Oleh Kelompok 8:
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan
yang menjadi dasar opini audit. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan
yang ditarik oleh auditor independent dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan
pengauditan. Relevansi, obyektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Dalam International Auditing Standard (ISA) 200 dikatakan bahwa bukti audit penting
untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti tersebut bersifat kumulatif terutama diperoleh
dari prosedur audit yang digunakan selama pelaksanaan audit. Bukti audit mencakup pula
informasi yang diperoleh dari sumber lain seperti misalnya dari audit periode yang lalu atau
prosedur kualitas pengendalian klien dalam rangka memutuskan diterima atau diteruskanya
penugasan.
Dari pernyataan tersebut maka dapat dirumuskan butir-butir penting tentang hakekat bukti audit,
yaitu :
Merupakan intruksi detail yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh selama
audit berlangsung. Prosedur sering dinyatakan dengan intruksi yang cukup spesifik sehingga
auditor dapat mengikuti intruksi tersebut selama audit berlangsung. Berikut adalah contoh suatu
prosedur audit untuk melakukan verifikasi atas pengeluaran kas :
• Periksalah jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan bandingkan dengan nama
penerima, jumlah rupiah, dan tanggal dengan informasi online yang disediakan bank tentang
check- check yang diproses untuk akun kas yang bersangkutan.
B. Ukuran Sampel
Setelah prosedur audit ditetapkan, auditor harus menentukan ukuran sampel yang dipilih
dari populasi. Dalam penerapan prosedur audit untuk melakukan verifikasi atas pengeluaran kas
di atas, misalkan dalam jurnal pengeluaran kas telah dicatat 6.000 check. Auditor memutuskan
untuk menetapkan ukuran sampel berupa 50 check yang akan dibandingkan dengan ayat-ayat
jurnal yang tercantum dalam jurnal pengeluaran kas tersebut. Keputusan tentang berapa banyak
unsur yang akan diuji harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan.
Ukuran sampel yang dipilih bisa berbeda-beda antara audit yang satu dengan audit lainnya.
Setelah ukuran sampel untuk suatu prosedur audit ditetapkan, auditor harus memutuskan
unsur-unsur mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh, apabila auditor memutuskan
untuk memilih 50 check yang sudah dibayar bank dari populasi sebesar 6.000 check
sebagaimana tercantum dalam jurnal pengeluaran kas, auditor masih harus menentukan metode
apa yang akan digunakan untuk secara spesifik memilih check yang akan diuji. Alternatif
pemilihan 50 lembar check tersebut adalah dengan :
- Memilih suatu minggu tertentu dan memeriksa 50 lembar check pertama dari -
tersebut
Memilih 50 lembar check dengan nilai rupiah tertinggi minggu
- Memilih 50 lembar check secara acak
- Memilih check-check yang menurut dugaan auditor mengandung kekeliruan.
Bisa juga auditor memilih dengan menggunakan kombinasi dari metode- metode tersebut.
D. Saat Pelaksanaan Prosedur
Audit atas laporan keuangan biasanya mencakup satu periode akuntansi tertentu, misalnya
satu tahun buku. Audit pada umumnya baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah akhir periode akuntansi. Dengan demikian, penerapan prosedur-prosedur audit bisa dilakukan
dalam rentang waktu mulai dari awal periode sampai akhir periode akuntansi. Kadang-kadang
penentuan saat pelaksanaan prosedur audit dipengaruhi oleh kapan klien membutuhkan laporan audit,
yang biasanya adalah 1 sampai 3 bulan setelah akhir tahun buku.
Prosedur audit seringkali menggabungkan sejumlah prosedur audit, unsur yang harus
dipilih, dan saat pelaksanaan prosedur. Berikut ini adalah contoh modifikasi prosedur audit di
atas dengan memasukkan empat keputusan auditor tentang bukti audit (catatan: yang ditulis
miring menunjukkan keputusan tentang saat, unsur yang dipilih, dan ukuran sampel) :
• Dapatkan jurnal pengeluaran kas bulan Oktober dan bandingkanlah nama penerima, jumlah
rupiah, dan tanggal yang tercantum pada check dengan jurnal pengeluaran kas tersebut untuk 50
lembar check yang dipilih secara acak.
Program Audit
Program audit ini berisi daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau
keseluruhan audit. Program audit selalu berisi daftar prosedur audit dan juga biasanya mencakup
ukuran sampel, unsur yang dipilih dan saat pelaksanaan pengujian. Contoh dari program audit
adalah program audit untuk piutang usaha ataupun program audit untuk penjualan. Para auditor
pasa umumnya menggunakan electronic audit software untuk Menyusun program audit yang
akan membantu auditor dalam mengurangi risiko, menyusun perencanaan dan memilih prosedur
audit yang tepat.
1.3. Karakteristik Bukti Audit
Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi :
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan
kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat
(sufficient appropriate evidence) sebagai dasar untuk mendukung opini yang diberikan. Namun
penentuan apa yang "tepat" dan "cukup" bukanlah tugas yang mudah. Mengingat sifat bukti audit
dan biaya yang diperlukan untuk melakukan audit, pada umumnya auditor tidak sepenuhnya
yakin bahwa pendapat yang diberikannya benar. Namun demikian, auditor harus berkeyakinan
bahwa pendapatnya benar dengan tingkat jaminan yang tinggi. Dengan memadukan semua bukti
dari keseluruhan audit, auditor akan mampu untuk menentukan kapan ia yakin untuk
menerbitkan suatu laporan audit.
1) KETEPATAN BUKTI
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo-saldo akun, dan pengungkapan yang
bersangkutan. Apabila bukti audit dipandang sangat tepat, maka hal itu akan sangat membantu
auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar. Perlu
dicatat bahwa ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Ketepatan
tidak bisa dipengaruhi oleh pemilihan sampel yang lebih besar atau dengan memilih unsur-unsur
populasi yang berbeda. Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki memilih prosedur audit yang
lebih relevan atau lebih bisa dipercaya
A. Relevansi Bukti
Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji lebih dahulu oleh
auditor sebelum bisa disebut sebagai bukti yang tepat. Sebagai contoh, misalkan auditor bermaksud
untuk membuktikan bahwa semua barang yang dikirim telah dibuat fakturnya (tujuan kelengkapan
transaksi). Seandainya auditor memilih suatu sampel berupa duplikat faktur penjualan dan menelusur
masing-masing faktur tersebut ke bukti pengiriman barang yang bersangkutan, maka bukti yang
diperoleh akan dikatakan tidak relevan untuk tujuan kelengkapan, dan dengan demikian disebut
sebagai bukti yang tidak tepat untuk tujuan tersebut. Prosedur yang
relevan dalam hal ini adalah menelusur suatu sampel bukti pengiriman barang ke duplikat faktur
penjualan yang bersangkutan untuk memastikan bahwa semua barang yang dikirim telah dibuat
fakturnya. Prosedur audit yang terakhir ini disebut relevan, karena pengiriman barang merupakan
kriteria normal yang digunakan untuk menentukan apakah suatu penjualan telah terjadi dan
seharusnya telah dibuat fakturnya. Dengan menelusur dari bukti pengiriman barang ke duplikat
faktur penjualan, auditor dapat menentukan apakah pengiriman barang telah difaktur ke
konsumen. Dalam prosedur yang pertama di atas, apabila auditor menelusur dari duplikat faktur
penjualan ke bukti pengiriman barang, tidaklah mungkin untuk menemukan adanya pengiriman
barang yang tidak difaktur.
Relevansi menjadi masalah dalam kaitannya dengan tujuan audit tertentu, karena bukti
bisa relevan untuk suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan lainnya. Dalam contoh
bukti pengiriman barang diatas, apabila auditor menelusur dari duplikat faktur penjualan ke bukti
pengiriman barang yang bersangkutan, bukti yang diperoleh akan relevan untuk tujuan
keberadaan transaksi. Banyak bukti yang relevan untuk lebih dari satu tujuan audit, tetapi tidak
semua tujuan audit.
B. Reliabilitas Bukti
Reliabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat
kepercayaan atas suatu bukti. Sebagaimana halnya relevansi, apabila bukti bisa dipercaya, maka
hal itu akan membantu auditor dalam meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Sebagai contoh, perhitungan fisik persediaan yang dilakukan sendiri oleh lebih bisa
dipercaya daripada manajemen yang melakukannya dan menyerahkan hasilnya kepada auditor.
- Independensi Pembuat Bukti. Bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas lebih bisa
dipercaya daripada bukti yang diperoleh dari dalam entitas yang diaudit. Informasi yang
diperoleh dari bank, penasehat hukum, atau pelanggan, biasanya dipandang lebih bisa dipercaya
daripada jawaban atas pertanyaan yang diperoleh dari klien. Demikian pula, dokumen-dokumen
yang bersumber dari organisasi di luar klien, seperti misalnya polis asuransi, dipandang lebih
bisa dipercaya daripada dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh organisasi klien dan tidak
keluar dari organisasi klien seperti misalnya dokumen permintaan pembelian.
- Efektivitas Pengendalian Internal Klien. Apabila pengendalian internal yang berlaku pada
perusahaan klien berjalan dengan efektif, maka bukti yang diperoleh akan lebih bisa dipercaya
daripada bila pengendalian internal klien tidak efektif. Sebagai contoh, apabila pengendalian
internal atas penjualan dan pembuatan faktur pada perusahaan klien berjalan dengan efektif,
maka auditor akan memperoleh bukti yang lebih bisa dipercaya dari faktur penjualan dan
dokumen pengiriman barang, daripada jika pengendalian internalnya tidak efektif.
- Pengetahuan Langsung Auditor. Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor melalui
pemeriksaan fisik, observasi, rekalkulasi, dan inspeksi adalah lebih bisa dipercaya, daripada
informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Sebagai contoh, apabila auditor menghitung
sendiri besarnya laba kotor tahun ini dan membandingkannya dengan laba kotor tahun lalu, maka
hasil perhitungan tersebut akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan perbandingan laba
kotor yang dilakukan oleh kontroler perusahaan klien.
- Tingkat obyektivitas. Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan bukti
yang masih memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti itu benar.
a. Konfirmasi tentang saldo piutang yang diterima dari debitur, atau konfirmasi tentang saldo
rekening di bank yang diterima dari bank
b. Hasil perhitungan fisik kas dan surat berharga yang dilakukan oleh auditor.
a) Surat yang diterima dari penasehat hukum klien tentang kemungkinan keputusan
pengadilan yang melibatkan klien
b) Hasil observasi selama audit berlangsung tentang persediaan yang dipandang sudah tidak
layak jual
c) Hasil wawancara dengan manajer kredit tentang kolektibilitas piutang.
Apabila bukti subyektif semacam itu akan dinilai oleh auditor untuk menentukan tingkat
bisa dipercaya bukti tersebut, maka auditor harus memperhatikan kualifikasi orang yang
memberikan bukti.
-Ketepatan Waktu. Ketepatan waktu suatu bukti audit, berhubungan dengan kapan bukti tersebut
diperoleh atau dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan lebih dipercaya untuk saldo-
saldo akun neraca apabila bukti tersebut diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Sebagai contoh, hasil perhitungan fisik atas surat berharga yang dilakukan auditor pada
perusahaan klien. tanggal neraca, akan lebih dipercaya daripada apabila perhitungan fisik
dilakukan 2 bulan sebelumnya. Untuk akun-akun rugi-laba (akun nominal), bukti akan lebih
dipercaya apabila bukti tersebut merupakan sampel dari satu periode akuntansi, misalnya sampel
merupakan hasil pemeriksaan acak atas transaksi penjualan selama satu tahun buku, bukan
sampel yang hanya merupakan sebagian dari periode, misalnya hanya 6 bulan.
2) KECUKUPAN BUKTI
Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan "berapa banyak" bukti audit harus diperoleh.
Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang diperlukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang risiko kesalahan penyajian material dan juga oleh
kualitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan bukti terutama diukur dengan ukuran sampel.
Beberapa faktor menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit. Dua faktor terpenting
adalah ekspektasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal dalam
organisasi klien. Sebagai contoh, dalam suatu penugasan audit, auditor menduga bahwa dalam
persediaan kemungkinan besar terdapat persediaan yang using karena sifat dari bidang usaha klien.
Dalam audit ini auditor akan menarik sampel lebin besar untuk membuktikan adanya persediaan
usang, dibandingkan dengan apabila kecil kemungkinan terdapat persediaan usang. Demikian pula,
apabila auditor berkesimpulan bahwa pengendalian internal klien atas aset tetap berjalan dengan
efektif, maka auditor akan menetapkan sampel yang lebih kecil dalam mengaudit pengadaan aset
tetap, dibandingkan dengan apabila pengendalian internal tidak efektif.
Hubungan Antara Risiko, Ketepatan dan Kecukupan Bukti Audit
Dalam memahami gambar tersebut, hendaknya diingat bahwa tugas auditor adalah
mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup. Ketepatan dipengaruhi oleh
relevansi dan realibitas bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan “beberapa banyak” bukti
yang harus dikumpulkan. Baik ketepatan maupun kecukupan dipengaruhi oleh risiko yang ada
pada klien (yaitu profil risiko inheren dan risiko pengendalian). Dalam keadaan bagaimanapun,
auditor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Namun, mendapatkan
bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit, misalnya karena sistem
akuntansi keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang relevan dan kurang bisa dipercaya.
Oleh karena itu, auditor perlu mencari bukti pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber di
luar klien. Dalam hal kecukupan, klien berisiko tinggi menuntut auditor untuk mengumpul- kan
bukti dalam jumlah yang lebih banyak.
Ingatlah bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko
kesalahan penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan
bukti-bukti yang berkaitan dengan pengetahuan tentang klien (perusahaannya maupun bidang
usahanya) yang bisa diperoleh dari audit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisis penerimaan
menjadi klien. Selanjutnya adalah nformasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri
dengan menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis. Lalu yang ketiga
melalui sistem akuntansi yang diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun
dan transaksi-transaksi. Serta melalui kualitas pengendalian internal yang dapat diperoleh
melalui evaluasi atas rancangan dan pengoperasian pengendalian Dalam bab ini kita akan
memusatkan pembahasan pada pengujian audit untuk setiap asersi spesifik, oleh karena itu kita
perlu memahami keseluruhan bukti yang harus dinilai auditor yang berasal dari berbagai sumber
yang pada akhirnya harus dinilai dengan petimbangan professional audit.
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilih dari
delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit bisa mendapatkan satu atau
lebih tipe bukti berikut :
a. Inspeksi
b. Observasi
c. Konfirmasi Eksternal
d. Penghitungan Ulang
e. Pelaksanaan Kembali
f. Prosedur Analitis
g. Permintaan Keterangan
Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapatkannya adalah pemeriksaan fisik dan
konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran auditor
pada saat klien melakukan penghitungan asset yang seringkali dilakukan pada akhir tahun buku.
Inspeksi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila personil klien
mampu menyiapkan dokumen dan data elektronik untuk kepentingan auditor dengan rapi dan
teratur, inspeksi biasanya sangat murah. Namun, apabila auditor harus mencari sendiri dokumen
yang diperlukan, biayanya bisa cukup mahal. Bahkan dalam situasi yang ideal sekalipun,
informasi dan data dokumen kadang-kadang sangat kompleks dan membutuhkan interpretasi
serta analisis. Biasanya auditor akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca dan
mengevaluasi kontrak-kontrak yang dibuat klien, perjanjian beli-sewa, serta notulen rapat-rapat
dewan komisaris.
Disisi lain, prosedur analisis tidak begitu mahal dibandingkan dengan konfirmasi dan
pemeriksaan fisik, banyak auditor cenderung mengganti pengujian detil dengan prosedur analitis,
sepanjang waktu dimungkinkan. Tipe bukti yang murah biayanya adalah observasi, mengajukan
pertanyaan kepada klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan
dengan prosedur lainnya. Auditor akan dengan mudah mengobservasi apakah pegawai klien
menaati prosedur perhitungan persediaan dan pada saat yang sama melakukan perhitungan atas
suatu sampel persediaan (pemeriksaan fisik). Pengajuan pertanyaan kepada klien dilakukan
sangat sering sepanjang audit berlangsung dan biasanya murah biayanya, walaupun untuk
pengajuan pertanyaan tertentu bisa juga mahal, seperti misalnya meminta pernyataan tertulis dari
klien. Terakhir adalah rekalkulasi yang biasanya murah karena hanya menyangkut perhitungan-
perhitungan sederhana dan penelusurannya dapat dilakukan dengan mudah menggunakan
perangkat lunak computer.
Prosedur audit, adalah langkah-langkah detail yang biasanya berbentuk instruksi tertulis
untuk mengumpulkan semua tipe bukti audit. Prosedur harus jelas agar semua anggota tim dapat
memahami apa yang harus dilakukan. Beberapa istilah yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan prosedur audit dirumuskan pada tabel dibawah ini :
Menurut standar tersebut yang dimaksud dokumentasi audit adalah dokumentasi atas
prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan
yang ditarik. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memenuhi pelaksanaan audit dan menjadi pendukung atas laporan audit.
Dokumentasi audit sering disebut juga kertas kerja audit, tetapi di era teknologi informasi
dewasa ini, dokumentasi audit seringkali berbentuk file-file berkomputer, sehingga istilah
dokumentasi audit dipandang lebih tepat.
Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan yang
layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Secara
lebih spesifik, dokumentasi audit memberikan :
Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang diperlukan
harus tersedia dalam file audit. File-file bisa mencangkup berbagai informasi yang diperlukan
untuk perencanaan audit, seperti misalnya informasi tentang pengendalian internal, anggaran
waktu untuk setiap bagian audit, program audit, dan hasil dari tahun-tahun yang lalu.
Dokumentasi audit adalah alat penting yang mendokumentasikan bahwa audit telah dilaksanakan
secara memadai sesuai dengan standar auditing. Dalam hal diperlukan, auditor harus bisa
menunjukkan kepada badan pengatur atau kepada pengadilan bahwa audit telah direncanakan
dengan baik dan disupervisi secukupnya. Dimana bukti yang dikumpulkan cukup kompeten, dan
berdasarkan hasil audit telah dibuat laporan audit yang tepat. File audit harus juga
mendokumentasikan temuan-temuan penting atau masalah, tindakan yang telah diambil untuk
mengatasinya serta dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu auditor dalam
memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah terkumpul untuk menyusun
laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapi.
File audit adalah referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview
pekerjaan para asisten. Review yang cermat oleh supervisor akan menjadi bukti bahwa audit
telah disupervisi dengan tepat.
Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar-daftar yang
dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorangpun berhak untuk
melihat dokumen tersebut (termasuk klien) selain auditor beserta tim auditnya, kecuali bila
auditor diajukan ke pengadilan berkaitan dengan audit yang bersangkutan.
Auditor wajib merahasiakan file audit yang berisi data klien. Hal ini berkaitan dengan Prinsip
Kerahasiaan yang harus dipegang taguh oleh auditor sebagaimana ditetapkan dalam Seksi 140
Kode Etik Prosesi Akuntan Publik. Selama audit berlangsung, auditor mengumpulkan berbagai
informasi yang sebagian diantaranya bersifat rahasia. Apabila auditor membocorkan informasi
rahasia kepada pihak luar atau kepada karyawan perusahaan klien, maka hal itu dapat
menggangu hubungan baik dengan manajemen. Selain itu, apabila karyawan klien mempunyai
akses atas file audit, maka hal itu akan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengubah isi
file audit. Oleh karena itu, auditor harus menjaga kerahasiaan dengan seksama setiap saat.
Bentuk, Isi dan luas dokumentasi audit bergantung pada factor-faktor berikut ini :
a. Program audit
b. Analisis
c. Memorandum isu
d. Ikhtisar hal-hal signifikan
e. Surat konfirmasi dan surat representasi
f. Daftar uji
g. Korespondenasi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan
Arsip permanen berisi data historis dan data yang bersifat berkelanjutan. File-file ini
merupakan sumber informasi tentang berbagai hal dalam audit yang berlaku dari tahun ke tahun.
Arsip permanen biasanya meliputi hal-hal berikut :
a. Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berlaku secara berkelanjutan seperti misalnya
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak-kontrak.
b. Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap auditor.
c. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian internal dan
penilaian resiko pengendalian.
d. Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu.
Arsip tahun berjalan (arsip tahun yang diperiksa) meliputi semua dokumen yang bersangkutan
dengan tahun berjalan atau tahun yang diperiksa. Dalam arsip terdapat satu arsip permanen untuk
setiap klien dan seperangkat arsip tahun berjalan untuk setiap tahun yang dipersika.
Berikut ini adalah jenis-jenis informasi yang termasuk dalam arsip tahun berjalan :
• Program Audit
Program audit biasanya ditempatkan dalam file terpisah untuk meningkatkan koordinasi dan
mengintegrasikan semua bagian audit, meskipun ada juga kantor akuntan yang
mencantumkan soft copy program audit pada setiap bagian audit dalam dokumen audit.
• Informasi Umum
File audit biasanya juga memuat informasi dari tahun berjalan yang bersifat umum, seperti
misalnya rencana audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan komisaris, ringkasan dari
kontrak-kontrak atau perjanjian yang tidak tercantum dalam arsip permanen, catatan hasil
diskusi dengan klien, komentar hasil rewiew supervisor dan kesimpulan umum.
• Workung Trial Balance
Segera setekah akhir tahun, auditor akan membuat daftar yang berisi saldo dari semua akun
yang ada di buku besar, daftar ini disebut working trial balance.
1. Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas memuat informasi tentang nama
klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja, tanggal
pembuatan dan kode index kerja.
2. Dokumen audit harus diberi index dan referensi silang untuk memudahkan
pengorganisasian dan pengarsipan.
3. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan.
4. Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana.
5. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Al Haryno Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) . Yogyakarta ; Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.