1. Penggalian dana
2. Pengalokasian dana
a. Alokasi dana dari pemerintah yakni alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan melalui penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah
sekurang-kurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran
pendapatan dan belanja setiap tahunnya.
3. Pembelanjaan
3. DAK-nonfisik untuk
b. akreditasi dan
c. rujukan Jampersal
Dana BOK dimulai pada tahun 2010 sebagai respons terhadap hasil
DHA di puluhan kabupaten yang menunjukan betapa kecilnya anggaran
untuk UKM di tingkat kabupaten/kota. Sampai 2015, BOK disalurkan
melalui mekanisme TP (Tugas Perbantuan) dan langsung di bawah
kendali pusat (Kemenkes). Sejak 2016 dana tersebut disalurkan melalui
DAK-nonfisik, sehingga menjadi bagian dari APBD. Assesment tentang
DAK-nonfisik (BOK) di 6 kabupaten (Bappenas 2017) menunjukkan
bahwa dana BOK sangat besar manfaatnya untuk menunjang kegiatan
puskesmas di luar gedung (UKM). Dana BOK menjadi tumpuan utama
bagi puskesmas dan Dinkes untuk mencapai target program-program
prioritas yang ada dalam RPJMN, MDGs dan SDGs seperti KIA, KB,
Gizi, TB, Malaria, HIV, Kesling, Promosi kesehatan, dan lain-lain.
Beberapa kendala yang dihadapi daerah (puskesmas) adalah sebagai
berikut:
Sumber dana kedua yang cukup besar adalah kapitasi dari BPJS,
yang 60% untuk jasa pelayanan dan 40% untuk biaya operasional
puskesmas. Assessment di banyak puskesmas menemukan hal-hal
sebagai berikut: