Anda di halaman 1dari 9

TUGAS VII

KU1202-29 PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN

Perncanaan Pembangunan Pembangkit dan Distribusi Listrik

Dosen Pengampu:

Ir. R. Muslinang Moestopo, MSEM, Ph.D.

Muhammad Riyansyah, S.T., Ph.D.

Disusun Oleh:

Fajar Emillul Fata 16620227

Kevin Lemmuel Salim 16620311

Samuel Sianipar 16620xxx

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
Listrik Masuk Desa

1. Latar Belakang

Dengan semakin majunya perkembangan dunia, kehidupan manusia sehari-hari semakin


tergatung dengan penggunaan listrik sebagai sumber energi. Sebuah desa yang berada di
sebuah pulau terpencil di daerah timur Indonesia belum mendapatkan pasokan listrik dari
PLN. Pemerintah daerah kabupaten merencanakan ingin memberikan bantuan berupa
pembangunan sistem pembangkit dan distribusi listrik agar kehidupan masyarakat dapat
menjadi lebih makmur, masayarakat, dan lebih produktif. Karena penghidupan yang
layak masuk ke dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Setiap orang berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Salah satu
mewujudkan hak tersebut ialah dengan adanya pemerataan teknologi di seluruh
wilayah Indonesia.

Kondisi geografis dari desa tersebut sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang harus
diambil pemerintah. Lokasinya yang terpencil tidak memungkinkan PLN untuk
memasok listrik langsung ke daerah tersebut. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah
kabupaten harus mencari alternatif lain agar desa tersebut mendapatkan pasokan listrik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat pembangkit listrik di desa
tersebut.

Desa tersebut terletak di sebuat dataran rendah di punggung perbukitan. Di dekat desa
tersebut terdapat sungai kecil yang menjadi sumber air bagi warga desa. Iklim di desa
tersebut tergolong panas dengan lama penyinaran matahari sekitar 9 jam per hari.
Dengan kondisi geografis desa tersebut dapat dibangun pembangkit listrik bertenaga
surya ataupun bertenaga air. Pembangkit listrik tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kualitas kehidupan warga di desa tersebut sehingga kehidupan mereka menjadi lebih
makmur dan produktif.
2. Perumusan Masalah

Desa yang berada di pulau terpencil di daerah timur Indonesia belum mendapatkan
pasokan listrik dari PLN. Pemerintah daerah Kabupaten berencana untuk melakakukan
pembangunan sistem pembangkit dan distribusi listrik. Berbagai macam sistem
pembangkit listrik yang ada harus dipertimbangkan untuk menyesuaikan dengan
kondisi yang ada pada desa. Karena topografi dan lokasi desa yang terpencil,
pemerintah harus membuat sebuah adaptasi agar dapat menunjang energi listrik
kepada desa. Faktor – faktor alam yang sudah diketahui juga sangat bermanfaat untuk
menghitung perkiraan besar pasokan listrik yang akan dihasilkan dari sistem
pembangkit dan distribusi listrik yang akan dibuat.

3. Analisa

Tipe Pembangkit Listrik

Pembangkit listrik yang ada pada Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pembangkit Listrik Tenaga Uap memanfaatkan energi kinetik dari uap. Uap yang
dihasilkan karena pembakaran batu bara dan minyak akan memutarkan turbin yang akan
menyebabkan generator untuk menghasilkan tenaga listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir mempunyai prinsip yang mirip dengan pembangkit
listrik tenaga uap, tetapi tidak menggunakan batu bara atau minyak. Sebagai alternatif,
pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan reaksi fisi nuklir antara isotop uranium
dan plutonium untuk membangkitkan panas.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya bekerja berdasarkan intensitas cahaya matahari yang
diterima sel surya untuk menghasilkan tegangan listrik. PLTS memanfaatkan sinar
matahari dengan menggunakan Photovoltaic cell energi tersebut yang diubah menjadi
energi listrik. memiliki komponen utama yaitu panel surya (fotovoltaic), BCR (Batterai
Charger Controller), Inverter, dan Batterai/ACCU.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi menggunakan panas uap bumi yang berasal dari
perut bumi untuk menggerakan turbin yang ada pada generator. PLTP lebih umumnya
dibangun di daerah yang dekat dengan gunung berapi dan memiliki biaya pengeluaran
yang lebih murah dibandingkan pembangkit listrik uap karena tidak dibutuhkan untuk
menyuplai bahan bakar.

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu adalah sebuah pembangkit listrik yang dapat
mengonversi energi kinetik dari angin untuk menjadi sebuah energi mekanik dengan
menutarkan turbin yang ada pada untuk memutarkan generator listrik. PLTB dapat dibagi
menjadi dua tipe. Yang pertama, PLTB dapat diterapkan pada daratan, dan yang kedua,
PLTB dapat dipasang pada lepas pantai.

Pembangkit Listrik Tenaga Air akan mengubah energi potensial air menjadi energi
kinetik air yang dapat digunakan untuk memutarkan turbin pada generator. PLTA
memanfaatkan arus air pada bendungan untuk memutarkan turbin yang ada pada
generator agar dapat menghasilkan energi listrik.

4. Bahan Pertimbangan

Untuk memilih sebuah pembangkit tenaga listrik, pertimbangan harus didasarkan dengan
konteks latar belakang yang sudah diberikan. Pada latar belakang, telah dirumuskan
bahwa lokasi desa berada di sebuah pulau terpencil. Hal ini berarti bahwa lahan yang ada
pada desa terbatas. Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap pada konteks ini dianggap
kurang cocok karena pemakaiannya yang membutuhkan lahan yang besar. Selain itu,
penerapan dan pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap membutuhkan tenaga kerja
yang banyak, sehingga lahan kosong yang ada pada pulau terpencil tidak dapat
menunjang kebutuhan PLTU yang besar. Secara umum, PLTU terdapat pada sebuah
lahan kosong besar yang ada di daerah jauh oleh pedesaan dan perumahan. Hal ini
disebabkan karena PLTU memerlukan pembakaran batu bara dan minyak, yang akan
menghasilkan polusi udara . Hal ini dapat membahyakan warga desa jika PLTU
dibangun di daerah sekitar pedesaan. Dengan demikian, pembangunan PLTU tidak cocok
untuk pedesaan daerah terpencil.

PLTN memiliki beberapa keunggulan dibandingkan PLTU. Pertama-tama, PLTN lebih


ramah lingkungan karena tidak menggunakan batu bara atau minyak yang dapat
menyebabkan hujan asam pada reaksi pembakarannya. Selain itu, PLTN dapat
menghasilkan jumlah energi yang sangat besar karena adanya reaksi fisis nuklir. Namun,
PLTN kurang cocok pada penerapan desa terpencil. Jumlah energi yang akan dihasilkan
akan jauh melebihi kebutuhan desa, yang hanya menggunakan daya relative rendah. Di
sisi laih, pembangunan PLTN memerlukan biaya yang jauh lebih besar jika dibandingkan
pembangkit tenaga listrik lainnya.

PLTS menggunakan energi dari cahaya matahari dan diubah menjadi energi listrik yang
dapat digunakan. Karena Indonesia adalah sebuah negara tropical yang berada di garis
ekuator, taraf pencayahan desa akan berlangsung relative lama. Penerapan PLTS dapat
diterapkan pada desa karena walaupun PLTS memberikan tenaga listrik yang relative
rendah dibandingkan tenaga listrik lainnya, desa pun memiliki kebutuhan listrik yang
rendah.

PLTP hanya dapat digunakan pada daerah yang berada di sekitar gunung berapi karena
panas yang dihasilkan dalaam perut bumi dapatdigunakan untuk menggerakan turbin.
Oleh karena itu, karena daerah desa tidak memiliki gunung berapi pada perbukitan,
efisiensi PLTP tidak akan maksimal.

PLTB adalah sebuah pembangkit listrik yang menimbulkan suara yang berisik. Oleh
karena itu, pembangkit PLTB yang ada pada daratan harus dibangun jauh dari daerah-
daerah dan rakyat. Karena desa terletak di pulau terpencil, pembangunan PLTB tidak
dapat dilakukan karena lahan yang terbatas. Sebagai alternatif, PLTB dapat diterapkan
pada lepas pantai. Namun, untuk penerapan PLTB yang ada di lepas pantai, biaya dan
maintenance untuk mengoperasikan pembangkit listrik jauh lebih mahal dibandingkan
PLTB yang ada di daratan. Oleh karena itu, meskipun daerah memiliki angin dengan
kecepatan tinggi, PLTB kurang cocok digunakan dalam konteks ini.

Pedesaan pada pulau terpencil mempunyai sungai yang berasal dari perbukitan di daerah
sekitar, PLTA, yang menggunakan energi potensial air yang menjadi energi kinetik dapat
diterapkan karena adanya aliran air dari dataran tinggi menjadi dataran rendah. Liran air
dari daerah tinggi ke rendah menyebabkan adanya energi kinetik yang tinggi oleh air.
Oleh karena itu, pembangunan PLTA cocok pada penerapan di daerah ini karena air dari
bukit dapat dimanfaatkan.
Secara kesimpulan, pembangkit listrik yang cocok digunakan pada pedesaan di pulau
terpencil adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Pembangkit Listrik Tenaga Air
jika ditinjau dari lokasi perdesaan.

5. Cara Kerja dan Mekanisme Pembangkit Listrik


5.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Gambar 5.1.

Saat siang hari, Ketika matahari bersinar, radiasi yang dihasilkan dari cahaya
matahari ditangkap oleh panel surya, maka electron – electron yang ada pada sel
surya akan bergerak dari bagian N ke bagian P, sehingga pada terminal keluaran dari
panel berbeda – beda tergantung dari jumlah sel surya yang dikombinasikan di
dalam panel surya tersebut. Hal ini dapat terjadi karena sinar cahaya yang kena
permukaan panel surya menyebabkan electron untuk bergerak karene efek
photovtaltic. Energi foton yang ada dari cahaya akan memberikan energi kinetik
kepada electron agar electron dapat bergerak. Arus yang dikeluarkan dari panel
surya akan mengalir dalam bentuk DC yang memiliki tegangan yang besar. Arus
yang ada dapat disimpan oleh sebuah baterai/ accu agar tenaga listrik dapat
digunakan pada malam hari. Namun, hal ini tidak langsung dihubungkan begitu saja
dari panel surya ke batere. Panel surya harus dihubungkan ke rangkaian regulator/
BCR, dimana didalam rangkaian tersebut terdapat rangkaian pengisi baterai otomatis
Selain itu, sebelum listrik dibawa kepada perangkat, arus DC diubah menjadi arus
AC oleh sebuah alat yang disebut dengan inverter.
5.2. Pembangkit Listrik Tenaga Air

Gambar 5.2.

Pembangkit listrik tenaga air memanfaatkan energi air dan menggunakan


mekanisme sederhana untuk mengubah energi itu menjadi listrik. Pembangkit listrik
tenaga air sebenarnya didasarkan pada konsep yang agak sederhana - air yang
mengalir melalui bendungan memutar turbin, yang mengubah generator.

Komponen dasar dari pembangkit listrik tenaga air adalah sebuah bendungan, intake,
turbin, generator, transformer, dan sistem aliran keluar. Sebagian besar PLTA
menggunakan bendungan untuk menhhan air. Air yang ditahan berfungsi sebagai
reservoir dan menciptakan suatu waduk yang besar. Kemudian, jika air ingin
dialirkan, Gerbang di bendungan terbuka dan gravitasi menarik air melalui sebuah
penstock, yang merupakan saluran pipa yang mengarah ke turbin. Saat air mengalir
melalui pipa ini, tekanan akan meningkat. Kemudian, air akan menabrak dan
memutar turbin yang dipasang kepada generator melalui sebuah poros. Saat turbin
diputar, rangkaian magnet yang ada pada generator juga ikut serta berputar.
Perubahaan medan manet yang ada pada generator akan menghasilkan arus bolak-
balik AC dengan menggerakan electron. Transformator di dalam pembangkit tenaga
listrik mengambil AC dan mengubahnya menjadi arus tegangan tinggi. Setelah itu,
listrik akan disebarkan kepada seluruh desa. Air yang digunakan untuk memutarkan
turbin akan dibawa kepada sebuah saluran yang disebut dengan tailraces, yang
kemudian akan mengalir kepada aliran sungai kembali.
6. Perencanaan Pembangunan Pembangkit Listrik
6.1. Kebutuhan Listrik Desa
Tabel 6.1. Perhitungan kebutuhan daya per rumah

Daya Durasi  
Instrumen
(watt) (hour) (watt.hour)
lampu 18 12 216
televisi 75 4 300
kulkas 90 24 2160
lain-lain 100 1 100
Total daya 1 rumah per hari =
2776 Wh atau 2,776 kWh
Total daya 35 rumah per hari = 97160 Wh atau 97,160 kWh

6.2. Pembangkit Listrik Tenaga Surya


6.2.1. Alat dan bahan yang diperlukan
a. Panel surya
 Lama penyinaran = 9 jam
 Panel surya yang akan digunakan berdaya 100 wattpeak
Total daya yang diperlukan
 Panel surya yang dibutuhkan ¿
Lama penyinaran × Daya panel surya
97160
¿
9 ×100
¿ 107,9556 ≈ 108

b. Baterai
 Spesifikasi baterai yang akan digunakan adalah 12V, 100AH
 Asumsi bahwa baterai akan bertahan selama 3 hari jika cuaca tidak
mendukung untuk pengisian daya.
97160 ×3
 Baterai yang dibutuhkan ¿
0,85× 0,6 ×12 ×100
¿ 476,2745098 ≈ 477
c. Inverter
Inverter diperlukan sebanyak 1 per rumah sehingga total inverter yang
diperlukan sebanyak 35 buah.

6.2.2. Perkiraan biaya yang diperlukan


Tabel 6.2. Perkiraan biaya

Jenis Jumlah Harga Total


Panel surya 108 Rp 900.000 Rp 97.200.000
Battery 477 Rp 2.000.000 Rp 954.000.000
Inverter 35 Rp 1.600.000 Rp 56.000.000
Total biaya = Rp 1.107.200.000

7. Kesimpulan

Setelah menimbang faktor-faktor alam yang ada pada desa tersebut kami memutuskan
untuk memakai pembangkit listrik bertenagakan surya. Dengan alasan lebih ramah
lingkungan, efisien, praktis dan juga karena sesuai dengan lingkup pedesaan yang belum
terlalu tinggi pemakaian listrik dalam kehidupan sehari – hari. Meskipun cost diawal cukup
besar tetapi biaya untuk pemeliharaan dari sistem ini cukup rendah dikarenakan untuk
maintenance-nya hanya perlu untuk menjaga kebersihan dari panel surya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai