Anda di halaman 1dari 12

Nama: Mita Apriliyani

NPM: 0119101045

KELAS: A – AKUNTANSI PEMERINTAH

RESUME AKUNTANSI PEMERINTAH

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

a. Pemendagri No 64 Tahun 2013 Pasal 05 tentang PSAP berbasis akrual pada


Pemerintah Daerah sistem akuntansi pemerintah daerah adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan
pelaporan keuangan dilingkungan organisasi pemerintahan daerah.
b. Menurut Fatmala (2014) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)
adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
aplikasi komputer.
c. PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
mendefinisikan Sistem Akuntansi Permintahan (SAP) sebagai serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi
pemerintah.
d. Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Keuangan Daerah yang
diterbitkan pada tahun 2004 oleh Salemba Empat mendeinisikan Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah sistem akuntansi yang meliputi
proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka
pelaksanaan APBD, dilaksanakan dalam prinsip-prinsip akuntansi yang
berterima umum.

Dengan adanya otonomi daerah, pengelolaan keuangan daerah sebagai bentuk


upaya dalam pemberdayaan daerah sepenuhnya berada di tangan pemerintah
daerah sendiri. Dalam pengelolaan keuangan Negara dan Daerah yang mencatat
perhitungan makro Negara, Pemerintah memerlukan suatu sistem akuntansi yang
diperlukan untuk pengelolaan dana, transaksi ekonomi yang semakin besar dan
beragam

Sistem akuntansi menjadi suatu tuntutan sekaligus kebutuhan bagi tiap


Pemerintah Daerah. Adapun manfaat penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah (SAPD) berdasarkan standar akuntansi pemerintahan adalah bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas dan keaandalan pengelola keuangan pemerintah
melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah.

Maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)


adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.

SAPD diatur didalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman


pengelolaan keuangan daerah yang berisikan Entitas pelaporan dan entitas
akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah, Sistem
akuntansi pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-
pokok pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi serangkaian prosedur mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Dalam Permendagri
No. 13 Tahun 2006 ini juga dijelaskan bagaimana pengelolaan kas di pemerintah
termasuk pengelolaan dana perimbangan. Sistem akuntansi menjadi suatu tuntutan
sekaligus kebutuhan bagi setiap Pemerintah Daerah ataupun Pemerintah Pusat.
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah serangkaian prosedur, mulai
dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Dalam PP Republik Indonesia No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah. Disebutkan bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah. Pengelolaan
Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk
masyarakat, serta taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

SAPD terdiri atas dua sub sistem, yaitu:

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


dilaksanakan oleh PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) yang akan
mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh level pemda, seperti
pendapatan dana perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, transaksi-transaksi
pembiayaan, pencatatan investasi, dan utang jangka panjang. Dalam
pembahasan buku ini, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah akan disebut
dengan istilah Sistem Akuntansi PPKD.
2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah Sistem Akuntansi Satuan
Kerja Perangkat Daerah(SKPD), dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK) SKPD. Transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan satuan
kerja harus dicatat dan dilaporkan oleh PPK SKPD. Dalam Konstruksi keuangan
negara, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu SKPD dan Satuan Kerja
Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD). Dalam pelaksanaan anggaran,
transaksi yang terjadi di SKPKD dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian,
yaitu:
 Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja.
 Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD pada level pemda. Dengan
demikian, SKPKD akan menjalankan sistem akuntansi SKPD dan juga
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SKPD)

SAPD terdiri atas:

a. sistem akuntansi PPKD; dan

b. sistem akuntansi SKPD.

SISTEM AKUNTANSI PPKD

Pencatatan Anggaran pada PPKD


Pencatatan anggaran pada PPKD merupakan tahap persiapan sistem akuntansi
pemerintah daerah. Pada tahap ini dilakukan pencatatan untuk merekam data
anggaran yang akan membentuk estimasi 3 perubahan Saldo Anggaran Lebih
(SAL). Estimasi perubahan SAL ini juga merupakan akun antara yang berguna
dalam rangka pencatatan transaksi realisasi anggaran. Di dalam neraca, estimasi
perubahan SAL merupakan bagian ekuitas SAL.

Pihak-Pihak Terkait: Pihak-pihak yang melaksanakan pencatatan anggaran PPKD


adalah sebagai berikut:

a) PPKD
b) Fungsi Akuntansi PPKD

Langkah-Langkah Teknis

Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD) yang sudah dibuat


oleh PPKD dan disetujui oleh sekretaris daerah diserahkan kepada fungsi akuntansi
PPKD.

Akuntansi Pendapatan PPKD

Pihak-Pihak Terkait Pihak-pihak yang melaksanakan sistem akuntansi pendapatan


PPKD adalah sebagai berikut:

a. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


b. Fungsi Akuntansi PPKD

Akuntansi Belanja dan Beban PPKD

Pihak-Pihak Terkait: Pihak-pihak yang melaksanakan sistem akuntansi beban PPKD


adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Akuntansi PPKD


b. PPKD
c. Kuasa BUD

SISTEM AKUNTANSI SKPD

Pencatatan Anggaran pada SKPD Pencatatan anggaran pada SKPD merupakan


tahap persiapan sistem akuntansi pemerintah daerah. Pada tahap ini dilakukan
pencatatan untuk merekam data anggaran yang akan membentuk estimasi
perubahan SAL. Estimasi perubahan SAL ini merupakan akun perantara yang
berguna dalam rangka pencatatan transaksi realisasi anggaran.

1) Pihak-Pihak Terkait: Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi


pendapatan SKPD adalah:
a. Pengguna Anggaran
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)

Akuntansi Pendapatan SKPD

Pihak-Pihak Terkait: Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi pendapatan


SKPD adalah:

a. PPKD
b. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)

System akuntansi pemerintah daerrah didasarkan pada peraturan perundang-


undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari Undang-


Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti dari Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000
4. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

Tujuan dan Fungsi Sistem Akuntansi Pemerintah

Dibentuknya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) memiliki beberapa


tujuan, yaitu untuk Akuntabilitas, Manajerial dan Pengawasan yang hasil akhir dari
siklusnya adalah informasi keuangan. Berikut penjelasan masing-masing tujuan
SPAD.

1. Akuntabilitas: yaitu sistem akuntansi pemerintah mampu memberikan


informasi keuangan yang lengkap cermat, dalam bentuk dan waktu yang
tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan
dengan operasi unit- unit pemerintah.
2. Manajerial: Akuntansi pemerintah mampu memberikan informasi keuangan
yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggran, perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah.
3. Pengawasan: Akuntansi pemerintah harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

Fungsi Sistem Akuntansi Pemerintah

Dengan informasi keuangan yang tersedia pada sistem akuntansi pemerintah,


institusi atau pegawai yang mengelola keuangan dapat menggunakan SAP
berfungsi untuk:

1. Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menjaga aset K/L/PD


melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang konsisten
sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima umum.
2. Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi
yang akurat dan tepat waktu mengenai anggaran dan kegiatan keuangan
K/L/PD, yang berguna sebagai dasar pengukuran kinerja, untuk menentukan
ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
3. Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi
yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan K/L/PD secara keseluruhan.
4. Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi
keuangan yang berguna untuk perencanaan pengelolaan dan pengendalian
kegiatan dan keuangan K/L/PD secara efisien.

Karakteristik Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Menurut Fatmala (2014) sistem akuntansi pemerintah daerah Memiliki karakteristik


yang sama dengan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:

1. Basis Kas Sistem akuntansi pemerintah daerah menggunakan basis kas


untuk laporan realisasi anggaran (LRA) dan basis akrual untuk neraca.
Dengan basis kas pendapatan diakui dan dicatat pada saat kas diterima oleh
rekening kas daerah serta belanja dicatat dan diakui pada saat kas
dikeluarkan dari rekening kas daerah. informasi yang dihasilkan berupa kas
yang terdiri dari informasi kas masuk, kas keluar, dan saldo kas. Aset,
kewajiban serta ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah.
2. Sistem pembukuan berpasangan pengaplikasian double entry dipandang
perlu untuk menghasilkan laporan keuangan yang lengkap dan auditable.
Sistem pembukuan berpasangan (double entry system) didasarkan atas
persamaan dasar akuntansi yaitu: Aset = Utang + Ekuitas dana. Setiap
transaksi dibukakan dengan mendebit suatu perkiraan dan mengkredit
perkiraan yang lainya. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebit suatu
perkiraan dan mengkredit perkiraan yang lain. Double entry system tidak
memungkinkan terjadinya kesalahan pencatatan atau selisih kecuali ada
faktor dari kesalahan manusia dan salah klasifikasi akun (misalkan akun kas
dimasukkan ke dalam sisi hutang). Di Indonesia sendiri, sesuai keputusan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 270/PMK.05/2014
mulai tahun 2015 pemerintah diwajibkan menggunakan basis akrual yang
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010.

Siklus akuntansi keuangan daerah

Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi


yang telah dijelaskan diatas. Perbedaan yang ada adalah pada proses penyusunan
laporan keuangan pemda. Setelah menyusun neraca saldo setelah penyesuaian,
dapat disusun laporan perhitungan APBD. Namun demikian, untuk lebih
mempermudah penyusunan laporan keuangan yang lain, yaitu Laporan Perubahan
Ekuitas Dana atau R/K Pemda, laporan Aliran Kas dan Neraca, biasanya terlebih
dahulu dilakukan proses tutup buku dengan membuat jurnal penutup. Kemudian,
setelah jurnal penutup itu diposting, barulah disusun ketiga laporan dimaksud.

System akuntansi keuangan pemerintah daerah berdasarkan permendagri


Nomor 13 Tahun 2006

Sistem akuntansi pemerintahan daerah menurut permendagri nomor 13 tahun


2006 pasal 232 ayat (3) meliputi serangkaian prosedur, mulai dari proses
pengumpulan data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas transaksi
dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer. Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah
daerah, kepala daerah menetapkan sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan
mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah, disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan standar
akuntansi pemerintahan.

Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapakan entitas pelaporan dan


entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Sistemakuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) pada Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
(SKPKD) dan Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (PPK-SKPD). Sistem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar
terdiri atas empat prosedur akuntansi, yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas,
pengeluaran kas, selain kas, dan asset.

Penerapan SAPD dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Perubahan mendasar saat era reformasi pada pengelolaan keuangan daerah


adalah adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar pada
pengelolaan anggaran. Paradigma pengelolaan keuangan daerah ini menuntut lebih
besarnya akuntabilitas adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah ini
maka diperlukan alat untuk mengelolannya yaitu akuntansi.

Pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya dikatakan mencapai


efektivitas apabila penyelesaian kegiatan/proyek pemerintah bisa tepat pada
waktunya dan didalam batas anggaran yang tersedia, atau dengan kata lain telah
mencapai tujuan dan sasaran seperti yang direncanakan sebelumnya. Informasi
yang dihasilkan oleh sistem akuntansi pemerintah daerah ini akan digunakan untuk
pengambilan keputusan-keputusan, tindakan- tindakan dan kebijakan-kebijakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan keuangan daerah. Perencanaan
yang baik didukung oleh informasi yang memadai dan baik pula, maka dapat
disimpulkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dapat menunjang efektivitas
Pengelolaan Keuangan Daerah.

Komponen laporan keuangan:


1. laporan realisasi anggaran: laporan tersebut mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan APBD. Unsur
unsurnya: Pedapatan LRA, belanja, transfer, surplus/ deficit – LRA,
Pembiayaan, siLPA/SiKPA (selisi kurang /lebih antaran realisasi pendapatan
LRA dan belanja serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam
APBN/APBD selama satu periode pelaporan).
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih: pelaporan perubahan saldo
anggaran lebih menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos- pos berikut: saldo anggaran lebih awal; pengguna saldo anggaran
lebih,sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun belanja,koreksi
kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain ain dan saldo anggaran lebih
akhir
3. Neraca: Necara merupaka komponen laporan keuangan yang
mengambarkan posisis keuangan entitas pelapor mengenai aset,kewajiban
dan ekuitas pada tanggal tertentu. Komponen neraca: asset, kewajiban,
ekuitas.
4. Laporan Operasional: Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelolaoleh
pemerintah daerah untuk kegiatanpenyelenggaraan pemerintahan dalam
satuperiode pelaporan
5. Laporan Arus Kas: Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Laporan arus
kas menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir
kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup
dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
6. Laporan Perubahan Ekuitas: Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
7. Catatan atas Laporan Keuangan: Catatan atas Laporan Keuangan meliputi
penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan
keuangan. Adapun laporan keuangan yang dimaksud yaitu Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. 
Periode pelaporan keuangan dibedakan menjadi laporan bulanan, laporan
triwulanan, laporan semesteran, dan laporan tahunan. Guna memperlancar proses
rekonsiliasi dan evaluasi, maka diperlukan kaidah batas waktu penyampaian laporan
keuangan.

1. Laporan Bulanan: Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub bab jenis laporan
keuangan, laporan bulanan SKPD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan Laporan Operasional, laporan bulanan PPKD terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional dan Laporan Arus Kas.
Laporan Keuangan tersebut wajib disampaikan oleh SKPD dan PPKD kepada
SKPKD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
2. Laporan Triwulanan: SKPD wajib menyampaikan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional triwulanan kepada SKPKD paling
lambat tanggal 10 setelah triwulan tersebut berakhir.
3. Laporan Semesteran: SKPD wajib menyampaikan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional semesteran kepada SKPKD
maksimal tanggal 15 setelah semester pertama berakhir. PPKD wajib
menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional dan
Laporan Arus Kas semesteran kepada SKPKD maksimal tanggal 15 setelah
semester pertama berakhir.
4. Laporan Tahunan: SKPD dan PPKD diwajibkan menyerahkan laporan
keuangan tahunan lengkap kepada SKPKD paling lambat 2 (dua) bulan
setelah tahun anggaran berakhir. SKPKD bertanggungjawab untuk
melakukan kompilasi dan rekonsiliasi laporan keuangan guna menghasilkan
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Malang.

Dalam PERMENDAGRI 113 TAHUN 2014 Bab 37 tentang Pelaporan. Kepala


Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
Bupati/Walikota berupa:

a. laporan semester pertama; dan


b. laporan semester akhir tahun. (2) Laporan semester pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa laporan realisasi APBDesa. (3)
Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. (4)
Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Dan pasal 38:

a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi


pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampiri:
 format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Tahun Anggaran berkenaan;
 format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran
berkenaan; dan
 format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
masuk ke desa.

Entitas Akuntansi dan Pelaporan

Tanjung (2013:10) mengemukakan bahwa entitas akuntansi merupakan unit


pada pemerintah yang mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar
akuntansi yang diselenggarakannya. Sedangkan menurut Triharta (2004), Entitas
Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan
untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Entitas Pelaporan meruapakan unit
pemerintah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri
dari (Tanjung, 2013:10):

1. Pemerintah pusat
2. Pemerintah daerah
3. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat
4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pengadaan.web.id/2019/10/sistem-akuntansi-pemerintah-daerah-
sapd.html#:~:text=Dari%20dua%20sudut%20pandang%20mengenai,pelaksanaan
%20APBD%20yang%20dapat%20dilakukan

http://eprints.umpo.ac.id/4824/2/BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/29760722/_Jenis_dan_Bentuk_Laporan_Keuangan_Daer
ah

file:///C:/Users/mita%20apriliyani/Downloads/Permen-No.113-TH-2014.pdf

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111736/permendagri-no-113-tahun-2014

Anda mungkin juga menyukai