari adalah heksosa, seperti glukosa dan fruktosa. Glukosa adalah sumber energi penting
untuk hampir semua bentuk kehidupan. Fruktosa biasa digunakan sebagai pemanis yang
diubah menjadi turunan glukosa di dalam sel.

PERCOBAAN 1. UJI MOLISCH


Prinsip
Reaksi berdasarkan pembentukan furufural atau turunan-turunannya dari
karbohidrat yang didehidratasi oleh asam pekat. Hasilnya bereaksi dengan alpha-naphtol
membentuk senyawa berwarna ungu kemerah-merahan jika terdapat karbohidrat. Uji ini
bukan uji yang spesifik untuk karbohidrat akan tetapi hasil reaksi yang negatif
menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu
merah menyatakan reaksi positif, sedangkan warna hijau adalah negatif.

1
Bahan Percobaan
1. Larutan glukosa 0,1 M
2. Larutan Fruktosa 0,1 M
3. Larutan sukrosa 0,1 M
4. Larutan pati 1%
Pereaksi
1. Pereaksi Molisch (Larutan 5% alpha-naftol dalam alkohol 95%).
2. Asam sulfat pekat
Cara Kerja
1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan bahan percobaan dan 2 tetes
pereaksi Molisch.
2. Kedua larutan dicampur merata
3. Ditambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung sebanyak 3 ml asam sulfat
pekat.
4. Perhatikan warna yang terjadi pada batas larutan.

Diskusi
1. Apakah ada perbedaan warna hasil pengujian yang terjadi?
2. Mengapa uji molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat?
3. Untuk larutan karbohidrat yang akan diperiksa, jika erlalu pekat apakah perli
diencerkan?

PERCOBAAN 2. UJI BENEDICT


Prinsip
Larutan-larutan tembaga yang basa, bila direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk kupro oksida (Cu2O) yang
berwarna kuning sampai merah.
Bahan Percobaan
1. Larutan Glukosa 0,1 M
2. Larutan Fruktosa 0,1 M
3. Larutan pati 1%
4. Larutan galaktosa 0,1 M
5. Larutan sukrosa 0,1 M
6. Larutan laktosa 0,1 M
7. Larutan maltosa 0,1 M
8. Larutan arabinosa 0,1 M
Pereaksi
❖ Pereaksi Benedict (larutan yang mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat).

2
Cara Kerja
1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml pereaksi Benedict dan 8 tetes larutan
bahan percobaan, lalu dicampur merata.
2. Didihkan campuran tersebut selama 5 menit dan biarkan menjadi dingin.
3. Perhatikan warna yang terjadi serta ada tidaknya terbentuk endapan.

Catatan
Perubahan warna yang sedikit saja belum berarti positif, tetapi harus ada warna
hijau, kuning atau endapat warna merah bata.
Diskusi
1. Tentukan jenis karbohidrat mana sajakah yang menunjukkan hasil positif dan
negative terhadap uji benedict! Kesimpulan apa yang dapat dibuat?

PERCOBAAN 3. UJI BARFOED


Prinsip
Tes ini ditujukan untuk membedakan monosakarida dari disakarida. Perbedaan dari
uji Benedict yaitu pada percobaan ini reduksi terjadi dalam suasana asam. Pereaksi terdiri
dari kupriasetat yang ditambah dengan asam laktat. Disakarida juga akan memberikan hasil
positif apabila dididihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
Karbohidrat di dalam larutan asam lemah seperti asam lakat akan mengalami
perubahan reaktifitas. Karbohidrat dengan reaktifitas rendah akan hilang daya reduksinya
sedangkan karbohidrat dengan reaktifitas tinggi akan dipertahankan.
Senyawa berwarna biru akan terjadi dengan adanya fosfomoblibdat. Uji ini spesifik
untuk monosakarida dengan hasil pengujian warna biru tua.

Bahan Percobaan
5. Larutan glukosa 0,1 M
6. Larutan sukrosa 0,1 M
7. Larutan Maltosa 0,1 M
8. Larutan fruktosa 0,1 M
9. Bahan nabati 1%
10. Larutan bahan hewani 1%
11. Air (sebagai pembanding warna)
Pereaksi
1. Pereaksi Barfoed (Larutan campuran dari kupri asetat dan asam laktat)
2. Pereksi fosfomolibdat (Larutan campuran asam molibdat, natrium karbonat dan
asam fosfat)

3
Cara Kerja
1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml pereaksi Barfoed dan 1 ml larutan bahan
percobaan.
2. Panaskan tabung tersebut dalam air mendidih selama 3 menit dan selanjutnya
dinginkan dalam air mengalir (kran) selama 2 menit.
3. Ke dalam campuran tersebut tambahkan 1 ml pereaksi warna fosfomolibdat.
4. Perhatikan warna yang terjadi pada larutan.

PERCOBAAN 4. UJI YOD


Prinsip
Yodium dengan pati dapat membentuk suatu ikatan kompleks yang berwarna biru.
Komponen pati yang berperan yaitu amilosa.
Bahan Percobaan
1. Tepung pati (amilum)
2. Tepung dekstrin
3. Tepung gum arab
4. Tepung agar-agar

Pereaksi
Larutan yod encer

Cara Kerja
1. Dimasukkan sedikit tepung bahan percobaan ke dalam lekukan papan uji
2. Tambahkan 1 tetes larutan iod encer
3. Campur merata dan perhatikan warna yang terjadi pada tiap jenis tepung tersebut

4
BAB II
ANALISIS PROTEIN

Asam amino adalah bagian-bagian yang membangunan protein. Asam amino terdiri
dari atom karbon pusat, yang disebut Cα , terkait dengan gugus amino, gugus asam
karboksilat, atom hidrogen, dan satu buah gugus R yang khas. Gugus R sering disebut
sebagai rantai samping. Dengan empat kelompok yang berbeda terhubung ke atom Cα
dalam bentuk tetrahedral, asam-asam amino disebut molekul kiral dan membentuk
bayangan cermin, yang disebut isomer L dan isomer D.

G.J Mulder (1838), seorang ilmuwan Belanda merupakan salah seorang pakar
kimia yang pertama sekali mengenali betapa pentingnya peran protein dalam kehidupan.
Mulder atas saran pakar kimia terkemuka di zamannya ; Berzelius, menyebut senyawa
yang penting itu Protein. Diambil dari bahasa Yunani proteois yang berarti yang pertama
atau terutama. Kelak dikemudian hari istilah itu benar-benar tepat karena protein
merupakan komponen utama jaringan tubuh manusia dan hewan. Bahkan protein terlibat
langsung dalam : sistem komunikasi makhluk (saraf), transpor oksigen (hemoglobin) dan
katalis reaksi Biokimia.

PERCOBAAN 1. UJI NINHIDRIN


Semua asam amino o-α bereaksi dengan ninhidrin (triketohydrinden hydrate)
membenttuk aldehida dengan 1 atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CO2.
Disamping itu terbentuk kompleks berwarna biru (prolin dan hydroksiprolin :kuning) yang
diduga disebabkan oleh 2 molekul ninhdirin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam
amino tersebut di oksidasi.

5
Bahan Percobaan
1. larutan Albumin 2%
2. larutan Kasein 0,2%
3. Larutan Ninhidrin 0,1 %
4. Larutan pepton 0,2 %

Pereaksi
1. CuSO4, larutan 0,1%
2. Larutan NaOH 10%
3. (NH4)2SO4

Cara Kerja
1. Isilah sebuah tabung reaksi dengan 2 ml larutan albumin 2% (pH kira-kira 7)
2. Tambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin 0,1 %
3. Letakkan pada penangas air mendidih selama 10 menit
4. Perhatikan warna biru yang terbentuk
5. Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan (NH4)2SO4 kuat, larutan kasein
0,2 % dan pepton 0,2 %

CATATAN: untuk mendapatkan hasil yang baik, larutan yang dipakai haruslah kira-kira
bersifat netral, yaitu dengan membubuhkan sedikit bas encer pada larutan
protein tersebut

PERCOBAAN 2. UJI BIURET

Reaksi ini merupakan test umum yang baik terhadap protein. Warna yang tebentuk
diduga berasal dari kompleks koordinasi antara ion Cu2+ dengan gugus CO dan NH ikatan
peptide dalam larutan alkalis.
Cara Kerja
1. Campurlah 2 ml larutan albumin 2% dengan 2 ml NaOH 10% dan tambahkan
setetes larutan Biuret , campurlah dengan baik bila belum terbentuk warna merah
jambu atau lembayung tambahkan lagi setetes Biuret (maksimal 10 tetes)
2. Ulangi perlakuan ini untuk bahan kasein dan pepton
3. Isilah sebuah tabung reaksi dengan sedikit urea
4. Panaskan di atas api kecil hingga zat tersebut mencair dan terbentuk gelembung gas
5. Perhatikan bau yang ditimbulkan
6. Larutkan isi tabung di atas dengan air dan ujilah dengan biuret seperti pada langkah
di atas

6
PERCOBAAN 3. UJI XANTOPROTEIN

Reaksi ini menyebabkan nitrasi dari inti benzena dalam molekul protein. Tirosin,
fenilalanin dan triptofan memberi hasil positif terhadap reaksi ini, karena memiliki cincin
aromatik yang bereaksi dengan asam nitrat pekat bila dipanaskan membentuk warna
kuning sampai jingga.

Cara Kerja
1. Sebanyak 2 mL larutan yang akan diuji dicampurkan dengan 1 mL asam nitrit pekat
secara hati-hati, kemudian catat larutan yang membentuk endapan putih.
2. Kemudian panaskan dengan hati-hati hingga terjadi perubahan warna larutan
menjadi kuning.
3. Campuran didinginkan pada air kran, dan tambahkan secara hati-hati larutan
natirum hidroksida atau ammonium hidroksida. Warna kuning hingga jingga
menunjukkan hasil positif terhadap reaksi ini.

PERCOBAAN 4. PENGARUH LOGAM BERAT


Prinsip
Garam logam berat seperti Ag, Pb dan Hg akan berikatan dengan karboksilat bebas
di dalam molekul protein membentuk endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat
kuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi.
Karena itu garam logam berat sangat berbahaya bila sampai tertelan ke dalam tubuh karena
garam tersebut akan mendenaturasikan sekaligus mengendapkan protein sel-sel tubuh.
Penggunaan Ag Nitrat dan Hg-klorida sebagai zat anti septik juga menerapkan prinsip ini.
Bahan Percobaan
Albumin 2 %

Pereaksi
1. CuSO4 2%
2. Pb Asetat 2 %
3. Hg klorida 2 %
4. FeCl2 2 %

Cara Kerja
1. Isilah 4 buah buah tabung reaksi dengan 5 ml larutan albumin 2% (pH kira-kira 7)
2. Pada tabung pertama tambahkan larutan CuSO4 2 % tetes demi tetes dan
perhatikan pengaruh tiap-tiap tetesan
3. Penambahan pereaksi harus dilakukan berangsur-angsur agar pembentukan
presipitat yang larut kembali dengan kelebihan pereaksi dapat dilihat
4. Ulangilah percobaan ini terhadap Pb-asetat 2%, FeCl3 2%, dan HgCl2 2%

7
PERCOBAAN 5. “SALTING OUT” PROTEIN

Bahan Percobaan
Albumin encer

Pereaksi
1. NaCl 1%
2. (NH4)2SO4
3. NaOH

Cara Kerja
1. Buatlah larutan putih telur encer dengan mencampur 1 bagian putih telur mentah
dengan 4 bagian NaCl 1% dan menyaringnya.
2. Pada sebagian larutan tersebut, tambahkan sejumlah sama larutan (NH4)2SO4
jenuh. Apakah ada protein yang dapat diendapkan? Encerkanlah sebagian campuran
ini dengan sedikit air. Apakah pengendapan ini reversible?
3. Pada sisanya, tambahkan (NH4)2SO4 padat sehingga jenuh. Apakah yang terjadi?
Apakah pengendapan ini reversible?
4. Saringlah sisanya dan lakukan:
a. Tets millon pada sebagian presipitat
b. Tets biuret pada filtrate. Sebagai ganti larutan NaOH, gunakanlah dalam tes ini
sedikit NaOH padat untuk menguraikan (NH4)2SO4 yang berlebih, yang dapat
menghalangi pembentukan biuret.

8
BAB III
UJI LIPID

Istilah lipid digunakan untuk suatu kelompok bahan-bahan yang mempunyai sifat
tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut lemak seperti eter, kloroform, alkohol panas
dan benzena. Secara kimia lipid adalah ester asam lemak, yang tersebar di alam dalam
bentuk nabati maupun hewani. Beberapa kelompok seperti fosfolipida dan sterol
ditemukan pada semua sel hidup. Bersama protein dan karbohidrat, membentuk suatu
bagian yang penting dari suatu komplek koloid di dalam protoplasma sel hidup. Komplek
lipid juga ditemukan dalam jumlah besar di dalam jaringan otak dan saraf, ii menunjukkan
peranan yang sangat penting dari lipid dalam makhluk hidup. Lipid yang lain seperti lemak
dan minyak, merupakan bentuk utama dari zat yang disimpan di dalam tubuh hewan,
sebagai kelebihan makanan yang dimakan. Lipid yang disimpan ini berasal dari lipid yang
dimakan dari hasil metabolisme karbohidrat serta protein dan disimpan sebagai lemak
deposit seperti jaringan bawah kulit, jaringan ikat di antara otot-otot, omentum dan
sebagainya dan ini berfungsi sebagai insulator panas dan persediaan energi.

PERCOBAAN 1. UJI KELARUTAN


Prinsip
Derajat kelarutan minyak atau lemak dapat dilihat atau ditentukan dengan
pengamatan secara langsung tergantung pada bahan pelarut yang dipakai.
Bahan Percobaan
1. Minyak kelapa
2. Minyak wijen/kedele
3. Lemak sapi
4. Mentega
5. Blue band/margarin
6. Gliserol
Pereaksi
1. Eter
2. Kloroform
3. Benzena
4. Karbon tetraklorida
5. Alkohol panas
6. Asam encer
7. Alkali
8. Air
Cara Kerja
1. Masukkan 2 ml pereaksi / pelarut ke dalam tabung reaksi yang bersih
2. Tambahkan sedikit bahan percobaan ke dalam tabung

9
3. Kocok isi tabung kuat-kuat
4. Perhatikan hasilnya, bila kedua bahan terlihat terpisah berarti tidak larut, bila tidak
terlihat larutan disaring dengan kertas saring pada sebuah kaca arloji, kemudian
larutan diuapkan di atas penangas air, bila terdapat residu berarti ada bahan yang
terlarut. Jumlah residu menunjukkan derajat kelarutan bahan yang diuji.

PERCOBAAN 2. REAKSI ASAM BASA


Prinsip
Lemak atau minyak bila dibiarkan akan mengalami perubahan
Bahan percobaan
1. Minyak kelapa
2. Minyak tengik
3. Minyak wijen/kedele
4. Gliserol
5. Asam palmitat
6. Asam oleat
7. Air suling
Pereaksi
1. Kertas lakmus merah
2. Kertas lakmus biru
3. Kertas lakmus universal
Cara Kerja
1. Basahi kertas lakmus dengan air suling
2. Masukkan kertas lakmus yang sudah basah ke dalam bahan percobaan
3. Lihat perubahan kertas lakmus setelah beberapa menit sambil digoyang-goyang

PERCOBAAN 3. PENYABUNAN
Prinsip
Alkali jika bergabung dengan asam lemak akan membentuk sabun, yang dapat
berfungsi sebagai emulgator.
Bahan Percobaan
1. Minyak kelapa
2. Minyak wijen/kedele
3. Lemak sapi
4. Mentega
5. Blue band/margarin
6. Gliserol
7. Asam palmitat
8. Asam oleat
Pereaksi
1. Air suling
2. Larutan KOH beralkohol
3. Larutan NaOH beralkohol

10
Cara Kerja
I
1. Masukkan sedikit bahan percobaan (4-5 tetes) ke dalam tabung yang bersih
2. Bubuhkan 3 ml air suling
3. Masukkan 1 ml larutan KOH beralkohol
4. Panaskan larutan tersebut hingga mendidih
II
1. Ulangi langkah I dengan mengganti KOH beralkohol dengan NaOH
beralkohol,bandingkan hasilnya

PERCOBAAN 4. BILANGAN IOD


Prinsip
Lemak/minyak akan bereaksi dengan iod pada ikatan rangkapnya. Kelebihan iod
dititrasi dengan thiosulfat.
Bahan Percobaan
1. Minyak kelapa
2. Minyak wijen/kedele
3. Lemak sapi
4. Mentega
5. Blue band/margarin
Pereaksi
1. Larutan iod Hanus
2. Larutan Na-thiosulfat 0,1 N
3. Larutan pati 0,5 %
4. Larutan KJ 15%
Cara Kerja
1. Timbang 0,5 g lemak atau 0,25 g minyak
2. Masukkan kedalam piala 500 ml
3. Bubuhkan 10 ml kloroform
4. Kocok sampai semua bahan larut
5. Bubuhkan 25 ml larutan iod hanus
6. Biarkan 30 menit sambil sekali-kali diaduk, supaya seluruhnya dapat bereaksi
dengan baik
7. Campurkan 10 ml larutan KJ 15%
8. Aduk sampai rata
9. Tambahkan air sampai 100 ml, pada waktu penambahan air, cuci pengaduk supaya
tidak ada iod bebas yang terbawa
10. Bubuhkan beberapa tetes larutan pati sebagai indicator
11. Titrasi iod dengan Na-thiosulfat 0,1 N sedikit demi sedikit sambil diaduk secara
tetap sampai warna biru hilang
12. Pada akhir titrasi tutup botol dan aduk hati-hati sehingga kelebihan iod dapat diikat
dengan larutan KJ
13. Lakukan dua blanko bersamaan dengan contoh\
14. Jumlah ml larutan Na-thiosulfat setara dengan iod yang diabsorbsi oleh lipid
15. Bilangan iod dihitung dengan kalkulasi persen berad iod yang diserap

11
BAB IV
ENZIM

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup.
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalisis oleh
enzim. Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik
sederhana yang umumnya dapat mengkatalisis berbagai reaksi kimia.Berdasarkan jenis
reaksi yang dikatalisisnya, enzim dapat dibagi menjadi enam golongan yaitu
Oksidoreduktase, Transferase, Hidrolase, Liase, Isomerase dan Ligase. Enzim mempunyai
spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaksi yang
dikatalisiskan. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengkatalisis satu jenis reaksi dan
bekerja pada suatu substrat tertentu. Kemudian enzim dapat meningkatkan laju reaksi
dengan cepat tanpa pembentukan produk samping molekul dapat berfungsi dalam larutan
encer pada keadaan biasa (fisiologis) tekanan, suhu dan pH normal. Hanya sedikit
katalisator nonbiologi yang bersifat demikian.
Kespesifikan enzim dapat dibedakan menjadi :
1. Kespesifikan Optik
Enzim biasanya mempunyai kespesifikan optic. Kecuali epimerase (racemase).
Misalnya maltase dapat mengkatalisa hidrolisa α-glikosida. Akan tetapi tidak dapat
bekerja terhadap β-glikosida.
2. Kespesifikan Gugus
Suatu enzim hanya dapat bekerja terhadap gugus yang khas, misalnya glikosidase
terhadap gugus glikosida, alcohol dehidrogenase terhadap gugus alcohol, pepsin
dan tripsin terhadap ikatan peptida, sedangkan esterase terhadap ikatan ester.
Enzim dalam aktivitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang akan
dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas yang
dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegradasi amilum adalah
amilase
Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya :
1) suhu, dimana suhu optimum untuk dapat mengurangi aktivitas enzim sedangkan
diatas suhu optimum maka akan menyebabkan denaturasi pada enzim atau akan
merusak kerja enzim
2) pH, pengaruh pH yang khas. pH akan mengalami denaturasi jika pH jauh di atas
optimum

12
3) konsentrasi enzim, pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi
enzim akan meningkatkan aktivitas enzim. Dengan kata lain konsentrasi enzim
berbanding lurus terhadap aktivitas enzim.
4) konsentrasi substrat, Pada konsentrasi enzim tetap, peningkatan konsentrasi
substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan
maksimum.
Selanjutnya zat-zat yang dapat mempertinggi aktivitas kerja enzim yang disebut aktivator
atau sebaliknya menghambat kerja enzim yang disebut inhibitor.
Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui dan memahami kerja suatu enzim ,
khususnya kerja enzim amilase yang terdapat pada saliva yang dilarutkan pada pati, maka
percobaan ini dilakukan.

PERCOBAAN 1. DAYA CERNA AIR LIUR


Air liur atau saliva disekresikan oleh 3 pasang kelenjar air liur yaitu kelenjar parotis
di bawah telinga, kelenjar submaksilaris di bawah rahang bawah dan kelenjar sublingual
dibawah lidah. Cairan ini terdiri dari kira-kira 99,5% air dan kira-kira 0,5% banda padat.
Dua per tiga benda padat tersebut terdiri dari bahan organic terutama ptyalin dan musin.
Benda padat lainnya ialah ion-ion anorganik sepeti SO42-, PO42-, HCO32-, Cl-, Ca2+, Mg2+,
Na+ dan K+.
Musin dalam air liur berfungsi sebagai pelicin rongga mulut dan membasahi
makanan ketika makanan dikunyah sehingga mudah ditelan. Ptialin adalah nama lain dari
amilase saliva yang akan menghidrolisis pati menjadi dekstrin-dekstrin dan maltose.
Amilase saliva ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah. Air liur biasanya memiliki pH
sedikit asam yaitu pada pH 6,8.

HIDROLISIS PATI REAKSI IODIUM


Pati biru

Amilopdekstrin + maltosa biru

Eritrodekstrin + maltosa merah

Akroodekstrin + maltosa tidak berwarna

Maltosa tidak berwarna

13
Jika hidrolisis dilakukan dengan enzim amilase, maka sebagai hasil akhir akan terbentuk
maltosa. tetapi bila hidrolisa dilakukan dengan asam terbentuk glukosa.

Bahan Percobaan Pereaksi


1. Larutan HCl 0,4% 1. Pereaksi iodium
2. Asam laktat 0,1% 2. Pereaksi biuret
3. Larutan Na2CO3 1% 3. Pereaksi molibdat
4. Larutan Urea 10% 4. Pereaksi Millon
5. Larutan HCl 5. Pereaksi Molish
6. Larutan BaCl2 2% 6. Pereaksi benedict
7. Larutan FeSO4
8. Larutan Pati 1%
9. Asam asetat encer
10. Air suling
11. Kertas lakmus
12. Fenoftalein
13. Indikator universal
14. Es batu

a. Sifat dan susunan air liur


❖ Persiapan : Bersihkan rongga mulut anda dengan berkumur-kumur beberapa kali.
Kunyahlah sepoting lilin/ kapas/ kertas saring yang dibasahi dengan sidikit asam
asetat encer yang berfungsi untuk menstimulir air liur (saliva) atau dapat juga
mengunyah permen karet yang sudah hilang rasanya (tawar) agar zat-zat lain tidak
ikut bercampur dengan air liur. Kumpulkan air liur (saliva) kedalam gelas kimia 50
mL.Saring air liur menggunakan kertas saring.

❖ Uji air liur terhadap :


1) Uji reaksi dengan kertas lakmus, fenoftalein, indikator universal
2) Uji dengan pereaksi biuret, Millon, dan Molish
3) Uji terhadap Klorida
4) Uji terhadap Mucin
Pada 2 ml air liur tambahkan 3 tetes asam asetat encer. Jika ada musin maka
akan terbentuk endapan putih yang amorfous
5) Uji terhadap sulfat dan fosfat
Metoda Tes Fostat
Ke dalam tabung reasksi tambahkan 1 ml air liur kemudian 1 ml larutan urea
10% dan 10 ml pereaksi molibdat. Campur, selanjutnya tambahkan 1 ml larutan
FeSO4. Warnabiru yang bertambah terang setelah dibiarkan menunjukkan uji
positif adanya ortofosfat

Metoda Tes Sulfat


Ke dalam tabung reaksi tambahkan 1 ml air liur kemudian asamkan
menggunakan HCl dan tambahkan BaCl2 2%. Endapan putih menunjukkan uji
positif adanya sulfat.

14
b. Hidrolisis Pati oleh Amilase
1. Tambahkan 2 ml air liur kedalam 10 ml larutan pati/kanji 1% , aduk dan panaskan
dalam penangas air pada suhu 37oC
2. Amati dan catat perubahan yang terjadi dengan melihat opalesensinya dan
berubahnya kekentalan setiap selang waktu 1 menit dengan memindahkan 1 tetes ke
dalam plat tetes yang telahb di tetesi dengn pereaksi iodium
3. Catat pada menit ke berapa timbul warna biru, warna kecoklat-coklatan, sampai
warnanya hilang (titik kromatik). Saat pereaksi iodium tidak positif lagi disebut
titik akromatik.
Ingat : bahwa larutam iodium sendiri berwarna coklat kuning

c. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase


1. Sediakan 6 buah tabung yang bersih dan kering. Kemudian tambahkan masing-
masing 1 ml air liur (saliva) dan beri label setiap tabungnya.
2. Tabung 1 dan 2 masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi es batu
3. Tabung 3 dan 4 simpan pada suhu kamar
4. Tabung 5 dan 6 masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih
5. Diamkan masing-masing tabung selama 5 menit
6. Tambahkan 2 ml pati pada 6 tabung tersebut kemudian diamkan selama 15 menit
7. Lakukan uji iodium dengan menambahkan masing-masing 1 tetes pereaksi iodum
pada tabung reaksi berlabel 1, 3, 5
8. Lakukan uji benedict dengan menambahkan masing-masing 4 tetes pereaksi
benedict pada tabung reaksi berlabel 2, 4, 6
9. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada masing-masing uji

d. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim amilase


1. Sediakan 8 buah tabung yang bersih dan kering
Tabung 1 dan 2 tambahkan 2 ml HCL 0,4% mempunyai pH 1
Tabung 3 dan 4 tambahkan 2 ml asam laktat 0,1% mempunyai pH 5
Tabung 5 dan 6 tambahkan 2 ml air suling mempunyai pH 7
Tabung 7 dan 8 tambahkan 2 ml Na2CO3 1% mempunyai pH 9
2. Kemudian tambahkan masing-masing 1 ml air liur (saliva) dan 2 ml pati pada 8
tabung tersebut
3. Panaskan masing-masing tabung tersebut menggunakan penangas air dengan suhu
37oC selama 15 menit
4. Lakukan uji iodium dengan menambahkan masing-masing 1 tetes pereaksi iodum
pada tabung reaksi berlabel 1, 3, 5,7
5. Lakukan uji benedict dengan menambahkan masing-masing 4 tetes pereaksi
benedict pada tabung reaksi berlabel 2, 4, 6, 8
6. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada masing-masing uji

e. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim


1. Sediakan 6 buah tabung yang bersih dan kering
Tabung 1 dan 2 tambahkan 0,5 ml air liur
Tabung 3 dan 4 tambahkan 1 ml air liur
Tabung 5 dan 6 tambahkan 1,5 ml air liur
2. Tambahkan 2 ml pati pada 6 tabung tersebut kemudian diamkan selama 15 menit
3. Lakukan uji iodium dengan menambahkan masing-masing 1 tetes pereaksi iodium
pada tabung reaksi berlabel 1, 3, 5

15
4. Lakukan uji benedict dengan menambahkan masing-masing 4 tetes pereaksi
benedict pada tabung reaksi berlabel 2, 4, 6
5. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada masing-masing uji

f. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim


1. Sediakan 6 buah tabung yang bersih dan kering
Tabung 1 dan 2 tambahkan 1 ml pati
Tabung 3 dan 4 tambahkan 3 ml pati
Tabung 5 dan 6 tambahkan 5 ml pati
2. Tambahkan 1 ml air liur pada 6 tabung tersebut kemudian diamkan selama 15
menit
3. Lakukan uji iodium dengan menambahkan masing-masing 1 tetes pereaksi iodum
pada tabung reaksi berlabel 1, 3, 5
4. Lakukan uji benedict dengan menambahkan masing-masing 4 tetes pereaksi
benedict pada tabung reaksi berlabel 2, 4, 6
5. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada masing-masing uji

16
BAB V
TEKNIK MIKROBIOLOGI

Mikroorganisme adalah salah satu makhluk tidak kasat mata yang bentuk dan
ukurannya hanya dapat dilihat dengan menggunakan bantuan perbesaran mikroskop.
Bakteri termasuk kedalam salah satu contoj mikroorganisme. Ketika akan melakukan
praktik dengan menggunakan bakteri, maka diperlukan beberapa pemahaman tertentu
seperti tahapan sterilisasi, tahapan pembuatan media tumbuh bakteri, tahapan pemindahal
kultur sel bakteri, hingga tahapan destruksi bakteri.

PERCOBAAN 1. STERILISASI MEJA PRAKTIK


Sterilisasi diperlukan untuk menjaga daerah atau meja yang akan kita gunakan tetap
steril, sehingga meminimalisirkan kontaminan yang akan mengganggu pertumbuhan kultur
bakteri yang kita inginkan.

Alat dan Bahan:


1. Alkohol 70%
2. Tisu atau kain bersih
3. Pembakar Bunsen atau spirtus

Cara kerja:
Semprotkan Alkohol 70% ke udara sekitar meja yang akan kita gunakan, kemudia lap
dengan tisu atau kain bersih hingga permukaan meja seperti basah dengan cairan alkohol.

PERCOBAAN 2. PEMBUATAN MEDIA TUMBUH BAKTERI


Pembuatan media tumbuh dikenal juga dengan pembuatan media agar. Umumnya
bakteri ditumbuhkan dalam media agar pada cawan petri atau tabung rekasi khusus yang
dimiringkan.

Alat dan Bahan:


1. Yeast extract 0,5%
2. Pepton 0,5%
3. Agarosa 2%
4. NaCl 0,5%

17
5. Aquades
6. Autoklaf
7. Cawan petri dan atau tabung reaksi

Cara Kerja:
Timbanglah dalam % (w/v) yeast extract sebanyak 0,5%, pepton 0,5%, agarose 2%, dan
NaCl 0,5%. Masukkan seluruh bahan tersebut dalam Erlenmeyer dengan penutup dan
tambahkan aquades sebanyak 100 mL. Kemudian media tersebut dimasukkan ke dalam
autoklaf untuk distreilisasi. Setelah selesai, maka media tersebut dituang ke dalam masing-
masing 4-5 cawan petri dan tunggu higga padat.

PERCOBAAN 3. TEKNIK STREAK DAN SPREAD KOLONI BAKTERI


Cara Kerja:
Setelah media agar dalam cawan petri mengeras, maka sejumlah 100 µL kultur bakteri
(dapat diganti air keran tau air yang diprediksi terkontaminasi bakteri) yang telah
diencerkan diteteskan dalam media padat tersebut dan dilakukan Teknik spreading dan
streaking seperti gambar di bawah ini. Kemudian inkubasi cawan petri dalam incubator
selama 1 X 24 jam. Pertumbuhan bakteri dapat dilihat pada hari selanjutnya.

Teknik Spreading Plate

Teknik Streaking Plate

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (1980), Penuntun Praktikum Biokimia, Edisi 5, Jakarta: Bagian Biokimia


Fakultas Kedokteran UI.

Djas, M. J. Harmaini dan Abdul Ghani Haji (1992), Penuntun Praktikum Biokimia,
Darussalam: Seksi Biokimia Bagian Kimia LIPA Unsyiah.

Girindra, A. (1986), Biokimia 1, Jakarta : Gramedia.

Lehninger, L.A. (1994), Dasar-dasar Biokimia (Terjemahan Maggy Thenawijaya), Jakarta


Erlangga.

Soedarmo, M. Djoko (1988), Penuntun Praktikum Biokimia, Bogor : PAU IPB.

Soedigdo, P., Muliawati dan M. Wirahadikusumah (1987), Penuntun Praktikum Biokimia


Dasar, Bandung PAU Bioteknologi ITB.

19

Anda mungkin juga menyukai