Anda di halaman 1dari 19

Efektifitas Senam Dalam Meningkatkan Imunitas pada Lansia

Dengan Diabetes Mellitus

Oleh : Kelompok 5
1. Vijay Saxena 9. Silvia Detri A.N
2. Yenni Rachmawati 10. Maduratna Arinda Alif
3. Muhammad Akhsal Dias S. 11. Marwinda Putri
4. A.A Aurian Adzin 12. Bella Aprilia Latif
5. Ike Adelia P. 13. Sulistyowati
6. Efi Nurwati 14. Vyrda Alya P.
7. Meisany Indah S. 15. Muhammad Sayyid Ali
8. Nur Aisyah 16. Agriani Ridha A.

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas penilitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Imunitas
di UPT PSTW Jember”. Dalam penyusunan tugas ini penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih banyak pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir karya
ilmiah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan ini. Tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Moh.Tabrani S.H M.H selaku KEPALA UPT PSTW JEMBER
2. Bapak Imam Eriyanto S.Sos selaku Kasubag TU
3. Ibu Dra Parni Rahayu selaku kepala seksi pelayanan social
4. Ibu Dra.Eni Tri Nuraeni sebagai kepala Bimbingan sosial.
5. Bapak Enang Hariono selaku pejabat fungsional.
6. Bapak Dr. Suhari A.Per.Pen, MM dan Bapak Raden Endro Sulistyono Skep,Ns,.M.kep
selaku dosen keperawatan gerontik
7. Bapak Zainal Abidin S.Pd. M.Kes dan Ibu Primasari Mahardhika Rahmawaati S.Kep.,
Ners., M.Kep selaku dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik Program Studi D3
keperawatan Universitas Jember kampus lumajang
8. Bapak Ibu pembimbing UPT PSTW Jember dan teman-teman mahasiswa praktik yang
hadir pada pagi hari ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.penulis akan sangat
berterima kasih dan menerima dengan senang hati masukan, kritik dan saran dari pembaca
untuk menyempurnakan tugas karya ilmiah ini. Harapan penulis semoga tugas ini bermanfaat
bagi kita semua dan semoga amal kebaikan kita semua dibalas oleh Allah SWT.

Jember , 16 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................................1
1.3.1. Tujuan Umum.....................................................................................................1
1.3.2. TujuanKhusus.....................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan..........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Lansia.................................................................................................................3
2.1.1. Definisi Lansia......................................................................................................3
2.1.2. Batasan Lansia......................................................................................................3
2.1.3. Ciri-Ciri Lansia.....................................................................................................3
2.1.4. Perkembangan Lansia...........................................................................................4
2.1.5. Permasalahan Lansia.............................................................................................5

2.2. Konsep Imunitas.............................................................................................................6


2.2.1. Pengertian............................................................................................................6
2.2.2. Etiologi................................................................................................................6
2.2.3. Klasifikasi...........................................................................................................7
2.2.4. Tanda dan Gejala................................................................................................8
2.2.5. Penatalaksanaan..................................................................................................9
2.2.6. Pencegahan..........................................................................................................10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian................................................................................................................12
3.2. Waktu dan Tempat..........................................................................................................12
3.3. Populasi dan Sampel.......................................................................................................12
3.4. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................................12
3.5. Pengolahan Data.............................................................................................................12

BAB VIHASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................19
5.2. Saran ...............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20

LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................................21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat
berbeda dengan kelompok umur lainnya. Banyak perubahan dan masalah yang terjadi pada
lansia seiring dengan proses penuaan, seperti penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial,
ataupun ekonomi. Kesejahteraan hidup lansia yang meningkat akan meningkatkan pula
kualitas hidup lansia karena proses penuaan, penyakit, dan berbagai perubahan dan
penurunan fungsi yang dialami lansia mengurangi kualitas hidup lansia secara progresif.
Berdasarkan Data Statistik Indonesia didapatkan jumlah populasi lansia di DKI Jakarta
pada tahun 2005 sejumlah 404.010 orang. Di perkotaan sendiri presentase lansia yang
bekerja pada tahun 2011 adalah 38,99%. Sebanyak 70% dari lansia di Jakarta masih
merupakan kepala rumah tangga dan tulang punggung untuk menghidupi dirinya sendiri
maupun keluarganya. Misalnya Posyandu Lansia sebagai wahana pelayanan bagi kaum
Lansia, yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usila yang menitikberatkan pada
pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif,
Namun, kelompok usia lanjut sendiri kurang dapat memanfaatkan Posyandu Lansia.
Permasalahan yang ada adalah semakin tua seseorang semakin turun dan berkurang daya
tahan fisiknya, dan beberapa jenis penyakit tertentu akan muncul dan menyerang lansia,
kondisi psikis dan mental lansia juga akan mengalami gangguan. Dukungan sosial dan
dukungan psikologis pada lansia belum teridentifikasi secara optimal.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan terkait peningkatan imunitas pada lansia oleh warga sekitar UPT
PSTW Jember ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan imunitas pada lansia oleh
warga sekitar UPT PSTW Jember.
1.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengidentifikasi peningkatan imunitas pada lansia di UPT PSTW Jember.

1.4. Manfaat Penelitian

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.Seseorang dikatakan
Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan (Nugroho, 2008).

2.1.2 Batasan Lansia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan Lansia menjadi
empat, yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
adalah 60-74 tahun. lanjut usia tua (old) adalah 75-90, usia sangat tua (very old)
adalah diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila telah memasuki atau mencapai usia
60 tahun lebih (Nugroho, 2008).

2.1.3 Ciri-ciri Lansia


Adapun ciri ciri tersebut antara lain seperti:
1. Perubahan pada sistem pernafasan.
2. Perubahan pada pendengaran.
3. Perubahan pada penglihatan.
4. Perubahan pada indera pengecap, pembau dan peraba.
5. Perubahan pada sistem syaraf.
6. Gangguan pada sistem jantung.
7. Gangguan sistem kemih.
8. Gangguan pada sistem endokrin/metabolik.
9. Penurunan sistem pencernaan.
10. Gangguan fungsi sendi, ligamen, otot, dan tendon.
11. Penurunan sistem kulit dan jaringan ikat.
12. Penurunan sistem reproduksi dan kegiatan seksual.

2.1.4 Perkembangan Lansia


Proses Penuaan dan Perubahan yang Terjadi pada Lansia Proses penuaan
merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak, masa
dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Pertambahan
usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari
berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia. Proses ini

5
menjadi kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,
gerakan lambat, dan kelaianan berbagai fungsi organ vital.Sedangkan kemunduran
psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional, penurunan gairah, bertambahnya
minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatkan minat
terhadap material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan
subyek saja yang berbeda) (Mubarak, 2009).
Namun, hal di atas tidak menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, Lansia harus
senantiasa berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai kondisi :
1. Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.
2. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Mendapatkan dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.
Adapun dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,
sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan fisik
dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses
penuaan (Mubarak, 2009).

2.1.5 Permasalahan Lansia


Menurut Mubarak (2009), terdapat beberapa permasalahan yang sering dialami
oleh seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia, antara lain:
1. Perubahan Perilaku, pada Lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku,
di antaranya : daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada
kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya
sudah tidak menarik lagi, dan Lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional
seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.
2. Perubahan Psikososial, masalah perubahan psikososial serta reaksi individu
terhadap perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu
yang bersangkutan. Lansia yang telah menjalani dengan bekerja, mendadak
dihadapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila Lansia
cukup beruntung dan bijaksana, maka ia akan mempersiapkan diri dengan
menciptakan berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya.
Namun, bagi banyak pekerja, pensiun berarti terputus dari lingkungan, dan
teman-teman yang akrab.
3. Pembatasan Aktivitas Fisik, semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya,
sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang
lain.
4. Kesehatan Mental, pada umumnya Lansia mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor, perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitanya dengan
perubahan fisik. Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya akan
semakin berkurang dan akan mengakibatkan berkurangnya interaksi dengan
lingkunganya.

