RENAL DISEASES
PCP Pertemuan 4
HIMAFAR UNSOED 2021
02 EPIDEMIOLOGY 06 TREATMENT
ETIOLOGY &
03 PATHOPHYSIOLOGY 07 MONITORING
CLINICAL
04 MANIFESTATION
01
DEFINITION
AKI & CKD
Definition AKI (Acute Kidney Injury) /
Gagal Ginjal AKut
Acute Kidney Injury (AKI) → sindrom klinis yang umumnya didefinisikan dengan penurunan fungsi
ginjal secara tiba-tiba yang dibuktikan dengan perubahan, serum creatinine (Scr), blood urea
nitrogen (BUN), dan urine output (UO).
● Laju GFR yang ↓ pada ARF menyebabkan ↑ kadar Scr sebanyak 0,5 mg/dL/hari dan
kadar BUN 10mg/dL/hari.
● Terkadang disertai oliguria.
GAGAL GINJAL AKUT (AKI/
ACUTE KIDNEY INJURY)
Definisi :
1. Penurunan akut laju filtrasi glomerulus (GFR) disertai adanya akumulasi
produk buangan (urea dan kreatinin) yang bersifat sementara
2. Ketidakmampuan ginjal untuk mengatur homeostasis cairan dan elektrolit
berlangsung reversibel
3. Kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen,
dengan/tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
The Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Clinical Practice Guidelines working group in
2012.
Definition
CKD
Chronic kidney disease (CKD) diartikan sebagai kelainan pada struktur atau fungsi ginjal, terjadi
selama 3 bulan atau lebih, yang berimplikasi pada Kesehatan.
● Prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan
(0,2%)
. Berdasarkan karakteristik umur prevalensi tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun
(0,6%), dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas.
● Penyebab Sistemik
Diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi berupa nefropati yang bisa menjadi
etiologi penyakit ginjal kronis.
Etiologi GGK
Sumber : Webster AC, Nagler EV, Morton RL, Masson P. Chronic Kidney
Disease. Lancet. 2017; 389(10075):1238-1252
Faktor resiko
Usia → usia >60 tahun berisiko 2,2 x > lebih besar
dibandingkan dengan pasien usia <60 tahun.
Jenis Kelamin → laki-laki 2 x > daripada perempuan
R.PHipertensi → pasien dg R.Phipertensi berisiko
3,2 x > daripada pasien tanpa R.Phipertensi
R.PDM → R.P DM berisiko 4,1 x > dibandingkan
dengan pasien tanpa R.P DM
R.O (AINS) → R.O (AINS) secara berlebihan berisiko
GGK dibanding pasien tanpa R.O (AINS)
Lanjutan
RMerokok → RMerokok berisiko 2 x >
dibandingkan dengan pasien tanpa RMerokok
RPeng Kafein dan amfetamin → dapat
mempersempit pembuluh darah arteri ke ginjal
sehingga darah yang menuju ke ginjal berkurang
→ ginjal kekurangan asupan makanan dan oksigen
→ iskemiadan reaksi inflamsi → penurunan
kemampuan sel ginjal dalam menyaring darah
Patofisiologi Gangguan Ginjal
Penurunan fungsi ginjal (progresif, irreversibel dan waktu lama) >>>
sebagian nefron rusak. Pada Nefron yang masih berfungsi → hipertrofi
(tekanan kapilari glomerulus ↑↑↑) dan volume filtrasi dan reabsorpsi ↑,
LFG↓ (Nilai normal LFG: 100-140 mL/min (pria) dan 85-115 mL/min
(wanita).
Gejalanya
berupa:
• Jumlah dan frekuensi urine berkurang • Nafsu makan menurun
• Pembengkakan pd tungkai akibat penumpukan cairan • Mual dan muntah
• Tubuh mudah lelah • Demam
• Sesak napas • Sakit di perut dan punggung
• Gangguan irama jantung • Nyeri/pembengkakan pd sendi
• Nyeri atau sensasi tertekan di dada • Tremor di tangan
• Napas berbau tidak sedap • Kejang
• Muncul ruam atau rasa gatal di kulit • Koma
Gejala GAGAL GINJAL AKUT / AKI
Frekuensi berkemih :
Anuric (<50mL/hari), poliuri (>500mL/hari),
oliguri (<500mL/hari), stranguri (nyeri saat
berkemih), nokturi, inkontinen urine (tidak bisa
menahan BAK) dalam 24 jam disertai tanda
tanda uremia yg lain (Scr, BUN meningkat)
2. Terapi suportif
Tujuan terapi : menjaga agar penderita tetap dapat betahan hidup
sehingga ada kesempatan ginjal pulih, mengatasi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
a. Cairan
Bila overhidrasi (kadar Na ↓
) diberikan furosemid 40-80mg/iv, bila tetap
gagal bisa dilakukan dialisa. Bila dehidrasi (kadar Na ↑)diberi cairan eletrolit
b. Elektrolit
Hiperkalemia. Bila <6mg/L (hiperkalemia ringan) diperlukan pengawasan
dan asupan kalium dhentikan dengan diberi resin exchange 25-30gr/3-4x.
Bila >6mEq/L (hiperkalemi sedang+berat) diberikan resin exchange,
furosemid, kalsium glukonate,, NaHCO3, glukosa dan dialisis (solusi paling
akhir)
Prinsip terapi gagal ginjal akut
c. Hiponatremia
🞅 diatasi dengan pemberian NaCl.
d. Hiperkalsemia
🞅 Hasil ini terjdi karena kegagalan absorbsi gastrointestinal, asidosis,
rhabdomylosis/ terapinya dapat diberi glukonat.
e. Hipermagnesia
🞅 Merupakan gejalan paralisis otot, depresi pernapasan. Terapi dengan
preparat kalsium.
f. Metabolik asidosis
🞅 Keadaan ini diatasi bila kadar bikarbonat <15mg/l. Diberi Natrium
bikarbonat (tahapan awal sebelum dialisis)
TERAPI SUPORTIFGGA
Komplikasi Pengobatan
Kelebihan Batasi garam (1-2 g/hari) dan air , 1 L/hari) Furosemid,
volume ultrafiltrasi atau dialisis
intravaskular
Hiponatremia Batasi asupan air (<1 L/hari), hindari infus larutan hipotonik
3. Manitol
bekerja sebagai diuretik osmotik, hanya dapat diberikan
parenteral.
Dosis awal manitol diberikan 12,5-25 g melalui infus intravena
selama 3-5 menit.
ES : resiko hipermolaritas
Tatalaksana Komplikasi GGA
🞅 Indikasi :
Keadaan oligouria, anuria,
hiperkalemia (K>6,5 mEq/
l), asidosis berat (pH<7,1),
azotemia (ureum>200 mg/
dl) edema paru,
ensefalopati uremikum,
perikarditi uremikum,
neuropati atau miopati
uremikum, disnatremia
berat (Na>160 mEq/l atau
<115 mEq/l), hipertermia,
kelebihan dosis obat yang
dapat didialisis
Treatment for AKI
• Menghentikan obat-obatan yang dapat memicu atau memperparah gagal ginjal akut.
• Mengobati infeksi yang mendasari terjadinya gagal ginjal akut apabila ada.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
4. Kelainan kulit
5. Hipertensi → OAH
6. Hiperurisemia → allopurinol
• Diet rendah protein (0,6 sampai 0,75 g/kg/hari) dapat membantu memperlambat perkembangan
CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes, meskipun efeknya cenderung kecil.
A. Pada Hiperglikemia
● Terapi intensif dapat termasuk insulin atau obat oral dan melibatkan pengukuran kadar gula darah
setidaknya 3x sehari
B. Pada Hiperlipidemia
● Penggunaan obat-obatan penurun kolesterol terlihat pada penggunaan statin (Inhibitor HMG A
reduktase).
C. Pada Hipertensi
● Kontrol tekanan darah, diawali dengan pemberian inhibitor ACE (Angiotensin-Converting
Enzyme) atau bloker reseptor angiotensin II
● Klirens (clearance) inhibitor ACE menurun pada kondisi CKD, sehingga sebaiknya terapi
dimulai dengan pemberian dosis terendah.
TUJUAN PENGOBATAN
HIPERTENSI
↓ TD hingga tidak memperparah fungsi ginjal
↑ kualitas hidup pasien serta mencegah
mortalitas dan morbiditas
Hipertensi pada CKD (
KDIGO, 2012)
Terapi Non Farmakologi Komplikasi
hipertensi dan GGK
1. Mengurangi asupan garam 1.5 g Na/day
7.
HemoDialisis
Lanjutan...
8.Mengurangi asupan protein (khusus bagi penderita
Gagal Ginjal Kronis yang tidak menjalani dialisis secara
rutin).
• Pengobatan sebelumnya
• Kaptuhan minum obat (polifarmasi)
• Pemberian informasi efek samping
• Terapi non farmakologi
• Memastikan pasien dapat memahami cara penggunaan dan aturan
pakai obat-obat dengan baik dan benar.
• Jadwal dialysisnya harus teratur
A. STUDI KASUS CKD
Skenario : Anak dari pasien pria berusaha 65 tahun
(Tn, James) bernama Mbak Indah datang untuk
menebus resep di Instalasi Rumah Sakit Harapan Kita
dan meminta layanan konseling karena terapi yang
diterima oleh ayahnya adalah poliparmasi (penggunaan
lebih dari 5 obat secara bersamaan sehingga diperlukan
layanan konseling untuk mengoptimalkan terapi,
monitoring atau follow up terkait terapi untuk ayahnya
tersebut. Tn. James sudah menjalani dialisis selama 1
tahun dan menggunakan layanan bpjs dalam
pengobatan ini.
Thanks
!
Do you have any questions?
dichynuryadinzain@stikes-bth.ac.id
CREDITS:
This presentation template was created by
@dichynuryadinzain
Slidesgo, including icons by Flaticon,
0852 2338&8925
infographics images by Freepik and
illustrations by Stories
Prodi S1 Farmasi
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya