Peradaban islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan islam yang meliputi berbagai aspek seperti moral kesenian dan ilmu pengetahuan, serta meliputi kebudayaan yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu penggetahuan yang luas. Dalam memahami peradaban islam amat penting untuk mengingat tidak hanya keragaman seni dan ilmu pengetahuan, tetapi juga keragaman interpretasi teologi dan filosofis pada doktrin-doktrin islam, bahkan pada bidang hukum islam. Kemajuan Kesultana Usmani ditunjukan dalam bidang pertama yaitu pemerintahan dan militer tingkatan paling tinggi dipegang oleh sultan, tingkat kedua perdana mentri sadrazan, tingkat ketiga gubernur atau pasya, tingkat ke empat bupati atau As-sawaziq atau Al- alawiyah. Sistem pemerintahan dan kekuasaan militernya berjalan baik. Muncul kelompok elite militer yang disebut janissary atau inkrisyriyah pada masa Orkhan bin Usman, kelompok ini merupupakan kelompok penghancur negeri non-muslim. Bidang kedua yaitu bidang pengetahuan budaya terjadi akulturasi dari beberapa Negara seiring dengan meluasnya wilayah, yaitu kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani mengambil ajaran tentang etika dan tata karma dari kebudayaan Persia, organisai dan kemiliteran dari Byzantium, dan ilmu arsitektur dari Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut berdirilah berbagai masjid yang bagus serta kaligrafi indah. Dan yang ketiga bidang agama, muncul dua aliran tarekat yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya dibidang militer dan maulawiyah yang banyak pengaruhnya di lingkungan pejabat pemerintahan. 2. Dakwah Islam di Nusantara dan usul Muhammadiyah Proses Perkembangan Islam di Nusantara Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara secara damai. Ada beberapa sumber sejarah mengenai masuknya Islam ke Nusantara. Abad ke-7 yang diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya sudah ada perkampungan muslim yang mengadakan hubungan dagang dengan Cina. Abad ke-11 adanya makam Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1028 di Leran, Gresik, Jawa Timur. Abad ke-13 tepatnya tahun 1292 Marcopolo mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Berdasarkan berita dari Marcopolo pada tahun 1292 dan cerita dari Ibnu Batutah yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14, maka diperkirakan agama Islam sudah masuk di Indonesia sejak abad ke-13. Di samping itu, batu nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal tahun 1297 juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu telah terdapat kerajaan Islam di Indonesia. Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Islam masuk ke Nusantara. Islam berasal dari Arab. Hal ini sesuai berita dari dinasti Tang, pedagang Arab yang singgah di Sriwijaya untuk mengisi bahan bakar kemudian ke Cina. Islam berasal dari Persia. Hal ini karena di Indonesia ada aliran tasawuf seperti di Persia (Iran). Islam berasal dari India (Gujarat) dengan alasan unsur Islam di Indonesia menunjukkan kesamaan yang ada di India dan bentuk nisan Malik al Saleh menyerupai bentuk batu nisan di India. Selain itu, ada tokoh yang beralasan dari Gujarat. Kelompok ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan diikuti oleh J.P. Moquute, R.A. Kern. Islam menyebar di Indonesia melalui cara-cara berikut: 1. Melalui Perdagangan Pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam jalan lalu lintas perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia Tenggara, pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Para pedagang muslim yang akhirnya juga singgah di Indonesia ini, ternyata tidak hanya sematamata melakukan kegiatan dagang. Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang. Pada akhir abad ke-12, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot karena didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari Singasari. Seiring dengan kemunduran Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalignya semakin giat melakukan peran politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan kecil yang bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut wilayah Aceh. Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan Malaka. Sejak saat itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai dan banyak dikunjungi oleh para pedagang Islam dan penduduk dari berbagai daerah terjadi interaksi yang akhirnya banyak yang masuk Islam. Setelah pulang ke daerah asal, mereka menyebarkan agama Islam ke daerahnya. Agama dan kebudayaan Islam dari Malaka menyebar ke wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir yang masuk Islam. Contohnya, Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad ke-16), dan Banjar (abad ke-16). 3. Sejarah Muhammadiyah Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.” Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al- Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif. 4. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah ) Sejarah Singkat matan keyakinan dan cita -cita hidup muhammadiyah. Muhammadiyah lahir pada waktu MuktamarMuhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta, di mana pada waktu itu, situasi Indonesiasetelah tertutup dengan dunia luar pada zaman Orde Lama seolah terbuka lebar dengan OrdeBaru. Pada tahun 1968, konsep westernisasi, modernisasi, sekularisasi dan sebagainya masuk keIndonesia. Keprihatinan para pimpinan dan pakar Muhammadiyah pada waktu itulah yangmelatar belakangi perumusan konsep-konsep Islam ini sebagai pilihan alternatif versi Muhammadiyah, yang kemudian disebut dengan Matan Keyakinan dan Cita-Cita HidupMuhammadiyah.Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam penyusunan konsep-konsep ini adalah Prof. Dr.Rasyidi, Ahmad Azhar Basyir, Djindar Tamimy, dan sebagainya. Demikian menurut MohammadDjazman Al-Kindi. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur'an yaitu kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan Sunnah Rasul yaitu penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al- Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang, aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah dunawiyah. Muhammadiyah mempraktekkan faham keagamaannya dalam kehidupan nyata. Menerapkan dalil aqli dan naqli dalam praktik kehidupan bermasyarakat sehingga sampai sekarang berkembang dan memiliki aset yang lumayan besar dengan gerakan di bidang pendidikan, kesehatan, dakwah, kemasyarakatan dan sebagainya. Muhammadiyah telah menyiapkan perangkat rumusan pemahaman keislamannya, baik yang bersifat konseptual maupun operasional. Pandangan Muhammadiyah tentang Islam sudah tertuang secara sistematik dalam tiga rumusan penting: secara konseptual tertuang dalam rumusan “Masâilul Khamsah (Masalah Lima”) dan “Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah”. 5. Kepribadian Muhammadiyah Hakikat kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhahnya persyarikatan Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan 3 predikat yang melekat kuat sebagai asy- syaksiyah atau jati dirinya secara utuh. 3 predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid. Penyusunan rumusan Kepribadian Muhammadiyah memiliki tujuan dan fungsi sebagai landasan, pedoman, dan pegangan setiap gerak langkah Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar- benarnya. Amal usaha Muhammadiyah terutama bergerak di bidang Pendidikan serta layanan Kesehatan dan Sosial dalam wadah Pembina Kesejahteraan Umat (PKU), yaitu: 1. Pendidikan 1) TK/TPQ, jumlah TK/TPQ Muhammadiyah adalah sebanyak 4623. 2) SD/MI, jumlah data SD/MI Muhammadiyah adalah sebanyak 2604. 3) SMP/MTs, jumlah SMP/MTs Muhammadiyah adalah sebanyak 1772. 4) SMA/SMK/MA, jumlah SMA/MA/SMK Muhammadiyah adalah sebanyak 1143. 5) Perguruan Tinggi Muhammadiyah, jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah sebanyak 172. 2. Kesehatan Rumah Sakit, jumlah Rumah Sakit Umum dan Bersalin Muhammadiyah/ Aisyiyah yang terdata sejumlah 72 ,Balai Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Kesehatan Masyarakat, Balai Pengobatan, Apotek. 3. Sosial Panti Asuhan Yatim, Panti Jompo, Balai Kesehatan Sosial, Panti Wreda/ Manula, Panti Cacat Netra, Santunan (Keluarga, Wreda/ Manula, Kematian), BPKM (Balai Pendidikan dan Keterampilan Muhammadiyah), Rehabilitasi Cacat, Sekolah Luar Biasa, Pondok Pesantren. 6. Mukadimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah Mukadimah Anggaran Dasar muhammadiyah merupakan doktrin ideologi Muhammadiyah yang memberikan gambaran tentang pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini. Termaktub didalamnya cita-cita yang ingin diwujudkan Muhammadiyah dan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkannya. Sebagai sebuah doktrin ideologi, Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah menjiwai segala gerak dan usaha Muhammadiyah. Sederhananya Bagi persyarikatan Muhammadiyah, Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah berfungsi sebagai jiwa dan semangat pengabdian serta perjuangan. Pada awal berdirinya, AD/ART Muhammadiyah sudah disusun oleh KH. Ahmad Dahlan beserta para murid dan sejawatnya. AD/ART hanya terdiri dari pasal-pasal dan ayat- ayat sebagai batang tubuh, belum ada muqaddimah (pembukaan). Dalam AD/ART tersebut hanya termuat hal-hal yang bersifat “teknis” tentang organisasi Muhammadiyah, sehingga selama bertahun-tahun sejak berdirinya para pimpinan dan warga Muhammadiyah secara organisasi belum mempunyai dokumen yang memuat prinsip-prinsip, cita-cita serta pemikiran-pemikiran mendasar dari pendirian organisasi Muhammadiyah. 7. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang berwatak Tajrid dan Tajdid) 1. Model-model Tajdid Muhammadiyah. Pertama, kongkrit dan produktif, yaitu melalui amal usaha yang didirikan, hasilnya kongkrit dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia di seluruh dunia. Suburnya amal saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah ditujukan kepada komunitas Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka rahmatan lil alamin. Kedua, tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari keterbukaan tersebut, Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan di sekitar kita. Dari sekian amal usahanya, rumah sakitnya misalnya, dapat dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapapun. Sekolah sampai kampusnya boleh dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi dan usaha atau jasa, maka yang menjadi nasabah, partner dan komsumennya pun bisa siapa saja yang membutuhkan. Ketiga, tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita-cita Muhammadiyah untuk menjadikan Islam itu, sebagai agama yang berkemajuan, juga Islam yang berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai pemecah masalah-masalah (problem solv), temasuk masalah kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial ekonomi. 8. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial dan keagamaan dengan Konsep Teologi Al- Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat Al-Ma’un. Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan kemakmuran masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa Muhammadiyah menghendaki terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunan Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat kemudian Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang sekarang masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim piatu. Hal inilah yang menjadi penting dalam perkembangan Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial dan keagamaan dengan Konsep Teologi Al- Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari interpretasi terhadap surat Al-Ma’un. 9. Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah tersebar luas dalam wujud "pondok pesantren", dimana islam diajarkan di musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai dengan membawa kitab dan mengartikan kemudian sang santri - santri hanya mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai. Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian, keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing tinggi, baik di tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan. 10. Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan) Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang ketika penggunaan bangku masih dianggap warisan Belanda yang nota bene disebut kafir oleh ulama pada masa itu, Kiai Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa Arab, Muhammadiyah berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak jarang menggunakan bahasa setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat. KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Kiai yang moderat dan cenderung melawan arus pada zamannya banyak mengkritik pemahaman masyarakat tentang Islam pada masa itu. Islam sering dituduh telah memberi legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan hingga kekerasan terhadap perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup mapan menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus, serta didirikannya organisasi Aisyiyah. Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita Muhammadiyah. Komponen perempuan Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. 11. Muhammadiyah sebagai Gerakan Ekonomi Kegiatan bisnis bagi Muhammadiyah merupakan bagian yang amat penting untuk memperlancar gerakan Muhammadiyah mencapai tujuannya. Di samping itu, gerakan ekonomi Muhammadiyah akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan mengatasi problem pengangguran yang semakin besar. Kegiatan amal usaha Muhammadiyah yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan dan kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat bisnis, karena dalam pengembangan badan amal usaha itu terjadi transaksi jual beli barang dan jasa yang diperlukan oleh badan amal usaha tersebut. Oleh sebab itu, Muhammadiyah perlu memikirkan secara profesional gerakan ekonominya sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Setidaknya ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh oleh Muhammadiyah dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat. Pertama, pendekatan struktural yang bertujuan mempengaruhi kebijaksanaan publik agar terbuka akses rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi. Kedua, pendekatan fungsional dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan mengalokasikan secara efisien dan produktif sumber daya yang dapat dihimpun. Ketiga, pendekatan kultural dengan mengembangkan nilai yang memperkuat etos kerja dan etika bisnis. 12. Peran Kebangsaan Muhammadiyah di Indonesia) Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khhittah perjuangan sebagai berikut: 1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran islam. 2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat. 4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan. 5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari da’wah amar ma’ruf nahi mungkar.Tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. 6. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota persyerikatan untuk menggunakan hak pilihnya. 7. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yag aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh. 8. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan manapun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan.Sebagai negara terbesar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sebagai salah satu pendirinya. Muhammadiyah merasa punya tanggung jawab. Bagi muhammadiyah, penunaian tanggung jawab ini adalah refleksi keimanan dan sekaligus komitmen kebangsaan. Tanggungjawab muhammadiyah terhadap NKRI dilakukan dengan memberikan pencerahan, dengan melakukan gerakan pencerdasan dengan mendirikan sekolah-sekolah seperti SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi diseluruh Indonesia, peningkatan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit, dan kehidupan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan amal-amal usaha sebagai lapangan pekerjaan bagi warga yang membutuhkan. 13. Organisasi Otonom Muhammadiyah ) Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi islam di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagi orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH. Ahmad Dahlam memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada cela untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang agama islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Dan organisasi ini memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh ingin diraih, yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dan organisasi ini bergerak dibidang dakwah. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam gerakannya. Membentuk beberapa majelis dan lembaga untuk menjalankan fungsi dan cita-cita Muhammadiyah. Dan organisasi-organisasi ortom yang telah dibentuk Muhammadiyah, sepenuhnya di niatkan untuk membentuk “masyarakat islam yang sebenar-benarnya.” Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tahun 1912, muhammadiyah terus berkembang hingga kini.