6
2.2 Konsep Imunitas
2.2.1 Pengertian Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi
sepertibiasa.
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen,misalnya
bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang
meninggalkan kerusakan permanent. Hal ini disebabkan adanya system imun yang
memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur pathogen tersebut
Respon imun sangat bergantung pada kemampuan system imun untuk mengenali
molekul asing yang terdapat pada pathogen potensial dan kemudian membangkitkan
reaksi yang tepat untuk menyingkirkan sumber yang bersangkutan Proses pengenalan
antigen dilakukan oleh unsure utama system imun yaitu limfosit yang kemudian
diikuti oleh fase efektor yang melibatkan berbagai jenis sel. Pengenalan antigen sangat
penting dalam fungsi system imun normal, karena limfosit harus mengenal semua
antigen pada pathogen potensial dan pada saat yang sama ia harus mengabaikan
molekul-molekul jaringan tubuh sendiri. Untuk mengatasi hal itu, limfosit pada
seorang individu melakukan diversi vikasi selama perkembangannyademikian rupa
sehingga populasi limfosit secara keseluruhan mampu mengenal molekul asing dan
membedakannya dari molekul jaringan atau sel tubuh sendiri.
Kemampuan diversifikasi dimiliki oleh komponen system imun yang terdapat dalam
jaringan limforetikular yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya dalam
sumsum tulang, kelenjar limfa, thymus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ
lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam sumsum
tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh
melalui darah, getah bening serta jaringan limfoid, dan dapat menunjukkan respon
terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing.
Rangsangan terhadap imun tersebut terjadi apabila kedalam tubuh masuk suatu zat
yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap asing. System imun dapat membedakan zat
asing dari zat yag berasal dan tubuh sendin. Pada beberapa keadaan patologik, system
imun tidak dapat membedakan self dari non-self sehingga sel-sel dalam system imun
membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri.
2.2.2 Etiologi
1. Stres

Hampir semua orang pernah merasakan efek stres di beberapa titik dalam hidup. Sakit
kepala, rasa sakit di dada, rasa gelisah, dan perasaan tegang secara keseluruhan
merupakan gejala stres.

7
Faktor-faktor tersebut semua bergabung sehingga menyebabkan sistem kekebalan
tubuh harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan tubuh dari ancaman kesehatan.

2. Kurang aktif

Sistem imun lemah bisa disebabkan karena Anda kurang aktif atau tidak berolahraga.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dapat membantu fungsi
neutrofil, yaitu jenis sel darah putih yang membunuh mikroorganisme yang tidak
diinginkan dan terkadang dapat membahayakan kesehatan.

3. Kurang tidur

Anda mungkin tidak menyadari, saat Anda sedang tidur sel-sel dalam darah yang
melawan infeksi bekerja untuk menjaga tubuh. Jadi, kurang tidur bisa menyebabkan
tubuh tidak dapat bekerja efektif dalam melawan infeksi atau kuman penyakit.

4. Dehidrasi

Setiap jaringan dan organ di dalam tubuh bergantung pada air, karena membantu
membawa nutrisi dan mineral ke sel, dan menjaga mulut, hidung, dan tenggorokan
Anda lembap, juga untuk menghindari penyakit.

Meskipun tubuh terdiri dari 60 persen air, Anda kehilangan cairan melalui buang air
kecil, buang air besar, berkeringat, dan bahkan bernapas. Dehidrasi terjadi ketika Anda
tidak cukup mengganti cairan yang hilang.

Dehidrasi ringan hingga sedang terkadang sulit diidentifikasi, tetapi bisa membuat
Anda sakit. Gejala dehidrasi ringan hingga sedang dapat disalahartikan sebagai nyeri,
kelelahan, sakit kepala, dan sembelit.

Kedua dehidrasi akut dan kronis bisa berbahaya, bahkan mengancam jiwa. Gejala
termasuk haus yang ekstrem, mata cekung, sakit kepala, tekanan darah rendah, detak
jantung cepat, kebingungan dan merasa lelah.Kurangnya asupan nutrisi yang
diperlukan

Penting untuk makan berbagai makanan yang seimbang termasuk buah-buahan, sayur-
sayuran, dan sumber gandum utuh yang membantu mendukung sistem kekebalan
dengan menyediakan vitamin, mineral, fitokimia dan antioksidan yang penting.

Sama pentingnya, sebaiknya Anda menghindari makan makanan berlemak, terutama


lemak tak jenuh ganda yang cenderung menekan sistem kekebalan tubuh.
Asupan nutrisi yang sangat dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan sistem imun tubuh
adalah vitamin C, ginseng dan bunga echinacea. Vitamin C diperlukan tubuh untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, melindungi tubuh dari penyakit jantung, mata dan

8
kerutan pada kulit. Vitamin C dapat Anda peroleh dari buah maupun sayuran. Namun
jika daya tahan tubuh Anda sedang menurun maka Anda membutuhkan tambahan
suplemen untuk memenuhi kebutuhan vitamin C.

Selain vitamin C Anda perlu mempertimbangkan untuk menggunakan herbal dalam


menjaga kekebalan tubuh seperti ginseng Asia (Panax ginseng) atau ginseng Amerika
(Panax quinquefolius). Antioksidan dalam ginseng mampu meningkatkan sistem imun
atau daya tahan tubuh.
Anda juga bisa menggunakan bunga echinacea, yang bagus digunakan untuk
meningkatkan sistem imun dan membantu tubuh meredakan berbagai gejala penyakit
seperti flu atau penyakit infeksi. Bunga ini memiliki campuran zat aktif yang
kompleks, beberapa di antaranya disebut antimikroba. Sementara kandungan lainnya
yaitu fenol dan alkylamides diyakini memiliki efek pada sistem kekebalan tubuh
manusia dan antioksidan.
Tentunya untuk memenuhi ketiga nutrisi tersebut Anda tidak perlu bingung mencari 3
jenis makanan yang berbeda. Anda dapat mempertimbangkan penggunaan suplemen
daya tahan tubuh yang memuat sekaligus tiga nutrisi tersebut. Suplemen tersebut dapat
membantu Anda dalam meningkatkan sistem imun.

2.2.3 Klasifikasi
Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun alamiah atau nonspesifik/
natural/ innate/ native/ nonadaptif dan sistem imun didapat atau spesifik/ adaptif/
acquired. Respon imun non spesifik merupakan respon pertahanan tubuh terdepan
yang dapat memberikan respon langsung dan cepat terhadap antigen walaupun
belum pernah terpapar sebelumnya.

Disebut nonspesifik karena tidak membedabedakan responnya terhadap setiap


jenis mikroorganisme maupun penyakit, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
Makrofag, lisosom, basofil, sel mast, eosinofil, sel denditrik dan sel NK memiliki
peran terhadap respon non spesifik. Respon imun spesifik adalah respon imun
yang memerlukan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu, sebelum dapat
memberikan respon. Namun apabila system imun ini sudah terpajan oleh suatu
mikroba atau penyakit, maka perlindungan yang diberikan dapat bertahan lama
karena sistem imun ini mempunyai memori terhadap pajanan yang didapat. Sel
limfosit memiliki peran terhadap respon imun spesifik (Baratawidjaja, 2009)

Sel limfosit berkontribusi dalam respon imunologik yang bersifat spesifik.


Respon imun spesifik terdiri atas respon imun humoral dan seluler. Pada imunitas
humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraselular.
Pada imunitas selular, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk
menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang
menghancurkan sel terinfeksi

2.2.4 Tanda dan Gejala


1. Tingkat stres sangat tinggi Berdasarkan laporan American Psychological
Association, stres jangka panjang bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh.

9
Menurut pakar pengobatan internal Nadia Hasan, stres bisa menurunkan
limfosit tubuh atau sel darah putih yang membantu melawan infeksi.
"Semakin rendah tingkat limfosit, semakin tinggi risiko kita terkena infeksi,"
ucapnya.
2. Sering pilek atau meriang Meriang atau pilek memang bisa sembuh dengan
sendirinya hanya dalam hitungan hari. Sistem kekebalan tubuh juga
membutuhkan tiga hingga empat hari untuk mengembangkan antibodi dan
melawan patogen penganggu. Namun, terus-menerus pilek dan meriang bisa
menjadi tanda bahwa sistem kekebalan tubuh sedang kewalahan mengatasi
gangguan yang ada pada tubuh kita.
3. Sering mengalami masalah pencernaan Sering mengaami diare, kembung,
atau sembelit bisa menjadi pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh sedang
terganggu. Penelitian menunjukkan hampir 70 persen sistem kekebalan tubuh
terletak di saluran pencernaan. Selain itu, di dalam pencernaan juga terdapat
berbagai bakteri dan mikroorganisme baik yang mendukung sistem kekebalan
tubuh. Jika jumlah mikroorganisme atau bakteri tersbut berkurang, kita bisa
berisiko besar mengalami infeksi, perdangan kronis, hingga gangguan
autoimun.
4. Penyembuhan luka berlangsung lama Saat kulit mengalami luka, tubuh akan
bekerja untuk menyembuhkannya dengan mengirimkan darah kaya nutrisi
agar terjadi regenerasi kulit baru. Namun, proses ini bergantung pada
kekuatan sistem kekebalan tubuh. Jadi, sistem kekebalan tubuh yang lemah
akan membuat regenerasi kulit berjalan lambat sehingga luka sulit sembuh.
5. Sering merasa lelah Sering merasa lelah padahal tidur sudah cukup bisa
menjadi pertanda sistem kekebalan tubuh sedang melemah. Hal ini terjadi
karena sistem kekebalan tubuh juga turut memengaruhi tingkat energi. “Itu
terjadi karena tubuh berusaha menghemat energi agar sistem kekebalan
mampu melawan bakteri atau virus," ucap Hasan

2.2.5 Penatalaksanaan

a. Pemeriksaan Imunologi
Untuk mendeteksi masalah atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh,
diperlukan pemeriksaan imunologi atau tes imunologi. Beberapa jenis
pemeriksaan yang dilakukan antara lain:

b. Tes antibodi
Tes antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah atau air liur. Dalam
beberapa kasus, tes ini dapat menentukan diagnosis penyakit tertentu. Jika
pemeriksaan terhadap antibodi untuk suatu penyakit memberikan hasil positif,
maka artinya orang tersebut sedang atau pernah menderita penyakit tersebut.
Pemeriksaan antibodi umumnya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
infeksi dan penyakit autoimun.

10
c. Tes antigen
Antigen adalah bagian dari virus atau bakteri yang dapat memicu munculnya
respons imun. Salah satu tes antigen yang umum dilakukan adalah
pemeriksaan sampel tinja untuk mengetahui ada atau tidaknya antigen yang
dihasilkan oleh bakteri Heliobacter pylori penyebab sakit maag.
Tes antigen juga bisa dilakukan menggunakan sampel darah, misalnya untuk
mendeteksi antigen dari virus HIV. Pemeriksaan antigen ini adalah salah satu
pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendiagnosis HIV.
Di indonesia, imunologi merupakan cabang ilmu kedokteran penyakit dalam.
Anda yang memiliki gangguan pada sistem kekebalan tubuh dapat
berkonsultasi ke dokter penyakit dalam untuk mengetahui penyebabnya dan
mendapatkan penanganan yang tepat.
2.2.6 Pencegahan

a. Mengonsumsi makanan bergizi


Konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti sayur-sayuran, buah-
buahan, dan tanaman herbal, dapat membantu tubuh melawan radikal bebas.
Jika di dalam tubuh Anda banyak terdapat radikal bebas, kerja sistem imun
bisa terganggu dan Anda jadi lebih mudah terkena infeksi virus Corona.
Selain itu, untuk menjaga imunitas tubuh, diperlukan juga asupan nutrisi yang
cukup. Perbanyak konsumsi daging tanpa lemak, kacang-kacangan, serta biji-
bijian agar daya tahan tubuh Anda kuat. Bawang dan jahe juga baik untuk
dikonsumsi karena kandungannya diyakini dapat membantu tubuh melawan
infeksi dan meredakan peradangan.

b. Berolahraga dengan rutin


Olahraga juga terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan
meredakan peradangan. Namun, perlu Anda ingat, olahraga yang dilakukan
secara teratur memiliki efek yang lebih baik terhadap sistem imun
dibandingkan olahraga yang hanya sesekali. Jadi, sempatkanlah untuk
berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari.

c. Mengelola stres dengan baik


Stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan produksi hormon kortisol.
Kadar hormon kortisol yang tinggi dapat mengganggu kerja sistem imun
dalam melawan infeksi. Oleh karena itu, upayakan untuk mengelola stres
dengan baik supaya sistem imun Anda tetap terjaga dan kuat melawan infeksi
virus Corona.

11
Stres bisa dikendalikan dengan hal yang sederhana, misalnya dengan tidur
cukup setiap harinya. Anda juga bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan
supaya tubuh dan pikiran Anda rileks, misalnya berkumpul dengan teman,
bertamasya, mengerjakan hobi Anda, atau melakukan meditasi.

d. Beristirahat yang cukup


Walaupun terdengar sederhana, kurang tidur terbukti bisa menimbulkan
dampak yang buruk pada kesehatan. Salah satunya adalah penurunan daya
tahan tubuh, sehingga beragam penyakit dapat lebih mudah menyerang.
Tidur yang cukup dapat membuat tubuh Anda lebih kuat melawan paparan
virus Corona. Orang dewasa membutuhkan waktu tidur sekitar 7–8 jam setiap
harinya, sedangkan anak-anak memerlukan waktu tidur 10 jam atau lebih.

