Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATERI KEMUHAMMADIYAHAN

NAMA : MUHAMMAD FADILLAH


NIM : 161631059

1. Pemurnian dan pembaharuan didunia Muslim


Peradaban islam adalah bagian-bagian dari kebudayaan islam yang meliputi berbagai
aspek seperti moral kesenian dan ilmu pengetahuan, serta meliputi kebudayaan yang memiliki
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu penggetahuan yang
luas. Dalam memahami peradaban islam amat penting untuk mengingat tidak hanya
keragaman seni dan ilmu pengetahuan, tetapi juga keragaman interpretasi teologi dan filosofis
pada doktrin-doktrin islam, bahkan pada bidang hukum islam.
Kemajuan Kesultana Usmani ditunjukan dalam bidang pertama yaitu pemerintahan dan
militer tingkatan paling tinggi dipegang oleh sultan, tingkat kedua perdana mentri sadrazan,
tingkat ketiga gubernur atau pasya, tingkat ke empat bupati atau As-sawaziq atau Al-
alawiyah. Sistem pemerintahan dan kekuasaan militernya berjalan baik. Muncul kelompok
elite militer yang disebut janissary atau inkrisyriyah pada masa Orkhan bin Usman, kelompok
ini merupupakan kelompok penghancur negeri non-muslim. Bidang kedua yaitu bidang
pengetahuan budaya terjadi akulturasi dari beberapa Negara seiring dengan meluasnya
wilayah, yaitu kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani mengambil ajaran
tentang etika dan tata karma dari kebudayaan Persia, organisai dan kemiliteran dari
Byzantium, dan ilmu arsitektur dari Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut berdirilah berbagai
masjid yang bagus serta kaligrafi indah. Dan yang ketiga bidang agama, muncul dua aliran
tarekat yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya dibidang militer dan maulawiyah yang
banyak pengaruhnya di lingkungan pejabat pemerintahan.
2. Dakwah Islam di Nusantara dan usul Muhammadiyah
Proses Perkembangan Islam di Nusantara Agama Islam masuk dan berkembang di
Nusantara secara damai. Ada beberapa sumber sejarah mengenai masuknya Islam ke
Nusantara. Abad ke-7 yang diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya sudah ada
perkampungan muslim yang mengadakan hubungan dagang dengan Cina. Abad ke-11 adanya
makam Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 1028 di Leran, Gresik, Jawa Timur. Abad
ke-13 tepatnya tahun 1292 Marcopolo mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Berdasarkan
berita dari Marcopolo pada tahun 1292 dan cerita dari Ibnu Batutah yang mengunjungi
Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14, maka diperkirakan agama Islam sudah masuk di
Indonesia sejak abad ke-13. Di samping itu, batu nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal
tahun 1297 juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu telah terdapat kerajaan Islam di
Indonesia. Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Islam masuk ke Nusantara. Islam
berasal dari Arab. Hal ini sesuai berita dari dinasti Tang, pedagang Arab yang singgah di
Sriwijaya untuk mengisi bahan bakar kemudian ke Cina. Islam berasal dari Persia. Hal ini
karena di Indonesia ada aliran tasawuf seperti di Persia (Iran). Islam berasal dari India
(Gujarat) dengan alasan unsur Islam di Indonesia menunjukkan kesamaan yang ada di India
dan bentuk nisan Malik al Saleh menyerupai bentuk batu nisan di India. Selain itu, ada tokoh
yang beralasan dari Gujarat. Kelompok ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje dan diikuti oleh
J.P. Moquute, R.A. Kern. Islam menyebar di Indonesia melalui cara-cara berikut:
1. Melalui Perdagangan
Pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India telah ikut
ambil bagian dalam jalan lalu lintas perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia
Timur, dan Asia Tenggara, pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Para pedagang muslim
yang akhirnya juga singgah di Indonesia ini, ternyata tidak hanya sematamata melakukan
kegiatan dagang. Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam
masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak
mendirikan perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang. Pada akhir
abad ke-12, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot karena
didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari Singasari. Seiring dengan kemunduran
Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalignya semakin giat melakukan peran
politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan
Sriwijaya. Menjelang berakhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan
kecil yang bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut wilayah
Aceh. Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan Malaka.
Sejak saat itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan
pelayaran yang ramai dan banyak dikunjungi oleh para pedagang Islam dan penduduk
dari berbagai daerah terjadi interaksi yang akhirnya banyak yang masuk Islam. Setelah
pulang ke daerah asal, mereka menyebarkan agama Islam ke daerahnya. Agama dan
kebudayaan Islam dari Malaka menyebar ke wilayah Sumatra Selatan, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir
yang masuk Islam. Contohnya, Demak (abad ke-15), Ternate (abad ke-15), Gowa (abad
ke-16), dan Banjar (abad ke-16).
3. Sejarah Muhammadiyah
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M)
merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan
Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan pemurnian
sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan
yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad
Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan
kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran
dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi
Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk
menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah
ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan
agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw,
agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan
demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat
Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan
merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad
Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke
Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai
menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan
setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh
Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari
Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran
para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta
interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru
pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi
sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan,
bukan malah menjadi konservatif.
4. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah )
Sejarah Singkat matan keyakinan dan cita -cita hidup muhammadiyah. Muhammadiyah
lahir pada waktu MuktamarMuhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta, di mana pada
waktu itu, situasi Indonesiasetelah tertutup dengan dunia luar pada zaman Orde Lama seolah
terbuka lebar dengan OrdeBaru. Pada tahun 1968, konsep westernisasi, modernisasi,
sekularisasi dan sebagainya masuk keIndonesia. Keprihatinan para pimpinan dan pakar
Muhammadiyah pada waktu itulah yangmelatar belakangi perumusan konsep-konsep Islam
ini sebagai pilihan alternatif versi Muhammadiyah, yang kemudian disebut dengan Matan
Keyakinan dan Cita-Cita HidupMuhammadiyah.Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam
penyusunan konsep-konsep ini adalah Prof. Dr.Rasyidi, Ahmad Azhar Basyir, Djindar
Tamimy, dan sebagainya. Demikian menurut MohammadDjazman Al-Kindi.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk
terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT. Muhammadiyah
dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al-Qur'an yaitu kitab Allah yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW dan Sunnah Rasul yaitu penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-
Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang, aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah dunawiyah. Muhammadiyah
mempraktekkan faham keagamaannya dalam kehidupan nyata. Menerapkan dalil aqli dan
naqli dalam praktik kehidupan bermasyarakat sehingga sampai sekarang berkembang dan
memiliki aset yang lumayan besar dengan gerakan di bidang pendidikan, kesehatan, dakwah,
kemasyarakatan dan sebagainya. Muhammadiyah telah menyiapkan perangkat rumusan
pemahaman keislamannya, baik yang bersifat konseptual maupun operasional. Pandangan
Muhammadiyah tentang Islam sudah tertuang secara sistematik dalam tiga rumusan penting:
secara konseptual tertuang dalam rumusan “Masâilul Khamsah (Masalah Lima”) dan “Matan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah”.
5. Kepribadian Muhammadiyah
Hakikat kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhahnya persyarikatan
Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan 3 predikat yang melekat kuat sebagai asy-
syaksiyah atau jati dirinya secara utuh. 3 predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam, dakwah, dan tajdid. Penyusunan rumusan Kepribadian
Muhammadiyah memiliki tujuan dan fungsi sebagai landasan, pedoman, dan pegangan setiap
gerak langkah Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Amal usaha Muhammadiyah terutama bergerak di bidang Pendidikan serta layanan
Kesehatan dan Sosial dalam wadah Pembina Kesejahteraan Umat (PKU), yaitu:
1. Pendidikan
1) TK/TPQ, jumlah TK/TPQ Muhammadiyah adalah sebanyak 4623.
2) SD/MI, jumlah data SD/MI Muhammadiyah adalah sebanyak 2604.
3) SMP/MTs, jumlah SMP/MTs Muhammadiyah adalah sebanyak 1772.
4) SMA/SMK/MA, jumlah SMA/MA/SMK Muhammadiyah adalah sebanyak 1143.
5) Perguruan Tinggi Muhammadiyah, jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah
sebanyak 172.
2. Kesehatan
Rumah Sakit, jumlah Rumah Sakit Umum dan Bersalin Muhammadiyah/ Aisyiyah
yang terdata sejumlah 72 ,Balai Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Kesehatan Masyarakat,
Balai Pengobatan, Apotek.
3. Sosial
Panti Asuhan Yatim, Panti Jompo, Balai Kesehatan Sosial, Panti Wreda/ Manula, Panti
Cacat Netra, Santunan (Keluarga, Wreda/ Manula, Kematian), BPKM (Balai Pendidikan
dan Keterampilan Muhammadiyah), Rehabilitasi Cacat, Sekolah Luar Biasa, Pondok
Pesantren.
6. Mukadimah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar muhammadiyah merupakan doktrin ideologi Muhammadiyah
yang memberikan gambaran tentang pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan
manusia di muka bumi ini. Termaktub didalamnya cita-cita yang ingin diwujudkan
Muhammadiyah dan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkannya. Sebagai sebuah
doktrin ideologi, Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah menjiwai segala gerak dan
usaha Muhammadiyah. Sederhananya Bagi persyarikatan Muhammadiyah, Mukadimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah berfungsi sebagai jiwa dan semangat pengabdian serta
perjuangan.
Pada awal berdirinya, AD/ART Muhammadiyah sudah disusun oleh KH. Ahmad
Dahlan beserta para murid dan sejawatnya. AD/ART hanya terdiri dari pasal-pasal dan ayat-
ayat sebagai batang tubuh, belum ada muqaddimah (pembukaan). Dalam AD/ART tersebut
hanya termuat hal-hal yang bersifat “teknis” tentang organisasi Muhammadiyah, sehingga
selama bertahun-tahun sejak berdirinya para pimpinan dan warga Muhammadiyah secara
organisasi belum mempunyai dokumen yang memuat prinsip-prinsip, cita-cita serta
pemikiran-pemikiran mendasar dari pendirian organisasi Muhammadiyah.
7. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang berwatak Tajrid dan Tajdid)
1. Model-model Tajdid Muhammadiyah.
Pertama, kongkrit dan produktif, yaitu melalui amal usaha yang didirikan, hasilnya
kongkrit dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh umat Islam, bangsa Indonesia dan umat
manusia di seluruh dunia. Suburnya amal saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah
ditujukan kepada komunitas Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia
di dunia dalam rangka rahmatan lil alamin.
Kedua, tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari keterbukaan tersebut,
Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan di sekitar kita. Dari
sekian amal usahanya, rumah sakitnya misalnya, dapat dimasuki dan dimanfaatkan oleh
siapapun. Sekolah sampai kampusnya boleh dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapa saja.
Kalau Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi dan usaha atau jasa, maka yang
menjadi nasabah, partner dan komsumennya pun bisa siapa saja yang membutuhkan.
Ketiga, tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita-cita
Muhammadiyah untuk menjadikan Islam itu, sebagai agama yang berkemajuan, juga
Islam yang berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai pemecah masalah-masalah
(problem solv), temasuk masalah kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial ekonomi.
8. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial
Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial dan keagamaan dengan Konsep Teologi Al-
Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan
mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap
gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini
Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim,
sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari
interpretasi terhadap surat Al-Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yakni “kesejahteraan, dan kemakmuran
masyarakat yang diridhai Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa Muhammadiyah
menghendaki terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunan Allah. Inilah
interpretasi dari ungkapan Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bagaimana kita lihat
kemudian Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kyai Dahlan, sampai kepemimpinan yang
sekarang masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik, dan memberikan pelayanan
sosial terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim piatu. Hal inilah yang menjadi penting
dalam perkembangan Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Sosial dan keagamaan dengan Konsep Teologi Al-
Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Pembahasan
mengenai Teologi Al-Ma’un pun sering digalakkan. Hal ini sebagai telaah kritis terhadap
gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah. Dan bisa kita lihat, bahwa saat ini
Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim,
sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit pun ada. Ini sebagai pengejawantahan dari
interpretasi terhadap surat Al-Ma’un.
9. Muhammadiyah sebagai Gerakan Pendidikan
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang mempelopori pendidikan Islam
modern. Salah satu latar belakang berdirinya Muhammadiyah menurut Mukti Ali ialah
ketidak efektifan lembaga pendidikan agama pada waktu penjajahan Belanda, sehingga
Muhammadiyah memelopori pembaruan dengan jalan melakukan reformasi ajaran dan
pendidikan Islam. Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara. Pendidikan Islam telah
tersebar luas dalam wujud "pondok pesantren", dimana islam diajarkan di
musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan, bandongan, dan
wetonan. Sorogan adalah sistem pendidikan dimana secara perorangan menghadap kyai
dengan membawa kitab dan mengartikan kemudian sang santri - santri hanya
mendengarkan penjelasan dari semasa itu hanya berorientasi pada hafalan sang kyai.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif mengajarkan
keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah.
Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan Muhammadiyah, sekaligus menjadi
oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum ISMUBA
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY, 2012:II),
pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai sarana
pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, sekolah
dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan
pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian, keagamaan,
keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing tinggi, baik di tingkal
lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan Muhammadiyah yaitu,
pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan.
10. Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan)
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang ketika penggunaan
bangku masih dianggap warisan Belanda yang nota bene disebut kafir oleh ulama pada masa
itu, Kiai Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa Arab, Muhammadiyah
berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak jarang menggunakan bahasa
setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat. KH. Ahmad Dahlan
dikenal sebagai Kiai yang moderat dan cenderung melawan arus pada zamannya banyak
mengkritik pemahaman masyarakat tentang Islam pada masa itu. Islam sering dituduh telah
memberi legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan hingga kekerasan terhadap
perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup mapan menempatkan
perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah
menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah
yang bisa disebut radikal dan revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong
meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan
kursus-kursus, serta didirikannya organisasi Aisyiyah.
Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah
yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita Muhammadiyah.
Komponen perempuan Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri
dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik
tolak gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan
memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan
Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman
kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.
11. Muhammadiyah sebagai Gerakan Ekonomi
Kegiatan bisnis bagi Muhammadiyah merupakan bagian yang amat penting
untuk memperlancar gerakan Muhammadiyah mencapai tujuannya. Di
samping itu, gerakan ekonomi Muhammadiyah akan berdampak pada
pemberdayaan ekonomi warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja
dan mengatasi problem pengangguran yang semakin besar. Kegiatan amal
usaha Muhammadiyah yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan dan
kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat bisnis, karena
dalam pengembangan badan amal usaha itu terjadi transaksi jual beli barang
dan jasa yang diperlukan oleh badan amal usaha tersebut. Oleh sebab itu,
Muhammadiyah perlu memikirkan secara profesional gerakan ekonominya
sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Setidaknya ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh oleh Muhammadiyah
dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat. Pertama, pendekatan
struktural yang bertujuan mempengaruhi kebijaksanaan publik agar terbuka
akses rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi. Kedua, pendekatan
fungsional dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola
dan mengalokasikan secara efisien dan produktif sumber daya yang dapat
dihimpun. Ketiga, pendekatan kultural dengan mengembangkan nilai yang
memperkuat etos kerja dan etika bisnis.
12. Peran Kebangsaan Muhammadiyah di Indonesia)
Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khhittah perjuangan
sebagai berikut:
1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan
negara merupakan salah satu aspek dari ajaran islam.
2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud
dari da’wah amar ma’ruf nahi mungkar.Tidak berafiliasi dan tidak
mempunyai hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau
organisasi manapun.
6. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
persyerikatan untuk menggunakan hak pilihnya.
7. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yag aktif dalam
politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
sungguh-sungguh.
8. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan
manapun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan.Sebagai negara
terbesar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sebagai
salah satu pendirinya. Muhammadiyah merasa punya tanggung jawab. Bagi
muhammadiyah, penunaian tanggung jawab ini adalah refleksi keimanan
dan sekaligus komitmen kebangsaan.
Tanggungjawab muhammadiyah terhadap NKRI dilakukan dengan
memberikan pencerahan, dengan melakukan gerakan pencerdasan dengan
mendirikan sekolah-sekolah seperti SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
diseluruh Indonesia, peningkatan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit,
dan kehidupan ekonomi masyarakat dengan meningkatkan amal-amal usaha
sebagai lapangan pekerjaan bagi warga yang membutuhkan.
13. Organisasi Otonom Muhammadiyah )
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi islam di Indonesia. Nama organisasi ini
diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagi orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH.
Ahmad Dahlam memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi
telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat,
sehingga ada cela untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang
agama islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Dan organisasi ini memiliki cita-cita ideal yang dengan sungguh-sungguh ingin diraih,
yaitu mewujudkan “masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dan organisasi ini
bergerak dibidang dakwah. Dengan cita-cita yang ingin diwujudkan itu, Muhammadiyah
memiliki arah yang jelas dalam gerakannya. Membentuk beberapa majelis dan lembaga
untuk menjalankan fungsi dan cita-cita Muhammadiyah. Dan organisasi-organisasi ortom
yang telah dibentuk Muhammadiyah, sepenuhnya di niatkan untuk membentuk
“masyarakat islam yang sebenar-benarnya.” Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
tahun 1912, muhammadiyah terus berkembang hingga kini.

Anda mungkin juga menyukai