e. Mengonsumsi suplemen penunjang daya tahan tubuh


Untuk mencegah infeksi virus Corona, Anda juga dapat mempertimbangkan
konsumsi suplemen yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Kandungan
vitamin dan mineral dalam suplemen, seperti vitamin C (sodium ascorbate),
vitamin B3 (nicotinamide), vitamin B5 (dexpanthenol), vitamin B6
(pyridoxine hcl), vitamin E (alpha tocopheryl), zinc picolinate, dan sodium
selenite, dapat meningkatkan kinerja sistem imun dalam melawan infeksi
yang disebabkan oleh virus maupun bakteri, termasuk infeksi virus Corona.
Di sisi lain, vitamin B3, B5, dan B6 dapat memperbaiki sel-sel tubuh yang
rusak akibat sakit.
Di samping itu, Anda juga bisa memilih suplemen yang mengandung ekstrak
tanaman, misalnya Echinacea purpurea dan Black Elderberry. Kedua tanaman
herbal tersebut dipercaya mampu meningkatkan kinerja sistem imun dalam
melawan infeksi yang disebabkan oleh virus maupun bakteri, termasuk
infeksi virus Corona.
Selain memperkuat daya tahan tubuh dengan beragam cara di atas, Anda juga
perlu menerapkan pola hidup sehat lainnya, seperti berhenti merokok,
mengurangi minum minuman beralkohol, tidak melakukan hubungan seks
yang berisiko, serta minum air putih yang cukup.
Selain memperkuat daya tahan tubuh dengan beragam cara di atas, Anda juga
perlu melakukan upaya untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu:
 Selalu memakai masker saat bepergian atau berinteraksi dengan orang lain
 Mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, atau dengan hand
sanitizer
 Tidak menyentuh wajah, hidung, dan mata dengan tangan yang kotor atau
belum dicuci
 Menghindari kerumunan dan menjaga jarak atau physical distancing

12
f. Hindari Rokok dan Alkohol

 Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol dapat membuat fungsi


imunitas tubuh terganggu. Tak hanya itu, perokok aktif juga memiliki risiko
tinggi untuk mengalami infeksi paru, seperti bronkitis dan pneumonia. Jika
gemar mengonsumsi alkohol juga, risiko untuk terkena infeksi paru akan
semakin besar.

13
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian preeksperimentaldengan metode
pendekatan one group pretest posttest untuk melihat pengaruh efektivitas senam dalam
meningkatkan imunitas pada lansia dengan diabetes di UPT PSTW Jember.

3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


3.1.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dengan satu kali pengumpulan data yaitu
pengukuran kadar gula darah pertama (pretest) dilakukan pada tanggal 13 Juli 2021.
Kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darah kedua (posttest) pada tanggal 15
Juli 2021.

3.1.2 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah UPT Pelayanan sosial Tresna Werdha
Kecamatan Puger Kabupaten Jember.Populasi dan Sampel.

3.1.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus di
wilayah kerja UPT PSTW Jember sebanyak 12 orang lansia. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan non random (non probability) sampling, teknik yang
digunakan adalah consecutive sampling yaitu teknik penentuan sampling dimana
semua subjek yang datang dan memenuhi criteria pemilihan dimasukkan kedalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael,
2014).

3.1.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data
primer.Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
terhadap sasaran. Data primer diperoleh dengan menggunakan alat yaitu easy touch
(GCU) yang akan dipergunakan untuk mengukur kadar gula darah responden/ lansia.
Selain itu, melakukan wawancara kepada lansia untuk memperoleh data pendukung
di UPT PSTW Jember yang memiliki tanda dan gejala asam urat.

3.1.5 Pengolahan Data


s Nama dan usia Wisma P/L diagnosa Hasil test Tgl test Tanda dan gejala
1
2
3
4

14
Datajumlah lasia dengan penyakit asam urat di UPT PSTW Jember

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan selama 2 hari di UPT PSTW Jember,
terdapat 4 dari 12 lansia penderita diabetes mellitus yang berada di UPT PSTW
Jember.Di bawah ini merupakan hasil dari pengecekkan kadar gula darah sebelum dan
sesudah diberikan terapi aktivitas (senam) Diantaranya :
No Nama Usia Hasil awal Hasil akhir Kesimpulan Skala nyeri
1 Ny. salamah 70 4,76 mg/dl - Asamurat normal 9
2. Ny. Juwariah 3,50 mg/dl - Asamurat normal 5
3. Ny. Sriati 69 6,36 mg/dl 6,95 mg/dl Asam urat sedikit tinggi 9
4. Tn. Riyadi 43 2,91 mg/dl - Asam urat normal 9
5. Tn. Jaiz 63 2,91 mg/dl - Asam urat normal 3
6. Ny. Rokayah 86 11,2 mg/dl 10,7mg/dl Asam urat menurun 9
7. Tn. Khosim 85 4,81 mg/dl - Asam urat normal 5
8. Ny. Astutik 63 3,66 mg/dl - Asam urat normal 4
9. Ny. Saikem 83 3,08 mg/dl - Asam urat normal 5
10. Ny. Sriani 72 5,7 mg/dl 5,9 mg/dl Asam urat sedikit tinggi 5
11. Ny. Tuminem 6,36 mg/dl 12,3 mg/dl Asam urat tinggi 4
12. Ny. Sunarsih 89 5,5 mg/dl 5,9 mg/dl Asam urat sedikit tinggi 6

15
4.2 Pembahasan
Dari data diatas, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh dari pemberian terapi
aktivitas (senam) pada lansia untuk menurunkan kadar gula darah
Intervensi yang kami lakukan yaitu terapi aktivitas (senam) dan penyuluhan
kesehatan tentang pengolahan jahe,pandan,jeruk nipis,serai,dan madu menjadi jamu sehat
bagi penderita diabetes mellitus. Khasiat dan penggunaan jamu diabetes biasa sebagai
menurunkan kadar gula darah yang tinggi dengan pengolaan pola makan yang sesuai
juga, dan juga bias menormalkan kadar gula darah dalam tubuh.

A. Cara pembuatan jamu asam urat :


Alat dan bahan :
1. Panci
2. Pisau
3. Ember kecil
4. Kompor
5. Daun pandan
6. Jahe
7. Serai
8. Jeruk nipis
9. Madu

B. Langkah- langkah:

1. Siapkan panci yang berisi air takaran 5 gelas belimbing sekitar 1 liter 100 ml.
2. Masukkan jahe yang sudah dibakar dan di geprek
3. Masukkan serai kemudian diaduk
4. Masukkan daun pandan bila sudah mendidih
5. Tunggu selama kurang lebih 5 menit
6. Tuangkan air rebusan kedalam teko yang sudah disiapkan
7. Masukkan jeruk nipis sesuai secukupnya
8. Masukkan 2 saset madu
9. Jamu siap dihidangkan

C. Untuk senam lansia, tata caranya sebagai berikut:


1. Gerakan kaki seperti jalan di tepat
2. Gerakan tangan keatas kaki kedepan
3. Gerakan tangan kedepan lalu merenggangkan tangan kaki kedepan
4. Gerakan jari- jari tangan kekanan dan kekiri
5. Gerakan menekuk lengan tangan kekanan dan kekiri kaki kedepan
6. Gerakan memutar pergelangan tangan kekanan dan kekiri
7. Gerakan tangan keatas kaki kebelakang
8. Gerakan tangan kepundak keatas
9. Gerakan jalan di tepat

16
Implementasi yang kami lakukan yaitu terapi aktivitas (senam) pada lansia yang
bertujuan untuk menggerakkan persendian lansia agar menjadi lebih aktif, menjaga tulang
menjadi lebih lentur, menjaga otot lebih kencang, memperlancar peredaran darah,tetap
normal, jantung menjadi lebih sehat, tidak mudah mengalami cidera.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan saat terapi aktivitas (senam) lansia sangat
antusias dan bersemangat dalam mengikuti seluruh kegiatan.Tetapi pengetahuan lansia
terhadap imunitas sedikit tidak dimengerti. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendidikan
kesehatan terkait dengan imunitas dengan diabetes mellitus yang didalamnya juga
mencangkup terapi aktivitas (senam) serta pengolahan jamu menjadi obat tradisional
lansia yang menderita diabetes mellitus. Tujuan dilakukan kegiatan ini agar pengetahuan
lansia semakin bertambah dan membuat lansia menjadi lebih sehat.

5.2 Saran
Perlu dilakukan pengkajian berulang kali untuk meningkatkan manfaat dari terapi
aktivitas (senam) dan terapi obat tradisional tersebut.Karena hasil yang didapatkan
memerlukan beberapa tahapan dan juga beberapa waktu untuk mengarah ke tujuan yang
lebih lanjut.

18

Anda mungkin juga menyukai